54 orang siswa guru pemandu wisata

Keraton Yogyakarta Lakukan Standardisasi Pemandu Wisata

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia kepariwisataan dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan pariwisata, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Pariwisata (LSPP) Jana Dharma Indonesia mengadakan Sertifikasi dan Grading Pemandu Wisata Keraton Yogyakarta. Kegiatan itu berlangsung di Ndalem Prabeya Komplek Keraton Yogyakarta Selasa-Kamis,  23-26 Agustus 2022.


Carik Kawedanan Radyo Kartiyoso, RA Siti Amirul Nur Sundari mewakili GKR Bendoro menyampaikan, proses grading dan sertifikasi pemandu wisata di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan sebuah langkah untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan yang datang ke keraton.


“Kami memang menambahkan Standar Kraton selain Standar Kompetensi Nasional kepada semua pemandu wisata di kawasan keraton” kata Ami melalui keterangan tertulisnya,  Rabu (24/8/2022).

Ujung-ujungnya adalah pemandu wisata di keraton memiliki kompetensi khusus. Tidak hanya kemampuan bercerita atau menyampaikan storytelling namun lebih kepada memperkuat attitude pelayanan.


Kegiatan ini telah tiga kali dilaksanakan sejak 2019 dan  diikuti 54 orang dari Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran dan Taman Sari.

Direktur LSP Pariwisata Jana dharma Indonesia menyampaikan posisi Yogyakarta sebagai Destinasi Super Prioritas harus ditanggapi secara serius oleh semua stakeholder pariwisata.

Mulai bangkitnya pariwisata di Indonesia umumnya dan Yogyakarta khususnya harus disambut dengan SDM yang profesional dan berdaya saing.

Nilai plus yang diberikan oleh keraton selain sertifikasi kompetensi yaitu grading diharapkan dapat menciptakan daya saing antarpemandu sehingga mereka berlomba-lomba untuk melayani dengan baik.

“Saya percaya, ke depan Kraton akan tetap menjadi destinsti wisata utama di Kota Yogyakarta, sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik dan wisatawan asing,” kata dia. (*)



Solopos FM – Tragedi Paiton kembali trending dalam twitter di akun @mwv_mytic. Akun tersebut menuliskan secara lengkap kronologi kecelakaan maut tersebut dengan judul “TRAGEDI PAITON (2003)”, kecelakaan maut mengerikan yang menewaskan 54 orang dan merubah sistem keselamatan bus hingga hari ini.

http://

TRAGEDI PAITON (2003)

Kecelakaan maut mengerikan yang menewaskan 54 orang dan merubah sistem keselamatan bus hingga hari ini.

a thread pic.twitter.com/fBlhkRbUwF

— mwv.mystic (@mwv_mystic) July 1, 2022

Manusia biasa menggunakan transportasi sebagai sarana bepergian. Terdapat tiga jenis transportasi yaitu transportasi darat, laut, dan udara. Kehadiran transportasi ini memudahkan manusia untuk melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat lain. Namun, ketiganya belum dapat dikatakan aman karena masing-masing memiliki resiko dan potensi kecelakaan yang sama. Tragedi paiton yang terjadi pada tahun 2003 lalu mengukir sejarah kelam dalam dunia transportasi darat. Di mana kejadian tersebut merupakan tragedy kecelakaan darat khususnya angkutan bus terparah yang terjadi di Situbondo, Jawa Timur.

Pada malam itu, ratusan rombongan yang berasal dari SMK Yayasan Pembina Generasi Muda (Yapemda) kelas dua baru saja selesai melakukan study tour sekolah. Rombongan tersebut bergerak menuju Kota Sleman, Yogyakarta setelah berwisata di Bali. Mereka menaiki tiga bus armada AO Transport yang melaju beriringan pasca adzan Isya berkumandang, Rabu malam, 8 Oktober 2003 lalu.

Ketiga bus dengan masing-masing diberi nomor 1, 2, dan 3 sebagai tanda rombongan. Selama perjalanan, bus nomor 3 berkali-kali mengalami kejadian yang tidak mengenakkan seperti kaca pecah, tersangkut kabel listrik, dll yang tentu saja menghambat perjalanan. Sementara bus 1 dan 2 dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan dengan sesekali menunggu bus 3 untuk berjalan bersama. Namun, siapa sangka keceriaan itu berubah menjadi jeritan maut dan duka bagi seluruh rombongan.

Bermula saat bus melewati sebuah tanjakan di tikungan Jalan Raya Surabaya-Banyuwangi, kawasan Banyu Blugur, Situbondo, Jawa Timur. Sebuah truk jenis kontainer tiba-tiba saja memotong jalur dan tidak mengindahkan marka jalan pembatas. Sementara di sisi yang berlawanan, ketiga bus rombongan siswa Yapemda juga tengah menyalip kendaraan di depannya. Bus 1 dan 3 berhasil menyalip dan masuk kembali ke jalur sedangkan bus 2 tidak seberuntung kedua bus lainnya. Bus 2 tidak berhasil menyalip dan langsung ditabrak truk berjenis kontainer tadi. Belum berakhir sampai disana, tiba-tiba saja truk jenis colt diesel dari arah belakang juga menghantam belakang bus naas tersebut. Seketika bus pun terjepit oleh kedua truk. Tak berselang lama usai ditabrak, api tiba-tiba berkobar di bagian depan bus. Kobaran tersebut dipicu oleh tangki bahan bakar truk bernomor polisi L 8493 F yang pecah dan timbul percikan api sekering listrik bus. Namun, sebagian lagi menyebut bahwa api tersulut akibat gesekan antar badan truk dan bus sehingga menghasilkan percikan api yang kemudian menyebar.

