Apa pesan moral yang kamu dapatkan setelah membaca cerita Kerbau dan Buaya


Cerita Si Kancil, Kerbau Dan Si Buaya - Dikisahkan pada suatu hari si kancil sedang berjalan-jalan dipinggir hutan, karena merasa haus akhirnya si kancil pergi menuju sungai untuk minum. Ketika si kancil sedang asyik minum, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara rintihan kesakitan. Si kancil pun mencari arah dari mana suara itu berasal.

Ternyata suara itu adalah suara pak kerbau yang sedang merasa kesakitan. Si kancil melihat kaki pak kerbau sedang di gigit oleh si buaya, si kancil pun mencoba mendekati untuk mencari tahu masalah apa yang terjadi diantara mereka.

"Selamat pagi pak kerbau! Selamat pagi pak buaya! Kalian sedang bermain apa? Apa aku boleh ikut!" Sapa si kancil berlagak bodoh. "Selamat pagi juga, cil..." jawab si buaya. "Yah, selamat pagi juga cil...! Kami sedang tidak bermain, tapi si buaya ingin memakanku, cil ! Padahal aku telah menolongnya, tapi dia malah ingin memakanku...Malang benar nasib ku, cil !" jawab pak kerbau dengan lemas menahan sakit.

Tungu...tunggu....Aku tidak mengerti. Bisa kalian ceritakan apa yang sebenarnya terjadi? Siapa tahu aku bisa membantu menyelesaikan masalah kalian berdua" kata si kancil. Kemudian pak kerbau pun bercerita : "Pada waktu saya ke sungai untuk minum, saya melihat pak buaya yang sedang kesakitan. Dia tertimpa oleh sebatang pohon yang tumbang, sehingga dia terjebak dan tidak bisa melepaskan diri. Karena kasihan, saya pun berusaha menolongnya. Dengan menggunakan tanduk, saya berusaha mendorong kayu itu sehingga dia dapat terlepas. Namun setelah bebas, dia langsung menggigit kakiku dan berniat memakanku". Si kancil manggut-manggut mendengar cerita pak kerbau yang malang itu, otaknya berpikir agar bisa membantu pak kerbau dari gigitan si buaya jahat itu. "Hmm....jadi cerita begitu. Apakah cerita itu benar pak buaya?" tanya si kancil pada si buaya. "Benar itu, cil...! Tapi aku juga tidak bisa disalahkan. Aku sudah terjebak selama tiga hari dan tidak makan apa-apa, aku sangat lapar. Bukankah menolong itu harus tuntas? Tidak boleh setengah-setengah? Karena aku sangat lapar, makanya dia harus mau aku makan" kata si buaya berusaha membenarkan tindakannya. "Wah...benar katamu pak buaya! Berarti kamu tidak salah jika ingin memakan pak kerbau, soalnya menolong itu memang harus sampai tuntas" kata si kancil. Pak kerbau pun langsung lemas mendengar jawaban si kancil yang membela si buaya, padahal dia berharap keadilan dan dia berharap si kancil mau membelanya agar bisa terlepas dari gigitan si buaya. Sedangkan si buaya sangat senang karena merasa dibela, hatinya sangat senang karena sekarang tidak ada lagi yang akan mencegahnya untuk memakan pak kerbau. "Tapi aku belum yakin kalau hanya lewat cerita saja. Untuk lebih meyakinkan bahwa pak buaya yang benar, maka kita harus melakukan reka adegan" kata si kancil memulai strateginya untuk menolong pak kerbau. "Maksudmu bagaimana, cil...?" tanya si buaya. "Begini pak buaya, kita harus mengulang kejadian pada saat pak kerbau menolongmu. Semua di ulang dari awal kejadian ketika kamu tertimpa pohon dan pak kerbau datang untuk menolongmu" kata si kancil menjelaskan. "Maksudmu...Aku harus melepaskan gigitanku dulu dan aku kembali di timpa dengan pohon? Wah...aku tidak mau...! Nanti si kerbau malah melarikan diri" kata si buaya keberatan. "Jangan khawatir pak buaya, aku akan menjaganya! Kan aku ada di pihakmu. Lagi pula, dengan kaki yang terluka mana mungkin dia bisa lari" kata si kancil berusaha meyakinkan si buaya. "Hmm....baiklah kalau begitu, aku setuju. Tapi kamu harus benar-benar menjaganya agar dia tidak melarikan diri" kata si buaya. "Beres....serahkan saja semua padaku. Lari ku kan lebih cepat daripada pak kerbau. Bagaimana denganmu pak kerbau? Apa kamu juga setuju dan berjanji tidak akan melarikan diri?" kata si kancil. Pak kerbau hanya mengangguk lemah, dia sudah pasrah dengan nasib yang akan menimpanya. Dia hanya bisa sabar dan hatinya tidak henti-hentinya berdoa agar Yang Maha Kuasa memberinya keadilan. Maka, reka adegan pun dimulai. Si buaya kembali ke tempat dia tertimpa pohon, dan pak kerbau kembali mendorong pohon itu untuk menindih tubuh si buaya seperti semula. "Nah, pak kerbau...! Sekarang pak buaya sudah tertindih pohon. Apakah kamu masih mau menolongnya, sedangkan kamu sudah mengetahui apa yang akan terjadi nanti?" tanya si kancil kepada pak kerbau.

Pak kerbau baru tersadar dengan apa yang dilakukan si kancil, ternyata si kancil telah berusaha untuk menolongnya dari gigitan si buaya jahat.

"Tidak...! Saya tidak akan menolongnya....! Karena saya tidak mau menjadi santapannya...!" jawab pak kerbau dengan tegas. "Baiklah...! Kalau begitu, ayo kita tinggalkan tempat ini" ajak si kancil pada pak kerbau. Si buaya pun akhirnya sadar bahwa ia telah ditipu si kancil, kini ia menyadari bahwa dirinya telah salah. Dia berteriak meminta maaf dan meminta tolong agar pak kerbau mau menolongnya. Pesan moral :

"Kita harus berterimakasih dan tahu balas budi pada orang yang telah menolong kita, janganlah kebaikan seseorang kita balas dengan kejahatan".




There's always room for a story that can transport people to another place".  -J.K. Rowling

Mendongeng di kelas adalah salah satu hal yang menyenangkan buat saya. Kerja keras mengingatkan teks, dialog, dan alur yang berat terbayar oleh antusiasme siswa saat mendengarkannya. Menggunakan dongeng adalah salah satu kekhasan Sekolah Waldorf. Biasanya dongeng disesuaikan dengan tema yang sedang berjalan serta jenjang kelas yang sedang diampu. Tidak semua dongeng bisa diambil buat pengantar pelajaran atau menutup kegiatan. Guru harus benar-benar menyeleksi kebutuhan dongeng sesuai dengan jenjangnya. Salah satu dongeng yang pernah saya ceritakan di kelas adalah Kisah Buaya dan Kerbau. Kisah ini tertanam kuat dalam memori saya sejak lama karena diceritakan waktu saya kecil oleh ibu sebelum tidur.

Inilah dongeng yang saya cerita kembali pada kegiatan di Sekolah Arunika Waldorf.

Kerbau dan Kancil

............................................................................. Suatu hari si kancil sedang berjalan-jalan di pinggir hutan.Karena merasa haus,si kancil menuju sungai untuk minum. Ketika si kancil sedang asik minum, tiba-tiba dia mendengar suara rintihan kesakitan. Si kancil pun mencari dari mana arah suara itu berasal. Ternyata suara itu adalah suara pak kerbau yang kesakitan.Si kancil melihat kaki pak kerbau di gigit oleh buaya. Si kancilpun mendekati mereka untuk mencari tahu masalah apa yang terjadi di antara mereka. Selamat pagi pak buaya. Kalian sedang bermain apa? Apa aku boleh ikut". Sapa kancil berlagak bodoh. "Selamat pagi juga cil.." Jawab buaya. "Yah..Selamat pagi juga cil. Kami tidak sedang bermain, tapi si buaya ingin memakanku cil. Padahal aku telah menolongnya, tapi malah dia ingin memakanku. Malang benar nasibku cil..". Jawab pak kerbau dengan lemas. "Tunggu..Tunggu..Aku tak mengerti. Bisa kalian ceritakan apa yang sebenarnya terjadi? Biar aku bisa membantu menyelesaikan masalah kalian". Kata kancil. Lalu pak kerbau pun bercerita. Pada waktu pak kerbau ke sungai untuk minum, dia melihat pak buaya yang sedang kesakitan. Buaya itu tertimpa oleh sebatang pohon yang tumbang,hingga buaya itu terjebak dan tak bisa melepaskan diri. Karena merasa kasihan, pak kerbau pun menolongnya. Dia menggeser pohon itu, dia dorong dengan tanduknya yang kuat hingga buaya itu dapat lepas. Tapi setelah buaya itu bebas,dia malah langsung menggigit kaki pak kerbau dan berniat memakannya. Si kancil hanya bisa manggut-manggut mendengar cerita kerbau malang itu, otaknya berfikir keras untuk bisa membantu kerbau yang malang itu dari gigitan pak buaya. "hmm..Jadi ceritanya begitu. Apakah cerita itu benar pak buaya?". Tanya kancil pada buaya.Kini dia telah menemukan sebuah ide. "Benar itu cil..Tapi aku juga tak bisa di salahkan. Aku sudah terjebak selama tiga hari, dan tak makan apa-apa. Aku sangat lapar. Katanya si kerbau mau menolong ku. Bukankah menolong itu harus tuntas? Tidak boleh setengah-setengah. Karena aku juga lapar, berarti dia juga harus mau menolong ku biar aku tak mati kelaparan kan? Makanya dia harus mau aku makan..". Kata buaya berusaha membenarkan tindakannya. "Wah.. Benar katamu pak buaya. Berarti kamu tidak salah jika ingin memakan pak kerbau. Soalnya menolong itu memang harus sampai tuntas". Kata kancil. Pak kerbau pun langsung lemas mendengar jawaban kancil yang membela buaya. Padahal dia berharap keadilan, dan dia mengharapkan si kancil mau membelanya agar bisa lepas. Sedangkan si buaya sangat senang karena merasa di bela.Dia sangat gembira karena kini tak ada lagi yang akan mencegahnya untuk memakan si kerbau. "Tapi aku masih belum terlalu yakin kalau cuma lewat cerita saja.Untuk lebih meyakinkan bahwa pak buaya yang benar,maka kita harus melakukan reka adegan". Kata kancil lagi. "Maksud mu bagaimana cil..?".Tanya pak buaya. "Begini pak buaya. Kita harus mengulang kejadian waktu kerbau menolongmu. Semua diulang dari awal kejadian ketika kamu tertimpa pohon dan kerbau datang untuk menolong mu". Kata kancil menjelaskan. "Maksudmu aku harus melepaskan gigitan ku dulu dan aku kembali di timpa dengan pohon?Wah..Aku tak mau.. Nanti si kerbau malah melarikan diri..". Kata buaya keberatan. "Jangan hawatir pak buaya. Aku akan menjaganya,kan aku ada di pihakmu. Dan lagi dengan kaki luka, mana mungkin dia bisa lari?". Kata kancil berusaha meyakinkan. "hmm..Baiklah kalau begitu, aku setuju.Tapi kamu harus benar-benar menjaganya agar tak melarikan diri". Kata buaya setuju. "Beres..Serahkan saja semua padaku. Lari ku kan lebih cepat dari pada pak kerbau. Bagaimana denganmu pak kerbau? Apa kau juga setuju?". Pak kerbau hanya mengangguk lemah, dia sudah pasrah pada nasib yang akan menimpa. Dia hanya bisa sabar, dan hatinya tak henti-henti berdo'a agar yang maha kuasa memberinya keadilan. Reka adegan pun dimulai. Si buaya kembali ke tempat dia tertimpa pohon, dan pak kerbau kembali mendorong pohon itu menindih tubuh buaya seperti semula. Setelah yakin buaya tak bisa lagi terlepas, si kancil pun dengan cepat mengajak pak kerbau untuk lari. Dan kerbau pun melarikan diri bersama kancil. Buaya akhirnya sadar bahwa kancil telah berhasil menipunya. Kini dia menyadari bahwa dirinya salah. Dia berteriak meminta maaf dan meminta tolong agar kerbau mau membebaskannya. Tapi semua sudah terlambat. Si buaya hanya dapat menyesali semua perbuatanya. Namun sesal kemudian tidaklah berguna.

Klub Rabu Sore Sekolah Arunika Waldorf 

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề