Apakah semua PENELITIAN menggunakan hipotesis

Wajibkah Hipotesis dalam Penelitian?

Written by Mudjia RahardjoWednesday, 02 January 2019 09:16 - Last Updated Wednesday, 02 January 2019 09:18

A. Pengantar

Kita sering mendengar pertanyaan apa setiap penelitian memerlukan hipotesis? Atau dengankata lain, apa semua penelitian selalu ada hipotesisnya? Pertanyaan tersebut penting dijawabuntuk menghindari kesalahpahaman di kalangan para mahasiswa, dosen, dan penelitisebagaimana selama ini terjadi. Sebelum diuraikan lebih lanjut, perlu diperjelas apa yangdimaksud hipotesis. Hipotesis berasal dari kata hypo yang artinya di bawahdan thesisartinya kebenaran.

Secara literal, hipotesis berarti kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu benar) danbaru dapat dianggap menjadi kebenaran jika telah ada bukti secara empirik. Jadi hipotesisbelum bersifat empirik karena masih berupa dugaan. Jika dugaan dapat dibuktikan atas dasardata, maka kata hipo (hypo) hilang dan tinggal tesis (thesis). Itu sebabnya, penelitian ---terutama penelitian murni ( pureresearch) biasanya diakhiri dengan thesis statement, yakni sebuah pernyataan pendek tentang kebenaran ilmiah yang menjadi temuan penelitian.Bagian ini akan menjelaskan arti hipotesis dan perlu tidaknya hipotesis dalam penelitian.

B. Makna Hipotesis

Ada beberapa definisi tentang hipotesis di kalangan para ahli. Creswell (2008: 122)mengartikan hipotesis sebagai statements in quantitative research in which the investigatormakes a prediction or a conjecture about the outcome of a relationship among attributes orcharacteristics. Traditionally used in experiments, they serve, like research questions, to narrowthe purpose statement to spesific predictions. Definisi Creswell mempertegas pendapat selamaini bahwa hipotesis hanya digunakan di dalam penelitian kuantitatif, karena memang berasal

1 / 7

Wajibkah Hipotesis dalam Penelitian?

Written by Mudjia RahardjoWednesday, 02 January 2019 09:16 - Last Updated Wednesday, 02 January 2019 09:18

dari penelitian eksperimen.

Davis (dalam GiIven, 2008: 408) mendefinisikan hipotesis sebagai prediction or tentativestatement about the relationship between variables. Hipotesis adalah sebuah dugaan atau pernyataan tentatif mengenai hubungan dua atau lebihvariabel. Dengan demikian, perlu tidaknya hipotesis dalam penelitian tergantung pada jumlahvariabelnya. Penelitian yang memiliki lebih dari satu variabel pasti memerlukan hipotesis,seperti penelitian korelasi atau penelitian komparasi. Di dalam penelitian korelasi dan korelasiterdapat lebih dari satu variabel, sehingga diperlukan hipotesis.

Sebaliknya, jika sebuah penelitian hanya memiliki satu variabel tidak memerlukan hipotesis.Tetapi ada sebagian ahli yang menyatakan bahwa walau hanya terdapat satu variabel,penelitian boleh menggunakan hipotesis, tetapi tidak wajib. Penelitian kualitatif lazimnya hanyamemiliki satu variabel, sehingga tidak memerlukan variabel. Kalaupun ada, namanya bukanvariabel, melainkan asumsi dasar penelitian atau hipotesis kerja (working hypothesis).Rahardjo (2005) menyebutnya sebagai temuan terprakira. Asumsi itu apa? Latief (2012: 54)mengartikan asumsi sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang sebagai syarat orang tersebutmemutuskan untuk melakukan suatu kegiatan. Tanpa asumsi orang tidak akan memutuskanuntuk melakukan sesuatu perbuatan.

Apa gunanya tujuan ? Tujuan hipotesis ialah agar dalam proses penelitian peneliti bisa fokuspada pokok bahasan, sehingga kajian atau studi bisa lebih mendalam. Menurut Arikunto (1989:53) hipotesis semacam itu diperlukan dengan tujuan agar peneliti bisa memusatkan perhatianpada isu atau informasi yang menjadi fokus penelitian.

Ahli yang lain seperti Sutrisno Hadi (2015: 85) memberi batasan mengenai hipotesis sebagaipernyataan yang merupakan konklusi yang bersifat sementara, sehingga mungkin benar danmungkin salah. Dia akan ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat tergantung pada hasil penelitian atas fakta-faktayang dikumpulkan.

Sedangkan Suhardjono (1992: 67) menjelaskan hipotesis pada hakikatnya merupakan suatupernyataan (thesis) yang masih kurang lengkap (hypo) kebenarannya. Kebenaran pernyataanitu masih memerlukan pengujian. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadappertanyaan yang diajukan pada rumusan masalah penelitian.

2 / 7

Wajibkah Hipotesis dalam Penelitian?

Written by Mudjia RahardjoWednesday, 02 January 2019 09:16 - Last Updated Wednesday, 02 January 2019 09:18

Mengapa penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis? Sebagaimana diketahui penelitiankuantitatif berangkat dari paradigma positivistik bersifat nomotetik yang menganggap realitasbersifat objektif dan dapat diukur di mana prediksi atau dugaan sebuah kebenaran dapat diuji.Nomotetik artinya menyangkut studi hal-hal yang bersifat makro kemudian dijabarkan padahal-hal yang bersifat khusus. Peneliti kuantitatif mengukur perilaku orang dari luar dirinya (darisudut pandang peneliti). Karena seluruh proses penelitian dilakukan atas dasar pengujiandugaan yang dibuat, maka penelitian kuantitatif sangat tergantung pada pengendalianpenelitinya. Menurut Davis (Given, 409) paradigma positivistik menganggap bahwa realitas ituobjektif, karena itu bisa diwakilkan, diprediksi, diuji, diukur dan dikontrol. Temuan diperolehlewat proses deduktif, dan penelitian mengukur persamaan dan perbedaan antara perilaku atautindakan yang diukur dengan yang diprediksi. Pengetahuan diperoleh dari uji hipotesis.

Sebaliknya mengapa penelitian kualitatif tidak memerlukan hipotesis? Alasannya ialahsebagaimana diketahui penelitian kualitatif berdasar atas paradigma interpretif yangmenganggap realitas itu kompleks, bersifat ideografik, dan karena itu tidak bisa diwakilkan dandiukur. Ideografik artinya menyangkut hal-hal yang bersifat mikro, unik, khusus, dan individualkemudian darinya ditarik kesimpulan secara umum. Yang dilakukan peneliti ialah mencarimakna dari kompleksitas realitas tersebut, bersifat eksploratif, dan lebih mementingkankedalaman daripada keluasan pembahasan.

Selanjutnya realitas yang kompleks itu dideskripsikan, dipahami, dan dijelaskan keberadaannyasecara alamiah. Pemahaman diperoleh dari sisi pelaku peristiwa atau dari sudut pandangpelaku, bukan dari sudut pandang peneliti. Karena penelitian kualitatif mengasumsikan temuanbisa muncul tiba-tiba (emergent), maka pendekatan penelitian ini sangat tergantung padafleksibilitas, refleksivitas, dan keterbukaan terhadap temuan. Jenis-jenis penelitian yangbiasanya tanpa menggunakan hipotesis ialah antara lain: penelitian deskriptif, penelitianhistoris, penelitian filosofis, penelitian pelacaan, penelitian evaluasi, dan penelitian tindakan.

Penelitian kualitatif dengan satu isu atau persoalan (saya menghindarkan diri dari penyebutanvariabel untuk penelitian kualitatif), misalnya, seorang peneliti sosiologi pedesaan melihatadanya sikap skeptis masyarakat terhadap rencana pembangunan sebuah proyek perluasanjalan di desa. Untuk memperoleh jawabannya, peneliti tidak gegabah, tetapi ingin memperolehbukti melalui penelitian, sehngga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang akandilakukan peneliti hanya memiliki satu isu, yakni pemahaman masyarakat terhadap rencanapembangunan perluasan jalan.

3 / 7

Wajibkah Hipotesis dalam Penelitian?

Written by Mudjia RahardjoWednesday, 02 January 2019 09:16 - Last Updated Wednesday, 02 January 2019 09:18

Sebagaimana diuraikan di atas agar penelitian bisa fokus pada isu yang diangkat, peneliti bolehmembuat hipotesis. Misalnya, hipotesisnya berbunyi Masyarakat desa kurang apresiatifterhadap rencana pembangunan perluasan jalan. Dengan hipotesis tersebut sebagai titiktolak, peneliti dapat memusatkan perhatian untuk mengumpulkan data yang mendukungdugaan bahwa masyarakat desa kurang apresiatif terhadap rencana pembangunan perluasanjalan. Untuk itu, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh masyarakat,kepala desa dan seluruh perangkatnya, melihat desain pengembangan perluasan jalan,mewawancarai pelaksana proyek, dan sebagainya.

Untuk penelitian dengan dua atau lebih variabel, hipotesis wajib dibuat. Tetapi perlu diketahuibahwa hipotesis yang merupakan hubungan dua atau lebih variabel tidak selalu dalamhubungan sebab akibat. Menurut Arikunto (1989) setidaknya terdapat tiga hubunganantarvaraibel dalam penelitian. Pertama hubungan sejajar tidak timbal balik, kedua hubungansejajar timbal balik, dan ketiga hubungan sebab-akibat tetapi tidak timbal balik.

Arikunto memberi contoh variabel sejajar tetapi tidak timbal balik. Misalnya, hubungan antarakemampuan siswa di bidang matematika dengan IPA. Biasanya dalam proses penjurusan,siswa yang memiliki nilai matematika baik dimasukkan ke jurusan IPA, sedangkan siswa yangnilai matematika rendah dimasukkan ke jurusan IPS atau bahasa.

Nilai matematika memiliki hubungan sejajar dengan nilai IPA, tetapi tidak merupakan hubungansebab akibat. Nilai matematika yang tinggi tidak menyebabkan nilai IPA yang tinggi, sebaliknyanilai IPA yang tinggi bukan sebagai penyebab tingginya nilai matematika. Hubungan di antarakeduanya mungkin disebabkan kebiasaan siswa berpikir logis sehingga mengakibatkan adanyahubungan sejajar di antara keduanya.

Contoh lain, misalnya, peneliti dalam bidang bahasa Inggris menemukan siswa yang nilaigramatika (gramar) tinggi umumnya memiliki kemampuan membaca (reading comprehension)yang baik, dan sebaliknya. Nilai gramatika dan kemampuan membaca merupakan dua variabelyang sejajar, tetapi tidak saling mempengaruhi. Nilai gramatika yang tinggi bukan menjadipenyebab tingginya kemampuan membaca. Bisa jadi mahasiswa memiliki kemampuanmembaca yang baik karena rajin membaca.

Kedua adalah hipotesis dengan variabel sejajar dan timbal balik. Arikunto (1989) membericontoh menarik untuk