Apakah penderita kanker boleh berolahraga?

Jakarta, CNN Indonesia -- Rasa mual dan lemas sering kali dirasakan oleh seseorang yang divonis terkena kanker ataupun gejalanya. Melakukan aktivitas olahraga pun kerap kali dianggap hal yang berlawanan.

Meski begitu, banyak hasil riset yang menunjukkan bahwa orang-orang yang menderita kanker membutuhkan lebih banyak aktivitas fisik dalam kesehariannya.

Rumah Sakit Sunnybrook di Kanada telah memperkenalkan aturan olahraga baru untuk penderita kanker. Hal itu direkomendasikan oleh Cancer Care Ontario.


Lihat juga:
Hubungan Alkohol dan Tujuh Kanker Berbahaya

"Berlatih olahraga dapat memberikan Anda lebih banyak energi, tidur lebih baik, membuat otot lebih kuat dan meningkatkan suasana hati," ujar salah satu terapis Sunnybrook Odette Cancer Centre, Leslie Gibson, dilansir Huffington Post.

Perawatan kanker seperti kemoterapi dan kelemahan tubuh akibat radiasi, terkadang membuat sulit untuk melakukan pekerjaan harian.

Melakukan aktivitas fisik sebelum operasi, atau pada masa, juga pasca kemoterapi dapat memberikan dampak positif untuk tubuh.

Lihat juga:
Ilmuwan Temukan Cara Sembuhkan Gagal Jantung

Tidak hanya itu, kegiatan olah tubuh juga membuat pelepasan hormon endorphin, yang berpengaruh untuk meningkatkan mood, serta energi tubuh.

"Saya merasa endorphin terlepas setiap kali saya berlatih di gym, dan rasanya lebih baik dan lebih berenergi setiap selesai berolahraga," kata fisioterapi Odette, Joanna Mascarenhas.

"Kanker saat ini adalah penyakit kronis yang menyerang banyak orang," ujarnya.

Lihat juga:
Konsumsi Minyak Ikan Bisa Turunkan Risiko Kanker Usus

"Kita sekarang tahu dengan mengikuti aktivitas fisik Canadian Physical Activity Guidelines selama 30 menit sehari dapat meningkatkan kualitas hidup mereka yang menderita kanker, dan tentunya mereka yang tidak terkena kanker," katanya.

Leslie dan Joanna juga memiliki resep latihan untuk beberapa pasien sebelum mereka menjalani operasi kanker. "Kami menemukan bahwa pasien yang berlatih tak akan menghabiskan banyak waktu di rumah sakit. Mereka tidak lemah saat masuk rumah sakit, makanya mereka pun semakin kuat saat keluar," kata Leslie.

"Kami ingin pasien menyeimbangkan antara istirahat dan aktivitas," kata Joanna. "Mengeluarkan banyak energi sesungguhnya dapat membuat waktu istirahat lebih baik."

(meg/vga)