Kobaran api semakin membesar tatkala tangki bahan bakar truk bocor. Saat kebakaran terjadi, para siswa di dalam bus tersebut masih dalam keadaan sadar dan selamat. Dalam keadaan panik, mereka berlarian ke arah belakang bus yang belum dilahap api sembari berteriak meminta tolong. Sementara api semakin membesar serta mulai melahap bagian depan bus dan merambat ke belakang. Para siswa dan guru pendamping perlahan mundur guna menghindari api yang berada tepat di hadapan mereka. Mereka mencoba keluar dari pintu belakang bus yang merupakan satu-satunya akses yang tersisa pada saat itu. Namun, mereka kembali harus menelan kekecewaan sebab pintu belakang bus tidak dapat terbuka lantaran macet akibat ringsek berkat tertabrak truk dari arah belakang. Siswa yang terjebak di dalam terus menerus meminta pertolongan dalam kondisi terus terhimpit api yang kian mendekat dan membakar satu persatu kursi dan tas yang mereka kenakan.

Asesoris di dalam bus seperti karpet, busa pengisi kursi, dan benda-benda mudah terbakar lainnya membuat api semakin membesar. Para siswa dan guru yang panik terus meminta tolong dan memukul-mukul kaca bus dari dalam. Sayang, lokasi kecelakaan tersebut terbilang sepi. Rumah warga yang paling dekat jaraknya masih sekitar 500 meter dari lokasi kejadian. Ditambah lagi, saat itu tidak ada alat pemecah kaca jendela yang tersedia di dalam bus yang mengakibatkan mereka tidak dapat keluar melalui kaca bus yang cukup tebal itu. Pada akhirnya hal yang paling ditakutkan pun terjadi. Para siswa dan guru pendamping terpanggang hidup-hidup di dalam bus tersebut. Jeritan mereka yang melengking perlahan redup dan terdiam satu persatu. Seluruh badan bus terbakar bersama para penumpang di dalamnya. Kebakaran berlangsung cepat dan hebat dikarenakan keberadaan barang-barang yang mudah terbakar di dalam bus dan bensin yang bocor akibat tabrakan. Lokasi kejadian mengenaskan ini berada tak jauh dari Pintu PLTU Paiton. Sejak saat itu, kejadian tersebut dinamakan “Tragedi Paiton“.

Jumlah korban yang meninggal akibat kejadian ini adalah 54 orang, terdiri dari 51 siswa dan siswi, 2 guru dan 1 pemandu wisata. Sementara korban yang menderita luka-luka hanya 1 orang, yaitu kernet bus dengan luka bakar cukup parah. Beruntungnya ia berhasil memecah kaca pintu depan bus sebelum api menyebar. Sementara sang supir bus, selamat setelah berhasil meloncat dari bus sesaat setelah tabrakan terjadi. Evakuasi para korban berlangsung dramatis. Jasad para korban berkumpul di bagian belakang bus dan sebagian lagi bertumpuk di depan pintu belakang tersebut. Tergambar, usaha mereka untuk bisa keluar dari satu-satunya jalur itu. Api yang membesar tersebut telah menghanguskan tubuh mereka hingga tidak dapat lagi dikenali. Beberapa korban bahkan tubuhnya tidak lagi utuh dikarenakan telah berubah jadi abu.

Banyaknya jumlah korban dan terbatasnya kapasitas RS Situbondo saat itu yang menjadi lokasi visum identitas korban, membuat jenazah harus diawetkan agar tidak membusuk sebelum diidentifikasi. Petugas rumah sakit terpaksa meletakkan jenazah para siswa tersebut dengan sekat dan dikelilingi balok balok es. Jenazah juga diletakkan di lorong rumah sakit karena keterbatasan ruang jenazah yang ada. Setelah 40 jenazah dikenali, iring-iringan mobil ambulans dan mobil jenazah yang membawa 54 jasad korban dari Rumah Sakit Umum Daerah Situbondo Jawa Timur ke Yogyakarta, tepatnya ke Sekolah Menengah Kejuruan Yapemda 1 Brebah Sleman Yogyakarta pukul 04.50 WIB. Setiap mobil jenazah, ditempeli nomor dan foto ukuran 10 R milik para korban, termasuk 14 korban yang belum teridentifikasi.

Sekretaris Wilayah Daerah (Sekda) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saat itu, Bambang S Priyohadi yang mengawal iring-iringan jenazah sejak dari Situbondo, menyerahkan kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang ikut menunggu sejak dini hari. Ikut hadir dalam acara serah terima jenazah itu, Menteri Kesejahteraan Sosial Bachtiar Chamzah. Saat acara serah terima jenazah di lapangan sekitar SMK Yapemda, Sri Sultan membacakan surat bela sungkawa yang dikirim Presiden Megawati, melalui faksimile. Setelah acara serah terima secara simbolik, warga melakukan salat jenazah.  Seusai melaksanakan salat, keluarga korban berhamburan menuju mobil ambulans dan mobil jenazah yang membawa jenazah putra putri mereka.