Apa yang dilakukan Pieter Both pada saat memimpin VOC?

Pieter both adalah seorang wakil VOC atau bisa disebut juga Gubernur-Jendral pertama di Hindia Belanda pada tahun 1610-1614.

Ia lahir pada tanggal yang tidak diketahui pasti yang jelas ia lahir sekitar tahun 1568, beliau lahir dikota yang terpencil yaitu Amersfoot.

Pieter Both adalah seorang pedagang di Italia. Beliau juga memiliki perusahaan disana.

Pada tahun 1599 ia melakukan perjalanan yang pertama kalinya, bersama empat kapal yang mewakili perusahaan Nieuwe Of Brabantsche Compagnie.

Kemudian setelah pulang berlayar, para anggota Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC meminta ia untuk tinggal di Hindia Belanda dan tetap menjadi Gubernur Jenderal merangkai juga sebagai Konsultan Perdagangan, bertujuan untuk mengoordinasikan kebutuhan perusahaan agar menjadi lebih baik.

Apa yang dilakukan Pieter Both pada saat memimpin VOC?
Pieter Both

Pada tahun 1609 akhirnya Pieter Both menjadi Gubernur-Jenderal Pertama VOC di Hindia Belanda/Indonesia. Tidak diketahui juga mengapa para pedagang tersebut memilih Pieter Both.

Lalu, pada tahun Both 1610 beliau berlayar dengan armada yang terdapat 8 kapal. Selanjutnya pada sepuluh bulan kemudian, pada tanggal 19 Desember 1610 ia mendarat di Banten, Jawa Barat.

Keberhasilan Pieter Both

Pieter Both lahir pada 1568 dan wafat pada 1615. Beliau diangkat sebagai gubernur jenderal pertama pada November 1610-1614 dan mencapai keberhasilan yaitu menciptakan monopoli perdagangan di indonesia untuk memindahkan penanaman di kepulauan.

Ia pertama kali mendirikan kantor perdagangan di daerah Jakarta dan Banten pada 1610 dan juga mendirikan kantor pusat VOC di Ambon.

Upaya VOC untuk menguasai perdagangan rempah-rempah juga semakin mudah. VOC terus mengadakan perluasan wilayah kekuasaan.

Pusat-pusat perdagangan penting berhasil dikuasainya, seperti Malaka, Padang dan Makassar. VOC pun menguasai daerah-daerah pedalaman, seperti Mataram dan Banten menghasilkan beras dan lada.

Selain itu Pieter juga berhasil mengadakan suatu perjanjian dengan Penguasa Jayakarta berupa pembelian tanah seluas 50 x 50 vadem. Tanah tersebut dijadikan benihuntuk hunian dan juga daerah kekuasaan VOC di Jawa dan menjadi sesepuh di kota Batavia.

Pieter Both juga Mengusir Spanyol & Portugis dari Indonesia dan memperkuat sistem pertahanan pada VOC.

Kebijakan Pieter Both

Apa yang dilakukan Pieter Both pada saat memimpin VOC?
Pieter Both

Dalam kedudukan selanjutnya sebagai Otoritas paling tinggi of VOC, Pieter mempunyai peran penting dalam menciptakan monopolies perdagangan dengan pulau of Hindia Belanda.

Hal ini, yang dimaksud monopolies ialah antara pulau-pulau Indonesia dan kerajaan Belanda atau tidak adanya negara-negara lain, terutama Inggris Raya.

Dengan memenuhi tugasnya berbeda dengan sejarah perkembangan Sosiologi of Indonesia, Pieter juga mendirikan Kantor Komersial of Jakarta dan Banten.

Kemudian, pada tahun 19 Desember 1610 sampai 6 November 1614, Pieter berperan sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang sukses membuat suatu perjanjian perdagangan dengan pulau Maluku.

Pieter pun berhasil mengalahkan pulau Timor lalu mengusir Spanyol dari Tidore. Maka dari itu, untuk mendukung nya keberhasilan yang dicapai oleh Pieter Both, aspek nya juga telah menjabarkan serangkaian kebijakan sebagai berikut:

Penaklukan P. Timor

Kebijakan yang diraih oleh Pieter Both terkait dengan intrusi dan kewajibannya tersebut untuk memonopoli perdagangan di Hindia Belanda, yaitu mengalahkan pulau Timor.

Berdasarkan hal ini tidak hanya dalam upaya damai, akan tetaoi juga dalam perang di beberapa daerah di Pulau Timor.

Dan tidak hanya mengalahkan pulau Timor, Pieter pun berhasil mengusir penjajah lainnya dari pulau Tidore, terutama Spanyol. yang pada mulanya juga sangat tertarik dengan banyak nya rempah-rempah yang ada di Hindia Timur Belanda Timur.

Perjanjian Perdagangan

Selanjutnya, kebijakan yang paling terkenal dan juga paling berhasil berikutnya untuk memonopoli sistem perdagangan harga rempah-rempah di Wilayah India Timur Belanda ialah mengambil perjanjian perdagangan.

Persetujuan perdagangan disimpulkan antara VOC yang diwakili oleh Pieter both dan maluku yang mengurangkan perawalan perang antara kedua pihak

Kantor Perdagangan

Melainkan dengan menciptakan monopoli komersial pada awal pengangkatannya sebagai Gubernur VOC Pieter both pun telah menetapkan banyak sekali posisi komersial.

Yang bermaksud untuk memperluas nya wilayah VOC dan juga untuk menyediakan kontrol perdagangan di wilayah Banten dan Batavia.

Monopoli komersial

Kebijakan yang dibuat oleh Pieter Both juga dengan menciptakan Monopoli Komersial.

Adanya hal ini Pieter Both sangat mendukung sekali kehormatan dan cintanya untuk tanah air yakni Belanda.

Oleh karena itu, Pieter hanya melakukan monopoli komersial di dalam antara Hindia Belanda dan Belanda, tidak ke negara lainnya.

Kebijakan-kebijakan tersebut juga menimbulkan pengaruh pada rakyat Indonesia, diantaranya sebagai berikut :

  • Kekuasaan raja bakal menjadi lebih baik apabila dikuasai oleh VOC.
  • Terbaginya wilayah kerajaan dengan menciptakan kerajaan dan penguasa baru di bawah pimpinan VOC.
  • Hak yang dipunyai oleh VOC menyebabkan rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan dan juga penderitaan.
  • Rakyat Indonesia juga mengakui adanya benteng, senjata, sistem Intelektual, dan lain sebagainya.
  • Pelayaran Hongi bisa dibilang dapat melakukan pelelangan,pembabuan,pencurian dan juga pembunuhan.
  • Hak rehabilitasi bagi rakyat Indonesua adalah ancaman kematian atau juga hal yang bisa berlebihan.

Tugas Pieter Both

Apa yang dilakukan Pieter Both pada saat memimpin VOC?
Pieter Both

Tugas pertama Both ialah mencari tempat yang pacak untuk berlabuhnya kapal dan lokasi yang akan menjadi pusat untuk pemerintahan VOC.

Kemudian tugas selanjutnya yaitu mengatasi para korupsi yang selama ini telah dilakukan oleh para pedagang VOC dan mengambil alih monopoli rempah-rempah yang ada di Maluku jatuh ke tangan VOC.

Lalu Pieter menjadikan Maluku sebagai Pusat perdagangan, sementara untuk kantor dan juga pelayanan administrasi yang dipusatkan di daerah Jawa.

Alasannya karena fasilitas pangan lebih banyak di Jawa daripada di Maluku.

Silsilah pun membuktikan bahwa memang pada akhirnya pulau Jawa memiliki posisi yang strategis selama penjajahan Belanda di Indonesia.

Pieter mendirikan kantor kecil di kota Jayakarta, dan menjalin kontrak dengan raja-raja Maluku, membuat suatu perjanjian dengan Timor yang pada saat itu sudah ditawan oleh Portugis dan juga mengusir Portugis dari Tidore.

Piter Both kemudian berhenti dari posisi nya menjadi Gubernur Jenderal dan digantikan oleh Gerard Reynst pada tanggal 6 November 1614.

Pada tanggal 2 Januari 1615 dengan menaiki kapal Banda, sebagai kapal komando, Pieter juga meninggalkan Banten dengan armada yang terdapat empat kapal membawa muatan sebanyak 4.5 juta Gulden.

Akan tetapi Pieter tidak pernah sampai tujuan. Pada tanggal 6 Maret 1615 kapalnya tenggelam diterjang badai di landasan pantai Mauritius. Pieter berusaha meraih pantai namun akhirnya ia tewas sebelum mendarat di pantai.

Dengan mengenangnya, hingga saat ini nama Peter Both dipakai sebagai nama salah satu Dataran tinggi yang ada di Mauritius dengan nama Pieter Bothberg.

Semenjak itu juga, VOC terjadi beberapa kemunduran pada sekitar abad ke 18 dan beberapa penyebab sampai dibubarkan. Alasan nya diantara lain sebagai berikut:

  • Banyak nya pegawai VOC yang melakukan korupsi dan kecurangan.
  • Banyak sekali VO mengeluarkan biaya untuk peperangan, seperti perang melawan Sultan Hasanuddin dari Gowa.
  • Banyakn pegawai yang harus menerima gaji, karena adanya kekuasaan yang luas memerlukan pegawai yang banyak
  • Pembayaran keuntungan bagi pemillik saham ikut memberatkan sesuai VOC mengalami kekurangan pemasukan.
  • Semakin banyaknya saingan dagang di Asia, termasuk Prancis dan Inggris.
  • Selanjutnya, terjadi perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Batavia 1795 yang Demoktaris beserta liberal mendirikan perdagangan yang bebas.
  • Terakhir ialah Revolusi Prancis yang mengakibatkan Belanda jatuh ke tangan Prancis. Belanda pun ikut jatuh di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.

Nah, Alasan tersebut lah yang menyebabkan VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799.

Kemudian meninggalkan hutang sejumlah 136,7 juta gulden. VOC meninggalkan kekayaan berupa kantor perdagangan, benteng, dan daerah kekuasaan yang ada di Indonesia. Namun aset tersebut kemudian diambil alih oleh Pemerintahan Belanda.

Demikianlah teman edmodo.id semua penjelasan mengenai Pieter Both. Semoga bermanfaat bisa bermanfaat untuk sahabat semua.

Baca Juga :

Gubernur Jenderal yang dalam bahasa Belanda disebut dengan Gouverneur Generaal merupakan jabatan penguasa paling tinggi selama pemerintahan Hindia Belanda yang diadakan tahun 1691 sepanjang sejarah VOC Belanda. Sesudah VOC mengalami kebangkrutan tahun 1799, semua aset VOC di Hindia Belanda diserahkan ke pemerintahan Belanda sehingga mulai saat itu Gubernur Jenderal dijadikan wakil dari pemerintahan Belanda. Berikut ini akan kami berikan daftar pemimpin VOC selengkapnya.

1. Pieter Both [1610 – 1614]

Pemimpin VOC pertama adalah Pieter Both yang merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pertama yang menguasai Hindia Belanda. Pieter Both memiliki beberapa kebijakan pada awal berdirinya VOC. Beberapa kebijakan yang dilakukan adalah pendirian pos perdagangan di Banten dan juga membuat perjanjian dengan Pulau Maluku untuk menguasai rempah rempah.Pemerintahan Pieter Both terjadi pada tahun 1610 hingga 1614. Kebijakan yang sudah dibuatnya kemudian diteruskan oleh gubernur jenderal berikutnya karena dianggap berhasil. Pieter Both kemudian wafat pada tahun 1615 di Perairan Mauritius tidak lama sesudah ia berhenti dari jabatannya.

2. Jan Pieterszoon Coen[1619 – 1623 dan 1627 – 1629]

Pemimpin VOC berikutnya adalah Jan Pieterszoon Coen yang ketenarannya tidak kalah dengan gubernur VOC lainnya dan juga masuk dalam sejarah berdirinya VOC. Gubernur jenderal Hindia Belanda ke-4 ini merupakan orang yang memindahkan markas VOC dai Banten ke Jayakarta dan kemudian nama Jayakarta tersebut diubah menjadi Batavia.

Jan Pieterszoon Coen juga dikenal sebagai seorang pembesar VOC yang cukup memiliki pengaruh di Hindia Belanda. Ia kemudian dipercaya menjadi pemimpin organisasi VOC ke-6 karena dianggap sukses ketika menjabat sebagai gubernur jenderal ke-4. Di masanya, terjadilah perlawanan Sultan Agung Hanyoktokusumo yang dikenal dengan nama Sultan Agung dari Kerajaan Mataran Yogyakarta. Perlawanan ini terjadi di tahun 1628 dan juga 1629 yakni Sultan Agung dan pasukannya menyerang Batavia.

Pasukan Mataram berhasil menyebarkan wabah kolera di Batavia dari Sungai Ciliwung yang akhirnya menyebabkan banyak orang Belanda terjangkit penyakit tersebut dan wafat termasuk juga salah satunya Jan Pieterszoon Coen yang wafat di tahun 1629 di Batavia.

3. Herman Willem Daendels [1808 – 1811]

Herman Willem Daendels merupakan gubernur jenderal yang memerintah dari tahun 1808 hingga 1811 dimana pemerintahannya adalahs ebagai wakil Perancis di Indonesia sebab pada saat itu Belanda takluk dengan Perancis sehingga semua tanah jajahan Belanda jatuh ke Perancis termasuk salah satunya adalah Indonesia.

Di masa itu, Inggris juga sedang berperang dengan Perancis sehingga akan menjadi ancaman besar jika Inggris masuk ke Indonesia kemudian ke Pulau Jawa. Untuk itulah, tugas utama dari Herman Willem Daendels di Indonesia adalah untuk mempertahankan Pulau Jawa yang menjadi pusat pemerintahan dari serangan Inggris yang menjadi salah satu latar belakang VOC.Ketika melakukan tugasnya, Herman Willem Daendels memiliki banyak kebijakan dan berikut beberapa kebijakan yang sudah dibuatnya:

  • Membuat jalan dari Anyer sampai Panarukan yang disebut dengan Jalan Raya Pos.
  • Membangun dermaga di Surabaya.
  • Membangun pabrik senjata di Semarang untuk tujuan produksi senjata.
  • Membangun benteng di Jakarta serta Surabaya untuk pertahanan.

Semua kebijakan ini dilakukan untuk menghindari serangan Inggris. Akan tetapi beberapa raja yang berkuasa di Jawa serta beberapa orang Belanda menganggap jika Herman Willem Daendels meruipakan orang yang otoriter. Untuk itu pada tahun 1811, Daendeks dipanggil pulang ke Belanda.

4. Thomas Stamford Raffles [1811 – 1816]

Thomas Stamford Raffles merupakan pemimpin VOC atau gubernur Jenderal Inggris yang memerintah dari tahun 1811 hingga 1816. Karena Kapitulasi Tuntang, ini berarti mengakhiri kekuasan Belanda di Hindia Belanda untuk sementara waktu dan Inggris yang berkuasa di Hindia Belanda. Thomas Stamford Raffles juga turut membuat beberapa kebijakan, yaitu:

  • Bidang politik: Membentuk Pulau Jawa menjadi 16 karisidenan.
  • Bidang ekonomi: Mengenalkan mata uang, menghapus pajak hasil bumi dan sistem penyerahan wajib.
  • Bidang budaya dan ilmu pengetahuan: Penemuan tanaman Rafflesia Arnoldi, penemuan dan pemugaran Candi Borobudur, mendirikan Kebun Raya Bogor, menulis buku History of Java tentang sejarah Pulau Jawa di masanya serta mendukung Bataviaach Genootschap yakni perkumpulan budaya dan ilmu pengetahuan.
  • Bidang sosial: Menghapus kerja rodi yang dibuat di masa Daendels, menghapus perbudakan.

Kekuasaan Thomas Stamford Raffles di Indonesia berakhir secara resmi pada tahun 1816 dan berakhirnya kekuasaan Raflles juga menjadi tanda berakhirnya Inggris di Indonesia.

5. Van Der Capellen [1816 – 1826]

Van Der Capellen merupakan gubernur jenderal Hindia Belanda pertama yang memerintah sesudah kekuasaan Inggris berakhir di Indonesia atau Hindia Belanda. Kebijakan yang dibuat juga bisa dikatakan cukup berpengaruh seperti mengurangi monopoli rempah di Pulau Maluku serta menghentikan sewa tanah yang ada di Kerajaan Mataram Yogyakarta untuk membantu petani. Van Der Capellen juga membuat Departemen Pertanian, seni dan juga ilmu pengetahuan di Pulau Jawa dan bisa dikatakan kebijakan yang dibuat tersebut pro pada rakyat tidak seperti akibat penjajahan Belanda yang dilakukan pimpinan VOC lainnya.

Namun, ia dianggap lemah oleh Belanda sehingga Van Der Capellen dipanggil pulang ke Belanda lalu digantikan dengan Markus De Kock. Pada masa pemerintahan Capellen, juga terjadi Perang Diponegoro atau Perang Jawa tahun 1825 dan berakhir tahun 1830.

6. Van Den Bosch [1830 – 1834]

Van Der Capellen menjadi pemimpin VOC terkenal ketiga sesudah Herman Williem Daendels dan Thomas Stamford Raffles. Kebijakannya yang paling terkenal adalah Sistem Tanam Paksa atau Cultuurstelsel. Ia sendiri yang membuat Sistem Tanam Paksa untuk mengisi kosongnya kas Belanda karena Perang Diponegoro dan juga Perang Kemerdekaan Belgia.

Rakyat pribumi dipaksa menanam lada, kopi, teh dan juga tebu yang kemudian akan dipanen, diangkut dan dijual oleh Belanda. Namun dalam praktek Cultuurstelsel ini, peraturan yang ditetapkan ternyata tidak sesuai dengan prakteknya. Pada salah satu peraturan menyebutkan jika rakyat yang tidak mempunyai tanah pertanian diwajibkan bekerja di kebun milik pemerintah Belanda selama 66 hari atau 1/5 tahun. Akan tetapi pada kenyataannya, rakyat yang tidak memiliki tanah tetap dipaksa bekerja di perkebunan lebih dari 66 hari.

Penyimpangan tersebut kemudian menuai kritik dari kaum liberal dan intelektual Belanda. Dalam sistem Tanam Paksa tersebut, Van Den Bosch juga berusaha untuk memadamkan perlawanan Pangeran Diponegoro dan juga Kaun Paderi di Sumatera Barat.

Demikian ulasan dari kami tentang beberapa nama pemimpin organisasi VOC. Beberapa pemimpin tersebut memang ada yang membuat rakyat pribumi menderita, namun sebagian lagi juga ada yang tidak menyengsarakan kehidupan rakyat pribumi. Selain itu, masih ada beberapa nama pemimpin VOC lainnya seperti Limburg Stirum,  Gerard Reinjst, Laurens Reael, Pieter de Carpentier, Jacques Specx dan lain sebagainya.

=Kompas.com, Tempo.co, dan Kpu.go.id Menangkan 02 ?