Apa pandangan alkitab tentang kecemburuan

Tema kecemburuan Tuhan mungkin salah satu tema yang jarang sekali dibicarakan, tema kecemburuan Tuhan bukan satu tema pinggiran, tetapi satu tema yang sentral, karena dituliskan di tengah-tengah hukum Taurat. Di dalam PL cukup sering Allah memperkenalkan diriNya sebagai Allah yang cemburu, ada 20 kali dituliskan di PL, salah satu ayat di dalam Kel. 34:12 bahkan menuliskan, jangan sembah allah lain, karena Tuhan yang namaNya cemburuan, Dia memperkenalkan diriNya, namaKu itu cemburuan. Kalau di PB, misalnya Paulus dalam 1 Kor. 10:22 mengatakan, kalian ini mau ngapain, apakah kalian mau membangkitkan kecemburuan Tuhan? Di dalam alkitab banyak sekali mention mengenai kecemburuan Allah, tetapi yang interesting adalah diseluruh alkitab, kata kecemburuan itu biasanya dipakai secara negatif, kecuali ketika dipakai untuk Allah, ada banyak yang bicara mengenai kecemburuan manusia biasa, seperti saudara-saudara Yusuf cemburu pada Yusuf. Di dalam Amsal 34 dikatakan, karena cemburu adalah geram seorang laki-laki, ia tidak kenal belas kasihan pada hari pembalasan dendam. Di dalam 1 Kor.3:3 kecemburuan itu dikatakan sebagai salah satu tanda keduniawian, di dalam Rm 13:13 dikatakan, jangan kamu dalam perselisihan dan kecemburuan, dua perikop tadi memakai kata ‘iri hati’, bukan pakai kata ‘cemburu’. Kata cemburu dan iri hati, itu satu kata yang berbeda, dalam bahasa Inggris antara jealousy dan envy, itu berbeda, cemburu itu karena kita memiliki lalu kehilangan, tetapi kalau orang sirik, orang iri hati, itu yang jahat, karena sebenarnya mereka memang sudah tidak memiliki, tetapi lalu mereka menginginkan. Itu memang satu paradigma yang memang mungkin tidak biblical actually, karena di dalam alkitab pembahasan mengenai kecemburuan tidak se simplisistik itu, satu hal yang pasti di dalam PL maupun PB memakai kata yang sama untuk cemburu dan iri hati, dua sifat itu ada dalam satu kata yang sama, dalam PL disebut kanah, dalam PB disebut zelos, itu bisa berarti kearah iri hati dan kecemburuan. Apakah kecemburuan selalu suci, sementara iri hati selalu jahat? Itu sepertinya simplisistik sekali, mungkin alkitab tidak seperti itu memberikannya. Apakah kecemburuan berarti selalu suci? Karena kita memiliki lalu kehilangan, lalu setelah itu kita berusaha untuk mengambil kembali, kesal, marah dsb, apakah itu selalu berarti suci, tidak kan? Kita bisa dengan jelas melihat dari ayat Amsal yang tadi, karena cemburu adalah geram seorang laki-laki, ia tidak kenal belas kasihan, cemburu itu bisa menghasilkan orang yang tidak memiliki belas kasihan, kalau iri hati pasti sudah salah, tetapi kecemburuan itu tidak tentu pasti suci. Kecemburuan bisa dua, ada kecemburuan yang biasa, kecemburuan manusia, worldly jealousy, tetapi ada juga kecemburuan yang bersifat Ilahi, Godly jealousy, mirip penggunaan kata takut, kalau kita membaca alkitab, kata takut biasa digunakan sebagai sesuatu yang negatif, tetapi kata takut sering juga dipakai dalam pengertian yang positif, sering dipakai untuk Allah, meresponi Allah, takut akan Allah itu positif, jadi ada holy fear dan unholy fear, jealousy juga sama. Dalam 2 Kor.11: 2 Paulus harus mengatakan, sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu Ilahi, karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Kenapa Paulus mengatakan kalimat tersebut? Karena penggunaan kata cemburu di sini adalah penggunaan kata yang tidak biasanya, itu sebabnya dia harus menambahkan kata Ilahi, kita harus sedikit kritis terhadap paradigma yang mengatakan bahwa kalau iri itu pasti salah dan cemburu itu pasti ok, tidak seperti itu ya, alkitab tidak bicara seperti itu. Tetapi cemburu itu pun ada dua tipe yaitu worldly jealousy dan Godly jealousy, ini yang mau kita pelajari. Apa yang membedakan antara worldly jealousy dan Godly jealousy,  memang yang namanya worldly jealousy itu pasti ada unsur iri hatinya, tetapi perbedaan utamanya bukan di situ. Kalau kita melihat kisah Saul dan Daud, orang-orang itu mengasihi Saul lalu ada Daud yang lebih muda, ganteng dan perkasa, suatu kali rakyatnya pernah berkata, Saul mengalahkan ribuan, tetapi Daud mengalahkan berpuluh-puluh ribu, di sini Saul itu pasti iri terhadap Daud dan dia marah, akhirnya kemarahan ini membuat dia jadi pembunuh. Ultimately Saul marah bukan hanya masalah iri, tetapi dia kehilangan cinta dari bangsanya, Saul melihat Daud mengambil cinta yang tadinya untuk dia, kecemburuan, tetapi cemburu ini adalah cemburu yang duniawi, kenapa? Karena cinta Saul itu juga cinta yang duniawi, cinta duniawi adalah cinta yang egois, yang ujungnya itu tentang saya dan bukan tentang Dia. Cinta yang fokusnya itu ego, harga diri, ketika ego, harga dirinya terluka, cintanya itu berubah menjadi benci, benci yang bahkan bisa membuat kita menyerang orang yang tadinya kita cintai, worldly jealousy itu bermula sebagai cinta, berakhir sebagai kebencian yang menghancurkan. Lalu Godly jealousy bagaimana? Apakah Allah kita itu tidak pernah marah, tidak pernah Godly jealous, tidak kan? Waktu Paulus mengatakan saya cemburu kepada kamu dengan cemburu yang Ilahi, dia jelas marah dengan kelakuan orang Korintus, tetapi kalau kita lihat ayat berikutnya apa? Tetapi aku takut kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dengan kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular, sebab kamu terima-terima saja kalau ada orang yang memberitakan Yesus yang lain daripada apa yang telah kami beritakan, dst. Paulus tidak mengatakan, kamu ini, saya cemburu kepada kamu, kamu mati saja, saya sudah tidak senang dengan kamu, sekarang putus, tidak seperti itu kan ya? Tetapi yang dia katakan adalah saya takut, saya tidak mau kamu begini, saya cemburu kepada kamu, tetapi saya tidak mau seperti ini, saya marah, tapi saya mau mempertahankan relasi ini. Kita melihat, meskipun Godly jealousy itu punya kemarahan, kemarahan itu tetap bertahan sebagai cinta, tidak berubah kepada kebencian, tidak berubah kepada kegeraman yang menghancurkan, tidak berubah kepada hilangnya belas kasihan. Apa artinya ketika Allah kita itu memperkenalkan diriNya sebagai Allah yang cemburu? Itu berarti Allah kita ingin mempunyai relasi dengan kita dan relasinya itu mungkin sangat lain dengan apa yang kita bayangkan. Kita harus sadar 10 hukum Taurat itu turun di dalam konteks polyteisme, ada banyak dewa-dewa yang lain, pada saat itu agama seperti politik, saya harus membuat semuanya senang, allah yang ini maunya apa, allah yang itu maunya apa? Tetapi ketika datang Allah Yahwe dan Allah Yahwe mengatakan, mau berelasi dengan Saya? Saya itu Allah yang cemburu, maksudnya relasi dengan Saya itu eksklusif, modelnya bukan politik, modelnya itu seperti pernikahan. Aku Allah yang cemburu berarti kamu tidak bisa memperlakukan saya seperti memperlakukan allah-allah yang lain, Saya mau jadi Allah yang center, yang first, yang eksklusif, Saya mau berelasi denganmu, saya bukan mau korban bakaranmu. Unik sekali pada zaman itu, tetapi unik juga pada zaman sekarang, karena hari ini banyak orang yang mau percaya Allah, tetapi asumsinya itu Allah ada buat apa? Relasi itu seperti apa? C.S Lewis mengatakan, relasi kita dengan Allah pada hari ini itu seringkali bukan sebagai istri dan suami, tetapi sebagai cucu dan kakek, asumsinya adalah Allah itu ada untuk memenuhi kebutuhan saya, begitu kan? Dalam vocabulary doa kita, kata Tuhan dan kata tolong itu banyaknya hampir sama, mungkin lebih banyak kata tolong, tidak masalah tentang kebutuhannya, tetapi coba kita lihat persentasenya, doa-doa kita seperti apa? Doa kita itu berapa persen yang mengenai kebutuhan, berapa persen yang mengenai Allah? Jadi C. S Lewis mengatakan, kita tidak mau Bapa di sorga, kita maunya kakek di sorga, kalau kita lihat bapak ibu dengan anaknya, bapak ibu bisa sangat menuntut anaknya, jangan makan ini, jangan sentuh itu dst., tetapi kalau anak itu kita berikan kepada kakek neneknya apa yang terjadi? Kebutuhan kakek nenek adalah mereka ingin dicintai oleh cucu mereka, maka mereka akan memberikan anak itu apa saja, terserah mereka mau apa, memang ada juga kakek nenek yang sadis, tetapi kebanyakan kan tidak seperti itu? Maka C. S Lewis mengatakan, kita percaya Allah itu mengasihi, itu tidak cukup, kita harus tahu kasihNya seperti apa, karena kasih dari seorang bapak, kasih dari seorang suami itu beda dengan kasih seorang kakek atau nenek. Kita selalu ingin Allah pokoknya asumsinya adalah Kamu ada di sana itu untuk memenuhi kebutuhan saya, saya datang kepadaMu dengan kebutuhan-kebutuhan saya. Allah seperti itu bukan Allah yang cemburu, itu bukan Allah dalam alkitab, Allah dalam alkitab mengatakan, Saya mau memiliki relasi denganmu yang eksklusif, intens, intim, Saya mau jadi yang terutama dalam hidupmu. Seperti apa dan dimana Tuhan memberitahu seperti apa relasi yang Dia inginkan? Di dalam sepuluh hukum Taurat, kalau kita baca sepuluh hukum dalam kaca mata Allah yang cemburu, itu sepuluh hukum akan jadi sangat lain, karena Allah yang cemburu itu adalah Allah yang menuntut relasi, yang mau relasi itu seperti suami istri. Lewat sepuluh hukum, Allah itu mau mengatakan, Saya mau punya relasi denganmu dan kamu dengan menjaga sepuluh hukum ini, kamu akan mendapatkan relasi itu, interesting kan ya? Kita sering berpikir sepuluh hukum jalan keselamatan, oleh sebab itu either ada dua konklusinya, bahwa sepuluh hukum itu adalah jalan keselamatan, perbuatlah ini maka kamu akan selamat. Ada dua konklusi, yang satu adalah berarti sepuluh hukum sangat relevan dalam hidup kita, harus dikerjakan, karena dengan cara itulah saya mendapatkan keselamatkan. Tapi mungkin kita lebih kepada yang satunya lagi yaitu sepuluh hukum sudah tidak relevan, karena saya diselamatkan bukan karena hukum Taurat, saya diselamatkan di dalam karya Tuhan Yesus Kristus, itu berarti sepuluh hukum tidak ada gunanya buat saya. Kita harus lihat, waktu hukum ini diberikan bangsa Israel itu sudah diselamatkan, bangsa Israel diberikan sepuluh hukum setelah mereka dikeluarkan dari Mesir, mereka bukan diberikan sepuluh hukum supaya mereka keluar dari Mesir, kita harus sadar hal itu. Maka misalnya kalau sepuluh hukum adalah jalan keselamatan, kenapa diberikan belakangan? Itu berarti sepuluh hukum dari awal tidak pernah untuk satu jalan keselamatan, even untuk bangsa Isarel. Coba kita lihat, apa kalimat Tuhan waktu memberikan sepuluh hukum Taurat? Apa Dia mengatakan, ini sepuluh hukum, taatilah karena Aku adalah Allah yang benar dan kamu harus cari kebenaran, tidak kan ya? Tapi Dia mengatakan, inilah sepuluh hukum, lakukan, taati karena Aku adalah Allah yang cemburu, apa maksudnya? Itu berarti sepuluh hukum adalah sesuatu yang diberikan untuk kita berelasi dengan Tuhan. Relasinya seperti apa? Yang pertama, ayat 3-5, kalau kita survey alkitab, dalam konteks apa alkitab membahas Allah yang cemburu, itu hampir selalu kasusnya adalah penyembahan berhala. Tetapi hal yang menarik yang bisa kita lihat adalah apa sih yang namanya berhala? Dalam ayat 4, jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas,…..dst., kita sering berpikir bahwa yang namanya berhala itu adalah benda-benda yang jelek, kotor, najis dsb., tetapi waktu dikatakan, di atas, di bawah berarti implikasinya segala sesuatu bisa jadi berhala, kita bisa membuat berhala dari apa saja. Intinya adalah hal pertama yang Tuhan tuntut untuk kita lakukan kalau kita mau berelasi dengan Dia adalah prioritas, kalau kita mencintai satu hal saja lebih dari Aku, itulah berhala dan itu sudah memprovokasi kecemburuanKu, karena Aku mengasihimu. Ini cara kita berelasi dalam hubungan suami isteri kan ya? Kita harus jadi yang pertama dalam hidup pasangan kita kan ya? Kalau kita melihat ada pernikahan yang hancur atau rusak, apa penyebab utamanya? Memang ada pernikahan yang hancur karena masalah narkoba, karena pornografi, karena penyelewengan dsb., itu hal-hal yang jelek, tetapi yang lebih sering adalah bahwa pernikahan itu bermasalah dan hancur justru karena hal-hal yang baik, hal-hal yang normal, hanya karena kita menganggap hal-hal itu lebih penting dari pasangan kita, ya kan? Di dalam pernikahan ada seorang suami atau isteri yang bisa mengatakan bahwa orang tuanya itu lebih penting dari pada saya, omongan orang tuanya itu lebih penting dari pada omongan saya atau masalah karir, dia itu menikah dengan pekerjaannya, hal ini bukan hanya terjadi pada laki-laki, ada juga isteri-isteri yang dapat karir, lalu setelah itu yang terjadi adalah ya isterinya terpaku dengan karirnya atau hal lain dia lebih senang pergi dengan teman-temannya dari pada sama saya, dst. Lalu apa sih yang salah dengan punya karir, apa yang salah dengan orang tua, apa sih yang salah dengan punya teman-teman? Semua itu kan hal-hal yang baik? Kita kesal dengan hal itu karena kita bisa tahu apa yang mempunyai tempat utama dalam hati pasangan kita, itu jelas, kita bisa tahu apa yang menjadi sukacita utama mereka, harapan utama mereka dan jikalau hal itu bukan kita, pernikahannya tidak akan jalan, pernikahannya akan hancur. Kita harus tahu bahwa kita itu dapat tempat yang paling pertama di dalam hati pasangan kita, itulah yang Tuhan mau, Tuhan hanya meminta apa yang pasangan kita akan minta bagi kita dan apa yang kita akan minta kepada pasangan kita? Tuhan meminta kita mengasihi Dia, mempunyai Dia sebagai prioritas kita, bukan hanya simply taat melakukan sepuluh hukum dsb., tapi untuk mencintai Dia, kalau kita punya sesuatu yang lebih dari Dia, lebih bersukacita akan sesuatu, itu berarti kita memprovokasi kecemburuanNya. Kita seringkail berelasi dengan Tuhan, itu mirip seperti kita berelasi dengan orang-orang via wa, bbm atau email, kalau kita dapat wa, lalu kita kelupaan, kemudian pagi-pagi kita lihat, ada guilty feeling sedikit, lalu kita balas, sorry ya, saya lupa, wa baru buka sekarang, lalu dikirim, ada perasaan sedikit lega. Ya seperti itulah seringkali kita berelasi dengan Tuhan kita, aduh belum doa malam, aduh belum saat teduh dsb., relasi kita itu hanya sebatas itu saja dan kita harus tahu, jikalau demikian, itu berarti kita sedang melakukan spiritual adultery, perzinahan spiritual. Sangat menarik waktu ada beberapa orang datang kepada Tuhan Yesus, lalu mengatakan, saya mau ikut Tuhan, tetapi ijinkan saya mengubur ayah saya dulu, lalu Tuhan Yesus berkata, biarkan orang mati menguburkan orang mati. Apa maksud kalimat di atas? Siapa yang mati? Yang mati kan orang itu, mengerti kan maksudnya? Kamu secara spiritual sudah mati, karena kamu tidak melihat bahwa Saya harus menjadi yang terutama dalam hidupmu, again Tuhan Yesus bicara dalam satu kultur patrialkar kan ya? Orang tua itu jadi nomor satu, apalagi ayah, itu jadi nomor satu, point-nya itu bukan kita tidak boleh datang ke pemakaman orang tua kita dll., point-nya bukan itu, point-nya adalah kalau kamu tidak melihat bahwa Saya harus jadi yang pertama dalam hidupmu, kamu sedang spiritually dead, karena kalau kamu hidup, Saya akan jadi yang terutama dalam hidupmu, maka itu biarkan orang mati menguburkan orang mati. Itulah artinya yang mendapatkan Allah yang cemburu, berarti Dia itu yang terutama dalam segala sesuatu, apakah kita seperti itu? Coba lihat diri kita sendiri, apa sih yang sudah kita lakukan di dalam hidup kita? Bagaimana kita mengatur waktu kita? Waktu bangun tidur apa yang kita ingat? Hal apa yang pertama sekali muncul dalam otak kita? William Temple pernah mengatakan, Allah kita yang asli itu adalah Allah dalam saat-saat dimana kita itu santai, kalau dalam kesesakan mudah untuk ingat Tuhan, tetapi bagaimana ketika kita sedang santai, ketika hidup kita sedang sangat enak, sangat nyaman, ketika kita berada dalam satu tempat yang kita tidak perlu berbuat apa-apa dsb., apa yang muncul di dalam otak kita pertama kali, itulah allah kita. Apakah kita melihat hal ini, betapa tingginya tuntutan Allah? Apakah kita melihat betapa mengerikannya ketika kita belajar apa yang namanya kecemburuan Allah? Karena berarti waktu kita berdosa terhadap Allah seperti ini, kita bukan hanya melanggar satu perintah, lalu kita membayar pinalti urusan selesai, tidak seperti itu, berarti setiap dari dosa-dosa kita ketika kita melanggar sepuluh hukumTaurat, itu adalah penghianatan, itu adalah perzinahan spiritual, kita bukan sedang memecah hukum, kita sedang memecah hati Tuhan. Perzinahan itu memang dosa yang paling parah kan ya? Apa yang lebih mengerikan dalam hidup seorang manusia dari pada mengetahui bahwa isteri atau suaminya ternyata selama ini berzinah? Itu sebabnya perzinahan itu dihukum mati di zaman alkitab dan Tuhan juga berkali-kali berkata kepada bangsa Israel, kalau kamu berzinah, berhala-berhala kamu jadikan allahmu, Israel Aku akan memotong kamu sampai putus. Sangat menarik dalam Yosua 24:19, Yosua mengatakan sau hal yang aneh, padahal dalam ayat-ayat sebelumnya Yosua mengatakan, kamu itu harus beribadah kepada Tuhan, kamu harus mencintai Tuhan, tetapi dalam ayat selanjutnya dia mengatakan pesan yang berubah, tidaklah, tidak sanggup kamu beribadah kepada Tuhan, karena Dia bukan hanya Allah yang kudus, Dia juga Allah yang cemburu. Kok dia berubah seperti itu, maksudnya apa? Para komentator mengatakan bahwa itu seperti Yosua sadar satu hal, bagaimana mungkin manusia berdosa macam kita bisa memiliki hubungan cinta dengan Allah? Karena yang dituntut itu bukan hanya sekedar menaati, bukan, tetapi yang dituntut adalah cinta pada Tuhan, tuntutannya itu bukan sekedar level ketaatan. Kalau Allah kita adalah Allah yang cemburu, tuntutan untuk kita itu bukan hanya menaati Dia, tetapi untuk mencintai Dia, untuk punya hubungan cinta dengan Tuhan secara eksklusif, bagaimana mungkin? Jawabannya ada dalam PB, kalau kita hanya berhenti di dalam PL, seperti orang Yahudi dan kita tidak masuk ke dalam PB, maka kalimat Tuhan yang mengatakan, Akulah Allahmu, itu kalimat metafora, Akulah Allahmu, Aku milikmu seperti kamu milikKu, tetapi kamu tidak bisa bunuh Saya. Tetapi ketika kita melihat di dalam PB apa yang terjadi? Metafora-nya menjadi literal, ketika Paulus sedang membahas Efesus 5:22 mengatakan mengenai Kristus sebagai suami dari pada gereja, kita sebagai pengantin dari pada Kristus, di situ ada satu kalimat yang tidak ada di dalam PL, itu dia mengatakan, suami-suami kasihilah isterimu sebagaimana Kristus mengasih jemaatNya, dengan cara apa? Seperti Dia memberikan diriNya bagi gereja.

Worldly jealousy tadi ketika ini terus dikompori makin maju, akhirnya mengganti cinta menjadi kemarahan dan akhirnya terjadi pembunuhan dsb., menghancurkan cinta. Ketika ada kecemburuan duniawi, yang terjadi adalah kecemburuan duniawi akan membunuh, tetapi ketika cinta Allah cemburu bagi kita, cinta Allah akan mati bagi kita, itu solusinya. Bagaimana caranya? Kenapa Tuhan masih bisa dengan kita saat ini? Kenapa Tuhan tidak memotong kita sampai habis, padahal kita sudah berzinah terhadap Dia, kenapa? Karena Dia sudah mengambil pinaltinya dalam diriNya sendiri, Dia yang dipotong, Dia yang diputuskan, itulah yang bisa membuat kita tergerak untuk pindah dari sekedar menaati Tuhan masuk ke dalam mencintai Tuhan. Ketika kita melihat apa yang Tuhan lakukan untuk kita, cinta yang duniawi, kecemburuan yang duniawi berakhir dengan menolak, memutuskan hubungan dengan Dia yang menolak kita. Cinta Ilahi, kecemburuan Ilahi berakhir dengan mati untuk menerima kembali dia yang menolak Tuhan, itu solusinya, itulah sebanya kita tidak di putuskan dari tangan Tuhan, karena Dia sudah diputuskan bagi kita. Amin.