Apa yg kamu ketahui tentang mea

Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN [MEA]

Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang disingkat MEA dibentuk pada tahun 2015. MEA dibentuk untuk meningkatkan ekonomi di negara Asia Tenggara. Adanya globalisasi memicu berbagai hal untuk terus berkembang dan dapat memajukan Asia Tenggara bersama-sama. Pada tahun tersebut, mereka juga membuat Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2025. Cetak Biru MEA 2025 tersebut terdiri dari lima karakteristik yang saling terkait dan saling menguatkan, antara lain:

[a] ekonomi yang terpadu dan terintegrasi penuh

[b] ASEAN yang berdaya saing, inovatif, dan dinamis

[c] Peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral

[d] ASEAN yang tangguh, inklusif, serta berorientasi dan berpusat pada masyarakat

[e] ASEAN yang global.

Dalam mencapai MEA, ada beberapa cakupan kerja sama ekonomi ASEAN, yaitu bidang perindustrian, perdagangan, investasi, jasa dan transportasi, telekomunikasi, pariwisata, serta keuangan. Selain itu, kerja sama ini juga mendukung bidang pertanian dan kehutanan, energi dan mineral, serta usaha mikro kecil dan menengah [UMKM].

Pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN [MEA]

Agar impian tersebut dapat tercapai, diperlukan sebuah bentuk kerja sama untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi di kawasan ASEAN dan dengan kawasan di luar ASEAN. Oleh sebab itu, mereka membuat 4 pilar MEA, yaitu:

  1. Pasar dan basis produksi tunggal;
  2. Kawasan ekonomi berdaya saing tinggi;
  3. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dan berkeadilan; dan
  4. Kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global.

Pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN [MEA] bagi Indonesia

Bagi Indonesia, MEA memberikan berbagai kesempatan dan peluang yang harus dipergunakan secara maksimal mengingat adanya potensi jumlah penduduk yang besar dan peningkatan daya beli masyarakat di ASEAN. Diharapkan, MEA dapat mengurangi hambatan perdagangan, menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai satu kesatuan basis produksi dan pasar yang potensial bagi masuknya investasi luar negeri serta peningkatan daya saing nasional.

Indonesia terus mendorong dan memastikan upaya integrasi ekonomi lebih lanjut di ASEAN guna memberikan keuntungan yang nyata kepada masyarakat di kawasan. Di sisi lain, peningkatan kapasitas dan daya saing nasional untuk meraih peluang dalam MEA juga akan menjadi perhatian serius.

Tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN [MEA] 2025

Setelah membuat cetak biru pada tahun 2015, MEA melanjutkan keinginan tersebut sampai tahun 2025. Tujuan dari bentuk kerja sama ini sebagai berikut.

  1. Menciptakan ekonomi ASEAN yang terintegrasi dan kohesif.
  2. Berdaya saing dan dinamis.
  3. Peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral.
  4. Tangguh, inklusif, berorientasi serta berpusat pada masyarakat.
  5. Globalisasi ASEAN.

Dalam  hal ini, ASEAN juga telah menyusun Master Plan on ASEAN Connectivity [MPAC]. MPAC 2025 memiliki 15 Project Initiatives yang terbagi menjadi tiga pilar, yaitu Physical Connectivity, Institutional Connectivity, People-to-People Connectivity. Selain itu, dalam penyusunannya juga dibuat dan lima strategic areas, yakni Sustainable Infrastructure, Digital Innovation, Seamless Logistics, Regulatory Excellence, dan People Mobility. Penjelasan lebih lanjut mengenai kelima hal ini dapat disimak sebagai berikut.

1. Sustainable Infrastructure

Tujuan dari strategi ini untuk mengkoordinasikan sumber daya untuk mendukung seluruh siklus proyek infrastruktur di ASEAN, termasuk persiapan proyek, peningkatan produktivitas infrastruktur, dan capacity building. Strategi ini juga mencakup pertukaran pengetahuan mengenai model “smart urbanization” di negara-negara anggota ASEAN yang secara bersamaan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup yang baik.

2. Digital Innovation

Nilai teknologi digital di ASEAN berpotensi tinggi yang berasal dari peningkatan efisiensi, produk dan jasa baru, dan lain-lain. Dalam rangka merealisasikan potensi tersebut, dibutuhkan penyusunan kerangka regulasi layanan jasa digital baru [seperti manajemen data dan jasa keuangan digital], pertukaran best practices untuk open data, dan peningkatan akses teknologi digital oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah [UMKM].

3. Seamless Logistics

Kemajuan konektivitas ASEAN memerlukan sistem logistik yang baik. Meskipun demikian, efisiensi logistik belum meningkat pada implementasi sebelumnya, dimana efisiensi tersebut diukur dari lamanya waktu transportasi dan biaya transportasi di kawasan. Salah satu tantangan dasar adalah permasalahan koordinasi antar instansi pemerintah dan kurangnya pertukaran best practice. Oleh karena itu, terdapat kesempatan untuk menciptakan mekanisme yang mendukung kolaborasi lebih baik di antara perusahaan logistik, institusi pendidikan, dan negara-negara anggota ASEAN.

Mekanisme ini dapat membantu dalam mengidentifikasi bottlenecks di wilayah-wilayah supply chain, mengumpulkan dan bertukar best practices tentang cara mengatasi permasalahan-permasalahan di kawasan, mengidentifikasi area kebijakan penting yang membutuhkan perhatian lebih lanjut.

4. Regulatory Excellence

Penanaman good regulatory practice [GRP] dilihat dari sisi persiapan, penerapan, dan implementasi peraturan, regulasi, dan prosedur di kawasan. Tujuan strategi ini adalah untuk mendukung implementasi kebijakan kunci pada agenda konektivitas ASEAN, terutama pada harmonisasi standar, pengakuan bersama dan regulasi teknis, serta penanganan distorsi perdagangan nontarif.

5. People Mobility

Warga negara ASEAN bebas bepergian di dalam kawasan. Meskipun demikian, masih ada peluang-peluang untuk meningkatkan mobilitas di ASEAN. Peluang-peluang tersebut termasuk memfasilitasi perjalanan wisata dengan mengatasi kurangnya informasi mengenai opsi perjalanan. Selain itu, terdapat peluang untuk memperkuat mobilitas keterampilan di kawasan dengan menyusun kerangka kualifikasi pada pekerjaan kejuruan yang penting, serta untuk mendorong mobilitas antar pelajar universitas di ASEAN.

Page 2

Agar impian tersebut dapat tercapai, diperlukan sebuah bentuk kerja sama untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi di kawasan ASEAN dan dengan kawasan di luar ASEAN. Oleh sebab itu, mereka membuat 4 pilar MEA, yaitu:

  1. Pasar dan basis produksi tunggal;
  2. Kawasan ekonomi berdaya saing tinggi;
  3. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dan berkeadilan; dan
  4. Kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global.

Pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN [MEA] bagi Indonesia

Bagi Indonesia, MEA memberikan berbagai kesempatan dan peluang yang harus dipergunakan secara maksimal mengingat adanya potensi jumlah penduduk yang besar dan peningkatan daya beli masyarakat di ASEAN. Diharapkan, MEA dapat mengurangi hambatan perdagangan, menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai satu kesatuan basis produksi dan pasar yang potensial bagi masuknya investasi luar negeri serta peningkatan daya saing nasional.

Indonesia terus mendorong dan memastikan upaya integrasi ekonomi lebih lanjut di ASEAN guna memberikan keuntungan yang nyata kepada masyarakat di kawasan. Di sisi lain, peningkatan kapasitas dan daya saing nasional untuk meraih peluang dalam MEA juga akan menjadi perhatian serius.

Tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN [MEA] 2025

Setelah membuat cetak biru pada tahun 2015, MEA melanjutkan keinginan tersebut sampai tahun 2025. Tujuan dari bentuk kerja sama ini sebagai berikut.

  1. Menciptakan ekonomi ASEAN yang terintegrasi dan kohesif.
  2. Berdaya saing dan dinamis.
  3. Peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral.
  4. Tangguh, inklusif, berorientasi serta berpusat pada masyarakat.
  5. Globalisasi ASEAN.

Dalam  hal ini, ASEAN juga telah menyusun Master Plan on ASEAN Connectivity [MPAC]. MPAC 2025 memiliki 15 Project Initiatives yang terbagi menjadi tiga pilar, yaitu Physical Connectivity, Institutional Connectivity, People-to-People Connectivity. Selain itu, dalam penyusunannya juga dibuat dan lima strategic areas, yakni Sustainable Infrastructure, Digital Innovation, Seamless Logistics, Regulatory Excellence, dan People Mobility. Penjelasan lebih lanjut mengenai kelima hal ini dapat disimak sebagai berikut.

1. Sustainable Infrastructure

Tujuan dari strategi ini untuk mengkoordinasikan sumber daya untuk mendukung seluruh siklus proyek infrastruktur di ASEAN, termasuk persiapan proyek, peningkatan produktivitas infrastruktur, dan capacity building. Strategi ini juga mencakup pertukaran pengetahuan mengenai model “smart urbanization” di negara-negara anggota ASEAN yang secara bersamaan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup yang baik.

2. Digital Innovation

Page 3

Nilai teknologi digital di ASEAN berpotensi tinggi yang berasal dari peningkatan efisiensi, produk dan jasa baru, dan lain-lain. Dalam rangka merealisasikan potensi tersebut, dibutuhkan penyusunan kerangka regulasi layanan jasa digital baru [seperti manajemen data dan jasa keuangan digital], pertukaran best practices untuk open data, dan peningkatan akses teknologi digital oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah [UMKM].

3. Seamless Logistics

Kemajuan konektivitas ASEAN memerlukan sistem logistik yang baik. Meskipun demikian, efisiensi logistik belum meningkat pada implementasi sebelumnya, dimana efisiensi tersebut diukur dari lamanya waktu transportasi dan biaya transportasi di kawasan. Salah satu tantangan dasar adalah permasalahan koordinasi antar instansi pemerintah dan kurangnya pertukaran best practice. Oleh karena itu, terdapat kesempatan untuk menciptakan mekanisme yang mendukung kolaborasi lebih baik di antara perusahaan logistik, institusi pendidikan, dan negara-negara anggota ASEAN.

Mekanisme ini dapat membantu dalam mengidentifikasi bottlenecks di wilayah-wilayah supply chain, mengumpulkan dan bertukar best practices tentang cara mengatasi permasalahan-permasalahan di kawasan, mengidentifikasi area kebijakan penting yang membutuhkan perhatian lebih lanjut.

4. Regulatory Excellence

Penanaman good regulatory practice [GRP] dilihat dari sisi persiapan, penerapan, dan implementasi peraturan, regulasi, dan prosedur di kawasan. Tujuan strategi ini adalah untuk mendukung implementasi kebijakan kunci pada agenda konektivitas ASEAN, terutama pada harmonisasi standar, pengakuan bersama dan regulasi teknis, serta penanganan distorsi perdagangan nontarif.

5. People Mobility

Warga negara ASEAN bebas bepergian di dalam kawasan. Meskipun demikian, masih ada peluang-peluang untuk meningkatkan mobilitas di ASEAN. Peluang-peluang tersebut termasuk memfasilitasi perjalanan wisata dengan mengatasi kurangnya informasi mengenai opsi perjalanan. Selain itu, terdapat peluang untuk memperkuat mobilitas keterampilan di kawasan dengan menyusun kerangka kualifikasi pada pekerjaan kejuruan yang penting, serta untuk mendorong mobilitas antar pelajar universitas di ASEAN.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề