Apa saja Kerangka Resensi?

KOMPAS.com -Resensi adalah ulasan mengenai kelemahan atau kelebihan suatu karya untuk diberitahukan kepada pembaca. Berikut pengertian, tujuan, jenis, dan struktur resensi:

Pengertian resensi

Menurut H. Dalman dalamKeterampilan Menulis (2016), resensi adalah tulisan ilmiah yang membahas isi sebuah buku, termasuk kelemahan dan keunggulannya untuk diberitahukan kepada pembaca.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku.

Dalam perkembangannya, resensi tidak hanya terbatas pada buku atau karya pustaka semata. Dewasa ini, resensi juga dapat dibuat untuk mengulas karya di bidang film atau musik.

Baca juga: Puisi Sapardi Djoko Damono

Tujuan resensi

Tujuan penulisan resensi antara lain, yaitu:

  • Memberi pemahaman komprehensif mengenai suatu karya berdasarkan sudut pandang penulis resensi.
  • Mengajak pembaca berpikir, merenung, dan mendiskusikan lebih jauh substansi dalam karya yang diulas.
  • Memberi pertimbangan pada pembaca mengenai kelebihan dan kelemahan buku.
  • Memberi informasi detail sebuah karya, yaitu nama pengarang, tahun terbit, latar belakang pengarang, proses pengkaryaan, atau hubungan dengan karya lain yang sejenis.

Baca juga: Novel: Pengertian, Unsur, dan Ciri-cirinya

Jenis resensi

Berdasarkan isi atau sajiannya, resensi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

  • Resensi informatif

Ulasan yang berisi informasi suatu karya. Biasanya hanya berisi ringkasan atau rangkuman mengenai substansi suatu karya.

  • Resensi evaluatif

Ulasan yang berisi penilaian tentang suatu karya. Biasanya ringkasan atau rangkuman hanya sekilas, selebihnya penulis memaparkan penilaian mengenai kelemahan dan kelebihan karya tersebut.

  • Resensi invormatif-evaluatif

Ulasan yang merupakan perpaduan antara ringkasan karya dan penilaian baik buruknya. Selain memberikan informasi mengenai substansi suatu karya, resensi jenis ini disertai dengan evaluasi subyektif dari penulis.

Baca juga: Puisi Aku Chairil Anwar

Struktur resensi

Agar lebih memahami mengenai resensi, perhatikan struktur resensi buku berikut.

  • Judul resensi: judul dibuat dengan menggambarkan isi resensi secara singkat. Pastikan judul menarik dan sesuai dengan isi resensi.
  • Data buku: memberi informasi detail dari buku yang akan diulas.
  • Pendahuluan: memperkenalkan pengarang, proses pengkaryaannya, tema buku.
  • Tubuh dan pernyataan resensi: berisi sinopsis disertai kutipan paling berkesan, sebutkan kelemahan dan kelebihan buku, rumusan kerangka buku, tinjauan bahasa atau kesalahan cetak.
  • Penutup: beri kesimpulan dan penjelasan layak atau tidaknya buku tersebut dibaca dengan alasan yang logis.

Baca juga: Cara Menulis Cerpen

Contoh resensi

David and Goliath, Membalikkan Sudut Pandang Lemah dan Kuat

Judul: David and Goliath, Ketika Si Lemah Menang Melawan Raksasa
Penulis: Malcolm Gladwell
Alih Bahasa: Zia Anshor
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Ketiga, Februari 2014
Tebal Buku: 301 halaman
ISBN: 978-979-22-9954-0

Malcolm Gladwell membuka bukunya dengan kisah Daud dan Goliat yang dapat kita temui di kitab-kitab. Namun dia menarasikan sosok Daud sebagai seseorang prajurit di posisi artileri, prajurit dengan proyektil atau pelontar batu. Dengan posisi ini, Daud mudah saja mengalahkan Goliat dalam posisi infanteri, hanya dengan kekuatan lontaran 34 meter per detik. Gladwell memberi alasan logis dan menerangkan sudut pandang lain terhadap suatu kisah. Ia membalikkan fakta siapa yang lemah dan siapa yang kuat antara Daud dan Goliat.

