Bagaimana cara menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien?



MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN



RINA RAHMATIKA
NIM: 1300715


DOSEN: INDAH SUKMAWATI M.Pd





FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014






KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada penulis berupa makalah.
Dalam penyusunan makalah ini penulis yakin masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis berharap kepada para pendidik khususnya dan para pembaca umumnya untuk memberikan saran dan kritik, dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih banyak.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Padang, 26 April 2014

Penulis











BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam pembelajaran siswa sering mengalami kejenuhan, guru hendaknya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenanakan bagi siswanya dengan menggunakan metode-metode yang bervariasi. Sekolah sebagai tempat belajar bagi siswa juga harus dapat menciptakan suatu suasana yang baik khususnya di dalam kelas.Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa belajar. Namun adakalanya didalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering ditemukannya masalah-masalah yang berkenaan dengan belajar yang dialami siswa tersebut. Masalah-masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri) dan juga oleh faktor eksternal (yang berasal dari luar siswa itu sendiri). Salah satu faktor internal adalah kejenuhan yang dialami siswa saat belajar. Seorang guru hendaknya bisa menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi peserta didiknya agar tercapainya tujuan pembelajaran.
Masalah-masalah yang dialami oleh siswa apabila tidak segera di atasi tentunya akan menghambat proses belajar siswa dan akan berdampak pada pencapaian tujuan dari belajar tersebut. Siswa akan berhasil dalam proses belajar apabila siswa itu tidak mempunyai masalah yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Jika terdapat siswa yang mempunyai masalah dan permasalahan siswa tersebut tidak segera ditemukan solusinya, siswa akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar. Untuk itu, sebagai seorang guru ataupun pendidik kita harus mengetahui kondisi siswa agar tercipta proses pembelajaran yang baik dan kondusif.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa dampak kejenuhan pembelajaran bagi siswa?
2. Apa pengertian pembelajaran yang efektif dan menyenangkan?
3. Bagaimana suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan?
4. Bagaimana menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa?
5. Bagaimana peran guru dan orang tua dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan?

3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa dampak kejenuhan pembelajaran bagi siswa.
2. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
3. Untuk mengetahui bagaimana suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
4. Untuk mengetahui bagaimana menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa.
5. Untuk mengetahui bagaimana peran guru dan orang tua dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

















BAB II
PEMBAHASAN
1. DAMPAK KEJENUHAN PEMBELAJARAN BAGI SISWA

Kemunculan kejenuhan belajar bermula dari proses pengulangan kegiatan belajar dalam waktu yang panjang dan tidak menghasilkan prestasi yang memuaskan. Sehingga, muncul merasaan letih pada individu baik secara fisik maupun psikis. Corey (Cherniss, 1980) mendefinisikan kejenuhan belajar sebagai suatu keadaan kelelahan fisik, mental, sikap dan emosi individu atau pekerjaan karena keterlibatan yang intensif dengan pekerjaan dalam jangka waktu yang panjang. Sementara Agustin (2009:31) menjelaskan kejenuhan belajar merupakan kondisi emosional ketika seseorang mahasiswa/siswa merasa lelah dan jenuh secara mental maupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan akademik yang meningkat. Dengan demikian, dari berbagai pandangan para ahli mengenai definisi kejenuhan belajar dapat ditarik kesimpulan bahwa kejenuhan belajarmerupakan gejala psikologis yang menunjukkan keletihan emosi, sinis atau depersonalisasi dan menurunnya keyakinan akademik siswa karena keterlibatan yang intensif dengan tuntutan belajar yang berlangsung cukup lama.

Kejenuhan belajar dapat menimbulkan dampak buruk pada kondisi psikologis individu dan pencapaian prestasinya. Cherniss (1980:65) mengungkapkan bahwa dampak psikis dari kejenuhan akan berakibat pada kemandekan pencapaian prestasi individu secara personal, akademik,sosial atau professional. Sedangkan Sugara (2011 : 19) mengemukakan bahwa dampak dari kejenuhan belajar adalah menjadikan siswa tidak produktif dalam belajar dan potensi yang dimilikinya terhambat. Selain itu, bentuk resistensi lain dari kejenuhan belajar juga mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak efektif dan tidak kondusifnya iklim emosional di dalam kelas. Hal ini terjadi karena siswa mengalami keletihan secara fisik, mental dan emosional.Adapun Makmun (2001:134) mengemukakan kejenuhan belajar dinilai sebagai ketidakmampuan daya ingatan mengakomodasikan informasi atau pengalaman baru atau individu merasakan bahwa hasil belajar tidak ada kemajuan untuk beberapa waktu tertentu.

Hasil penelitianyangdilakukanolehAgustin (2008:9)dikalangan mahasiswa menunjukkan bahwa dampak yang dirasakan akibat kejenuhan belajar yaitu : (1) menjadi suka marah-marah 25, 5 %, (2) sering susah tidur 26, 5 %, (3) tidak peduli dengan tugas perkuliahan (tugas belajar) 14, 5 %, (4) tidak peduli dengan nilai (raport) 14,5 %, (5) mudah bosan dengan kegiatan belajar 57 %, (6) menjadi mudah tersinggung 31,5 %, (7) sering gelisah 44 %, (8) menjadi mudah sakit 13 %, (9) sering merasa gagal 21,5 %, dan (10) merasa rendah diri 23,5 %. Ilfiandra (2002:66)menambahkankonsekuensidari burnout yang terjadi di kalangan para guru yaitu ; (1) hancurnya semangat hidup atau kerja (belajar),(2) keputusanuntukberhentiselamanyadariprofesinya (putus sekolah),(3) terperangkap dalam tugas, (4) apatis menunggu pensiun tiba,
(5) meninggalkan tugas awal dengan mengejar rentang jabatan yang lebih tinggi, (6) membentuk coping strategy yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan pribadi (personal growth).
Berdasarkanuraiantersebut,kejenuhanbelajarjikadibiarkandalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan memburuknya kondisi psikologis individu yang bisa mempengaruhi pada kualitas diri individu, pencapaian prestasi dan masa depannya.
2. PENGERTIAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN
Dryden dan Voss (1999) mengatakan bahwa belajar akan efektif jika suasana pembelajarannya menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya dan memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan tidak disertai suasana tegang sangat baik dan mendukung untuk membangkitkan motivasi belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Artinya belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut.
Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi siswa dan juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri.
Salah satu hal yang harus dikedepankan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah menyertakan partisipasi siswa di dalam kelaS.Selain untuk membangun komunikasi dengan siswa, pengajar juga dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan bagi para siswa. Jika situasi ini tak terbangun, bisa jadi siswa akan merasa canggung berbicara dengan guru dan komunikasi tidak akan berjalan baik. Akibatnya, pengajar juga akan mengalami kesulitan untuk mengetahui apa yang menjadi keinginan siswa.
3. SUASANA PEMBELAJARAN EFEKTIF DAN MENYENANGKAN
a. Suasana Pembelajaran yang Efektif
Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Madri M. dan Rosmawati menulis, bahwa terjadinya proses pembelajaran itu ditandai dengan dua hal yaitu : (1) siswa menunjukkan keaktifan, seperti tampak dalam jumlah curahan waktunya untuk melaksanakan tugas ajar, (2) terjadi perubahan perilaku yang selaras dengan tujuan pengajaran yang diharapkan.
Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, maka diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Dalam hal ini akan diuraikan beberapa suasana yang efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran:
1. Suasana Belajar yang Menyenangkan
2. Suasana Bebas
3. Pemilihan Media Pengajaran dan Metode yang Sesuai
b. Suasana Pembelajaran Yang Menyenangkan
Seorang guru TK namanya Ibu Soting ( Flora, 2001 ) mencoba mengembangkan pembelajaran Bahasa Inggris bagi anak-anak usia 3-4 tahun di sebuah TK International Jakarta. Pembelajarannya dirancang dengan melibatkan murid dalam permainan peran. Selama 9 minggu dia melatih kemampuan barbahasa Inggris TK tersebut mengemasnya dalam kegiatan-kegiatan bermain peran(Role Playing ), performance( Unjuk Kebolehan ), story telling ( bercerita sebuah cerita).
Setiap hari Ibu Flora memulai pembelajarannya dengan membacakan sebuah cerita kemudian meminta murid menceritakan kembali apa yang telah diceritakan diselingi tanya jawab. Dalam bercerita guru hendaknya menirukan gerak dan suara tokoh yang ada dalam cerita dan meminta murid memperagakan kembali. Kemudian tokoh dan jalan cerita tersebut diperankan oleh para murid bersama guru. Mereka bebas berimajinasi dan berimprovisasi. Murid sangat antusias ikut dalam permainan tersebut sambil belajar berbicara bahasa Inggris. Selama 9 minggu kegiatan tersebut terlihat kemajuan dalam kemampuan berbahasa Inggris, para murid berkembang pesat sekali.
Ibu Irene ( Sopamena, 2002 ) juga seorang guru TK mencoba memasukkan aspek bermain sebagai sarana belajar membaca dan menulis bahasa Indonesia. Ibu Irene menggunakan kartu-kartu gambar dan kartu-kartu kata dalam permainan dan diselingi lomba adu siapa cepat. Ibu Irene mengenalkan gambar dan kata yang cocok dengan gambar tersebut sambil sekaligus diucapkan (metode asosiasi gambar dan kata) Murid menjadi tertarik dan terbuka dan hasilnya juga sangat fantastis.
Dalam suatu pembelajaran IPA tentang cahaya dan lensa Bu Murti (hasil observasi langsung di kelas V) tidak menggunakan buku paket IPA SD tetapi mencoba membantu pemahaman murid tentang cahaya dan lensa dengan mengajak mereka melakukan kegiatan sendiri menggunakan peralatan yang setiap hari ditemui di sekitar mereka. Bu Murti membawa berbagai jenis kacamata yang dibelinya dari tukang loak. Dia juga membawa lilin. Siswa juga diminta membawa kacamata bekas ayah, ibu atau kakak mereka. Dia membagikan kaca mata dan lilin itu ke muridnya dan menyuruh mereka memeriksa kacamata itu dan mencoba melakukan apa saja dengan kaca mata dan lilin. Sesudah itu dia mengumpulkan murid-murid dan meminta mereka menceritakan apa yang mereka temukan dan seterusnya. Hasilnya siswa tidak merasa bosan dan sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut.
Tiga contoh di atas, betul-betul sudah dilakukan dan menunjukan hasil yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa belajar menjadi efektif dan menyenangkan jika dilakukan dalam suasana yang santai dan melibatkan murid secara aktif. Guru tidak berperan sebagai figur yang memaksakan kehendaknya untuk dituruti murid tetapi lebih sebagai teman bermain serta teman yang memahami dan selalu memotivasi mereka. Tidak hanya murid yang merasa senang dalam pembelajaran seperti yang dicontohkan di atas, tetapi gurupun akan mengalami bahwa mengajar itu sangat menyenangkan. Gurupun akan dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan sunguh-sungguh karena dia menyenangi profesinya sebagai guru.
Dari berbagai contoh diatas, apabila kita sebagai guru dapat melaksanakan dan mengembangkan yang lebih kreatif dapat mencipatakan suatu pembelajaran dikelas lebih hidup dan bermakana. Lagipula dapat dilaksanakan dengan rasa penuh disiplin, tanggungjawab, dedikasi serta loyalitas yang tinggi , tidak mustahil akan tercipta Sumber Daya Manusia ( SDM) Indonesia yang handal dan mampu berkompetatif dengan bangsa-bangsa didunia ini dalam rangka menyongsong Era Globalisasi 2012.
4. MENCIPTAKAN SUASANA PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN BAGI SISWA

a. Kondisi Belajar yang Efektif
Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya, dan sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan fisik yang lain.
Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau lengkap. Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini:

1. Melibatkan Siswa secara Aktif
Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, antara lain :
a. Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksprimen.
b. Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab.
c. Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan pengarahan guru.
d. Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat praktek.
e. Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat, membuat karya tulis.
Aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara meningkatkan keterlibatan siswa :
  1. Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan berbagai teknik mengajar.
  2. Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran.
  3. Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.
2. Menarik Minat dan Perhatian Siswa
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar.
Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang diminati.

3. Membangkitkan Motivasi Siswa
Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar. Berikut ini beberapa cara bagaimana membangkitkan motivasi siswa :
a) Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya;
b) Pada awal kegiatan pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, sehingga siswa terpancing untuk ikut serta didalam mencapai tujuan tersebut.
c) Guru berusaha mendorong siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
d) Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses dengan usahanya sendiri;
e) Guru selalu berusaha menarik minat belajar siswa.
f) Sering-seringlah memberikan tugas dan memberikan nilai seobyektif mungkin.
4. Memberikan pelayanan individu Siswa
Perlunya keterampilan guru di dalam memberikan variasi pembelajaran agar dapat diserap oleh semua siswa dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini pulalah perlu adanya pelayanan individu siswa.
Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau privat, belakangan ini memang cukup marak dilakukan melalui les-les privat atau melalui lembaga-lembaga pendidikan yang memang khusus memberikan pelayanan yang bersifat individual.

5. Menyiapkan dan Menggunakan berbagai Media dalam Pembelejaran
Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pembelajaran yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung yang yang dibantu dengan sejumlah alat peraga dengan memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat peraga tersebut dalam membantu menyukseskan proses pembelajaran di kelas.
Di dalam menyiapkan dan menggunakan media atau alat peraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
  • Alat peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diasjikan.
  • Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.
  • Alat yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah digunakan.
B. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

1. Ciptakan iklim yang nyaman buat anak didik Anda
Iklim yang nyaman akan menghilangkan kecanggungan siswa, baik sesama guru maupun antar siswa sendiri. Hal ini juga bisa mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, sehingga komunikasi antara pendidik dan anak didik dapat terbangun. Sebagai pengajar, Anda dapat menjelaskan kepada siswa bahwa tidak akan ada siswa lain yang akan mengejek ketika ia bertanya. Beri motivasi kepada siswa bahwa dengan bertanya, akan memudahkannya untuk lebih mengetahui tentang sesuatu hal daripada hanya diam mendengarkan.
2. Dengarkan dengan serius setiap komentar atau pertanyaan yang diajukan oleh siswa Anda.
Jika siswa Anda mengajukan pertanyaan, sebisa mungkin fokus dan memperhatikannya. Meski sederhana, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan diri siswa karena ia merasa diperhatikan. Seringkali siswa merasa kurang percaya diri sehingga enggan untuk memberikan kontribusi di dalam kelas. Nah, tugas Anda sebagai pengajar, membangun kepercayaan diri siswa dengan menunjukkan perhatian-perhatian saat siswa merasa sedang ingin didengarkan.
3. Jangan ragu memberikan pujian kepada siswa
Anda juga bisa mencoba dengan memuji setiap komentar yang diajukan oleh anak didik Anda. Misalnya, "Oh, itu ide yang sangat bagus" ,atau "Pertanyaan kamu bagus, itu tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.
4. Beri pertanyaan yang mudah dijawab
Jika hal di atas belum juga berhasil untuk mengajak siswa memberikan komentar atau pertanyaan, giliran Anda untuk mengajukan pertanyaan memancing yang bisa membuat anak didik Anda tidak lagi bungkam di dalam kelas. Pastikan pertanyaan Anda mampu dijawab oleh siswa, sehingga saat menjawab secara tidak langsung melatih siswa untuk berbicara. Saat siswa sudah mulai merespon, beri senyum kepada siswa yang sudah berkomentar. Hal ini akan mengurangi rasa canggung yang biasa ia perlihatkan.
5. Biarkan siswa mengetahui pelajaran sebelum kelas dimulai
Minta agar para siswa mempelajari bahan yang nantinya akan Anda tanyakan. Sehingga, ia akan mempersiapkannya terlebih dulu. Jika saat anda bertanya dan para siswa tidak merespon, ubah format pertanyaan anda yang hanya membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak".
6. Controlling
Kontrol para siswa dengan alat kontrol yang Anda miiliki. Gunanya adalah untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang biasanya berpartisipasi dalam kelas. Jika Anda menemukan beberapa siswa yang tingkat partisipasinya dalam kelas sangat kurang, maka ajak ia berkomunikasi secaraa pribadi. Mungkin dengan begitu ia akan merasa percaya diri. Selain itu, jika yang Anda temukan hanyalah permasalahan kurang percaya yang menjadikannya diam selama kelas berlangsung, maka tugas Anda selanjutnya adalah memberi ia tugas yang bisa membantunya untuk berkomunikasi. Misalnya, tugas berpidato dalam kelas.
Selain itu, keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan belajar bagi siswa. Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai dan siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran. Siswa tidak akan merasa sungkan bertanya jika mereka tidak mengerti karena salah satu jalan membuat siswa cepat mengerti adalah dengan cara bertanya. Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik yang lain. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik. Penguasaan terhadap semua ketrampilan mengajar di atas harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro.
Seluruh sekolah yang bertaraf nasional dan internasional, jumlah siswa dibatasi dalam setiap kelas maksimal 32 siswa.
Hal ini ditetapkan agar guru bisa lebih mudah memberikan pelajaran dengan baik dan siswa juga akan mudah menangkap yang nantinya akan mendapatkan hasil yang baik pula.
Selain itu juga bagian sarana dan prasarana disekolah akan lebih mudah menyediakan alat praktikum sesuai dengan jumlah siswa seperti komputer, alat praktik IPA, peralatan olahraga, labor bahasa dan lain-lain. Dan juga guru menyampaikan materi pembelajaran dikelas dengan menggunakan alat multimedia. Bagi guru yang kreatif mereka membuat animasi karikatur dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh. Bagian kurikulum juga harus memikirkan bagaimana agar siswa juga dapat menerima pembelajaran dengan baik dengan cara menyusun jadwal pelajaran dengan rapi. Dalam satu hari siswa jangan diberikan pelajaran yang berumus, harus diselingi dengan mata pelajaran yang lainnya.

5.PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN

Rasa senang dalam belajar adalah masalah suasana hati. Ini diperoleh melalui perlakukan guru dan orang tua melalui dorongan dan motivasi mereka. Sebenarnya yang diperlukan oleh siswa dalam belajar adalah rasa percaya diri. Maka tugas orang tua dan guru tentu saja menumbuhkan rasa percaya diri mereka.. Dari pengalaman hidup, kita sering menemukan begitu banyak anak yang ragu-ragu atas apa yang mereka pelajari, sehingga mereka perlu didorong dan diberi semangat lewat kata kata dan perlakuan.
Jika anak merasa kurang percaya diri, maka anak perlu dibantu. Coba menemukan hal hal positif pada dirinya dan pujilah dia agar rasa percaya dirinya bisa datang. Komentar -komentar positif dapat membangkitkan percaya diri mereka. Orang belajar memang tergantung pada faktor fisik (suasana lingkungan), faktor emosional (suasana hati) dan faktor sosiologi atau lingkungan teman, guru, orang tua dan budaya sekitar. Rasa senang dalam belajar dapat tercipta jika terjalin keakraban antara guru dan siswa.
Keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan belajar bagi siswa.
Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai, lebih bisa mengungkapkan idenya sehingga lebih kreatif, anak akan lebih termotivasi ikut belajar sehingga siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran. Anak tidak akan merasa sungkan bertanya jika mereka tidak mengerti karena salah satu jalan membuat siswa cepat mengerti adalah dengan cara bertanya.
Menciptakan suasana akrab dengan siswa bukanlah hal yang sulit. Guru perlu menciptakan suasana bahwa pada saat belajar, guru dan siswa sedang belajar. Bahwa pada saat itu mereka juga didengar ide, pendapat dan kreatifitasnya, guru akan menjadi pengarah dan fasilitator mereka dalam belajar. Dan guru perlu bersikap adil terhadap siapapun, artinya siswa perlu diperhatikan sesuai porsinya. Misalnya anak yang pintar perlu diarahkan untuk lebih memperhatikan temannya yang kurang pintar. Anak yang nakal perlu diaktifkan untuk lebih berperan dalam proses belajar misalnya dengan menunjuk anak tersebut untuk membantu menertibkan teman temannya. Guru menegur dan marah juga harus pada tempatnya dan ada alasannya. Dan salah satu cara untuk menciptakan suasana akrab dengan anak adalah berusaha untuk mengenal mereka satu persatu.
Senyum guru juga merupakan salah satu penyemangat belajar bagi siswa. Cukup banyak ruang kelas proses belajar mengajarnya kurang dihiasi oleh senyum tulus guru. Kecuali senyum jengkel yang akan membuat kelas dan sekolah kehilangan rasa senang. Apa lagi kalau sekolah/ kelas juga selalu diguyur oleh tindakan menekan, tindakan mengancam dan tindakan meremehkan pribadi siswa, dimana pada akhirnya siswa menjadi malas, masa bodoh dan tidak punya kreativitas sama sekali. Guru yang cuma mengejar target kurikulum, sekedar tugas mengajar, dan mengabaikan perasaan anak didik akan membuat guru tersebut (juga mata pelajarannya) menjadi sangat tidak menarik, kreatifitas anak didik akan tidak berkembang.
Lingkungan belajar melibatkan orang-orang, perilaku, gagasan, dan suasana hati. Untuk memaksimalkan dorongan alamiah dalam diri anak, lingkungan belajarnya harus memenuhi beberapa persyaratan. Anak membutuhkan lingkungan yang menanggapi perilakunya. Lebih cepat dan lebih konsisten tanggapan yang diberikan kepadanya, maka lebih cepat ia akan belajar. Persyaratan utama yang lain adalah kebebasan. Anak merasa tidak aman bila tidak ada batasannya. Dengan memberikan batasan tertentu, anak cukup leluasa untuk menyelidiki. Untuk menumbuhkan semangat kemandirian pada anak anda dan kemampuan untuk mengambil inisiatif, berikan dia kesempatan untuk memilih apa yang anda berdua ingin lakukan atau pelajari.
Anak anda juga memerlukan lingkungan yang dapat membantu mengembangkan imajinasinya. Bantulah anak dengan membacakan buku-buku yang penuh imajinasi dan bercerita menurut versi anda sendiri. Dengan demikian, anak akan tahu bahwa tidak semua cerita bersumber dari buku dan ia pun dapat mengarang ceritanya sendiri. Ingat, memberikan contoh adalah guru terbaik. Semakin anda tunjukkan kepada anak bahwa anda suka membaca dan menulis, dan bahwa anda sangat senang dan berminat dalam belajar, semakin besar keinginan anak untuk mencontoh anda. Anak tertarik untuk meniru anda bila bersama-sama melakukan yang anda kerjakan. Libatkan anak dalam membahas berita di halaman depan surat kabar, atau sempatkan untuk menjelaskan isi buku yang sedang anda baca.
Akhirnya, ingatlah bahwa anda tidak dapat memaksa anak untuk ikut dalam pengalaman belajar, dan jangan pernah mencobanya. Bila anda memandang proses belajar belajar dengan cara yang sama dengan anak anda, yaitu sebagai suatu permainan yang berkelanjutan, hidup dan menarik, maka anda berdua pasti akan menikmatinya.






BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik.
Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal. Jika pembelajaran tidak berjalan dengan efektif dan tidak menyenangkan bagi peserta didik, peserta didik akan mengalami kejenuhan dalam belajar, guru henadaknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didiknya. Agar pesrta didik tidak mengalami kejenuhan dalam belajar agar tujuan pembelajaran dapat berjalan seperti yang di harapkan.

2. SARAN
Sebagai calon seorang guru, kita dituntut untuk bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar, membangkitkan semangat dan rasa percaya diri siswa. Jangan pernah mengejek siswa jika dia salah, melainkan siswa tersebut harus semakin didorong agar tetap percaya diri dan bisa memperbaiki kesalahan.





DAFTAR PUSTAKA
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi. Jakarta. rineka cipta.
Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.
Departemen Pendidikan Nasional.2003 Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif.Jakarta Departemen Pendidikan Nasional.
http://duseptipanggabean.blogspot.com/2012/01/menciptakan-suasana-belajar-yang.html
http://andybandex.blogspot.com/2012/12/makalah-hakekat-pembelajaran-efektif.html
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/ SUHERMAN/BIMB_BELAJAR_EFEKTIF)









Bagaimana cara menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien?



Bagaimana cara menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien?