Allah memuliakan titik-titik dengan menciptakannya dalam bentuk yang sebaik-baiknya

AKURAT.CO, Allah merupakan sang Pencipta bagi seluruh alam raya ini, baik manusia, hewan-hewan, tumbuhan, dan selainnya.

Dalam hal ini, Allah SWT mengaku bahwa manusia sebagai makhluk diciptakan dengan ciptaan yang paling baik dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Sebagaimana pada firman Allah dalam QS. At-Tin ayat 4, yakni sebagai berikut.

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Laqad khalaqnal-insāna fī aḥsani taqwīm

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya".

Mengenai ayat tersebut, As-Sa'di menafsirkannya dalam tafsir As-Sa'di yakni bahwa firman Allah pada ayat tersebut merupakan jawaban sumpah dari ayat-ayat sebelumnya.

Bahwasannya Allah SWT mengatakan bahwa telah menciptakan diri manusia itu dengan bentuk yang paling sempurna dan paling Indah.

Yang dimaksud dengan ciptakan Allah yang paling Indah itu adalah bentuk tubuh manusia dan itu merupakan makhluk yang paling Indah di muka bumi ini. Karena keseimbangan bentuk dan parasnya yang sangat Indah.

Tentu, Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang terbaik adalah dengan tujuan besar dan mulia yakni supaya manusia mengkhususkan semua ibadahnya kepada Allah semata.

Tidak hanya itu, keindahan lainnya yang ada dalam diri manusia adalah mereka dapat berjalan dengan dua kaki yang seimbang. Sebagaimana dalam Firman Allah QS. Al-Infithar ayat 6-9, yakni:

Page 2

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ , الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ , فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ

Artinya: "Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu [berbuat durhaka] terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah , Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan [susunan tubuh]mu seimbang , Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu]".

Sekali lagi, bahwa salah satu tujuan Allah menciptakan manusia dalam keadaan sempurna dan Indah dalam bentuknya adalah supaya manusia senantiasa mendirikan ibadah hanya untuk Allah semata.

Selain diberikan bentuk yang terbaik, manusia juga diberi akal yang dengan itu manusia dapat membedakan antara yang baik dan buruk, juga dapat membedakan mana yang bermanfaat dan mencelakai dirinya.

Tentu itu semua merupakan anugerah yang Allah berikan kepada manusia dan tidak diberikan kepada makhluk-makhluk selainnya. Semoga bermanfaat. []

TAFSIR Al Mishbah masih membicarakan Surah Shaad. Kali ini membahas ayat ke-71 hingga ke-88. Ayat ke-71 dan seterusnya berbicara mengenai kejadian manusia.

Dikatakan dalam Surah Shaad, 'Renungkanlah, ketika Tuhanmu wahai Nabi Muhammad SAW atau Tuhanmu seluruh manusia, berfirman kepada malaikat, Aku akan menciptakan manusia yang tercipta dari tanah yang basah. Maka kau telah tersempurnakan bentuk fisiknya dan kuembuskan kepadanya roh ciptaan-Ku, maka hendaklah kalian semua sujud kepadanya'.

Allah menyampaikan ini kepada malaikat karena malaikat ialah salah satu makhluk yang berfungsi menangani manusia. Allah berfirman, 'Aku akan menciptakan manusia dari tanah'. Jadi, penyampaian ini disampaikan Allah kepada malaikat sebelum manusia tercipta.

Ketahuilah, makhluk yang diciptakan ini ialah makhluk terhormat. Semua manusia terhormat. Manusia berbeda dengan binatang, malaikat, dan jin. Manusia terhormat karena fisiknya sempurna.

Manusia tercipta fisiknya terlebih dahulu. Baru kemudian ruhnya. Fisik manusia terwujud melalui janin karena sperma dan ovum bertemu di dinding rahim. Itu terjadi sampai semuanya sempurna. Lalu pada hari ke-120 barulah ditiupkan ruh dan berproses hingga lahir.

Yang perlu digarisbawahi, Allah menyempurnakan fisik manusia berbeda dengan binantang. Tubuh manusia tegak lurus, mata sempurna. Manusia merupakan makhluk dua dimensi, yakni ada fisik juga ada ruh.

Ada yang berkata manusia ibarat air yang terdiri atas oksigen dan hidrogen yang seimbang. Ketika salah satu berlebih kadarnya, tidak akan menjadi air. Begitu juga dengan manusia, ada kadar jasmani dan rohani.

Disebutkan lagi dalam surat ini, 'Maka hendaklah kalian semua sujud kepadanya, sujud penghormatan. Maka para malaikat semuanya dan secara bersama-sama sujud, tetapi iblis angkuh dan dia termasuk kelompok kafir'.

Dikisahkan, malaikat yang bertugas menangani manusia itu disuruh bersujud kepada manusia karena manusia juga mendapat tugas dari Allah. Oleh karena itu, mereka harus mengenal manusia. Yang dimaksud bersujud di sini ialah, sujud penghormatan.

Ada sebagian orang saat ini berpendapat bahwa sungkem kepada orangtua hukumnya syirik. Mereka mempertanyakan tindakan sujud kepada manusia. Itu penghormatan dan bukan pengaguman kepada manusia.

Lalu, iblis yang angkuh memang tergolong kelompok kafir. Mereka tidak mau bersujud. Iblis bukan malaikat, melainkan dia sangat taat kepada Tuhan sehingga merasa dirinya seperti malaikat. Malaikat taat kepada Allah, tapi mereka diciptakan Allah hanya untuk taat saja, sedangkan manusia diciptakan untuk taat dan tidak taat.

Allah berfirman, 'Ya iblis, apa yang menghalangi kamu untuk sujud kepada yang Saya ciptakan. Kepada keduanya yang taat. Apakah engkau angkuh atau masuk ke kelompok elite malaikat, yang tidak disuruh bersujud kepada yang Saya ciptakan dengan kedua tangan-Ku?'

Iblis sangat taat kepada Allah sehingga mereka ingin dimasukkan ke kelompok malaikat. Namun, ada keangkuhan dalam hati iblis. Hati angkuh itu penyakit paling parah. Keangkuhan ialah benih pertama kedurhakaan. Benih kedua ialah iri hati, lalu benih lain kedurhakaan ialah ketamakan.

Walaupun alam semesta, langit dan bumi sangat besar namun Allah menundukannya untuk manusia: {Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, [sebagai rahmat] daripada-Nya} [QS. Al Jatsiyah:13].

Semua itu sebagai bentuk pemuliaan dan karunia bagi manusia atas seluruh makhluk. Allah Ta’ala berfirman: {Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan} [QS. Al Isra:70].

Allah menciptakan manusia dan Dia mengisahkan kepada kita tentang penciptaan Adam dan bagaimana Dia memuliakannya, kemudian menurunkannya dari surga ke bumi akibat tipu daya syaitan dan kemaksiatannya, lalu ia bertaubat. Allah Ta’ala berfirman: {Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu [Adam], lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud [kepada Adam] di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh”. Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan [menghalang-halangi] mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur [taat]. Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya”. [Dan Allah berfirman]: “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua [buah-buahan] di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim”. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal [dalam surga]”. Dan dia [syaitan] bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, maka syaitan membujuk keduanya [untuk memakan buah itu] dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”. Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan [tempat mencari kehidupan] di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”. Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu [pula] kamu akan dibangkitkan} [QS. Al A’raf:11-25]

Manusia setara

Pasal pertama dari Deklarasi universal hak asasi manusia Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.

Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang sangat indah kemudian meniupkan ruh ke dalam tubuhnya, sehingga ia menjadi manusia yang memiliki bentuk yang paling indah, ia mendengar, melihat, bergerak dan berbicara: {Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik} [QS. Al Mukminun:14].

Ia mengajarkannya segala apa yang perlu ia tahu, Ia memberikannya kelebihan dan sifat-sifat yang tidak ada pada makhluk lain berupa: akal, ilmu, penjelasan, ucapan, bentuk, rupa yang indah, bentuk yang mulia, badan yang seimbang, mendapatkan ilmu dengan berfikir, Ia memberinya petunjuk kepada akhlak mulia dan sifat terpuji, memuliakannya lebih dari kebanyakan makhluk, dan diantara bentuk kemuliaan itu -baik pada laki-laki maupun perempuan:

- Allah Ta’ala menciptakan langsung manusia dengan tangan-Nya ketikan menciptakan Adam -alahissalam-, ini merupakan kemuliaan yang tidak ada tandingannya. Allah Ta’ala berfirman: {Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu [merasa] termasuk orang-orang yang [lebih] tinggi?”} [QS. Shad:75].

- Allah Ta’ala menciptakan manusia dalam bentuk yang sangat indah. Allah Ta’ala berfirman: {sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya} [QS. At Tin:7].

Ia juga berfirman: {Dia membentuk rupamu dan mengindahkan rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali[mu]} [QS. At Tagabun:3]

- Allah Ta’ala memuliakan manusia ketika Ia perintahkan seluruh malaikat bersujud kepada Adam, ayah manusia, Allah Ta’ala berfirman: {Dan [ingatlah], tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu semua kepada Adam”, lalu mereka sujud kecuali iblis} [QS. Al Isra’:61].

- Allah Ta’ala memuliakan manusia dengan memberinya akal, fikiran, pendengaran, penglihatan dan alat indera lainnya. Allah Ta’ala berfirman:

Misi kami

Rib’I bin ‘Amir Sahabat Rasulullah Allah mengutus kami agar kami mengeluarkan siapa saja yang Ia kehendaki dari penghambaan kepada sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dan dari sempitnya dunia kepada keluasannya, dan dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam” {Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur} [QS. An Nahl:78].

- Allah Ta’ala meniupkan ruh-Nya kepada manusia; dengan demikian ia mendapatkan ketinggian ruh; Allah Ta’ala berfirman{:{Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh [ciptaan]Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya}
[QS. Shad:72].

Ini adalah bentuk pemuliaan terbesar bagi manusia; oleh karena itu manusia harus dihormati statusnya sebagai manusia, maka kenapa bisa manusia berbuat zalim kepada orang yang dalam tubuhnya ada tiupan ruh Allah Ta’ala?!!

Allah Ta’ala menjadikannya pemimpin di muka bumi, bukan malaikat atau jin. Dia berfirman: {Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan [khalifah] di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui} [QS. Al Baqarah:30].

Ini adalah kemulian besar yang tidak didapatkan oleh malaikat yang tidak menyelisihi perintah Allah, yang senantiasa berzikir, bertasbih dan memuliakan Allah Ta’ala.

- Allah Ta’ala menundukkan seluruh apa yang ada di alam semesta ini, langit dan bumi beserta apa yang ada di dalamnya dan diantara keduanya; matahari, bulan, bintang dan planet-planet. Allah Ta’ala berfirman: {Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, [sebagai rahmat] daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda [kekuasaan Allah] bagi kaum yang berfikir} [QS. Al Jatsiyah:13].

Allah Ta’ala membebaskan seluruh manusia dari perbudakan terhadap siapa pun, itu adalah puncak kemerdekaan bagi manusia, dimana ia dialihkan dari perbudakan dan tunduk terhadap manusia kepada penghambaan kepada Allah Ta’ala, penghambaan hanya kepada Allah adalah puncak kemerdekaan dari penghambaan kepada selain-Nya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala menolak adanya perantara antara Dia dan hamba-Nya; sebagian manusia telah membuat perantara-perantara antara manusia dan Tuhannya dan memberikannya sebagian dari sifat-sifat ketuhanan, maka Allah memuliakan manusia dengan tidak dijadikannya perantara antara dia dan Tuhannya. Allah Ta’ala berfirman: {Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan [juga mereka mempertuhankan] Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan} [QS. At Taubah:31]

Pembebasan manusia dari rasa takut terhadap masa depan, kecemasan dan depresi ketika ia beriman terhadap takdir dengan tetap menempuh sebab-sebab yang bersifat materi. Iman terhadap takdir membuat seorang beriman merasa aman dan tenteram, merasa mulia dan bermartabat, tidak resah atau sedih atau sesal terhadap apa yang luput ia dapatkan selama ia telah berusaha, karena semua itu berasal dari Allah Ta’ala. Ia berfirman:

{Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan [tidak pula]} pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab [Lauhul Mahfuzh] sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah} [QS. Al Hadid:22]

Iman ini membuat orang beriman berada dalam jiwa yang stabil, ketenangan hakiki, dimana musibah-musibah yang menimpanya tidak menggoyahkannya dan tidak membuatnya panik, sebagaimana kesenangan dan nikmat yang didapatinya tidak membuatnya congkak dan sombong.

Tanpa perantara

Etienne Diner Pelukis dan pemikir Perancis “Ada sesuatu yang penting, yaitu tidak ada perantara antara seorang hamba dengan Tuhannya, dan inilah yang didapatkan oleh orang-orang yang akalnya bekerja.

Menghargai akal manusia; Allah Ta’ala telah memberikan nilai yang sangat besar bagi akal dan pikiran manusia, maka Ia memerintahkannya untuk memandang dan berfikir dan mengharuskannya merenungkan penciptaan langit dan bumi dan menegakkan dalil dan bukti rasional. Allah Ta’ala berfirman: {Katakanlah: “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”}[QS. Yunus:101].

Dan Dia perintahkan untuk menghormati akal dan memberikan perhatian kepadanya, menggerakkan dan mengoperasikannya serta tidak membekukannya melalui taklid buta dan fanatik; tidak berlaku perintah syariat kecuali dengan adanya akal, sebagaimana Ia menjadikannya sebagai bukti eksistensi-Nya dan ke-Esaan-Nya, bahkan Ia perintahkan untuk berpatokan padanya ketika terjadi perselisihan nalar. {Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”} [QS. Al Baqarah:111].

Ia membebaskan akal dari cengkeraman mitos, perdukunan, sihir, perayaan jin dan sejenisnya.

Menegaskan bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri dan tidak ada hubungan antara dia dan perbuatan orang lain. Allah Ta’ala berfirman:

{Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain}
[QS. Fathir:18]

Dengan kemuliaan ini, Al Qur’an meruntuhkan paham tentang menanggung dosa dan membebaskan manusia dan segala konsekuensinya yang berat.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề