Apa perbedaan teknik pemasangan kabel In bow dan out bow?
Kabel merupakan element utama untuk instalasi listrik . Fungsinya adalah untuk menyalurkan aliran listrik hingga ke perabot yang dalam penggunaannya menggunakan tenaga listrik. Untuk penggunaan rumah, ada beberapa jenis kabel yang sering dipakai. Yang pertama adalah kabel NYA, adalah kabel yang menggunakan lapisan pelindung atau isolasi PVC dan menggunakan kawat tunggal. Warna isolasi yang digunakan adalah hitam, biru, kuning dan merah. Kabel ini adalah jenis kabel yang tidak digunakan dalam tanah. Penggunaanya hanya untuk bagian atas atau udara. Karena hanya menggunakan satu lapis pelindung, maka jika terkena gesekan akan mudah lecet dan terbuka sehingga pemasangannya selalu menggunakan lapisan luar yang lain berupa pipa PVC. Yang kedua adalah kabel NYM yang menggunakan pelindung luar PVC dan warnanya adalah putih. Inti kawat atau kebelnya ada yang berjumlah dua hingga empat. Masing-masing inti ini punya lapisan atau pelindung lagi dari karet yang warnanya saling berbeda-beda. Jadi bentuknya seperti kabel NYA ketika digabung menjadi satu serta diberi isolasi warna putih dan isolasi dalam yang menggunakan karet. Kabel ini punya sifat yang lebih kuat karena punya dua pelindung tersebut. Jika digunakan dengan cara ditanam dalam tembok harus menggunakan conduits atau pipa lagi. Sedangkan jika digunakan langsung tanpa ditanam conduits tidak diperlukan lagi. Namun perlu diketahui, meski bisa digunakan untuk luar tembok kabel ini bukan jenis kabel yang bisa digunakan untuk luar ruang. Jadi penggunaanya harus tetap berada di dalam ruang. Jenis yang ketiga adalah kabel NYY. Warna yang digunakan selalu hitam dan pelindungnya menggunakan dua isolasi PVC. Jadi tidak mengherankan jika jenis kabel ini punya kekuatan yang lebih dibanding dengan kabel yang lain. Kabel ini bisa digunakan untuk bagian luar ruang bahkan dapat digunakan atau ditaman ke dalam tanah. Biasanya lampu taman, mercury dan lampu luar lain menggunakan kabel dari jenis ini. Dan karena kualitasnya tersebut, harganya juga paling mahal di antara jenis kabel yang lain. Sedangkan yang terakhir adalah kabel serabut. Disebut demikian karena inti yang digunakan berupa kawat-kawan kecil yang dijadikan satu sehingga bentuknya seperti serabut. Kabel ini menggunakan dua inti yang masinng-masing menggunakan warna yang berbeda. Penggunaannya adalah untuk lampu yang punya ukuran kecil dan perabot elektronika yang penggunaan daya listriknya menggunakan tenaga atau energi yang rendah. Selain kabel, penyaluran daya listrik juga menggunakan peralatan lain yang disebut dengan sakelar. Fungsi utamanya adalah untuk mematikan atau menghidupkan lampu dan perabot elektronik. Selain itu sakelar juga digunakan untuk stop kontak atau sambungan kabel seperti kabel rol serta bel. Sakelar ini terdiri dari dua jenis yaitu sakelar in bow yang dipasang di dalam dinding atau tembok serta sakelar out bow yang lokasi pemasangannya berada di bagian luar tembok. Namun jika dibedakan berdasarkan fungsinya, sakelar bisa terbagi menjadi sakelar on off dan sakelar push on. Sakelar on off cara kerjanya adalah membuka sambungan listrik ketika tombol dipencet pada posisi hidup atau ON dan akan memutuskan sambungna jika tombol yang ditekan adalah tombol Off atau mati. Contoh yang mudah dilihat adalah sakelar untuk stop kontak yang digunakan pada kebel olor atau sakelar lampu. Sedangkan sakelar push on cara kerjanya adalah membuat hubungan aliran listrik ketika tombol on terus ditekan. Ketika tombol on dilepas, maka secara otomatis sakelar akan memutus hubungan arus listrik sehingga posisinya menjadi off. Contoh penggunaan sakelar jenis ini adalah alat bel pintu. Bila dibedakan berdasar jumlah tombol yang digunakan, sakelar juga bisa dibagi lagi menjadi dua yaitu sakelar tunggal dan majemuk. Untuk sakelar tunggal hanya punya satu tombol dan satu saluran imput dan output. Sedang sakelar majemuk punya tombol yang lebih banyak dan jumlah saluran output maupun inputnya disesuaikan dengan jumlah tombol yang ada.Artikel Lainnya :
Kabel adalah bagian dari instalasi listrik yang berfungsi menghantarkan arus listrik hingga ke peralatan listrik. Kabel listrik memiliki 2 (dua) bagian yang sama penting. Bagian dalam terbuat dari bahan konduktor sebagai penghantar arus listrik, sedangkan bagian luar terbuat dari bahan isolator yang berfungsi sebagai pelindung. Bagian kabel yang menghantarkan arus listrik adalah bagian konduktor yang terbuat dari tembaga atau alumunium. Kemampuan Hantar Arus (KHA) penghantar penghantar bergantung pada bahan pembuatnya, luas penampang, atau diameter konduktor. Biasanya semakin besar diameter suatu kabel KHA-nya akan semakin tinggi. Tabel 4.1 Luas Penampang dan Kemampuan Hantar Arus
Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020 Untuk memastikan KHA suatu kabel Kita dapat menggunakan rumus rumus: P = V X I Daya (Watt) = Tegangan (Volt) x Arus (Ampere) Contoh 1: Apabila kabel terdapat keterangan KHA 10 Ampere, sumber tegangan listriknya 220 Volt, Daya yang dapat mengalirkan kabel 220 V x 10 A = 2.200 Watt. Artinya, segala benda elektronik yang memakai daya hingga 2.200 Watt dapat menggunakan kabel yang memiliki KHA 10 Ampere. Contoh 2: Sebuah Air Conditioner (AC) membutuhkan daya 950 Watt maka: Arus listrik mengalir sebesar = 950 W / 220 V = 4,3 Ampere Berdasarkan tabel, KHA yang memenuhi syarat sebesar 6 A, luas penampang kabel minimal yang digunakan adalah 1,5 mm. Pada saat pemasangan instalasi listrik, warna pada selubung penghantar harus diperhatikan. Tujuan identifikasi warna kabel ini adalah mengurangi risiko yang ditimbulkan akibat kesalahan pemasangan instalasi listrik.
Gambar 4.1 Perubahan Identifikasi Warna Kabel Lama (PUIL 2000) ke Warna Kabel Baru (PUIL 2011) Sumber: Amanitekno, t.t. Berdasarkan gambar perubahan identifikasi warna kabel berdasarkan PUIL 2011 maka kabel instalasi penerangan listrik untuk sistem 1 fasa sebagai berikut. Cokelat = kabel fasa Biru = kabel netral Kuning garis hijau = kabel pentanahan
Kabel yang digunakan untuk instalasi penerangan berbeda dengan kabel yang digunakan untuk instalasi tenaga. Kabel yang banyak dipakai adalah kabel NYA, NYM, dan NYY. Kabel NYA merupakan kabel berisolasi PVC dan berinti kawat tunggal. Warna isolasinya adalah merah, kuning, biru, dan hitam. Jenisnya adalah kabel udara (tidak untuk ditanam dalam tanah). Karena isolasinya hanya satu lapis, hal itu mudah terkena luka karena gesekan, gigitan tikus, atau gencetan. Dalam pemasangan kabel NYA harus dimasukkan ke dalam pipa PVC, pipa union, atau pipa fleksibel sebagai pelindungnya.
Gambar 4.2 kabel NYA Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020 Pada kabel NYA, nomenklatur NYA memiliki makna sebagai berikut. N =Penghantar tembaga Y=Isolator PVC A = Berinti tunggal Penggunaan NYA harus memenuhi ketentuan berikut:
Kabel ini mempunyai isolasi luar jenis PVC berwarna putih (cara mengenalinya dengan melihat warna yang khas putih) dengan selubung karet di dalamnya dan berinti kawat tunggal yang jumlahnya antara 2 sampal 4 inti dan setiap inti mempunyal isolasi masing-masing dengan berbeda. Jadi, seperti beberapa kabel NYA yang dijadikan satu dengan ditambahkan isolasi putih dan selubung karet. Kode yang digunakan untuk jenis kabel ini adalah contoh: 3C x 2.5 mm2. 3C menandakan jumlah inti (3 inti kabel), 2,5 mm2 menandakan ukuran penampang kabel dalam milimeter persegi. Kabel ini relatif lebih kuat karena adanya isolasi PVC dan selubung karet. Pemasangannya pada instalasi listrik dalam rumah dapat dilakukan tanpa conduit (kecuali dalam tembok), tetapi bukan untuk tipe "outdoor". Harganya lebih mahal dari tipe kabel NYA.
Gambar 4.3 Kabel NYM Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020 Pada kabel NYM, nomenklatur NYM memiliki makna sebagai berikut. N = Penghantar tembaga Y = Isolator PVC M = Berinti lebih dari satu
Warna khas kabel ini adalah hitam dengan isolasi PVC ganda sehingga lebih kuat. Karena lebih kuat dari tekanan gencetan dan air, pemasangannya dapat dilakukan outdoor, terutama ditanam di dalam tanah. Kabel untuk lampu taman dan diluar rumah sebaiknya menggunakan kabel jenis ini. Harganya tentu lebih mahal dari pada NYA dan NYM.
Gambar 4.4 Kabel NYY Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020 Sakelar adalah komponen instalasi listrik yang berfungsi menghubungkan dan memutuskan arus listrik dari sumber ke beban. Jenis-jenis sakelar pada instalalasi penerangan berikut.
Gambar 4.5 bentuk fisik sakelar tunggal Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020
Gambar 4.6 Bentuk Fisik Sakelar Seri< Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020
Gambar 4.7 Bentuk Fisik Saklar Tukar< Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020 Stop kontak adalah bagian terminal akhir dari instalasi listrik rumah yang terpasang permanen sebagai penghubung yang menyalurkan energi listrik ke beban atau peralatan listrik. Disebut permanen karena letaknya yang terpasang di dinding. Perpanjangan stop kontak ini bisa disebut "extension outlet" yang dapat berupa kabel rol atau bentuk lainnya. Agar beban atau peralatan Isitrik dapat terhubung dengan stop kontak ini maka diperlukan steker atau “colokan listrik” yang ditancapkan pada stop kontak. Steker ini juga memerlukan kabel, Stop kontak ini mempunyai kapasitas maksimum arus listrik antara 10A-16A (setara dengan 2200VA-3300VA untuk listrik 220V). Namun, maksimum pemakaian tentu dibatasi oleh besarmya daya listrik PLN dan juga material dari stop kontak ini. Semakin baik kualitas materialnya tentu harganya semakin mahal. Berdasarkan tempat pemasangannya, ada 2 (dua) tipe stop kontak sebagai berikut:
Dalam instalasi listrik rumah, jumlah stop kontak terpasang minimal satu titik dalam satu ruangan. Hal itu diperlukan untuk menghindari penggunaan stop kontak yang berlebihan dengan banyak steker yang ditancap. Steker yang ditancap harus sesuai dengan ukuran stop kontak dan tidak kendor saat ditancap dengan stop kontak. Banyak kasus yang terjadi dengan steker atau stop kontak yang meleleh karena kurang rapatnya posisi steker yang terpasang dengan stop kontak.
Gambar 4.8 Stop Kantak Inbow, Steaker, Extension Outlet< Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020 Fitting adalah dudukan lampu yang menghubungkan lampu dengan kawat hantaran.
Gambar 4.9 Bentuk Fisik Fiting Duduk< Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020 Pada saat melakukan rancangan gambar instalasi, setiap komponen dibedakan simbolnya dalam diagram garis tunggal (single line diagram)dan diagram pengawatan. Fungsi pengaman pada instalasi listrik, melliputi:
Jenis-jenis pengaman pada instalasi penerangan dijabarkan sebagai berikut: Pengaman terdiri atas rumah sekring, pengepas pelindung, dan patron lebur. Pengaman lebur bekerja dengan cara meleburkan kawat apabila dilewati arus hubung singkat tertentu.
Gambar 4.10 Pengaman Lebur Sumber: Guru listrik keren, t.t. Kawat lebur terbuat dari perak karena memiliki daya hantar listrik yang tinggi dan tidak berkarat. Diameter luar ujung patron lebur berbeda beda bergantung pada arus nominalnya, semakin tinggi arus nominalnya, semakin besar diameter ujung patronnya. Tabel 4.2 Ukuran dan Kode Warna Ujung Patron Lebur
Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020 Hampir sama dengan prinsip kerja pengaman lebur, pengaman otomatis bekerja jika terjadi kelebihan arus yang mengalir pada rangkaian listrik. Keuntungan menggunakan pengaman otomatis ulir dibandingkan dengan pengaman yang lebur adalah pengaman dapat digunakan kembali setelah pemutusan arus.
Gambar 4.11 Pengaman Otomatis Ulir Wahyu Tribudianti, 2020 Pada pengaman otomatis ulir terdapat dua tombol. Tombol besar berfungsi menghubungkan sirkuit, sedangkan tombol kecil yang ada di pinggir dipergunakan untuk membuka sirkuit.
MCB adalah rangkaian pengaman yang dilengkapi komponen elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat dan komponen thermis (bimetal) untuk pengaman beban lebih. MCB akan memutuskan dan mengamankan rangkain secara otomatis jika arusnya melebihi suatu nilai tertentu yang tertera pada MCB dan dalam jangka waktu yang disebabkan oleh hubung singkat/konsleting dan beban lebih.
Gambar 4.12 MCB Wahyu Tribudianti, 2020
ELCB berfungsi sebagai pengaman yang mampu mendeteksi arus bocor sehingga dapat mencegah bahaya akibat sengatan listrik kepada manusia. Prinsip kerja ELCB adalah dengan mendeteksi adanya perbedaan arus yang mengalir pada penghantar listrik. Jika instalasi bekerja normal, arus yang mengalir pada kawat fasa dan netral adalah sama sehingga tidak ada perbedaan arus. Namun, jika seseorang tersengat listrik, penghantar fasa akan mengalirkan arus tambahan melewati tubuh orang yang tersengat menuju tanah.
Gambar 4.13 ilustrasi cara kerja ELCB Wahyu Tribudianti, 2020 Perbedaan sebesar 3 mA cukup untuk mengaktifkan ELCB sehingga orang tersengat listrik akan terlindungi dari bahaya yang lebih besar, seperti cacat tubuh.
Gambar 4.14 ELCB Wahyu Tribudianti, 2020
Penggunaan pipa instalasi dalam pemasangan rangkalan instalasi memiliki tujuan melindungi penghantar dan agar instalasi yang dipasang terlihat lebih rapi. Tabel 4.2 Jenis Pipa Instalasi dan Pertimbangan Penggunaannya
Wahyu Tribudianti, 2020 Untuk membantu pekerjaan pemipaan dibutuhkan beberapa komponen bantu pemipaan sebagal berikut: Klem atau sengkang berfungsi memasang, menahan, dan menguatkan pipa yang dipasang parda permukaan tembok, dinding kayu, atau plafon. Ukuran klem ini disesuaikan dengan ukuran pipa yang digunakan, sedangkan jarak pemasangan antar klem maksimal 100 cm.
Gambar 4.15 Klem Wahyu Tribudianti, 2020 Sambungan pipa atau sock digunakan untuk menyambung pipa pada sambungan lurus.
Gambar 4.16 Sambungan Pipa (Sock) Wahyu Tribudianti, 2020 Elbow digunakan untuk menyambung pipa pada lokasi belokan dengan sudut 90o.
Gambar 4.17 Elbow Wahyu Tribudianti, 2020
Gambar 4.18 Kotak Sambung Sumber: Indra Dramali, 2018
Setiap ruangan pada bangunan rumah, kantor, sekolah, apartemen, gudang, pabrik membutuhkan penerangan yang berbeda beda bergantung pada kegiatan atau pekerjaan yang akan dilakukan pada ruangan serta lama waktu melakukan kegiatan tersebut. Perbedaan Intensitas penerangan yang besar antara bidang kerja dengan sekitamya juga dapat menyebabkan mata menjadi mudah lelah. Selain itu, secara ekonomis memasang lampu melebihi kebutuhan yang menyebabkan pemborosan dari segi biaya instalasi, biaya pemakaian energi, dan pemeliharaan. Dalam teknik penerangan dikenal besaran penerangan fluks cahaya, iluminasi, intensitas cahaya, dan luminasi. Tabel 4.3 Besaran Besaran pada Instalasi Penerangan
Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020 Tabel 4.4 Intensitas Penerangan untuk Jenis Ruangan yang Berbeda
Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020
Dalam dasar perencanaan penentuan perhitungan penerangan ruang, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya dimensi ruangan, fungsi ruangan, jumlah lampu tiap armature, jenis lampu, dan warna ruangan.
Untuk menentukan jumlah titik penerangannya perlu diketahui tinggi ruang, lebar ruangan dan panjang ruang. Keterangan: t = tinggi ruang dalam meter p = panjang ruang l = lebar ruang Step 1 banyaknya titik penerangan yang membentang panjang (X) = p/t (titik) Step 2 banyaknya titik penerangan yang membentang melebar (Y) = l/t ( titik) Step 3 jadi jumlah titik terpasang (XY) = X x Y (titik) Contoh: Sebuah ruangan bengkel dengan panjang 20 meter, lebar 16 meter dan tinggi 4 meter. Tentukan jumlah titik lampu yang akan dipasang. Penyelesalan: Jumlah titik memanjang = 20/4 = 5 titik Jumlah titik melebar = 16/4 = 4 titik Jumlah titik seluruhnya = 5x4 = 20 titik
Untuk menentukan jumlah titik lampu yang dibutuhkan dalam hal ini jenis lampunya telah ditentukan dan tingkat refleksi ruangan yang telah diketahui (biasanya berdasarkan warna cat ruangan). Faktor refleksi adalah pemantulan cahaya sejajar yang mengenai permukaan suatu medium pantul. Medium pantul dalam sistem penerangan suatu ruang adalah dinding, langit-langit, dan lamtai. Besarnya faktor refleksi sebagal berikut:
Untuk rumus yang digunakan n = Contoh: Sebuah ruangan dengan ukuran panjang ruangan 10 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 3 meter. Intensitas penerangan standar untuk ruangan tersebut sebesar 120 lux dengan faktor refleksi 0,65 dan faktor depresiasi (penyusutan) 0,8. Berapakah Jumlah lampu yang harus dipasang jika menggunakan lampu TL 40 watt dengan fluks lampu 2200 lumen? Penyelesaian: A = p x l = 10m x 5m = 50m E = 120 lux n = 0,65 d = 0,8 maka: n = n = n = = 5 (lima) buah lampu. Jadi, jika ruangan tersebut menggunakan lampu TL 40 watt, jumlah lampu yang harus dipasang sebanyak 5(lima) buah lampu.
Contoh: Sebuah gudang dengan panjang 15 meter lebar 10 meter dengan target lux rata rata 300 lux. Tentukan Jumlah lampu yang harus dipasang. Penyelesaian: Luas bangunan = 15 meter x 10 meter = 150 meter Target lux = 300 lux Maka jumlah lampu yang dibutuhkan = target lux x 2x luas ruangan = 300 x 2 x 150 yang akan digunakan. = 90.000 lumen Setelah didapatkan total lumen, tentukan titik lampu berdasarkan jenis lampu yang akan digunakan.
Gambar 4.19 Box Kemasan Lampu dengan Keterangan Besarnya Lumen Sumber: Wahyu Tribudianti, 2020 Contoh dari kemasan box lampu tersebut 23 watt/1600 lumen maka dibutuhkan lampu sebanyak 90.000 / 1600 = 56 titik lampu. Apabila dalam suatu perhitungan titik lampu ternyata mengalami kendala dalam instalasi sehingga tidak memungkinkan dipasang sebanyak hasil perhitungan, terdapat beberapa solusi untuk mengusahakan agar pencahayaan dapat mendekati yang dinginkan, dengan cara:
|