Apa yang harus diperhatikan dalam teknik penulisan karya ilmiah

Menulis karya ilmiah tidaklah sama dengan artikel non ilmiah. Sebab menulis karya ilmiah sama artinya dengan membuat sebuah penelitian secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal inilah yang membuat penulisan karya ilmiah tidak dapat dilakukan sembarangan serta perlu memperhatikan langkah dalam penulisan karya ilmiah.

11 Langkah – Langkah Penulisan Karya Ilmiah

Bagi pemula yang ingin belajar menulis karya ilmiah  dianjurkan untuk memahami terlebih dahulu langkah dalam penulisan karya ilmiah.  Agar karya ilmiah tersebut dapat disusun secara lebih mudah, terstruktur dan sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. Berikut ini 11 langkah dalam menulis karya ilmiah:

1. Menentukan Topik atau Tema Penelitian

Langkah dalam penulisan karya ilmiah yang pertama yaitu menentukan topik atau tema dari penelitian. Langkah ini sangat penting karena topik merupakan inti dari semua isi tulisan yang akan disampaikan kepada para pembaca.

2. Kerangka Penelitian

Langkah yang berikutnya yaitu menyusun kerangka penelitian untuk memandu Anda ketika melaksanakan proses menulis karya ilmiah. Sehingga tulisan tersebut tidak akan melebar jauh dari topik. Entar jadi baper kalo tulisan ilmiah pembahasannya kemana-mana.

3. Mengumpulkan Bahan

Sesudah poin-poin kerangka penelitian terbentuk, langkah dalam penulisan karya ilmiah berikutnya yaitu mengumpulkan bahan dari berbagai media. Bahan-bahan yang dikumpulkan sebaiknya relevan dengan tema maupun topik yang akan ditulis.

4. Survei Lapangan

Survei lapangan bertujuan untuk mengamati objek yang diteliti dengan menetapkan masalah serta tujuan yang diteliti serta yang akan dijadikan sebagai karya ilmiah.

5. Menyusun Bibliografi

Penyusunan bibliografi bertujuan untuk mengetahui sebuah pustaka atau buku yang pernah diterbitkan dan dijadikan sebagai dasar teori dalam penelitian. Sehingga tulisanmu mempunyai daftar lengkap yang tersusun cantik untuk mereferensi tulisanmu.

6. Menyusun Hipotesis

Penyusunan hipotesis dilakukan dengan menyusun beberapa dugaan penyebab objek penelitian. Dimana hipotesis tersebut adalah prediksi yang ditetapkan sebelum mengatami objek penelitian.

7. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah kerangka kerja untuk penelitian yang akan dilaksanakan.

8. Percobaan Sesuai Metode yang Direncanakan

Langkah dalam penulisan karya ilmiah ini adalah kegiatan nyata berupa percobaan dari penelitian yang dilaksanakan. Peneliti harus melakukan percobaan secara signifikan dengan objek yang diteliti.

9. Pengamatan dan Pengumpulkan Data

Sesudah melaksanakan percobaan, peneliti harus mengamati objek percobaan tersebut untuk memperoleh data.

10. Analisis dan Interprestasi Data

Pada langkah ini, peneliti melakukan analisis serta interpretasi dari hasil pengamatan untuk memperkirakan yang akan terjadi dari pengamatan serta pengumpulan data.

11. Merumuskan Kesimpulan dan Teori

Peneliti merumuskan kesimpulan mengenai hal-hal yang terjadi sejak awal hingga akhir penelitian.

Dengan adanya langkah dalam penulisan karya ilmiah maka para peneliti lebih mudah dalam menyusun sebuah karya ilmiah. Selain itu, karya ilmiah yang dihasilkan dipastikan dapat memenuhi kaidah penulisan yang berlaku.

Langkah-Langkah Menulis Karya Ilmiah

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah karya ilmiah, yaitu : 1. Ketidaksantunan Ejaan Ejaan merupakan sebuah aturan atau kaidah yang mengatur cara melambangkan bunyi, cara memisahkan atau menggabungkan kata, dan cara menggunakan tanda baca. Ejaan yang berlaku sekarang adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diresmikan pada 16 Agustus 1972. Ketidaksantunan ejaan pada makalah ada tiga jenis : Penulisan subjudul Penulisan kata depan Penggunaan tanda baca. 2. Ketidaksantunan Diksi dan Kalimat. Diksi adalah pilihan kata dalam mengungkapkan apa yang ingin disampaikan. Terdapat ketidaksantunan diksi dalam makalah yaitu berhubungan dengan pemilihan kata baku dan tidak baku. Ada beberapa contoh kata baku dan tidak baku : Kata Apotik Ijasah kwalitas Tidak Baku Kata Baku Apotek Ijazah kualitas

Menurut kaidah bahasa Indonesia, pembentuk awalan me- akan luluh jika menghadapi kata-kata yang berhuruf awal /s/, /p/, /t/, dan /k/, kecuali kluster seperti /kr/, /pr/, /tr/, dan /sp/. Selain itu ketidak santunan yang lain terletak juga pada pemilihan kata yang boros dan idiomatik yang salah sehingga kalimat menjadi tidak efektif. 3. Ketidaksantunan Paragraf Kalimat-kalimat yang terangkai akan membentuk paragraf. Paragraf yang baik harus memenuhi persyaratan kepaduan. Persyaratan kepaduan ini dapat tercapai jika menerapkan penggunaan kata penghubung yang tepat, baik kata penghubung intrakalimat maupun kata penghubung antarkalimat. Kata tetapi dan sehingga bukan merupakan kata penghubung antarkalimat, melainkan kata penghubung intrakalimat. Sebaliknya, kata namun bukan kata penghubung intrakalimat, melainkan kata penghubung antarkalimat yang berfungsi menghubungkan antara kalmat yang satu dengan yang lain. 4. Ketidaksantunan Konvensi Penulisan Konvensi penulisan karangan ilmiah adalah kaidah yang mengatur penampilan karangan ilmiah agar teratur. Keteraturan yang tampak pada penulisan karangan ilmiah adalah sistematika penomoran yaitu dengan menggunakan system gabungan angka dan huruf dan system angka digital. Dari empat hal diatas kita dapat menciptakan Karya Ilmiah, Makalah, dan tulisan tulisan lainnya dengan baik dan benar sehingga para pembaca pun merasa nyaman saat membaca tulisan yang kita buat. Selain itu kita telah memberikan contoh agar orang lain dapat ikut membuat tulisan tulisan yang baik dan benar.

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku. Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yaitu 1. Ragam bahasa lisan 2. Ragam bahasa tulis Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa 1. Media pengantarnya atau sarananya, yang terdiri atas :

dibagi

berdasarkan

:

Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya. Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.

2. Berdasarkan situasi dan pemakaiannya, ragam bahasa baku di bagi menjadi :

Ragam bahasa baku lisan Ragam bahasa baku tulis

Perbedaan antara ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis ialah

Tata Bahasa Kosa kata

contoh:

Ragam bahasa lisan baca surat kabar.

Dalam tata bahasa ialah Nia sedang Dalam kosa kata ialah Ariani bilang kalau kita harus belajar.

Ragam bahasa tulis

Dalam Dalam Laras

tata kosa

bahasa ialah Nia sedang membaca kata ialah Ariani mengatakan bahwa kita

surat harus

kabar. belajar. Ilmiah

Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebutpenulis (Soeseno, 1981: 1). Data realistis dapat berasal dan dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin, 1994: 378). Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.

Referensi : 1. Softcopy Doesn Bahasa Indonesia 2. http://wormskull.blogspot.com/2010/11/ragam-ilmiah.html

uJaNk

Apa yang harus diperhatikan dalam teknik penulisan karya ilmiah

Karya ilmiah merupakan laporan tertulis yang memaparkan hasil penelitian yang memenuhi etika keilmuan dan disusun dengan sistematika penulisan tertentu dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hasil dari menulis karya ilmiah yang biasa disebut karya tulis bermanfaat untuk melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis, meningkatkan keterampilan menganalisis, dan memperoleh kepuasan intelektual.  Karya tulis juga dapat menjadi bagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya.

Bahasa yang digunakan dalam menulis karya ilmiah adalah bahasa baku dan menggunakan bahasa keilmuan, yaitu ragam bahasa yang menggunakan istilah-istilah keilmuan yang khusus dan hanya dapat dipahami oleh pakar pada bidang tertentu. Untuk itu, karya tulis seharusnya ditulis oleh orang yang mendalami bidangnya sehingga karya ilmiah yang dihasilkan menggali suatu permasalahan secara mendalam. Namun, tidak jarang orang melakukan beberapa kesalahan umum dalam penulisan karya ilmiah. Untuk itu, kita perlu mempelajari kesalahan umum tersebut sehingga kita dapat menulis karya tulis yang banar. Berikut kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi:

1. Tidak memerhatikan struktur karya tulis.

Karya ilmiah memiliki sistematika penenulisan yang berbeda dengan karya tulis lainnya. Sistematika penulisan karya ilmiah perlu dipatuhi dengan struktur umum sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Pembatasan Masalah

1.3 Rumusan Masalah

1.4 Tujuan Penelitian

1.5 Manfaat Penelitian

Bab II Landasan Teori

Bab III Metode Penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

Bab V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Penulis yang menulis karya ilmiah tidak dapat menghilangkan salah satu atau bagian yang lain dalam struktur karya tulisnya. Namun, tak jarang banyak orang menuliskan isi dari bagian  struktur karya tulis tidak sesuai dengan yang seharusnya. Misalkan, dibagian latar belakang terlalu banyak mengambil porsi bab II Lansasan teori.

2. Kurang memerhatikan penulisan sesuai dengan EBI (Ejaan Bahasa Indonesia)

Karya tulis merupakan suatu tulisan yang memerhatikan suatu sistem penulisan tertentu sehingga sangat perlu mengecek tulisan kita sudah sesuai dengan EBI atau belum. Menulis karya tulis sesuai EBI menunjukkan sikap konsisten dan keseriusan penulis. Penggunaan kalimat yang efektif juga diatur dalam EBI dan bermanfaat dalam penulisan karya ilmiah. Seringkali orang membuat kalimat yang boros dan bertele-tele bahkan menimbulkan makna yang ambigu. Hal tersebut tentu bukan merupakan ciri khas bahasa karya tulis ilmiah yang baik.

3. Mengurangi kesalahan ketik (typo)

Karya tulis yang ditemukan kesalahan ketik dapat membuat karya tulis tersebut diragukan kebenarannya. Sangat beruntung sekali sekarang ada pengecekan typo secara online di typoonline. Website ini sangat membantu kita untuk mengecek kesalahan ketik. Selain itu, kita juga dapat meminta bantuan orang lain untuk membaca dan mengecek kesalahan ketik karya tulis kita.

4. Sinkronisasi antara sitasi yang ada di uraian teks dengan yang ada di daftar pustaka

Seringkali sitasi yang ada pada teks karya ilmiah tidak sinkron dengan yang ada di daftar pustaka. Padahal sitasi pada teks yang merujuk pada daftar pustaka dapat membantu pembaca melacak pustaka yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah.Hal ini tentu menimbulkan kerancuan dan membingungkan pembaca. Karya tulis jadi terlihat ditulis secara asal-asalan dan tidak meyakinkan.

Kita perlu memilii pertanggungjawaban ilmiah yang harus memenuhi kaidah sitasi penyebutan sumber tulisan yang jelas dan memenuhi kaidah penulisan yang berkaitan dengan teknik kutip mengutip penulisan kata, frasa, dan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar.

Setelah mengetahui kesalahan umum di atas, sebagai seorang penulis karya ilmiah hendaknya kita terus belajar menulis karya ilmiah sesuai dengan ketentuan penulisan karya tulis ilmiah yang berlaku.