Apa yang harus dilakukan saat dimarahi orang tua?

PERNAHKAH anda menghadapi anak yang justru tertawa saat ditegur tentang kesalahannya? Hal itu tentu bukan saja membuat jengkel melainkan juga bingung. Terlebih saat kesalahannya membawa akibat tidak baik pada orang lain, anda mungkin mulai mempertanyakan empati anak anda.

Claire Lerner, LCSW-C, pakar perkembangan dan pengasuhan anak berlisensi di lembaga Zero to Three, Amerika Serikat mengungkapkan jika logika orang dewasa tidak selalu bisa digunakan untuk menjelaskan sikap anak yang tampak tidak acuh akan kesalahannya itu. Respon mengelak tidak berarti bahwa anak tidak memiliki empati atau perasaan. Banyak anak, terutama mereka yang sifatnya sangat sensitif atau High Sensitivity (HS) akan langsung malu.

Sebagai reaksi atas perasaan malu itu mereka dapat berbalik, menutup telinga, atau malah seolah mengejek anda dengan tertawa. Semua itu dilakukan sebagai reaksi spontan atas ketidaknyamanan yang mereka rasakan. Secara kognitif, mereka tahu bahwa telah melakukan sesuatu yang salah namun belum memiliki keterampilan untuk menghentikan diri mereka sendiri.

Pada kondisi itu Anda mungkin cenderung bereaksi kasar dan menghukum serta melontarkan respon yang mempermalukan seperti, "Ada apa denganmu? Apa menurutmu menyakiti temanmu itu lucu?". Namun, reaksi semacam itu justru memperkuat perasaan malu pada anak dan membuatnya semakin tidak terkendali. Ketika otak anak-anak dibanjiri emosi, mereka tidak bisa berpikir jernih, jadi tidak ada teguran dan arahan yang bisa efektif pada saat itu. Anda juga pastinya tidak akan mendapat jawaban memuaskan dari mereka karena mereka sendiri sesungguhnya tidak mengerti dan tidak bisa mengelola emosi yang sedang dirasakan.

Lalu, apa yang harus dilakukan orang tua saat menghadapi situasi ini? Claire Lerner, seperti dilansir psychologytoday.com, Kamis (26/8), memberikan beberapa langkah:

1. Abaikan dahulu.

Memberitahu anak untuk berhenti tertawa atau bertanya mengapa dia melakukan ini pada situasi yang membuatnya semakin tidak nyaman. Lebih lanjut, Lerner menjelaskan saat anak berpaling maka jangan mencoba memaksanya untuk melakukan kontak mata karena ini dapat menjadi pemaksaan dan mengalihkan perhatian dari insiden yang sedang dihadapi. Sebaiknya, para orang tua memeluk anak dengan aman dan penuh kasih dan katakan sesuatu seperti ini, "Ibu/ayah tahu, kamu tidak suka ketika ibu/ayah menegur perilakumu."

2. Diskusikan setelah tenang.

Dorongan alami sebagai orang dewasa adalah menggunakan logika untuk mengajari anak-anak kita pelajaran di situasi ini, tetapi ketika anak-anak kewalahan secara emosional, mereka tidak memiliki akses ke bagian otak yang memungkinkan mereka untuk berpikir dan bernalar. Maka dari itu, perlu untuk menunggu hingga anak telah tenang untuk memberikan pengajaran.

Lalu, berikanlah pengajaran yang disertai dengan alasan seperti, "Mama memintamu untuk bersikap lembut saat meletakkan cangkirmu di atas meja kaca karena rapuh dan bisa pecah."

3. Jelaskan akibat lain.

Selain itu, jelaskan bahwa bersikap tidak baik dengan kata-kata atau tindakannya bukan hanya menyakiti orang lain, tetapi juga tidak baik untuknya karena membuat orang lain memiliki perasaan negatif atau tidak nyaman terhadapnya. Ini akan membantunya menemukan cara lain untuk mengungkapkan perasaannya. Kemudian beri dia pilihan seperti dia bisa mengatakan "maaf", saat dia sudah memahamami jika dia salah. (M-1)

anak