Apa tujuan pembangunan tembok berlin

JAKARTA - Malam itu, 13 Agustus 59 tahun lalu atau pada 1961, tentara Jerman Timur sibuk menyusun batu bata dan menjembreng kawat berduri. Mereka sedang membuat pembatas antara Berlin Timur yang dikuasai rezim sosialis Uni Soviet dan Berlin Barat yang berprinsip demokrasi. Tujuan utama pembangunan cikal bakal tembok berlin tersebut yakni membendung pembelotan massal dari Timur ke Barat.

Melansir History, setelah Perang Dunia II, Jerman yang kalah dibagi menjadi zona pendudukan Uni Soviet, Amerika, Inggris dan Prancis. Kota Berlin, meskipun secara teknis merupakan bagian dari zona Uni Soviet. Setelah pengangkutan Sekutu besar-besaran lewat udara pada Juni 1948, Uni Soviet gagal memblokir Berlin Barat. Oleh karena itu bagian timur ditarik lebih dekat lagi ke wilayah Soviet. 

Jerman Timur menyaksikan antara 2,5 juta dan 3 juta warganya pergi ke Jerman Barat untuk mencari kehidupan lebih baik. Pada 1961, sekitar 1.000 orang Jerman Timur — termasuk pekerja terampil, profesional, dan intelektual — memutuskan untuk pindah ke Jerman Barat setiap harinya.

Pada Agustus, Walter Ulbricht, pemimpin Komunis Jerman Timur, mendapat izin dari Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev untuk mulai menutup semua akses antara Berlin Timur dan Berlin Barat. Para tentara mulai membangun perbatasan pada malam hari, meletakkan lebih dari 150 km kawat berduri pada perbatasan. 

Kawat itu lalu diganti menjadi tembok beton setinggi 2 meter dengan panjang sekitar 155 km. Tembok tersebut juga dilengkapi dengan menara penjaga, tiang senapan mesin, dan lampu sorot. Perwira Jerman Timur yang dikenal sebagai Volkspolizei berpatroli di Tembok Berlin siang dan malam.

Keesokan paginya, tak sedikiti penduduk Berlin yang terperanjat karena mendapati diri mereka tiba-tiba terpisah dari teman bahkan keluarganya. Warga dipimpin Wali Kota Berlin Willi Brandt menggelar unjuk rasa melawan pembangunan tembok. Ia mengkritik demokrasi barat khususnya AS karena gagal mengambil sikap menentang pembangunan tembok tersebut. 

Namun Presiden AS saat itu, John F. Kennedy, mengatakan secara terbuka bahwa AS hanya benar-benar bisa membantu warga Berlin Barat dan Jerman Barat. Ia mengatakan tindakan apa pun atas nama Jerman Timur hanya akan menghasilkan kegagalan.

Ikon Perang Dingin

Tembok Berlin adalah salah satu simbol paling kuat dan ikonik dari Perang Dingin. Pada Juni 1963, Kennedy memberikan pidatonya yang terkenal Ich bin ein Berliner di depan tembok tersebut. 

Pidato tersebut dilakukan untuk merayakan Berlin Barat sebagai simbol kebebasan dan berdemokrasi dalam perlawanannya terhadap tirani dan penindasan. Selain itu narasi Kennedy tersebut secara luas dianggap sebagai pidato Perang Dingin dan pidato anti-komunis yang paling terkenal. 

Ketinggian Tembok Berlin dinaikkan menjadi 3,5 meter pada 1970 sebagai upaya menghentikan orang-orang yang hendak melarikan diri yang pada saat itu terjadi hampir setiap hari. Dari 1961 hingga 1989, total 5.000 orang Jerman Timur melarikan diri, termasuk yang gagal melakukan upaya pelarian. Angka penembakan yang tinggi terhadap beberapa orang yang hendak kabur meningkatkan kebencian warga Berlin Barat terhadap Tembok Berlin.

Akhirnya, pada akhir 1980-an, Jerman Timur, yang didorong oleh kemerosotan Uni Soviet, mulai melaksanakan sejumlah reformasi liberal. Pada 9 November 1989, massa dari Jerman Timur dan Barat sama-sama berkumpul di Tembok Berlin. Mereka semua ramai-ramai memanjat tembok dan membongkarnya. Ketika simbol represi Perang Dingin ini dihancurkan, Jerman Timur dan Jerman Barat menjadi satu bangsa lagi, menandatangani perjanjian resmi unifikasi pada 3 Oktober 1990.

JABAR | 13 Agustus 2021 06:00 Reporter : Andre Kurniawan

Merdeka.com - Pada 13 Agustus 1961, pemerintah Komunis Republik Demokratik Jerman [GDR, atau Jerman Timur] mulai membangun kawat berduri dan beton "Antifascistischer Schutzwall," atau "benteng antifasis," antara Berlin Timur dan Barat. Tujuan resmi Tembok Berlin ini adalah untuk mencegah apa yang disebut "fasis" Barat memasuki Jerman Timur dan merusak negara sosialis, tetapi tujuan utamanya adalah membendung pembelotan massal dari Timur ke Barat.

Tembok Berlin, atau dalam bahasa Jerman disebut Berliner Mauer, mengelilingi Berlin Barat dan mencegah akses menuju Berlin Timur dan daerah-daerah yang berdekatan di Jerman Timur selama periode 1961 hingga 1989.

Selama bertahun-tahun, Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Timur dari Jerman Barat ini bertindak sebagai penghalang fisik yang melambangkan perpecahan politik saat itu. Dari struktur kecil karung pasir dan kawat berduri hingga monolit beton permanen dengan menara penjaga dan tentara patroli, Tembok Berlin tumbuh menjadi salah satu simbol politik yang paling menonjol di abad kedua puluh.

Tembok Berlin berdiri hingga 9 November 1989, ketika ketua Partai Komunis Jerman Timur mengumumkan bahwa warga GDR dapat melintasi perbatasan kapan pun mereka mau. Malam itu, orang banyak yang gembira memenuhi dinding. Beberapa menyeberang dengan bebas ke Berlin Barat, sementara yang lain membawa palu dan beliung dan mulai menghancurkan tembok itu sendiri. Sampai hari ini, Tembok Berlin tetap menjadi salah satu simbol Perang Dingin yang paling kuat dan bertahan lama.

2 dari 5 halaman

Dilansir dari laman history.com, ketika Perang Dunia II berakhir pada tahun 1945, sepasang konferensi perdamaian sekutu di Yalta dan Potsdam menentukan nasib wilayah Jerman. Mereka membagi negara yang kalah menjadi empat "zona pendudukan sekutu": Bagian timur negara itu pergi ke Uni Soviet, sedangkan bagian barat akan pergi ke Amerika Serikat, Inggris Raya dan Prancis.

Meskipun Berlin terletak seluruhnya di dalam bagian Soviet [berada sekitar 100 mil dari perbatasan antara zona pendudukan timur dan barat], perjanjian Yalta dan Potsdam membagi kota menjadi sektor-sektor yang sama. Soviet mengambil bagian timur, sementara Sekutu lainnya mengambil bagian barat. Pendudukan empat arah Berlin ini dimulai pada Juni tahun 1945.

3 dari 5 halaman

Seperti yang dikatakan oleh pemimpin Soviet Nikita Khrushchev, bahwa keberadaan Berlin Barat, sebuah kota kapitalis yang mencolok jauh di dalam Jerman Timur komunis, “terjebak seperti tulang di tenggorokan Soviet,”. Rusia mulai bermanuver untuk mengusir Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis agar keluar dari kota untuk selamanya.

Pada tahun 1948, blokade Soviet di Berlin Barat bertujuan untuk membuat Sekutu barat kelaparan. Namun, alih-alih mundur, Amerika Serikat dan sekutunya memasok sektor kota mereka dari udara. Upaya ini, yang dikenal sebagai Berlin Airlift, berlangsung selama lebih dari satu tahun dan mengirimkan lebih dari 2,3 juta ton makanan, bahan bakar, dan barang-barang lainnya ke Berlin Barat. Soviet pun akhirnya membatalkan blokade pada tahun 1949.

Setelah satu dekade yang relatif tenang, ketegangan berkobar lagi pada tahun 1958. Selama tiga tahun berikutnya, Soviet yang didorong oleh keberhasilan peluncuran satelit Sputnik tahun sebelumnya selama “Perlombaan Antariksa” dan ditambah dengan arus pengungsi yang seperti tak ada habisnya dari timur ke barat [hampir 3 juta sejak akhir blokade, banyak dari mereka pekerja terampil muda seperti dokter, guru dan insinyur], mulai menggertak dan membuat ancaman.

KTT, konferensi dan negosiasi lainnya datang dan pergi tanpa resolusi. Sementara itu, banjir pengungsi terus berlanjut. Pada Juni 1961, sekitar 19.000 orang meninggalkan GDR melalui Berlin. Bulan berikutnya, 30.000 melarikan diri. Dalam 11 hari pertama bulan Agustus, 16.000 orang Jerman Timur melintasi perbatasan ke Berlin Barat, dan pada tanggal 12 Agustus sekitar 2.400 menyusul, sekaligus menjadi pembelotan terbesar dari Jerman Timur dalam satu hari.

4 dari 5 halaman

Malam itu, Perdana Menteri Khrushchev memberi izin kepada pemerintah Jerman Timur untuk menghentikan arus emigran dengan menutup perbatasan untuk selamanya. Hanya dalam dua minggu, tentara Jerman Timur, kepolisianm dan pekerja konstruksi sukarelawan telah menyelesaikan kawat berduri darurat dan dinding blok beton yang memisahkan satu sisi kota dari sisi lainnya.

Sebelum tembok itu dibangun, warga Berlin di kedua sisi kota dapat bergerak dengan cukup bebas untuk melintasi perbatasan Timur-Barat untuk bekerja, berbelanja, atau aktivitas lainnya.

babalublog.com

Setelah tembok dibangun, orang-orang yang hendak pergi dari Berlin Timur ke Barat jadi semakin sulit, karena jika ingin pergi mereka harus melalui salah satu dari tiga pos pemeriksaan: di Helmstedt ["Checkpoint Alpha" dalam bahasa militer Amerika], di Dreilinden ["Checkpoint Bravo"] dan di pusat Berlin di Friedrichstrasse ["Checkpoint Charlie"], meski akhirnya, GDR membangun 12 pos pemeriksaan di sepanjang tembok.

Di setiap pos pemeriksaan, tentara Jerman Timur menyaring diplomat dan pejabat lain sebelum mereka diizinkan masuk atau keluar. Kecuali dalam keadaan khusus, pelancong dari Berlin Timur dan Barat jarang diizinkan melintasi perbatasan.

5 dari 5 halaman

careline.co.uk

Pada tanggal 9 November 1989, ketika Perang Dingin mulai mereda di seluruh Eropa Timur, juru bicara Partai Komunis Berlin Timur mengumumkan perubahan dalam hubungan kotanya dengan Barat. Mulai tengah malam hari itu, ia mengumumkan bahwa warga GDR bebas melintasi perbatasan negara. Warga Berlin Timur dan Barat berbondong-bondong menuju tembok, minum bir dan sampanye dan meneriakkan "Tor auf!" ["Buka gerbangnya!"]. Pada tengah malam, mereka membanjiri pos pemeriksaan.

Lebih dari 2 juta orang dari Berlin Timur mengunjungi Berlin Barat akhir pekan itu untuk berpartisipasi dalam perayaan yang ditulis oleh seorang jurnalis sebagai “pesta jalanan terbesar dalam sejarah dunia.” Orang-orang menggunakan palu dan beliung untuk merobohkan bongkahan dinding, sementara derek dan buldoser merobohkan bagian demi bagian. Segera tembok itu hilang dan Berlin bersatu untuk pertama kalinya sejak 1945.

[mdk/ank]

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề