Apakah yang dimaksud dengan romusha Apa tujuan Jepang melakukan kebijakan pengerahan romusha dan bagaimana dampak romusha terhadap bangsa Indonesia?

JAKARTA - Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 atau tepatnya pada 8 Maret usai menggulingkan Pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Meskipun hanya 3,5 tahun masa kependudukan Jepang di Hindia-Belanda, beberapa tindakan yang membuat masyarakat menderita.

[Baca juga: Pejuang Jugun Ianfu Mardiyem Wafat]

Kedatangan Jepang di Indonesia mula-mula diterima dengan baik karena mereka berjanji akan membebaskan dan memberi kemerdekaan. Jepang menyebutkan dirinya sebagai saudara tua.

Namun sikap kekejaman pun diberlakukan oleh pemerintah militer Jepang kepada masyarakat. Seperti halnya pemerintahan Jepang saat itu mencetuskan kebijakan tenaga kerja romusha.

[Baca juga: Kronik Heiho dari Front Pasifik Hingga Revolusi]

Romusha adalah sistem kerja yang paling kejam selama bangsa Indonesia dijajah. Awalnya pembentukan romusha ini mendapat sambutan baik rakyat Indonesia dan justru banyak bersedia untuk jadi sukarelawan.

Namun semua itu berubah ketika kebutuhan Jepang untuk berperang meningkat. Pengerahan romusha menjadi sebuah keharusan, bahkan paksaan. Hal tersebut membuat rakyat kita menjadi sengsara.

[Baca juga: Bikin Merinding, Ini 4 Lokasi Goa Jepang Paling Angker di Indonesia]

Rakyat dipaksa membangun semua sarana perang yang ada di Indonesia. Selain di Indonesia, rakyat kita juga dikerjapaksakan sampai ke luar negeri. Ada yang dikirim ke Vietnam, Burma [sekarang Myanmar], Muangthai [Thailand], dan Malaysia.

Semua dipaksa bekerja sepanjang hari, tanpa diimbangi upah dan fasilitas hidup yang layak. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak kembali lagi ke kampung halaman karena sudah meninggal dunia.

Tak hanya Romusha, pemerintah Jepang turut membuat Jugun Ianfu. Dimana Jugun Ianfu adalah tenaga kerja perempuan yang direkrut dari berbagai Negara Asia seperti Indonesia, Cina dan Korea.

Para perempuan ini dijadikan perempuan penghibur bagi tentara Jepang. Sekitar 200.000 perempuan Asia dipaksa menjadi Jugun Ianfu.

Dari aspek budaya, pemerintah Jepang pernah mencoba menerapkapkan budaya memberi hormat ke arah matahari kepada masyarakat Indonesia. Namun ditolak.

Budaya ini dilakukan karena masyarakat Jepang, kaisar memiliki tempat tertinggi, karena diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Oleh sebab itu Jepang berusaha menerapkan nilai-nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia.

Namun demikian, budaya itu langsung mendapat pertentangan dan perlawanan dari masyarakat di Indonesia. Disebabkan bangsa Indonesia hanya menyembah Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara sewaktu Indonesia masih di bawah penjajahan pemerintah Jepang, sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekonomi perang.

Saat itu negeri Matahari Terbit itu merasa penting untuk menguasai sumber-sumber bahan mentah dari berbagai wilayah Indonesia. Tujuan Jepang melakukan itu, untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya, Squad.

Untuk wilayah-wilayah ekonomi yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri atau yang diberi nama Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya, merupakan wilayah yang masuk ke dalam struktur ekonomi yang direncanakan oleh Jepang.

Kalau di bidang moneter, pemerintah Jepang berusaha untuk mempertahankan nilai gulden Belanda. Hal itu dilakukan agar harga barang-barang dapat dipertahankan sebelum perang.

Untuk sistem pendidikan sewaktu dijajah Jepang, semua kalangan dapat mengakses pendidikan. Sedangkan masa Hindia-Belanda, hanya kalangan atas [bangsawan] saja yang dapat mengakses.

Akan tetapi, sistem pendidikan yang dibangun oleh Jepang itu memfokuskan pada kebutuhan perang. Meskipun akhirnya pendidikan dapat diakses oleh semua kalangan, tetapi secara jumlah sekolahnya menurun sangat drastis, dari semulanya 21.500 menjadi 13.500.

*Diolah dari beragam sumber

Video

Bài mới nhất

Chủ Đề