Angklung adalah alat musik yang berasal dari Jawa Barat dan Banten yang sudah diakui oleh UNESCO siapakah tokoh yang mengembangkan alat tersebut?

Angklung menjadi warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO Angklung alat musik yang sudah di akui UNESCO sebagai warisan kebudayaan Indonesia Salah seorang perajin angklung di Saung Angklung Mang Udjo sedang membuat angklung

Berbicara tentang angklung tentunya tidak bisa dilepaskan dari daerah Jawa Barat. Alat musik multitonal atau bernada ganda ini memang berkembang di masyarakat Sunda. Dalam tradisi Sunda masa lalu, instrumen angklung sebenarnya memiliki fungsi ritual keagamaan untuk mengundang Dewi Sri [Dewi padi lambang kemakmuran] agar turun ke bumi dan memberikan kesuburan pada padi.

Angklung merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang terbuat dari potongan bambu. Alat musik ini terdiri dari 2 sampai 4 tabung bambu yang dirangkai menjadi satu dengan tali rotan. Tabung bambu diukir detail dan dipotong sedemikian rupa untuk menghasilkan nada tertentu ketika bingkai bambu digoyang.

Kata angklung sendiri berasal dari bahasa Sunda angkleung-angkleungan yaitu gerakan pemain angklung, serta dari suara klung yang dihasilkan instrumen bambu ini. Angklung sebenarnya merupakan pengembangan dari alat musik calung, yaitu tabung bambu yang dipukul. Sementara, angklung merupakan tabung bambu yang digoyang sehingga menghasilkan hanya satu nada untuk setiap instrumennya.

Seiring perkembangan angklung, sejak November 2010, UNESCO telah menetapkan angklung sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia. Salah satu tempat yang masih melestarikan kebudayaan angklung adalah Saung Udjo. Di sanggar yang terletak di Kota Bandung ini, pengunjung tidak hanya dapat melihat berbagai jenis angklung, tapi juga belajar proses pembuatan angklung.

Informasi Selengkapnya

Kompas.com - 1/Jul/2019 , 16:45 WIB

KOMPAS.com - Angklung adalah alat musik tradisional yang banyak berkembang di daratan Sunda [Jawa Barat]. Alat musik yang terbuat dari bambu ini dimainkan dengan cara digetarkan atau digoyangkan.

Suara dari Angklung dihasilkan dari benturan tabung bambu. Bunyinya khas yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran.

Konon, kata Angklung berasal dari bahasa Sunda yaitu “angkleung-angkleungan” yang menggambarkan gerak tubuh para pemain Angklung yang berayun seiring dengan iramanya.

Ada juga yang mengatakan kata Angklung berasal dari bunyi “klung” yang keluar dari Angklung tersebut.

Pemujaan Dewi Sri

Angklung telah ada sebelum zaman Hindu ada di Indonesia. Pada zaman kerajaan Sunda [abad ke-12 sampai abad ke-16], Angklung menjadi alat musik yang selalu di gunakan di berbagai acara atau perayaan, khususnya acara adat dalam bercocok tanam.

Pada masa tersebut, Angklung dimainkan sebagai pemujaan kepada “Dewi Sri” yaitu Dewi Padi atau Dewi Kesuburan agar diberikan berkah pada tanaman yang di tanamnya dan juga kesejahteraan dalam kehidupan.

Tidak hanya itu, pada masa kerajaan Sunda, Angklung juga dijadikan sebagai pemicu semangat berperang.

Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam [awi wulung] dan bambu ater [awi temen], yang jika mengering berwarna kuning keputihan.

Tiap nada [laras] dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah [wilahan] setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar. Tiap ukuran bambu tersebut memiliki tinggi nada berbeda.

Kulurung, Centak, Tengkep

Cara memainkan alat musik ini pada dasarnya sangat mudah, yaitu salah satu tangan memegang kerangka Angklung dan satunya menggoyangkan bagian bawah Angklung tersebut hingga menghasilkan suara.

Ada tiga teknik dasar dalam memainkannya, yakni Kulurung [getar], Centak [disentak], dan Tengkep [menggetarkan salah satu tabung, sementara tabung bagian lainnya ditahan sehingga tidak ikut bergetar].

Untuk memainkan satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik yang dipimpin oleh seorang konduktor.

Pada tiap pemusik akan dibagikan satu hingga empat angklung dengan nada berbeda-beda. Kemudian, konduktor akan menyiapkan partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang harus dimainkan.

Konduktor akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik harus memainkan angklungnya dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan yang diminta konduktor.

Selain nadanya berbeda-beda, jenisnya juga bermacam-macam, di antaranya Angklung Kanekes, Angklung Reyog, Dogdog Lojor, Angklung Padaeng, Angklung Sarinande, Angklung Gubrag, dan Angklung Badeng. 

Dalam perkembangannya, kesenian angklung tidak hanya dijadikan sebagai alat musik pada perayaan bercocok tanam saja, namun juga sebagai kesenian musik seperti orkestra.

Alat musik Angklung juga telah menjadi salah satu alat musik tradisional kebanggaan masyarakat di Jawa Barat.

Tidak hanya itu, Kesenian Angklung ini juga telah di akui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan kebudayaan dunia, bahkan dikolaborasikan dengan berbagai instrumen tradisional dan budaya dari daerah dan negara lain.

Baca artikel menarik lainnya dari Jawa Barat berikut ini:

Curug Cimahi, Melihat ‘Pelangi’ di Curug Tertinggi Bandung

Jajanan Khas Kota Bandung yang Harus Kamu Coba

Menikmati Bangunan Kolonial Belanda di Jalan Braga Bandung

Indonesia punya banyak budaya lain yang juga syanag kalau dilewatkan. Ikuti kisahnya dalam Pesona Indonesia.

Lihat Foto

//pesona.travel

Angklung, alat musik tradisional Jawa Barat.

KOMPAS.com - Indonesia kaya akan kebudayaan dan kesenian yang beragam serta mempunyai ciri khas masing-masing.

Kita, bisa melihat baju adat, lagu daerah, upacara adat, tarian tradisional dan tidak terkecuali alat musik tradisional.

Sudah banyak alat musik tradisional asli Indonesia yang terkenal hingga mancanegara, salah satunya angklung.

Angklung berasal dari Jawa Barat. Alat musik ini sudah dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia oleh UNESCO [United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization] pada 2010.

Angklung terbuat dari bambu yang dimainkan dengan cara digetarkan atau digoyangkan sehingga menghasilkan bunyi yang khas dalam susunan nada dua, tiga, hingga empat nada pada setiap ukuran, baik besar maupun kecil.

Sejarah Angklung

Dilansir Kompas.com pada [1/7/2019], angklung berasal dari bahasa Sunda, yaitu "angkleung-angkleung".

Baca juga: Ketika Presiden Peru Jatuh Hati pada Musik Angklung...

Kata itu menggambarkan gerak tubuh para pemain angklung yang berayun seiring dengan iramanya. Ada juga yang mengatakan Angklung berasal dari bunyi “klung” yang keluar dari alat tersebut.

Angklung sudah ada sebelum zaman Hindu di Indonesia atau zaman Kerajaan Sunda yang ada sekitar abad ke-12 hingga abad ke-16.

Pada zaman itu, angklung selalu di gunakan di berbagai acara, seperti acara adat dalam bercocok tanam.

Waktu itu, angklung dimainkan sebagai pemujaan kepada Dewi Sri atau Dewi Kesuburan agar diberikan berkah pada tanaman yang di tanamnya dan juga kesejahteraan dalam kehidupan.

Telempong yang dimainkan dengan cara dipegang adalah telempong​

iringan musik untuk tarian yang lemah adalah musik yang beriramadikumpulin besok mohon di jawab secapat mungkin!​

Sebutkan jenis bahan yang diterapkan pada poster​

Sebutkan 2 lagu yang memiliki pola irama 3 ketukan​

Penggunaan media untuk komik tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan adalah .. a.Ecosystem Friendly b.Empasis c.Comfortability d.Material Ligh … t And Streng

Tari Persembahan dengan iringan musik Makan Sirih merupakan tarian geraknya yang…

kerjakanbro gw butuh jawaban yang benar dan ringkas​

tolong di jawab soalnya​

Etsa dan engraving adalah seni grafis dengan teknik cetak dalam. keduanya sama-samamenghasilkan acuan cetak dengan teknik goresan dalam. berdasarkan p … rosesnya. temukanlah perbedaan dari kedua teknik cetak tersebut!bantu ya teman teman. ​

cari pengertian/arti dan contoh alat musiknya, dari sumber bunyi : •Idiophone •Membranophone •Chordophone •Aerophone •Elektrophone​

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề