Apa yang dimaksud dengan slogan 4 sehat 5 sempurna?

Apa yang dimaksud dengan slogan 4 sehat 5 sempurna?
Apa yang dimaksud dengan slogan 4 sehat 5 sempurna?
Foto: Thinkstock
Jakarta - 4 Sehat 5 Sempurna merupakan bentuk promosi gaya hidup sehat yang sangat populer. Namun belakangan, slogan ini tak lagi digaungkan oleh pemerintah maupun para ahli gizi. Kenapa ya?

Prof Dr Hardinsyah, MS, Ketua Umum Pegizi Pangan Indonesia, mengatakan bahwa sejak adanya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 41 tahun 2014, 4 sehat 5 sempurna tak lagi digunakan karena tidak mencakup seluruh aspek gaya hidup sehat masyarakat. Sesuai Permenkes tersebut, konsep yang digunakan saat ini adalah Pedoman Gizi Seimbang.

"Sebenarnya pedoman gizi seimbang ini mencakup 4 sehat 5 sempurna. Namun ditambah dengan aspek baru sesuai keadaan masyarakat saat ini yaitu rutin aktivitas fisik, batasi konsumsi gula, garam dan lemak, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan serta biasakan minum air putih," tutur Prof Hardin, dalam sesi kelas Jurnalisme AJI dan Danone di Gedung Cyber 2, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.

Baca juga: Ini Artinya Ketika si Kecil Disebut Mengalami Gizi Kurang

Dikatakan Prof Hardin, salah satu alasan mengapa perlu adanya pedoman gizi seimbang adalah meningkatnya angka penyakit tidak menular dan kegemukan pada masyarakat Indonesia. Di sisi lain, masih tingginya jumlah anak yang mengalami stunting juga merupakan masalah tersendiri.

Pedoman gizi seimbang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi keluarga Indonesia untuk memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi. Dengan adanya pedoman gizi seimbang, diharapkan anak Indonesia tidak mengalami kegemukan, tidak kerempeng dan tidak kekurangan gizi.

"Yang harus diingat adalah porsi makanan. Harus ada makanan pokok, sayuran, buah dan lauk-pauk. Tapi ingat saat disajikan di piring itu komposisinya 25 persen nasi, 25 persen lauk, dan 50 persen buah dan sayuran," tuturnya lagi.

Kelebihan lain dari pedoman gizi seimbang adalah implementasinya ke daerah. Sehingga makanan lokal dari daerah, misalnya ubi jalar atau sagu, tetap dikonsumsi menggantikan porsi nasi.

"Tinggal bagaimana penerapannya saja. Memang masih ada di daerah ketika kami datangi yang masih menggunakan 4 sehat 5 sempurna. Tapi dengan sosialisasi yang baik saya kira pedoman gizi seimbang ini akan bisa diterima oleh masyarakat," tuturnya.

Baca juga: Dulu 4 Sehat 5 Sempurna, Kalau Sekarang?

(mrs/up)