Apa yang dijadikan dasar untuk membangun kembali umat Israel setelah pembuangan

  • Selama 70 tahun bangsa Israel hidup dalam pembuangan di negeri Babel, jauh dari Yerusalem dan negeri mereka. Meskipun begitu, Allah tetap menyertai mereka dengan mengutus Nabi-Nya.
  • Suatu saat, Babel dikalahkan oleh Persia yang saat itu dipimpin oleh Raja Koresy. Raja Koresy merasa iba dengan situasi bangsa Israel, sehingga ia mempersilakan mereka kembali ke negeri asal mereka untuk membangun kembali Bait Allah yang telah rusak. Dia juga mengembalikan emas dan perak yang dulu dirampas dari Bait Allah. Zerubabel diangkat sebagai kepala rombongan.
  • Saat mereka tiba di negeri asal mereka, mereka sangat sedih dan kecewa karena tanah leluhurnya telah hancur.
  • Zerubabel memberi semangat kepada bangsa itu dan mulai menyuruh mereka menyusun batu-batu menjadi mezbah di pelataran Bait Allah.
  • 4 tahun kemudian, mereka berhasil meresmikan Bait Allah.
  • Atas izin raja Persia, Nehemia juga berangkat ke Yerusalem dan mulai membangun tembok di sekeliling kota dan ia mengajak umat Israel untuk kembali kepada Allah.
  • Namun, setelah belasan tahun hidup dalam kesulitan dan kemiskinan, mereka mulai melupakan Allah. Nehemia menemui iman Ezra untuk bersama-sama menyadarkan umat Israel agar menjadikan hukum dan perintah Allah sebagai tuntunan hidup mereka. Setelah Hukum Musa dibacakan pada mereka, mereka rupanya menyadari dosa mereka dan berjanji untuk mematuhi segala peraturan, hukum atau perintah Allah.
  • Sejak saat itulah bangsa Israel menyebut diri mereka sebagai bangsa Yahudi dan beragama Yahudi.

Dikutip dengan penyesuaian dari Buku Rangkuman & Latihan soal Pelajaran Agama Katolik SD Kelas 4-6 oleh Yulita Susi Astuti, S Ag.

HAMPIR dua tahun berlalu sejak Babel dikuasai oleh orang Media dan Persia. Dan lihatlah apa yang terjadi sekarang! Ya, orang Israel meninggalkan Babel. Bagaimana sampai mereka bisa bebas? Siapa yang mengizinkan mereka pergi?

Koresy, raja Persia yang memberi izin. Lama sebelum Koresy lahir, Yehuwa menyuruh Yesaya nabiNya menulis tentang Koresy: ‘Kau akan melakukan apa yang Kuinginkan kaulakukan. Pintu-pintu gerbang akan dibiarkan terbuka supaya kau menawan kota itu.’ Dan Koresy memang ambil pimpinan dalam menawan Babel. Orang Media dan Persia masuk ke kota itu pada malam hari melalui pintu-pintu gerbang yang telah terbuka.

Tetapi Yesaya nabi Yehuwa juga berkata bahwa Koresy akan memberi perintah supaya Yerusalem dan baitnya dibangun kembali. Apakah Koresy memberi perintah ini? Ya, memang. Inilah yang dikatakan oleh Koresy kepada orang Israel: ‘Sekarang, pergilah ke Yerusalem dan bangunlah bait Yehuwa, Allahmu.’ Dan itulah yang hendak dilakukan oleh orang-orang Israel ini.

Tetapi tidak semua orang Israel di Babel dapat melakukan perjalanan jauh untuk kembali ke Yerusalem. Perjalanan itu sangat jauh, kira-kira 800 kilometer, dan banyak di antara mereka sudah terlalu tua dan sakit-sakitan sehingga susah untuk menempuh perjalanan yang begitu jauh. Dan ada alasan-alasan lain mengapa beberapa orang tidak pergi. Tetapi Koresy berkata kepada mereka yang tidak pergi: ‘Berikanlah perak dan emas dan pemberian-pemberian lain kepada orang-orang yang akan berangkat pulang untuk membangun Yerusalem dan baitnya.’

Maka, banyak pemberian diberikan kepada orang-orang Israel ini yang akan pulang ke Yerusalem. Juga, Koresy memberikan kepada mereka perkakas-perkakas dan cangkir-cangkir yang dulu diambil oleh Raja Nebukadnezar dari bait Yehuwa ketika ia membinasakan Yerusalem. Sangat banyak yang dibawa pulang oleh orang-orang ini.

Setelah kira-kira empat bulan perjalanan, orang Israel sampai di Yerusalem tepat pada waktunya. Tepat 70 tahun sejak kota itu dibinasakan, dan negeri itu ditinggalkan kosong sama sekali tanpa penghuni. Tapi walaupun orang Israel sekarang kembali di negeri sendiri, mereka akan mengalami beberapa kesukaran, sebagaimana akan kita ketahui nanti.

Yesaya 44:28; 45:1-4; Ezra 1:1-11.

Pertanyaan Pelajaran

29 Ay o B e l a j a r A g a m a K a t o l i k u n t u k S D K e l a s V I Kisah Pembuangan Yerusalem sebagai pusat kota bangsa Israel direbut oleh tentara Babel. Bait Allah yang ada di kota Yerusalem dihancurkan. Raja, para pejabat kerajaan, dan orang-orang kaya dibuang ke Babel. Inilah yang disebut masa pembuangan. Orang Israel tinggal dalam pembuangan di Babel selama tujuh puluh tahun. Mereka tinggal jauh dari Yerusalem. Ketika kekuasaan kerajaan mulai melemah, Babel dikalahkan oleh kerajaan Persia. Suatu ketika Raja Koresh dari Persia mengunjungi orang Israel yang berada di pembuangan. Ia merasa kasihan dengan ribuan orang Israel yang hidup di sana. Maka Raja Koresh mengumumkan di seluruh kerajaannya: “Hai orang-orang Israel, pulanglah ke tanah leluhurmu. Bangunlah kembali rumah bagi Allahmu di Yerusalem. Perhiasan emas dan perak yang dulu dirampas dari Bait Allah dan disimpan di gudang Babel aku kembalikan kepadamu. Dan aku mengangkat Zerubabel sebagai kepala rombongan. Semoga Tuhan menyertai kalian.” Dengan pembebasan ini, bangsa Israel sungguh mengalami Allah yang setia dan menepati janji-Nya. Kisah Pembuangan Yerusalem sebagai pusat kota bangsa Israel direbut oleh tentara Babel. Bait Allah yang ada di kota Yerusalem dihancurkan. Raja, para pejabat kerajaan, dan orang-orang kaya dibuang ke Babel. Inilah yang disebut masa pembuangan. Orang Israel tinggal dalam pembuangan di Babel selama tujuh puluh tahun. Mereka tinggal jauh dari Yerusalem. Ketika kekuasaan kerajaan mulai melemah, Babel dikalahkan oleh kerajaan Persia. Suatu ketika Raja Koresh dari Persia mengunjungi orang Israel yang berada di pembuangan. Ia merasa kasihan dengan ribuan orang Israel yang hidup di sana. Maka Raja Koresh mengumumkan di seluruh kerajaannya: “Hai orang-orang Israel, pulanglah ke tanah leluhurmu. Bangunlah kembali rumah bagi Allahmu di Yerusalem. Perhiasan emas dan perak yang dulu dirampas dari Bait Allah dan disimpan di gudang Babel aku kembalikan kepadamu. Dan aku mengangkat Zerubabel sebagai kepala rombongan. Semoga Tuhan menyertai kalian.” Dengan pembebasan ini, bangsa Israel sungguh mengalami Allah yang setia dan menepati janji-Nya. Dokumen penulis Raja mengunjungi orang Israel di pembuangan Koresh. Pada tahun 538 SM, suatu rombongan besar terdiri atas laki-laki dan perempuan, tua dan muda, bersama hewan meninggalkan Babel menuju Yerusalem. Berbulan-bulan lamanya mereka berjalan. Sekalipun perjalanan mereka berat dan jauh, melewati padang gurun yang gersang, mereka bergembira. Mereka merasa mengulangi perjalanan nenek moyang mereka dari pembebasan menuju Tanah Terjanji. Ay o B e l a j a r A g a m a K a t o l i k u n t u k S D K e l a s V I 30 Akhirnya, mereka sampai ke tempat tujuan. Tetapi betapa kagetnya mereka, sehingga kegembiraan mereka berubah menjadi kekecewaan. Mereka melihat tanah leluhurnya telah hancur, hanya tinggal rongsokan dan puing-puing. Zerubabel, kepala rombongan, melihat bahwa semangat mereka menjadi sangat menurun. Lalu ia berkata: “Jangan khawatir Tuhan beserta kita. Dan raja Persia mendukung rencana kita. Baiklah kita mohon berkat Tuhan dulu.” Ia menyuruh mereka menyusun batu-batu menjadi mezbah di pelataran Bait Allah. Di atas mezbah itu, mereka mempersembahkan kurban bagi Allah. Dikuatkan oleh berkat Allah, mereka mulai membangun pondok-pondok sebagai tempat tinggal sementara dan terutama Bait Allah. Biarpun ada banyak tantangan dan kesulitan, pembangunan Bait Allah berjalan terus. Empat tahun kemudian, bangunan itu selesai dan dapat diresmikan. Orang Yerusalem bergembira ria, ratusan hewan disembelih dan dikurbankan kepada Tuhan. Sejak pesta peresmian itu, setiap hari diadakan ibadat sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab Musa. Pada tahun itu juga, mereka dapat merayakan pesta Paska dalam Bait Allah yang baru. Belajar dari Sikap Nehemia dan Ezra Ada dua orang tokoh yang berjasa dalam pemulihan bagi bangsa Israel. Kedua tokoh itu adalah Nehemia dan Ezra. Bagaimana kedua tokoh pembaru itu berjasa bagi kembalinya bangsa Israel kepada Allah? Mari kita simak kisah berikut ini. Akhirnya, mereka sampai ke tempat tujuan. Tetapi betapa kagetnya mereka, sehingga kegembiraan mereka berubah menjadi kekecewaan. Mereka melihat tanah leluhurnya telah hancur, hanya tinggal rongsokan dan puing-puing. Zerubabel, kepala rombongan, melihat bahwa semangat mereka menjadi sangat menurun. Lalu ia berkata: “Jangan khawatir Tuhan beserta kita. Dan raja Persia mendukung rencana kita. Baiklah kita mohon berkat Tuhan dulu.” Ia menyuruh mereka menyusun batu-batu menjadi mezbah di pelataran Bait Allah. Di atas mezbah itu, mereka mempersembahkan kurban bagi Allah. Dikuatkan oleh berkat Allah, mereka mulai membangun pondok-pondok sebagai tempat tinggal sementara dan terutama Bait Allah. Biarpun ada banyak tantangan dan kesulitan, pembangunan Bait Allah berjalan terus. Empat tahun kemudian, bangunan itu selesai dan dapat diresmikan. Orang Yerusalem bergembira ria, ratusan hewan disembelih dan dikurbankan kepada Tuhan. Sejak pesta peresmian itu, setiap hari diadakan ibadat sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab Musa. Pada tahun itu juga, mereka dapat merayakan pesta Paska dalam Bait Allah yang baru. Bangsa Israel membangun Bait Allah. Dokumen penulis 31 Ay o B e l a j a r A g a m a K a t o l i k u n t u k S D K e l a s V I Nehemia Dalam masa sesudah pembuangan, penduduk Yerusalem masih tinggal di dalam pondok-pondok darurat. Kota Yerusalem pun masih terbuka bagi serangan musuh-musuh karena belum dikelilingi tembok. Berita tentang keadaan ini sampai ke telinga Nehemia. Nehemia adalah seorang Israel yang sangat cerdas. Ia bekerja di istana raja Persia. Setelah ia melaporkan keadaan Yerusalem kepada raja, ia diizinkan pergi ke sana untuk mengatur pembangunan selanjutnya. Nehemia pun berangkat. Sesampainya di Yerusalem, ia langsung meninjau reruntuhan tembok dan pondok-pondok kumuh. Kemudian, dengan semangat yang menyala-nyala, ia memimpin orang Israel untuk meneruskan pembangunan. Nehemia menyuruh mereka terlebih dahulu membangun tembok di sekeliling kota supaya mereka terlindung dari serangan musuh. Dalam waktu lima puluh dua hari, kota Yerusalem sudah dikelilingi tembok yang tinggi dan kokoh. Tembok kota diberkati dan pada kesempatan itu juga Nehemia mengajak orang Israel untuk hidup menurut hukum-hukum Musa. Ia memberi peringatan: “Dulu kota ini juga dikelilingi tembok yang tinggi, tetapi toh dapat dikalahkan. Tembok ini diruntuhkan karena penduduk kota ini melanggar hukum-hukum Tuhan. Hendaknya ini menjadi satu pelajaran bagi kita. Marilah kita berjalan pada jalan Tuhan.” Setelah pembangunan tembok selesai, kemudian Nehemia mengatur pem- bangunan rumah-rumah. Pembangunan perumahan ini tidak mengalami gangguan karena sudah ada tembok. Setelah pembangunan kota selesai, Nehemia mohon diri dan kembali ke istana raja Persia. Nehemia Dalam masa sesudah pembuangan, penduduk Yerusalem masih tinggal di dalam pondok-pondok darurat. Kota Yerusalem pun masih terbuka bagi serangan musuh-musuh karena belum dikelilingi tembok. Berita tentang keadaan ini sampai ke telinga Nehemia. Nehemia adalah seorang Israel yang sangat cerdas. Ia bekerja di istana raja Persia. Setelah ia melaporkan keadaan Yerusalem kepada raja, ia diizinkan pergi ke sana untuk mengatur pembangunan selanjutnya. Nehemia pun berangkat. Sesampainya di Yerusalem, ia langsung meninjau reruntuhan tembok dan pondok-pondok kumuh. Kemudian, dengan semangat yang menyala-nyala, ia memimpin orang Israel untuk meneruskan pembangunan. Nehemia menyuruh mereka terlebih dahulu membangun tembok di sekeliling kota supaya mereka terlindung dari serangan musuh. Dalam waktu lima puluh dua hari, kota Yerusalem sudah dikelilingi tembok yang tinggi dan kokoh. Tembok kota diberkati dan pada kesempatan itu juga Nehemia mengajak orang Israel untuk hidup menurut hukum-hukum Musa. Ia memberi peringatan: “Dulu kota ini juga dikelilingi tembok yang tinggi, tetapi toh dapat dikalahkan. Tembok ini diruntuhkan karena penduduk kota ini melanggar hukum-hukum Tuhan. Hendaknya ini menjadi satu pelajaran bagi kita. Marilah kita berjalan pada jalan Tuhan.” Setelah pembangunan tembok selesai, kemudian Nehemia mengatur pem- bangunan rumah-rumah. Pembangunan perumahan ini tidak mengalami gangguan karena sudah ada tembok. Setelah pembangunan kota selesai, Nehemia mohon diri dan kembali ke istana raja Persia. Dokumen penulis Nehemia memimpin orang Israel meneruskan pembangunan. Ay o B e l a j a r A g a m a K a t o l i k u n t u k S D K e l a s V I 32 Belasan tahun kemudian, Nehemia kembali untuk melihat perkembangan Yerusalem dan bagaimana kehidupan bangsa Israel. Seperti ketika ia pertama kali datang, kali ini ia juga berkeliling di Yerusalem dan di daerah sekitarnya. Dalam perjalan berkeliling itu, ia seringkali merasa kecewa. Dulu ia mengangkat orang- orang suku Lewi untuk melaksanakan ibadat setiap hari di Bait Allah, tetapi ternyata mereka semua sudah meninggalkan tugas suci itu dan kembali ke ladang. Setelah ia bertanya kepada mereka kenapa demikian, mereka menjelaskan bahwa mereka terpaksa kembali ke ladang karena tidak punya biaya hidup. Umat Israel lalai menyerahkan persepuluhan dari usahanya kepada bendahara Bait Allah. Nehemia juga marah ketika ia melihat pada hari Sabat banyak orang bekerja di ladang dan berjualan di pasar. Ia juga tidak senang melihat orang Israel kawin dengan perempuan dari suku bangsa lain. Ia berpikir dalam hatinya, “Bukankah raja-raja dulu juga menyimpang dari jalan Tuhan dan menyembah berhala, justru dibujuk oleh istrinya yang berasal dari bangsa lain?” Nehemia menciptakan syarat-syarat hidup bernegara bagi bangsa Israel. Ezra Di Yerusalem, Nehemia menjumpai seorang imam yang saleh. Ia bernama Ezra. Ezra adalah seorang ahli Taurat, yang dari kecil mempelajari segala kitab suci. Setelah bertukar pikiran, mereka merencanakan suatu rapat yang besar. Dalam pertemuan itu, Nehemia dan Ezra menjelaskan kepada seluruh rakyat bagaimana seharusnya bangsa Israel hidup bersama. Belasan tahun kemudian, Nehemia kembali untuk melihat perkembangan Yerusalem dan bagaimana kehidupan bangsa Israel. Seperti ketika ia pertama kali datang, kali ini ia juga berkeliling di Yerusalem dan di daerah sekitarnya. Dalam perjalan berkeliling itu, ia seringkali merasa kecewa. Dulu ia mengangkat orang- orang suku Lewi untuk melaksanakan ibadat setiap hari di Bait Allah, tetapi ternyata mereka semua sudah meninggalkan tugas suci itu dan kembali ke ladang. Setelah ia bertanya kepada mereka kenapa demikian, mereka menjelaskan bahwa mereka terpaksa kembali ke ladang karena tidak punya biaya hidup. Umat Israel lalai menyerahkan persepuluhan dari usahanya kepada bendahara Bait Allah. Nehemia juga marah ketika ia melihat pada hari Sabat banyak orang bekerja di ladang dan berjualan di pasar. Ia juga tidak senang melihat orang Israel kawin dengan perempuan dari suku bangsa lain. Ia berpikir dalam hatinya, “Bukankah raja-raja dulu juga menyimpang dari jalan Tuhan dan menyembah berhala, justru dibujuk oleh istrinya yang berasal dari bangsa lain?” Nehemia menciptakan syarat-syarat hidup bernegara bagi bangsa Israel. Ezra Di Yerusalem, Nehemia menjumpai seorang imam yang saleh. Ia bernama Ezra. Ezra adalah seorang ahli Taurat, yang dari kecil mempelajari segala kitab suci. Setelah bertukar pikiran, mereka merencanakan suatu rapat yang besar. Dalam pertemuan itu, Nehemia dan Ezra menjelaskan kepada seluruh rakyat bagaimana seharusnya bangsa Israel hidup bersama. Imam Ezra membawa kitab hukum Musa. Dokumen penulis 33 Ay o B e l a j a r A g a m a K a t o l i k u n t u k S D K e l a s V I Di halaman depan Bait Allah yang luas itu, semua orang berkumpul. Imam Ezra memakai pakaian kebesaran. Selain itu, ia membawa kitab hukum Musa. Ia memperlihatkan buku suci ini kepada umat dan berkata: “Pujilah Tuhan Allah yang besar.” Seluruh umat mengangkat tangan tinggi-tinggi dan menjawab: “Amin, Amin.” Lalu mereka sujud menyembah. Setelah itu, mereka dipersilakan berdiri, lalu Ezra berkata: “Sungguh benar nubuat para nabi bahwa Tuhan datang menghibur umat-Nya dan mengasihi umat-Nya yang tertindas. Dahulu kala Allah membebaskan nenek moyang kita dari perbudakan di Mesir. Sampai sekarang Allah setia pada janji-Nya. Ia tidak membiarkan kita merana dalam pembuangan di Babel. Ia mengantarkan kita kembali ke Yerusalem. Pada pagi hari ini, kita dapat berkumpul bersama-sama di sini seperti dahulu kala nenek moyang kita berkumpul di kaki Gunung Sinai. Kita tetap bangsa pilihan Allah dan Allah tetap menjadi Tuhan kita. Kini Allah menyampaikan kepada kita kehendak-Nya, yaitu: segala hukum dan perintah harus menjadi pedoman hidup kita.” Dari pagi hingga siang, Imam Ezra membacakan kitab hukum Musa kepada mereka dan menerangkannya kepada mereka. Mendengar pembaca an hukum itu, rakyat menyadari bahwa mereka sering melanggar kehendak Tuhan. Hati mereka sangat terharu, lalu mereka menangis dan memohon ampun atas segala kesalahan dan dosa mereka. Tidak lama kemudian, seluruh rakyat berkumpul lagi di halaman depan Bait Allah di bawah pimpinan Ezra dan Nehemia. Seluruh rakyat mengucapkan perjanjian berikut ini kepada mereka, “Kami semua menggabungkan diri kepada para pemimpin kami dan bersumpah untuk hidup menurut hukum Tuhan yang telah Ia berikan dengan perantaraan Musa, hamba-Nya. Semoga Allah mengutuk kami kalau kami tidak menepati janji ini. Kami bersumpah akan mematuhi segala perintah, hukum, dan peraturan Tuhan Allah kami.” Perjanjian ini ditulis dan dicap, lalu ditandatangani oleh Imam Ezra, Nehemia, dan beberapa pemuka masyarakat. Sejak saat itu bangsa Israel menyebut dirinya sebagai bangsa Yahudi yang beragama Yahudi. Nehemia dan Ezra memiliki tiga gagasan pokok yang disampaikannya kepada umat Israel. Kedua orang baik itu berunding bagaimana caranya agar seluruh rakyat menyadari bahwa mereka bangsa pilihan Allah dan Bait Allah adalah pusat kehidupan mereka dan tempat Tuhan tinggal di tengah-tengah umat- Nya dan hukum Musa merupakan pedoman hidup umat-Nya. Kita telah mencermati kisah pembuangan yang dialami Bangsa Israel. Dari kisah itu, kita tentu dapat mengetahui bahwa Allah menyertai bangsa Israel melalui berbagai cara, misalnya melalui situasi yang menyedihkan atau melalui para tokoh yang dimunculkan. Di halaman depan Bait Allah yang luas itu, semua orang berkumpul. Imam Ezra memakai pakaian kebesaran. Selain itu, ia membawa kitab hukum Musa. Ia memperlihatkan buku suci ini kepada umat dan berkata: “Pujilah Tuhan Allah yang besar.” Seluruh umat mengangkat tangan tinggi-tinggi dan menjawab: “Amin, Amin.” Lalu mereka sujud menyembah. Setelah itu, mereka dipersilakan berdiri, lalu Ezra berkata: “Sungguh benar nubuat para nabi bahwa Tuhan datang menghibur umat-Nya dan mengasihi umat-Nya yang tertindas. Dahulu kala Allah membebaskan nenek moyang kita dari perbudakan di Mesir. Sampai sekarang Allah setia pada janji-Nya. Ia tidak membiarkan kita merana dalam pembuangan di Babel. Ia mengantarkan kita kembali ke Yerusalem. Pada pagi hari ini, kita dapat berkumpul bersama-sama di sini seperti dahulu kala nenek moyang kita berkumpul di kaki Gunung Sinai. Kita tetap bangsa pilihan Allah dan Allah tetap menjadi Tuhan kita. Kini Allah menyampaikan kepada kita kehendak-Nya, yaitu: segala hukum dan perintah harus menjadi pedoman hidup kita.” Dari pagi hingga siang, Imam Ezra membacakan kitab hukum Musa kepada mereka dan menerangkannya kepada mereka. Mendengar pembaca an hukum itu, rakyat menyadari bahwa mereka sering melanggar kehendak Tuhan. Hati mereka sangat terharu, lalu mereka menangis dan memohon ampun atas segala kesalahan dan dosa mereka. Tidak lama kemudian, seluruh rakyat berkumpul lagi di halaman depan Bait Allah di bawah pimpinan Ezra dan Nehemia. Seluruh rakyat mengucapkan perjanjian berikut ini kepada mereka, “Kami semua menggabungkan diri kepada para pemimpin kami dan bersumpah untuk hidup menurut hukum Tuhan yang telah Ia berikan dengan perantaraan Musa, hamba-Nya. Semoga Allah mengutuk kami kalau kami tidak menepati janji ini. Kami bersumpah akan mematuhi segala perintah, hukum, dan peraturan Tuhan Allah kami.” Perjanjian ini ditulis dan dicap, lalu ditandatangani oleh Imam Ezra, Nehemia, dan beberapa pemuka masyarakat. Sejak saat itu bangsa Israel menyebut dirinya sebagai bangsa Yahudi yang beragama Yahudi. Nehemia dan Ezra memiliki tiga gagasan pokok yang disampaikannya kepada umat Israel. Kedua orang baik itu berunding bagaimana caranya agar seluruh rakyat menyadari bahwa mereka bangsa pilihan Allah dan Bait Allah adalah pusat kehidupan mereka dan tempat Tuhan tinggal di tengah-tengah umat- Nya dan hukum Musa merupakan pedoman hidup umat-Nya. Ay o B e l a j a r A g a m a K a t o l i k u n t u k S D K e l a s V I 34 Pola penyertaan Allah yang seperti itu pun masih bisa kita temukan. Secara jelas, kita dapat menemukan penyertaan Allah melalui Yesus Kristus. Bagaimana hal tersebut bisa kita ketahui? Ayo kita renungkan Tuhan itu mahabaik. Tuhan selalu memberikan orang-orang yang membantumu agar semakin dekat dan mengenal-Nya. Siapakah orang-orang itu? Apa yang akan kamu lakukan dengan bantuan itu? Ayo kita pikirkan 1. Apakah Allah pernah menyelamatkan kamu? 2. Bagaimana rasanya bila kamu diselamatkan? 3. Apa tugas seorang nabi? Ayo kita lakukan Di lingkungan sekolahmu tentu pernah terjadi situasi yang kurang menyenang- kan, misalnya pertengkaran atau perkelahian antarteman, teman yang disingkiri, dan teman yang sedang sedih. Sebagai anak yang beriman, cobalah untuk menjadi penengah dalam pertengkaran, mendekati dan bersahabat dengan teman yang dikucilkan, dan menghibur teman yang sedang bersedih

B. Allah Menyelamatkan Umat-Nya melalui Kristus

Dari kisah pembuangan, kita mengetahui bahwa Allah senantiasa menyelamatkan umat-Nya. Melalui masa sesudah pembuangan, bangsa Israel memiliki kesempatan untuk merenungkan kembali sejarah bangsanya dan usaha untuk membangun kembali. Perlu kita ketahui, peran Allah yang menyelamatkan itu terus menerus disampaikan para nabi. Ayo kita lakukan Ayo kita renungkan Ayo kita pikirkan 35 Ay o B e l a j a r A g a m a K a t o l i k u n t u k S D K e l a s V I Allah Menjanjikan Penyelamat Kita pasti ingin hidup bahagia, aman, dan selamat. Keinginan itu semakin terasa terlebih pada saat kita mengalami penderitaan. Saat kita sedih karena sakit, kita berharap untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan sehingga kita dapat sembuh kembali. Saat mengalami kesulitan, kita akan mengharapkan kedatangan penyelamat yang dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik. Seperti yang dialami bangsa Israel setelah pulang dari pembuangan Babel, dan masih hidup dalam penderitaan serta ketidakadilan yang merajalela. Sehingga mereka mengharapkan seorang penyelamat, seorang Mesias, yang kedatangannya sudah dinubuatkan para nabi. Mesias itu adalah Kristus, Allah menyelamatkan umat-Nya melalui Kristus. Seorang nabi sangat berperan dalam karya keselamatan Allah. Dapat dikatakan bahwa para nabi memang menjadi juru bicara dalam mewartakan keselamatan Allah. Nabi adalah seorang yang dipanggil dan diilhami oleh Allah untuk menyampaikan pesan mengenai berbagai hal yang terjadi pada masa sekarang, di masa depan, bahkan pada masa lampau. Untuk menyampaikan pesan itu, para nabi dapat menggunakan kata-kata atau menggunakan lambang-lambang. Ada banyak nabi yang bisa kita temukan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Mereka antara lain adalah Nabi Musa, Samuel, Elia, Elisa, Yesaya, Yeremia, Barukh, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, dan Mikha. Tugas para nabi itu juga menubuatkan bahwa Allah akan mengutus Mesias yang Diurapi. Istilah Yang Diurapi pada umumnya berarti Raja. Oleh karena itu, mesias adalah seorang raja, keturunan Daud. Namun karena mengharapkan kedatangan raja-raja duniawi ternyata kerap mengecewakan, maka Mesias dibayangkan atau dimengerti sebagai tokoh surgawi. Kedatangan seorang Mesias ini sangat dirindukan oleh orang-orang yang menantikan. Berikut ini, kita akan melihat lebih jauh sosok Mesias sebagai tokoh yang dinanti-nantikan. Penyelamat yang Dinantikan bdk. Yes 11: 1-10 Pada zaman dahulu, sekitar tahun 538, sebelum Yesus lahir, umat Yahudi yang telah dibuang ke Babylonia kembali menetap di negeri sendiri, tanah Palestina. Penyelamat yang Dinantikan bdk. Yes 11: 1-10 Pada zaman dahulu, sekitar tahun 538, sebelum Yesus lahir, umat Yahudi yang telah dibuang ke Babylonia kembali menetap di negeri sendiri, tanah Palestina.