Cerita Daud dan Goliat adalah pengantar dari cerita-cerita berikutnya. Gladwell menuliskannya pada buku setebal 301 halaman berjudul asli David and Goliath, Underdog, Misfits, and the Art of Battling Giants.

Buku ini terbagi atas tiga bagian dengan masing-masing tiga bab. Sembilan bab yang semuanya memiliki latar belakang berbeda. Mulai dari olahraga, sejarah, kedokteran, pendidikan, seni, politik, hukum, psikologi, dan sebagainya yang mewakili banyak hal yang terjadi di dunia.

Gladwell juga melibatkan banyak tokoh dalam ceritanya. Mulai yang penting sampai yang kurang penting. Ada cerita tentang tim basket puteri, tentang guru dan kelas yang efektif, tentang orang-orang besar yang didominasi anak yatim atau piatu, tentang bagaimana seseorang memilih universitas, pelukis impresionis di Paris, disleksia, leukimia, Blitz di London, pergerakan hak sipil di Amerika, kriminalitas di Brownsville, seteru antara Protestan dan Katolik di Irlandia Utara, tentang orang tua yang kehilangan anaknya, juga tentang orang Yahudi yang sembunyi di Le Chambon Prancis.

Semuanya dinarasikan Gladwell dengan penalaran kurva U terbalik yang digagas oleh Gladwell. Sebuah statistik yang menjungkir balikkan pemikiran mengenai kemenangan, bahwa tidak selamanya yang lemah akan kalah. Semua cerita itu dianalogikan dengan Daud dan Goliat.

Namun saya melihat tidak semua bab dapat dihubungkan dengan analogi Daud dan Goliat. Mungkin bisa, tetapi itu terkesan dipaksakan. Ambil satu contoh mengenai cerita tentang Wilma Derksen, seorang ibu yang kehilangan putri belianya. Gladwell menyatakan Derksen lebih bijak karena dia mau memaafkan orang yang membunuh putrinya.

Seorang perempuan yang menjauh dari janji kekuasaan negara karena menemukan kekuatan untuk memaafkan lalu menyelamatkan persahabatan, pernikahan, dan kewarasannya, tulis Gladwell.

Kurva U terbalik memang berlaku untuk cerita ini. Namun posisi analogi Daud dan Goliat menjadi samar dalam kisah ini. Mungkin Goliat direpresentasikan melalui tindakan kriminalitas, atau mungkin rasa dendam. Saya tidak menemukan penjelasan Gladwell disini. Saya hanya bisa menerka-nerka.

Sebagai buku nonfiksi, Gladwell menarasikannya seluruh kisah dengan cerdik dan detail yang presisi. Saya tidak meragukan kemampuan Gladwell menarasikan cerita dari narasumber. Mungkin ini pengaruh pekerjaannya sebagai staf penulis di The New Yorker dari 1996.

Gladwell selalu mengaitkan satu tokoh dengan tokoh lain di bab sebelum atau sesudahnya, lalu memberikan perbandingan. Dia juga memainkan alur. Anda akan menemukan cerita di tengah cerita lainnya. Dan dari cerita yang mewakili banyak hal di dunia, kita diajak melihat sebuah sudut pandang lain. Sudut pandang inilah yang menjadi keunggulan Gladwell dalam David and Goliath dan buku-bukunya yang lain.

Salah satu kelemahan buku ini hanya kendala alih bahasa. Saya pribadi masih menemukan struktur kalimat bahasa Inggris yang terlalu dipaksakan ke dalam bahasa Indonesia. Namun kelemahan ini masih taraf yang wajar.

Dalam buku ini, kita kembali diingatkan bahwa setiap orang memiliki kelemahan atau kesukaran. Pilihannya hanya, apakah kita berani menjadikan kelemahan atau kesukaran menjadi senjata yang dapat mengalahkan Goliat? Menurut saya, buku ini layak dibaca agar memperkaya sudut pandang kita akan banyak hal.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.