Apa fungsi flash untuk kamera dslr

Bicara tentang fotografi tentu tidak bisa lepas dari membahas tentang cahaya, dan bila membahas cahaya maka terbayang akan sebuah alat yang bernama flash eksternal. Dengannya, seorang fotografer bisa mengatur pencahayaan setiap memotret, sehingga didapat hasil foto yang lebih sesuai keinginan. Memang sih di kamera ada yang disebut dengan built-in flash, namun sayangnya selain kekuatannya kecil, dia juga tidak bisa diatur terlalu banyak. Sebaiknya setiap fotografer memiliki minimal satu flash eksternal, baik yang satu merk dengan kameranya ataupun flash buatan pihak ketiga. Saya kerap menemui orang yang masih bingung dalam memakai flash dan cenderung yakin pada hal-hal yang belum tentu benar karena sudah terlanjur jadi salah kaprah di kalangan pengguna flash.

Berikut diantaranya, lima hal yang orang sering salah pahami mengenai flash eksternal :

Flash eksternal jenis TTL lebih bagus dari flash manual [non TTL]?

Flash eksternal dipasang di atas kamera melalui hot shoe, sebuah dudukan flash yang mengandung pin kontak data. Untuk memastikan semua fitur flash ekstrernal bisa berfungsi, maka diperlukan flash yang kompatibel dengan merk kamera yang dipakai, sehingga kamera dan flash bisa saling berkomunikasi. Itulah gunanya memakai flash yang TTL, sehingga dalam penggunaan juga jadi lebih mudah karena kekuatan flash diatur secara otomatis oleh kamera. Di lain pihak flash manual tidak memiliki kemampuan berkomunikasi data dengan kamera secara data, tapi hanya menunggu sinyal sync dari kamera yang artinya bila kita memotret maka flash bisa ikut menyala. Tapi seberapa kuat flashnya, kita lah yang mengatur melalui tombol ada roda di flash [bukan di kamera]. Nah, kalau kita mengatur flash manual dengan kekuatan yang pas, maka pada dasarnya tidak ada bedanya dengan flash TTL, cuma yang TTL memang lebih praktis dan mudah [walau lebih mahal].

Pakai flash hanya saat malam/gelap?

Foto ini diambil saat malam, tapi saya justru tidak pakai flash karena ingin memanfaatkan cahaya lingkungan [ambient light]

Prinsipnya saat gelap maka kita perlu cahaya bila ingin memotret, supaya hasilnya tidak hitam total. Tapi yang namanya malam hari itu tidak selalu harus pakai cahaya flash, kalau cahaya alami bisa ditangkap dengan shutter lambat supaya lebih artistik, flash justru tidak diperlukan, misalnya saat memotret suasana kota di malam hari. Sebaliknya, saat siang hari kalau kita memotret orang di luar, bisa jadi bagian wajahnya agak gelap karena backlight atau pakai topi, nah itu saatnya dibantu pakai flash. Artinya, siang hari belum tentu tidak perlu flash ya, bisa jadi siang pun kita butuh flash eksternal.

Pakai flash selalu di bounce?

Ini juga banyak saya temui. Orang pakai flash di bounce [diarahkan ke atas] tanpa paham kegunaannya, adalah hal yang lucu menurut saya. Bounce adalah teknik membuat flash bisa menjadi lebih lembut dengan cara dipantulkan pada sesuatu yang datar, putih, dan dekat [umumnya langit-langit rumah]. Saat kita berada di luar ruangan, justru flash harus dipakai secara direct atau langsung ke subyek, jangan di bounce terus, buat apa?

Flash besar dan kecil sama saja?

Tergantung, flash eksternal yang kecil memang lebih enak buat dibawa, tidak berat dan repot. Tapi yang kecil biasanya ditenagai oleh dua baterai AA dan ini tentu berdampak pada kekuatan dan kecepatan [jeda] antar nyala flash. Bila subyeknya jauh, atau mau di bounce ke langit-langit, atau dipakai outdoor siang hari untuk melawan matahari, maka flash yang ukurannya besar dengan kekuatan yang lebih besar juga [GN 40 ke atas] akan lebih membantu dan bisa diandalkan. Jadi besar kecil tidak sama, dalam banyak hal yang besar bisa lebih diandalkan.

Flash warnanya aneh?

Soal warna, bukan salah flash kalau hasilnya tidak natural. Yang pasti flash dibuat dengan standar warna putih yang mendekati warna matahari siang [daylight] dan selama WB di kamera kita pilih daylight [atau WB simbol flash juga boleh] maka semestinya warna yang didapat akan natural. Atau bila memotretnya pakai file RAW maka bisa juga soal warna ini dikoreksi di editing. Masalahnya kadang kita memadukan flash dengan cahaya ruangan yang kuning, dan kita pakai WB Auto, maka dalam hal ini kamera akan bingung dalam mengatur Auto WB sehingga warnanya jadi aneh. Untuk itu hindari memadukan flash dengan sumber cahaya lain yang warnanya tidak putih supaya kita tidak bingung soal warna.

Saya memutuskan pakai flash meski siang hari untuk menyeimbangkan pencahayaan antara subyek dan sekitarnya. Flash eksternal yang dipakai punya kekuatan besar GN60 dan ini membantu karena karena posisi saya jauh dari subyek dan untuk melawan matahari terik juga, tentunya cara memakai flashnya tidak dengan cara bounce tapi langsung ke subyek.

Berikut video 5 Mitos tentang flash eksternal di Youtube:

Bagi anda yang masih bingung dalam mengatur setting flash dan memaksimalkan penggunaan flash, bisa memesan ebook PDF flash eksternal atau menghubungi Iesan di 0858-1318-3069 untuk membuat jadwal belajar privat flash dengan saya. Untuk jadwal kursus dan workshop selengkapnya bisa dilihat disini.

About the author: Erwin Mulyadi, penulis dan pengajar yang hobi fotografi, videografi dan travelling. Sempat berkarir cukup lama sebagai Broadcast Network TV engineer, kini Erwin bergabung menjadi instruktur tetap untuk kursus dan tour yang dikelola oleh infofotografi. Temui dan ikuti Erwin di LinkedIn dan instagram.

Waiting by Alessandro Musicorio on 500px.com

Cahaya sangat penting fotografi. Jadi apa yang anda lakukan jika cahaya yang ada tidak cukup atau jika subjek tidak diterangi secara potensial? Kuantitas cahaya tidak selalu ideal dan seringkali tidak sempurna, jadi bagaimana anda mengatasi kekurangan dan ketidakkonsistenan cahaya? Jawabannya adalah dengan mengontrol tingkat cahaya dengan menggunakan flash.

Dengan meningkatkan dan atau mengesampingkan cahaya alami, fotografer mempunyai kontrol lebih akan cahaya, dan karena itu dapat mengambil gambar yang lebih baik daripada jika anda hanya menerima dan menggunakan kondisi yang ada. Flash dapat membantu memotret gambar yang mustahil didapat. Namun, penambahan cahaya buatan ini akan memberikan tantangan lebih pada fotografer. Dengan menggunakan flash, beberapa parameter dasar exposure akan berubah. Misalnya, shutter time ditentukan oleh kecepatan sync kamera dan kecepatan flash yang terpancar secara efektif bekerja sebagaimana kecepatan shutter. Akibatnya, aperture lensa, dan jarak antara flash dan subjeklah yang mengontrol pencahayaan flash.

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari penggunaan flash, kita perlu mengenal beberapa istilah yang berkaitan dengan penggunaan flash.

Guide number [GN] dari suatu flash unit diberikan oleh pabrik pembuat dan mengindikasikan kekuatan dan jarak operasinya. Nomor ini dapat digunakan untuk mengkalkulasi aperture yang sesuai atau jarak yang dapat ditempuh flash secara aktif. Nomor ini biasanya dinyatakan dalam ukuran meter dengan rating ISO terendah biasanya ISO 100 dan ISO 200. Guide number ini dapat digunakan dalam dua persamaan:

f-stop = GN/jarak
jarak = GN/f-stop

Misalnya, guide number sebauh pop-up flash adalah 18 [ISO m/ISO 200], jarak operasi efektif untuk flash unit itu dapat dengan cepat dihitung dengan membagi nomor dengan f-stop yang dipilih. Jadi jika digunakan aperture f/4 maka range efektif dari flash adalah : jarak = 18/4 = 4,5 m.

Cakupan speedlight eksternal akan lebih besar dari pop-up flash. Jadi guide numbernya pun akan lebih besar. Saat membeli flash ada baiknya membeli flash dengan nomor terbesar yang mampu anda beli, karena ia dapat beroperasi dalam jarak yang lebih jauh.

Waktu recycle ini adalah lamanya waktu yang diperlukan unit flash untuk mengisi kembali kapasitornya dan siap untuk digunakan setelah ia melepaskan cahaya. Biasanya recycle time ini hanya memakan waktu beberapa detik saja, namun akan lebih lama jika flash dilepaskan dengan kapasitas penuh dan batere mulai lemah.

Hampir semua kamera dilengkapi dengan pop-up flash yang ada dalam kamera [built-in]. Pop-up flash yang ada dikamera anda hanya dirancang untuk satu hal saja yaitu memberikan anda cahaya yang paling datar, dan paling keras. Di bawah ini adalah beberapa alasan kenapa anda harus menghindari menggunakan pop-up flash pada beberap kondisi :

  1. Face [tempat cahaya keluar] dari pop-up flash itu sendiri benar-benar kecil, dan semakin kecil sebuah sumber cahaya, semakin keraslah cahaya yang dihasilkan.
  2. Karena pop-up flash itu ditempatkan tepat diatas lensa kamera, maka anda akan mendapatkan kualitas cahaya dan sudut yang sama seperti cahaya lampu yang dipasang di atas helm.
  3. Menggunakan pop-up flash akan menyebabkan hampir 100% subjek anda akan memiliki red eye, karena flashnya terpasang sangat dekat.
  4. Karena pop-up flashnya menembak subjek anda dengan lurus, maka subjek anda akan cenderung tampak sangat datar dan kurang dimensi di sekelilingnya.
  5. Anda hanaya memiliki sedikit kendali atas cahaya, ke mana arahnya dan bagaimana dia jatuh mengenai objek.

Dari sekian kelemahan penggunaan pop-up flash ada keuntungannya yaitu mereka dapat dengan cepat diaktifkan saat dibutuhkan, tanpa harus memasang unit yang terpisah dan tanpa harus menambah beban pada tas kameramu.

Flash Eksternal

Jika anda menginginkan hasil yang berkualitas dengan menggunakan flash, maka anda perlu memiliki unit flash eksternal yang khusus dibuat untuk masing-masing model kamera. Yang membuat flash eksternal istimewa adalah :

  1. Anda bisa membidikkannya ke berbagai arah, sedangkan pop-up flash hanya bisa menembak lurus ke depan.
  2. Anda bisa mengarahkannya ke atas [Bounce flash].
  3. Anda bisa mencopotnya dari kamera untuk menciptakan directional light [cahaya terarah].
  4. Sekalipun flash ini terpasang di atas kamera, resiko untuk mendapatkan red eye lebih kecil karena posisi lampu kilatnya lebih tinggi.
  5. Dengan flash eksternal, anda mendapatkan kendali cahaya, kekuatan cahaya yang lebih besar, dan yang paling penting kualitas cahaya yang lebih baik. 

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề