Apa yang dimaksud diare kronis

Menurut laporan jurnal Pediatric Gastroenterology Hepatology & Nutrition, diare yang berlangsung lebih lama dari diare akut ini terbagi lagi menjadi dua, yakni:

Diare osmotik

Tipe diare ini terjadi ketika makanan yang ada di usus tidak dapat diserap dengan baik. Akibatnya, cairan berlebihan terbuang bersama feses dan membuat feses jadi encer.

Diare osmotik dapat terjadi karena jenis makanan tertentu dan obat-obatan. Makanan yang menyebabkan diare persisten ini yaitu yang mengandung laktosa, pemanis buatan, seperti aspartam dan sakarin.

Sementara obat-obatan yang memicu diare osmotik adalah penggunaan antibiotik, obat hipertensi, dan obat pencahar yang mengandung bahan aktif seperti natrium fosfat, magnesium sulfat, atau magnesium fosfat.

Orang dengan tipe diare ini harus menghindari makanan dan obat pemicu. Dokter akan meresepkan obat diare medis untuk mengatasinya.

Diare sekretori

Jenis diare yang lebih lama dari diare akut ini disebabkan oleh gangguan sekresi pada usus kecil atau usus besar dalam menyerap elektrolit.

Saat kadar air cukup banyak dalam tubuh, air akan dibuang ke usus kecil yang terganggu fungsinya. Sekresi air (pembuangan air) pada usus ini akan melebihi kemampuan usus untuk menyerap, sehingga membuat feses jadi encer.

Selain infeksi bakteri E. coli, jenis diare persisten ini juga bisa disebabkan oleh produksi hormon tertentu akibat adanya hormon, penggunaan obat antidepresan, dan keracunan logam atau insektisida.

Ke dokter untuk cari tahu jenis diare yang Anda alami

Mengetahui penyebab diare, baik itu akut, kronis, maupun persisten akan membantu dokter menentukan pengobatan yang tepat untuk Anda.

Oleh karena itu, beberapa dokter mungkin akan merekomendasikan Anda untuk melakukan tes kesehatan, seperti tes darah, pemindaian gambar, serta mengamati sampel feses.

Jika Anda mengalami diare dengan gejala yang mengganggu, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Pada kasus parah bisa menyebabkan dehidrasi dan komplikasi parah lainnya.

Maka, diare tidak boleh dipandang sebelah mata. Semakin cepat mengunjungi dokter, semakin mudah pengobatan yang akan dilakukan dan mencegah diare semakin parah.

Apa yang dimaksud diare kronis

Apa yang dimaksud diare kronis
Lihat Foto

SHUTTERSTOCK/ Tutatamafilm

Ilustrasi diare

KOMPAS.com - Diare adalah kondisi pencernaan yang menyebabkan feses encer atau berair.

Banyak orang mengalami diare di beberapa kesempatan dalam hidup mereka.

Serangan ini sering kali akut dan sembuh dalam beberapa hari tanpa komplikasi.

Baca juga: 9 Penyebab Sakit Perut dan Diare yang Terjadi Bersamaan

Namun, orang lain hidup dengan diare yang berlangsung selama lebih dari dua hingga empat minggu. Kondisi ini disebut sebagai diare kronis.

Diare akut atau jangka pendek biasanya tidak serius.

Tetapi, tinja encer atau berair yang kronis dapat menyebabkan masalah jika tidak ditangani.

Jadi, penting untuk memahami penyebab diare kronis dan mengobati kondisi yang mendasarinya.

Melansir Medical News Today, ada banyak penyebab potensial diare kronis.

Beberapa yang paling umum termasuk:

1. Mengasup alkohol atau kafein yang berlebihan

Terdapat banyak penyebab diare kronis, Beberapa di antaranya meliputi:Terlalu banyak mengonsumsi minuman berkafein (seperti kopi atau minuman bersoda) dapat menyebabkan buang air besar cair. Demikian pula dengan minum alkohol teralu banyak. Konsumsi beberapa jenis gula dan pemanis tertentu diketahui dapat menyebabkan diare, apalagi jika dilakukan setiap hari. Misalnya, sorbitol, manitol, fruktosa, serta laktosa. Ramuan herbal maupun teh herbal bisa mengandung pencahar alami. Contohnya, teh daun jati cina. Bila mengonsumsinya secara berlebihan, Anda dapat mengalami diare kronis. Diare kronis juga dapat terjadi karena penggunaan obat-obatan, baik obat resep maupun obat bebas. Beberapa jenis obat ini meliputi:

  • Antibiotik, seperti amoxicillin, cefpodoxime, dan ampicillin.
  • Obat pencahar dan pelancar buang air besar.
  • Antidepresan, misalnya selective serotonine reuptake inhibitor (SRRI) dan serotonin-noraderenalin reupake inhibitor.
  • Antasida yang mengandung magnesium hidroksida.
  • Proton pump inhibitor (PPI), seperti omeprazole dan lansoprazole.
  • Obat-obatan kemoterapi.
  • Litium dan digoksin.

Diare jangka panjang juga bisa disebabkan oleh infeksi parasite, bakteri atau virus seperti:

  • Infeksi parasit Cryptosporidium, Cyclospora, Entamoeba histolytica atau Giardia, microsporidia
  • Infeksi bakteri Aeromonas, Campylobacter, Clostridium difficile, E. coli, Plesiomonas, Salmonella atau Shigella
  • Infeksi virus norovirus atau rotavirus

Beberapa kondisi medis di bawah ini juga bisa menjadi dalang di balik diare kronis:

  • Penyakit peradangan pada usus (inflammatory bowel disease).
  • Diabetes
  • Tumor langka, contohnya tumor karsinoid yang menghasilkan hormon serotonin berlebihan sehingga menyebabkan gerakan usus meningkat dan menurunkan fungsi penyerapan makanan
  • Gangguan pancreas, misalnya pankreatitis kronis, defisiensi enzim pankreas, fibrosis kistik)
  • Gangguan usus, misalnya kolitis, Penyakit Crohn, sindrom iritasi usus besar
  • Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu, misalnya protein kedelai, susu sapi, sorbitol atau fruktosa.
  • Gangguan tiroid, misalnya hipertiroidisme
  • Efek samping tindakan medis seperti operasi atau terapi radiasi pada organ di perut.
  • Gangguan fungsi kekebalan tubuh, misalnya defisiensi imunoglobulin, AIDS dan penyakit autoimun
  • Gangguan keturunan, misalnya fibrosis kistik atau defisiensi enzim

 Beberapa faktor berikut, dapat meningkatkan terjadinya diare, antara lain:

  • Kebersihan diri yang kurang baik
  • Penanganan makanan yang tidak higienis
  • Sensitif terhadap makanan dan minuman tertentu
  • Stres dan depresi

 

Berdasarkan lama kejadiannya, diare terbagi menjadi dua jenis, yaitu diare akut dan diare kronis. Keduanya dapat disebabkan oleh hal yang berbeda. Meski demikian, langkah penanganan perlu segera dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi akibat diare.

Diare ditandai dengan sering buang air besar dengan tekstur tinja yang encer. Kondisi ini biasanya berlangsung kurang dari dua minggu atau disebut juga diare akut. Namun, ada pula diare yang dialami penderitanya selama lebih dari dua minggu. Jenis diare ini disebut juga diare kronis.

Apa yang dimaksud diare kronis

Perbedaan Diare Akut dan Diare Kronis

Pada dasarnya, perbedaan antara diare akut dan diare kronis terletak pada lamanya penyakit berlangsung. Namun, lamanya penyakit juga dipengaruhi oleh penyebab beserta gejala yang dialami. Berikut ini adalah penjelasannya:

Diare Akut

Diare akut merupakan jenis diare yang paling umum terjadi dan dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

  • Infeksi saluran cerna akibat virus, bakteri, atau parasit pada air dan makanan yang terkontaminasi atau kontak dengan orang lain yang sedang mengalami infeksi ini
  • Efek samping obat-obatan
  • Konsumsi terlalu banyak minuman beralkohol atau berkafein
  • Keracunan makanan

Selain buang air besar dalam bentuk cair, diare akut kadang disertai muntah, darah atau lendir pada tinja, demam, sakit kepala, dan sakit perut.

Dari semua gejala tersebut, dehidrasi adalah hal yang perlu diwaspadai dari diare. Tubuh terasa lemas, kram otot, sakit kepala, frekuensi buang air kecil berkurang, dan mulut kering adalah beberapa gejala dari dehidrasi.

Pada umumnya, diare akut akan sembuh dalam beberapa hari setelah perbanyak minum air putih, konsumsi obat-obatan, dan istirahat yang cukup. Namun, segera periksakan diri ke dokter jika diare yang dialami disertai dengan:

  • Keluar darah saat muntah atau buang air besar
  • Muntah dalam jumlah banyak atau sangat sering
  • Sakit perut yang tidak tertahankan
  • Demam tinggi yang tidak kunjung reda

Langkah penanganan juga perlu dilakukan bila Anda seorang lansia, sedang hamil, sedang menjalani pengobatan kemoterapi, atau menderita penyakit tertentu, seperti epilepsi, diabetes, radang usus, dan sakit ginjal.

Diare Kronis

Jika diare akut adalah hal yang umum, diare kronis yang terjadi lebih dari dua atau bahkan empat minggu tergolong lebih jarang terjadi. Kondisi semacam ini dianggap sebagai penyakit serius, terutama bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Penyebabnya bisa infeksi oleh parasit, bakteri, dan virus. Sedangkan, diare kronis yang tidak disebabkan oleh infeksi, dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

  • Obat-obatan, seperti obat pencahar ataupun antibiotik
  • Gangguan pada usus, misalnya penyakit radang usus
  • Intoleransi tubuh terhadap beberapa makanan dan minuman, seperti susu sapi, fruktosa, atau protein kedelai
  • Gangguan pada pankreas
  • Gangguan pada tiroid, misalnya hipertiroidisme
  • Operasi ataupun terapi radiasi yang pernah dijalani
  • Berkurangnya aliran darah pada usus
  • Tumor
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh, misalnya HIV/AIDS
  • Penyakit keturunan, misalnya yang menyebabkan defisiensi enzim tertentu

Berbeda dengan diare akut, diagnosis diare kronis biasanya membutuhkan pemeriksaan tambahan selain pemeriksaan fisik untuk mengetahui penyebabnya, seperti tes darah, pemeriksaan tinja, dan endoskopi.

Sementara itu, komplikasi yang dapat diakibatkan oleh diare kronis lebih beragam sesuai usia dan kondisi kesehatan penderita. Misalnya, diare kronis yang menyerang seseorang yang sudah mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan malnutrisi.

Diare kronis, apa pun penyebabnya, adalah kondisi yang perlu mendapat penanganan medis dari dokter secepatnya karena berisiko tinggi menimbulkan dehidrasi dan gangguan elektrolit.

Langkah Penanganan Diare

Diare kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri umumnya dapat ditangani dengan mengonsumsi antibiotik.Bila tidak disebabkan oleh infeksi, diare membutuhkan penanganan medis sesuai penyebabnya dan pemberian suplemen nutrisi dalam jangka panjang. Pada sebagian kasus, kondisi semacam ini bahkan membutuhkan operasi.

Saat diare, mengonsumsi cairan rehidrasisebagai pengganti cairan tubuh yang terbuang adalah cara terbaik untuk menghindari dehidrasi. Meski begitu, hindari minuman yang mengandung banyak gula, kafein, dan alkohol, karena justru berisiko memperburuk diare.

Selain itu, hindari mengonsumsi makanan pedas, berlemak, dan makanan berat, untuk sementara waktu. Nasi dan roti tanpa tambahan apa pun adalah makanan yang disarankan untuk Anda konsumsi.

Obat-obatan antidiare yang dijual bebas juga boleh dikonsumsi, meski tidak selalu diperlukan. Namun, akan lebih baik bila Anda berkonsultasi lebih dulu ke dokter untuk memastikan keamanannya. Hindari pula pemberian obat ini kepada anak berusia di bawah 12 tahun.

Selain itu, biasakan untuk mencuci tangansecara teratur, terutama setelah buang air, berkebun, bermain dengan binatang peliharaan, dan sebelum mengolah makanan. Ini adalah kunci penting dalam mencegah diare.

Selain itu, konsumsi air minum yang Anda yakini bersih dan steril. Jika sedang bepergian ke daerah yang kebersihan airnya diragukan, bawa persediaan air minum kemasan dengan segel yang masih utuh.

Jika diare tidak membaik dalam waktu lebih dari 2 hari, Anda disarankan untuk segera ke dokter guna mendapatkan penanganan lebih lanjut.