Adakah sikap optimis yang dapat Merugikan dirinya sendiri

Sikap optimis perlu ditanam dalam diri setiap individu. Untuk menumbuhkan sikap ini, ada berbagai cara yang dapat Anda coba lakukan. Dengan sikap yang optimis, Anda akan merasa lebih mudah dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Optimis merupakan sikap berpikir positif yang ditunjukkan seseorang saat menghadapi berbagai aspek kehidupan. Orang yang memiliki sikap optimis memiliki pikiran yang baik dan sudut pandang yang positif dalam melihat suatu perkara. Sikap ini cenderung dimiliki oleh orang dengan tipe kepribadian tertentu, misalnyasanguinis.

Sikap optimis amat berbeda dengan pesimis. Seseorang dengan sikap pesimis cenderung mengharapkan hal-hal menjadi buruk dan fokus pada kegagalan atau sesuatu yang tidak berjalan dengan baik.

Cara untuk Menjadi Pribadi yang Optimis

Menerapkan sikap optimis dalam kehidupan sehari-hari penting untuk dilakukan. Pasalnya, orang yang memiliki sikap optimis cenderung memiliki kesehatan mental dan fisik yang lebih baik sehingga kualitas hidupnya pun baik.

Berikut ini adalah beberapa cara untuk menjadi pribadi yang optimis:

1. Berpikir positif

Tanamkan keyakinan dalam pikiran bahwa Anda dapat melakukan berbagai macam hal baik yang mampu membawa Anda menuju gerbang kesuksesan. Misalnya, bahwa Anda mampu belajar dengan giat untuk mendapatkan nilai yang memuaskan.

2. Mengambil hal baik dari setiap kejadian

Usai melakukan aktivitas seharian, luangkan waktu setidaknya 10 menit untuk memikirkan hal-hal positif yang berhasil Anda raih pada hari itu, bahkan dari kejadian yang tidak menyenangkan sekalipun. Syukuri hal sekecil apa pun yang Anda capai dengan baik di hari itu.

3. Mencoba berhenti menyalahkan diri sendiri

Saat kegagalan menghampiri, jangan sepenuhnya menyalahkan diri sendiri. Anda harus membiasakan diri untuk membuat pola pikir bahwa kesalahan yang Anda lakukan bisa diperbaiki dan bisa menjadi pembelajaran di kemudian hari.

Misalnya, saat mengalami kegagalan dalam ujian, jangan berpikir bahwa ini terjadi karena Anda bodoh. Berpikirlah bahwa kegagalan tersebut terjadi karena Anda tidak belajar dengan maksimal. Jadikan kegagalan tersebut sebagai dorongan untuk berusaha lebih giat agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik di kemudian hari.

4. Menghindari kata-kata atau ungkapan negatif

Dalam upaya menjadi pribadi yang optimis, kurangi kebiasaan berpikir negatif saat melakukan berbagai hal. Ubah ungkapan “Saya tidak bisa!” atau “Ini tidak akan berhasil!” dengan ungkapan yang lebih positif, seperti “Saya harus mencoba!” atau “Ini bisa diusahakan, kok”.

Ungkapan positif mampu membangun pemikiran yang positif pula, sehingga menimbulkan perilaku kerja yang bersemangat dan berorientasi pada kesuksesan pula.

5. Berfokus pada masa sekarang dan masa depan

Jangan terperangkap pada masa lalu, tapi jadikanlah masa lalu sebagai sebuah pelajaran berharga. Cobalah untuk fokus dengan apa yang perlu dikerjakan hari ini dan apa yang perlu direncanakan satu per satu untuk masa depan.

Ingat, Anda tidak bisa mengubah masa lalu. Namun, dari masa lalu Anda bisa mempelajari kesalahan dan menggunakannya sebagai acuan yang tidak boleh dilakukan di hari ini atau masa depan.

6. Bergaul dengan orang-orang berpikiran positif

Jika orang-orang di sekitar banyak yang memberikan aura negatif atau bahkan sengajamenghambat kesuksesan, kini saatnya Anda mencari suasana baru dalam pergaulan.

Carilah teman yang mampu berpikir positif dalam menghadapi sesuatu, selalu mendukung, dan memberikan saran yang positif sehingga Anda pun bisa menjadi orang yang memiliki pikiran positif.

Selain hal-hal di atas, Anda juga bisa membangun sikap optimis dengan melakukan kegiatan yang bisa membuat Anda senang dan tenang, misalnya meditasi atau olahraga.

Penting untuk ditekankan bahwa menerapkan sikap optimis bukan berarti Anda mengabaikan masalah dan berpura-pura berpikir bahwa hidup itu sempurna. Orang yang optimis hanya memilih untuk fokus pada apa yang baik dalam suatu masalah dan apa yang bisa mereka lakukan untuk membuat semuanya menjadi lebih baik.

Menerapkan sikap optimis tidak hanya membuat Anda lebih mudah dalam menjalani hidup, tetapi juga baik untuk kesehatan. Sebuah studi menyebutkan bahwa orang dengan sikap optimis memiliki kondisi kardiovaskular dan sistem imun tubuh yang lebih baik, sehingga kesehatannya selalu tampak prima.

Jadi, mari coba terapkan berbagai cara menumbuhkan sikap optimis di kehidupan sehari-hari dan jauhkan sikap pesimis secara bertahap. Jika Anda merasa berat atau kesulitan untuk melakukannya, cobalah berkonsultasi dengan psikolog, apalagi jika pemikiran Anda mulai membuat Anda tidak bisa menjalani hari dengan optimal.

Segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik, termasuk sikap terlalu optimis. Selama ini optimisme memang selalu dikaitkan dengan sikap yang baik, karena optimisme bisa membuat seseorang menjadi lebih semangat dalam meraih sesuatu yang diinginkan.

Apabila seseorang justru terlalu optimis maka keoptimisan itu akan membawa dampak buruk bagi dirinya sendiri. Nah, apa saja dampak buruk jika terlalu optimis, simak selengkapnya berikut ini.

unsplash.com/officestock

Segala sesuatu tentu ada risiko baik dan buruknya. Terlalu optimis hanya akan membuat kamu sulit menerima jika kenyataan buruk yang terjadi, karena kamu tidak menyiapkan solusi saat hal buruk itu terjadi. Kamu hanya akan bingung sendiri tanpa tau harus bagaimana lagi. 

Untuk itu siapkan diri dengan baik saat akan melakukan sesuatu, jangan hanya memikirkan sisi positifnya, tetaplah pertimbangkan segala baik dan buruknya, dan siapkan solusi untuk segala kemungkinan yang akan terjadi. 

Baca Juga: 5 Perbedaan Orang Optimis dan Pura-pura Tegar, Jangan Tertukar! 

unsplash.com/officestock

Sikap terlalu optimis membuat kamu selalu beranggapan bahwa segala sesuatu akan berjalan dengan baik dan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Kamu cenderung menganggap sepele masalah kecil, padahal masalah yang kamu anggap sepele bisa saja menjadi masalah besar yang akan merugikan diri mu sendiri.

Optimisme berlebih membuat kamu mudah lengah sehingga kamu akan menjadi kurang waspada terhadap kemungkinan yang terjadi. Melemahnya kewaspadaan akibat terlalu optimis justru membuat kamu semakin mudah melakukan kesalahan dan akan mudah untuk dikalahkan. 

unsplash.com/bantersnaps

Terlalu optimis membuat kamu lupa untuk mengintrospeksi diri sendiri, karena kamu selalu berpikir positif tentang diri sendiri. Padahal introspeksi diri sangat penting, kamu bisa mengambil pelajaran dari kesalahan yang pernah kamu lakukan di masa lampau, sebagai bahan untuk memperbaiki dan tidak mengulangi hal yang sama di masa mendatang. Kamu hanya akan ada di posisi yang sama, dan tidak akan ada perubahan positif dalam diri mu jika kamu tidak pernah mengintrospeksi diri. 

Baca Juga: 5 Alasan Kamu Harus Selalu Optimis Meskipun Sering Gagal, Berani Coba?

Baca Artikel Selengkapnya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Seringkali kita mendengar nasihat orang bijak bahwa tiap seseorang harus optimis dalam menjalani hidup. Akan tetapi, optimis yang dianggap bagus akan menjadi buruk bila terlalu berlebihan. Bahkan dampak terburuknya, terlalu optimis bisa memengaruhi kesehatan mental, lho.

Advertisement

Pemikiran optimis seperti “tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semuanya akan baik-baik saja” bisa mengarahkanmu pada kerugian juga. Karena optimis seperti itu hanya membuatmu berusaha berpikir positif saja, tanpa ada penyesalan jika kamu telah lakukan kesalahan atau berupa tindakan nyata untuk menyelesaikan persoalan. Karena itu, terlalu optimis juga nggak baik demi hidup yang nggak muluk-muluk. Berikut beberapa dampak negatif dari sikap terlalu optimis.

1. Kerap menyepelekan masalah kecil. Lambat laun akan berubah menjadi masalah besar

menyepelekan masalah kecil [Credit: Siora Photography] via unsplash.com

Sadar atau tidak, optimis membuat kita kerap menyepelekan hal-hal kecil. Padahal, hal tersebut jika dibiarkan lambat laun akan berubah menjadi masalah besar. Kalau tidak dikerjakan atau diselesaikan sejak awal, maka kita harus siap-siap di kemudian hari dengan keadaan yang lebih runyam.

2. Mendukung dan menyemangati seseorang bisa lakukan suatu hal, padahal sebenarnya kemampuan dia kurang mumpuni. Hal itu hanya membuatnya habiskan waktu dan usaha sia-sia

menghabiskan waktu dan usaha yang sia-sia [Credit: Becca Tapert] via unsplash.com

Kadang, kita berikan rasa optimis kepada orang lain untuk mendukungnya melakukan suatu hal. Sementara itu, dia sebenarnya tidak bisa mengerjakan lantaran memiliki kemampuan yang kurang mumpuni. Sehingga, kita bisa perkirakan kalau usahanya akan sia-sia, kegagalan sebagai hasil akhirnya pun tak bisa diubah. Rasa optimis yang kamu berikan kepadanya hanya membuatnya menghabiskan waktu dan usaha yang sia-sia. Padahal mungkin dia melakukan hal lain yang lebih dikuasai dan lebih bermanfaat baginya.

Advertisement

3. Terlalu optimis menyebabkan seseorang akan melimpahkan segala kepercayaan pada diri sendiri dan mengabaikan pendapat orang lain

menghiraukan pendapat orang lain [Credit: You X Ventures] via unsplash.com

Kamu bisa saja menjadi lengah dan lemah lantaran terlalu percaya pada diri sendiri. Hal seperti ini nggak jarang bikin kamu enggan mengakui kekurangan maupun kelemahan yang dimiliki. Sikap percaya diri yang berlebihan bisa menggelincirkanmu pada sifat merasa paling benar. Hingga akhirnya kamu pun mengabaikan pendapat orang lain, karena kamu merasa mereka salah semua. Padahal masukan itu bisa jadi positif untuk dipertimbangkan.

4. Tidak siap menghadapi kegagalan. Sehingga saat kejatuhan sudah di depan mata, akan sulit bangkitnya

tidak siap gagal [Credit: Julia Caesar]

Optimis memang bagus untuk menyemangati diri. Namun, hal tersebut kadang bikin kamu lupa bahwa selain ada kesuksesan, orang juga bisa mengalami kegagalan. Hal inilah yang kerap terabaikan, maka ketika saking optomisnya, kita lupa kalau ada risiko yang bakal dihadapi. Jika optimisnya berlebihan, kita bisa saja tidak siap menghadapi kegagagalan. Sehingga ketika kegagalan itu sudah dialami, akalnya akan tetap sulit menerima.

5. Merasa begitu kecewa ketika harapan yang terlalu tinggi tidak tercapai

merasa sangat kecewa [Credit: Riccardo Mion] via unsplash.com

Percaya nggak percaya, optimis mendorong kita pada mimpi-mimpi yang sangat tinggi. Bisa dibilang rasanya sulit dicapai, namun berkat optimisme yang kuat, kita sangat ingin meraihnya. Jika berhasil, rasa bahagia akan menghampiri dan terdapat rasa puas dalam diri. Jika sebaliknya, maka kamu akan merasa begitu kecewa lantaran harapan yang terlalu tinggi tidak tercapai. Mimpi memang harus tinggi, tetapi, harus dibarengi dengan sikap realistis. Sehingga nantinya, kita nggak terbebani oleh ekspektasi kita sendiri.

Advertisement

6. Kamu akan dicap “sombong” oleh orang lain

dianggap sombong [Credit: Jonathan Borba] via unsplash.com

Terlalu optimis menyebabkanmu dipandang sombong oleh orang lain. Nggak jarang kamu dianggap memiliki keinginan yang terlalu “mengada-ada”. Bahkan, tipe “orang yang tidak realistis” juga menjadi julukan buatmu. Hal-hal seperti ini, mau nggak mau akan memberi pengaruh pada personal branding yang mati-matian kamu bangun itu, lho.

Percaya diri itu penting. Maka tak heran kita kerap diminta untuk optimis atas jerih payah yang sedang dilakukan. Namun, optimisme yang berlebihan juga akan merugikan. Dampak yang paling dekat dan nyatanya adalah kita nggak siap dengan kemungkinan lain selain keberhasilan. Dampak yang lain, akan membuatmu cenderung menyepelekan segala hal. Well, apa pun itu, ternyata kalau berlebihan memang nggak baik, ya~

Advertisement

#optimis

#percaya diri

#sombong

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Dwita Apriliani

Editor

Pradnya Wardhani

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề