Spenmo Team
Jan 19, 2022
Memiliki buku besar adalah kewajiban bagi pelaku usaha. Tak sekadar harus punya, pengusaha juga mesti memastikan buku besar itu tertata rapi dan disusun cermat serta akurat sebagai basis data transaksi finansial. Data ini penting untuk membuat laporan keuangan yang berguna dalam melihat performa bisnis, menyusun strategi finansial, sekaligus mematuhi peraturan dari otoritas berwenang. Investopedia menjelaskan ledger atau buku besar adalah sistem pencatatan data finansial perusahaan dengan catatan akun debit dan kredit yang divalidasi dengan neraca saldo. Buku besar menyediakan catatan setiap transaksi finansial yang terjadi selama operasi perusahaan. Informasi yang dibutuhkan untuk menyiapkan laporan keuangan perusahaan tersedia di sini. Dalam sistem pembukuan atau akuntansi perusahaan, buku besar sangat penting karena berisi ringkasan semua transaksi dalam satu neraca. Misalnya, dalam satu periode sebuah perusahaan mengeluarkan uang untuk membeli perlengkapan kantor sebesar Rp 2 juta pada April, Rp 5 juta pada Mei, dan Rp 1 juta pada Juni. Buku besar merangkum catatan transaksi itu dengan menjumlahkannya menjadi Rp 8 juta. Tergantung pola bisnis perusahaan, buku besar bisa merangkum ratusan hingga ribuan transaksi dalam satu periode. Dengan adanya rangkuman itu, manajemen keuangan perusahaan akan lebih mudah. Namun harus dipastikan pembuatan buku besar itu sudah cermat dan akurat dalam mencatat tiap transaksi. Menggunakan metode pembukuan ganda [double entry], total saldo yang dicatat di kolom debit harus cocok dengan total saldo di kolom kredit dalam catatan terakhir. Bila tidak cocok, berarti ada kekeliruan yang harus diperbaiki. Data transaksi dibedakan menjadi lima jenis, yaitu: Setiap transaksi akan dicatat sesuai dengan jenis akun itu. Misalnya kas akan dimasukkan ke akun aset atau pinjaman akan dimasukkan ke akun liabilitas, dan seterusnya. Dalam perusahaan, yang bertanggung jawab dalam pembuatan buku besar adalah akuntan atau pegawai yang mengurusi masalah akuntansi. Pemilik usaha bisa juga turun tangan sendiri. Saat ini pembuatan buku besar jauh lebih sederhana daripada zaman dulu, ketika masih digunakan buku besar dalam arti harfiah. Dulu akuntan mencatat data transaksi secara manual dalam buku yang berukuran besar. Makin banyak transaksi, makin besar buku itu. Itulah kenapa namanya buku besar. Namun kini akuntan atau pemilik usaha sudah dapat memanfaatkan software akuntansi yang bisa mengotomatisasi proses akuntansi dalam suatu bisnis. [Baca: Pengertian, Manfaat dan Contoh Laporan Keuangan untuk Bisnis Anda] Terdapat empat macam buku besar berdasarkan bentuknya, yakni: Membuat buku besar adalah proses akuntansi yang sederhana tapi sangat membutuhkan kecermatan. Proses ini juga sering disebut dengan pemindahbukuan. Sebab, akuntan akan memindahkan entri atau data transaksi di jurnal umum ke buku besar. Dalam pencatatan akuntansi manual, umumnya satu buku besar digunakan untuk satu akun. Sedangkan jika memakai software akuntansi, sudah ada lembaran-lembaran untuk mencatat setiap akun. Tergantung apa bentuk buku besar yang digunakan, terdapat enam tahap utama untuk membuat buku besar: Beri judul buku besar sesuai dengan nama akun yang dicatat di sana. Pastikan tanggal posting sama dengan tanggal pencatatan transaksi di jurnal umum. Kode akun ini mengacu pada jenis transaksi yang dicatat di jurnal umum. Tulis data transaksi debit sesuai dengan posisinya di jurnal umum. Tulis data transaksi kredit sesuai dengan posisinya di jurnal umum. Hitung saldo yang didapat dari pengurangan atau penambahan dari transaksi di kolom kredit dan debit. Cara terbaik untuk memahami buku besar adalah mencoba membuatnya sendiri. Ambil contoh, PT Maju Jaya Sentosa akan membuat buku besar untuk transaksi pada bulan November 2021. Transaksi yang terjadi selama bulan itu adalah: Setelah transaksi itu dimasukkan ke jurnal umum, isi catatan transaksi akun kas tunai, piutang usaha, utang usaha, dan pendapatan dalam buku besar adalah:Buku Besar Adalah
Cara Membuat Buku Besar
1. Tulis nama akun
2. Isi tanggal posting buku besar
3. Tulis kode atau nomor akun
4. Isi kolom debit
5. Isi kolom kredit
6. Hitung saldo
Contoh Buku Besar
Akun Kas Tunai [111]
Tanggal
Debit
Kredit
Saldo
1 Nov 2021
8.000.000 [asumsi saldo awal]
12 Nov 2021
5.000.000
–
13.000.000
16 Nov 2021
2.000.000
–
15.000.000
22 Nov 2021
4.000.000
–
19.000.000
[Baca: Cara Membuat Laporan Arus Kas Sederhana untuk UMKM]
Akun Piutang Usaha [131]
Tanggal
Debit
Kredit
Saldo
1 Nov 2021
2.000.000 [asumsi saldo awal]
2 Nov 2021
5.000.000
–
7.000.000
5 Nov 2021
2.000.000
–
9.000.000
12 Nov 2021
5.000.000
4.000.000
16 Nov 2021
2.000.000
2.000.000
Akun Utang Usaha [121]
Tanggal
Debit
Kredit
Saldo
1 Nov 2021
3.000.000 [asumsi saldo awal]
5 Nov 2021
–
1.500.000
4.500.000
15 Nov 2021
1.500.000
–
3.000.000
Akun Pendapatan Penjualan [112]
Tanggal
Debit
Kredit
Saldo
1 Nov 2021
17.000.000 [asumsi saldo awal]
2 Nov 2021
–
5.000.000
22.000.000
5 Nov 2021
–
2.000.000
24.000.000
22 Nov 2021
–
4.000.000
28.000.000
Akun kas tunai, piutang usaha, utang usaha, dan pendapatan penjualan di atas sekadar contoh. Masih ada akun lain yang bisa dibuat untuk buku besar, tergantung transaksi apa yang terjadi selama periode pencatatan akuntansi.
Adapun nomor di samping nama akun di setiap tabel itu adalah kode akun di jurnal umum. Nama kode bisa berbeda-beda di tiap perusahaan. Yang pasti, jangan sampai keliru memasukkan kode ketika memindahbukukan entri dari jurnal umum. Potensi kesalahan itu bisa ditekan bila memakai software akuntansi. Bagi usaha mikro, kecil, dan menengah [UMKM], penggunaan software ini dalam pembuatan buku besar adalah cara efisien untuk memastikan sistem akuntansi yang lebih akurat.