Apa yang kamu ketahui tentang tari Kancet Papatai

AKURAT.CO,Selain keindahan alamnya, Indonesia memiliki begitu banyak budaya tradisional yang unik dan ikonik. Seperti daerah Indonesia lainnya, Kalimantan Timur memiliki budaya tradisionalnya seperti pakaian, makanan, rumah, dan jenis musik. Suku di Kalimantan Timur juga sangat menjaga tarian tradisional mereka agar tidak punah.

Salah satunya adalah tari Kancet Papatai milik Suku Dayak Kenyah yang berasal dari dataran tinggi Usun Apau, daerah Baram, Sarawak.

Dilkutip dari buku Kekayaan dan Kearifan Budaya Dayak Kenyah [2006] karya Marthin Billa, Kancet Papatai termasuk tari perang yang menggambarkan ketangguhan dan keperkasaan kaum laki-laki Dayak Kenyah. Ya, Tarian Kancet Papatai memang berkisah tentang para pahlawan suku Dayak Kenyah yang berperangmenghadapi musuh demi mempertahankan wilayahnya.

Di dalam sejarahnya, tidak diketahui kapan tarian ini diciptakan. Ada yang menyebut tarian ini sudah ada sejak 1948. Namun, pihak lain menyebut tarian ini muncul pada tahun 1970-an, yaitu saat Suku Dayak mulai bermukim di Apau Kayan. Di sini, Suku Dayak kerap mendapatkan serangan dari suku-suku lainnya. Sejak saat itu, muncul Tari Kancet Papatai sebagai simbol dari kejantanan kaum laki laki Suku Dayak Kenyah.

Musik pengiring

Tarian Tari Kancet Papatai diiringi lagu berjudul Sak Paku yang dimainkan hanya menggunakan alat musik tradisional Sampe. Cara memainkan alat musik ini mirip seperti gitar, namun senarnya hanya ada tiga atau empat. Pada zaman dulu, Sampe hanya dimainkan pada saat tertentu. Jika dimainkan pada siang hari, artinya sedang ada kebahagiaan atau keceriaan. Sebaliknya, pada malam hari mengekspresikan kesedihan.

Gerakan

Gerakan tarian ini lincah, enerjik, dan sangat teatrikal, diikuti dengan jeritan atau pekikan para penarinya. Sehingga terjadi saling provokasi diantara penari satu dengan penari lainnya. Pada saat salah satu penari berteriak, maka gerakan saling serang pun dimulai.

Dua kelompok penari membentuk banjar, saling membungkuk, menghentakkan kaki serta melangkah layaknya sedang berhadapan dengan musuh. Sesekali terdengar pula sorakan atau pekikan yang penuh semangat.

Yang menarik, dalam tarian ini terdapat jeda, dimana penarinya diceritakan sedang beristirahat dengan kudanya. Meski begitu, penari tersebut tetap berputar-putar mengelilingi pentas sebagai tanda siap siaga bila sewaktu-waktu ada serangan mendadak. Setelah itu, aksi saling serang dilanjutkan, hingga pada akhir tarian, penari akan keluar dari panggung sembari bersorak sebagai tanda kemenangan.

Pakaian penari

Pada tarian ini, para penari mengenakan baju perang Suku Dayak Kenyah yaitu Sapei Sapaq, yang memiliki makna keberanian, tanggung jawab, serta keperkasaan. Baju ini dilengkapi Besunung berupa rompi yang terbuat dari kulit kayu, atau kulit hewan, seperti harimau, kambing, kancil dan masih banyak lagi.

Biasanya pada baju perang ini dihiasi pernak-pernik dari logam, dan tulisan-tulisan yang bertujuan sebagai penangkal sehingga pemakainya tetap selamat saat berperang.Tak hanya itu saja, ada pulatopi [Beluko] yang dipercaya kebal terhadap serangan, kalung dari gigi macan, ikat kepala [Lawung], serta hiasan yang terbuat dari helai burung keramat Suku Dayak, Enggang.

Layaknya berperang, para penari juga dilengkapi dengan perlengkapan seperti Mandau dan Kelembit. Mandau adalah senjata utama Suku Dayak saat melawan musuh. Senjata ini dianggap keramat dan memiliki kekuatan.

Sementara Kalembit adalah perisai yang terbuat dari kayu yang ringan namun sangat ampuh untuk melindungi dari serangan musuh. Bagian luar Kelembit biasanya dihiasi dengan ukiran yang unik.

Adapun Tari Kacet Papatai biasanya diiringi dengan beberapa tarian pelengkap lainnya, seperti Tari Kancet Ledo, dan Lasan.

Jika pada zaman dulu tarian ini digunakan sebagai penanda peperangan, kini Kacet Papatai telah menjadi pertunjukan khas Kalimantan Timur. Tarian ini selalu ditampilkan saat menyambut tamu atau wisatawan yang datang ke Kalimantan Timur.[]

Video

Bài mới nhất

Chủ Đề