Bagaimana sikap kalian jika memiliki teman yang menghambur hamburkan uang atau boros brainly

Gaya hidup yang semakin tinggi membuat perilaku konsumtif seseorang berubah. Apalagi, kehadiran teknologi telah memudahkan berbagai aktivitas, terutama berbelanja.

Tanpa disadari, perilaku hidup konsumtif memiliki dampak buruk terhadap kondisi keuangan Anda. Jika tidak bisa mengatasi atau menghilangkannya, maka Anda akan mengalami masalah keuangan yang serius, seperti terjerat hutang.

Jadi, Anda harus mulai merubah kebiasaan tersebut mulai sekarang. Dengan mengurangi kebiasaan buruk, Parent Pinters bisa menyiapkan anggaran untuk pendidikan anak di masa mendatang.

Bagi Anda yang memiliki perilaku gaya hidup konsumtif, maka dapat mengikuti langkah ini untuk menghilangkannya:

1. Menyusun Anggaran Belanja

Jika ingin menghilangkan kebiasaan perilaku konsumtif dan hedonis, maka susunlah anggaran belanja per bulannya.

Setiap pengeluaran pun juga harus dicatat dan diatur. Cara ini bisa menentukan target pengeluaran Anda setiap bulan.

Menyusun anggaran belanja memang terlihat mudah, namun melakukannya yang sulit. Pastikan Anda mengendalikan diri dan tidak tergoda dengan kebiasaan berbelanja.

2. Menabung

Menabung adalah salah satu cara yang tepat untuk menghilangkan perilaku keuangan konsumtif.

Meski terlihat biasa saja, namun menyisihkan sebagian penghasilan Anda bukanlah hal yang mudah, khususnya bagi Anda yang konsumtif.

Anda tidak harus menabung dalam jumlah banyak, karena bisa menyisihkan sekitar 5% atau 10% dari penghasilan.

Jika dilakukan secara rutin, tentunya jumlah tabungan Anda semakin banyak dan menjadi dana cadangan di masa mendatang.

3. Menetapkan Prioritas

Jika ada penawaran barang terbaru, maka jangan terburu-buru membelinya. Anda harus mengutamakan pengeluaran yang menjadi prioritas.

Jika kebutuhan terpenuhi, berarti keinginan Anda dapat terpenuhi jika ada sisa dananya.

Jangan sampai Anda memenuhi keinginan terlebih dahulu, kemudian mengesampingkan kebutuhan.

Jika uang Anda habis dan ada kebutuhan yang harus dipenuhi, mau tidak mau harus merogoh kocek lebih dalam lagi.

4. Hindari Penggunaan Kartu Kredit

Perilaku konsumtif dan bentuk gaya hidup juga dipengaruhi oleh kehadiran kartu kredit. Hal itu dikarenakan kartu kredit mudah digunakan, kemudian tidak ada yang memikirkan jumlah uangnya.

Banyak orang yang tidak menyadari nominal kartu kredit yang dihabiskan. Biasanya, mereka akan menyesal setelah mengecek tagihan.

Sebenarnya, Anda dapat memiliki dan menggunakan kartu kredit, tetapi harus memiliki tekad yang kuat.

Bagi Anda yang tidak bisa menahan diri, sebaiknya hindari penggunaan kartu kredit dan menggunakan uang tunai. Dengan begitu, Anda bisa mengatur pengeluaran.

5. Mulai Berinvestasi

Investasi menjadi salah satu cara untuk menghindari gaya hidup konsumtif. Jika Anda berinvestasi, tentunya akan memperoleh keuntungan yang besar di masa mendatang.

Saat memasuki hari tua, maka investasi dapat menyelamatkan Anda. Investasi jangka panjang yang bisa dipilih adalah properti.

Selain dimanfaatkan secara pribadi, Anda juga bisa menyewakannya kepada orang lain, sehingga mendapatkan keuntungan yang besar.

6. Kurangi Bepergian

Bepergian atau jalan-jalan memang menyenangkan, namun hal tersebut bisa berbahaya karena menjadi kebiasaan. Selain itu, uang Anda juga terkuras habis jika digunakan untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan kebutuhan.

Jika Anda sering jalan-jalan, maka kemungkinan besar akan tergiur dengan apa saja, salah satunya adalah keinginan untuk berbelanja.

Meski awalnya tidak berencana untuk berbelanja, namun beda halnya jika Anda sudah melihat sesuatu yang menggiurkan.

7. Memiliki Komitmen

Perilaku konsumtif sebaiknya dihilangkan dengan berkomitmen terhadap diri sendiri.

Hal itu bertujuan agar Anda bisa menahan diri untuk membeli barang yang tidak penting. Jadi, rencana Anda ke depannya dapat segera terwujud.

Penyebab Perilaku Konsumtif di Indonesia

Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi yang cukup pesat.

Namun, pandemi COVID-19 saat ini menjadi pemicu resesi [penurunan ekonomi] di Indonesia, termasuk di beberapa negara lainnya.

Perilaku konsumtif masyarakat Indonesia memang terbilang cukup tinggi, terutama bagi yang sering berbelanja di toko ritel dan online.

Meski penghasilannya tidak setara dengan gaya hidup, namun kebanyakan orang tetap setia pada produk pilihannya, seperti gadget dan perawatan.

Berikut ini adalah penyebab perilaku dan gaya hidup konsumtif masyarakat Indonesia:

1. Persepsi Jangka Pendek

Saat ingin berbelanja, masyarakat tidak mempertimbangkannya secara jangka panjang. Biasanya mereka langsung memutuskan untuk membeli apa yang diinginkan.

Hal itu dikarenakan banyak orang yang berburu promo dan diskon untuk barang-barang yang tidak dibutuhkan.

Padahal, asuransi dan investasi merupakan kebutuhan jangka panjang yang harus diperhatikan.

2. Kurangnya Kesadaran akan Lingkungan

Meski kampanye lingkungan semakin marak dilakukan, tetapi kesadaran dan pengetahuan masyarakat Indonesia masih minim.

Misalnya, kehadiran kantong plastik berbayar yang bertujuan untuk mengurangi penggunaannya tidak pernah diperhatikan.

Sebab, masih banyak orang yang membeli dan menggunakan kantong plastik untuk berbagai keperluan.

Sebaiknya, Anda kurangi penggunaan plastik dan menggantinya dengan tas kain.

3. Bergantung pada Teknologi

Saat ini, masyarakat Indonesia telah bergantung pada teknologi, seperti gadget, internet, dan layanan fintech.

Hal itulah yang menyebabkan kebanyakan orang bertransaksi di situs e-Commerce dan membeli produk di toko ritel melalui aplikasi e-wallet.

4. Kebiasaan Berkelompok

Seperti yang diketahui, masyarakat Indonesia gemar berbaur di dalam satu kelompok, seperti pertemanan, tempat tinggal hingga komunitas.

Maka dari itu, anggota kelompok sangat mudah mempengaruhi satu sama lain untuk membeli sesuatu.

Jika ada anggota yang superior dan membeli sesuatu, maka lainnya juga akan mengikutinya.

Sebenarnya, Anda tak perlu melakukan hal tersebut, karena semuanya harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Bagi Parent Pinters yang memerlukan biaya pendidikan anak, maka dapat memilih Pintek. Lembaga ini menyediakan pinjaman dana pendidikan untuk para orang tua dalam mempersiapkan masa depan sang buah hati.

Hingga saat ini, terdapat 68 universitas di Indonesia yang berkolaborasi dengan Pintek untuk pengadaan program dana bantuan perkuliahan. Selain itu, Pintek juga bekerjasama dengan Pemerintah, organisasi hingga lembaga pendidikan.

Perilaku konsumtif bisa dihindari jika Anda membeli barang yang sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai Anda membeli barang karena faktor lingkungan, karena dapat menjerumuskan Anda ke gaya hidup yang terlalu konsumtif.

Pola hidup konsumtif tak bisa dilepaskan dari gaya hidup modern yang serba praktis dan mobile. Hal ini tentu didukung dengan teknologi canggih yang berkembang begitu pesat sehingga memudahkan berbagai kepentingan dan yang terpenting adanya daya beli.

Di satu sisi, pola dan gaya hidup konsumtif memberikan kenikmatan dan kepuasan baik secara fisik maupun psikologis. Namun disadari atau tidak, gaya hidup konsumtif justru memiliki dampak kurang baik terhadap ‘kesehatan’ finansial. Konsumtif dapat diasumsikan sebagai pemborosan. Sementara pemborosan itu sendiri bisa dimaknai sebagai suatu perilaku yang berlebih-lebihan melampaui apa yang dibutuhkan.

Ketika masih memiliki daya beli, perilaku konsumtif memang mengasyikkan, kita bisa membeli segala sesuatu yang tak hanya sekadar apa yang dibutuhkan, tetapi juga yang diinginkan. Tanpa disadari, perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan bahkan mengendap membentuk karakter yang sulit untuk diubah apalagi dihilangkan. Jika sudah demikian, bayangkan apa yang akan terjadi saat daya beli tak mendukung lagi? Tentu saja ‘kesehatan’ finansial akan mengalami gangguan yang bisa jadi semakin kronis dari hari ke hari.

Lantas, jika sudah terlanjur konsumtif, apakah kebiasaan buruk ini masih bisa diubah dan diperbaiki? Intinya selama ada kemampuan dan kemauan untuk mengendalikan diri, pasti bisa. Mengendalikan diri dari perilaku konsumtif seolah masih tampak abstrak. Bagaimana realisasinya? Berikut 8 cara yang bisa dilakukan untuk mengubah gaya hidup konsumtif alias boros:

1. Menabung

Menabung - Cara Mengubah Hidup Konsumtif via duniatraining.com

Meski tampak sederhana, namun tidak semua orang bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung, apalagi mereka yang bergaya hidup konsumtif. diakui atau tidak, banyak yang belum menyadari akan pentingnya menabung. Sekadar kesadaran mungkin sudah ada, tetapi belum terealisasi secara terus menerus.

Bagaimana bisa menabung jika gaji saja kecil? Menabung tidak harus dalam jumlah banyak. Namanya juga menyisihkan sebagian, maka dana tabungan bisa diambil sebesar 5% atau 10% dari gaji. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, tentu nilai tabungan akan semakin banyak, sehingga bisa menjadi dana cadangan ketika memiliki kebutuhan mendadak.

2. Membuat Anggaran Belanja

Membuat Anggaran Belanja via images.wisegeek.com

Anggaran belanja merupakan salah satu alat untuk mengatur aliran dana. Dalam konteks ini tentu saja yang menjadi fokus utama adalah perencanaan pengeluaran. Kebutuhan bisa mencakup harian juga bulanan. Setiap pengeluaran harus diatur dalam pos-pos yang jelas. Dengan demikian, anggaran yang disediakan untuk pemenuhannya juga bisa terpampang secara gamblang. Pembuatan anggaran belanja sekaligus bisa menentukan target pengeluaran.

Membuat anggaran belanja sih mudah, tapi menepatinya itu yang susah. Apalagi ketika godaan belanja barang-barang di luar kebutuhan selalu menghampiri. Untuk itu, kemampuan mengendalikan diri sangat dibutuhkan agar anggaran belanja yang sudah dibuat dapat ditepati. 

3. Prioritaskan Kebutuhan

Prioritaskan Kebutuhan via theperformancecurve.com

Penting dipahami bahwa kebutuhan tidak sama dengan keinginan dan keperluan. Sederhananya, butuh selalu perlu, sedangkan perlu tidak selalu butuh. Jadi, kebutuhan memiliki ‘derajat’ yang lebih tinggi daripada keperluan atau hanya sekadar keinginan. Nah, untuk beranjak dari perilaku konsumtif, prioritaskanlah kebutuhan. Jika kebutuhan telah terpenuhi, maka keinginan atau keperluan bisa dipenuhi ketika ada dana sisa. Bukan kebalikannya, memenuhi keinginan lebih dulu dan mengesampingkan kebutuhan. Ketika dana telah habis untuk memuaskan keinginan, muncul kebutuhan yang mau tak mau wajib dipenuhi sehingga harus merogoh kocek lebih dalam. Beruntung kalau ada dana cadangan, jika tidak maka solusi yang harus diambil adalah dengan berutang. Tentu kondisi ini jauh dari tujuan hidup hemat.

Baca Juga : 22 Cara Hemat BBM yang Bisa Anda Lakukan

4. Hindari Pemakaian Kartu Kredit

Hindari Pemakaian Kartu Kredit via blogcdn.com

Ada yang bilang kartu kredit tak ubahnya seperti kartu setan. Dia begitu mudah membujuk dan merayu berperilaku konsumtif dengan berbelanja berlebihan bahkan untuk barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Mudah, praktis, dan gengsi. Itulah iming-iming yang menggelitik psikologis manusia, terutama yang hidup di perkotaan. Tanpa disadari, iming-iming tersebut justru menjerumuskan secara finansial, karena penggunanya akan dibebani dengan tagihan sebesar dana yang digunakan plus bunga.

Transaksi dengan kartu kredit yang bersifat virtual tanpa uang tunai dan tinggal gesek seolah ‘menyihir’ penggunanya untuk belanja dan terus belanja. Asyik dan nyaman saja ketika menggunakannya, tetapi ketika sadar banyaknya tagihan dan pengeluaran barulah akan menyesakkan dada.

Belanja menggunakan kartu kredit sebenarnya sah-sah saja, asal Anda memiliki komitmen dan kontrol diri yang kuat. Bagi Anda yang cenderung ‘latah’ sebaiknya menghindari berbelanja dengan kartu kredit dan lebih bijak jika menggunakan uang tunai. Dengan demikian, Anda tetap bisa mengontrol pengeluaran Anda.

5. Kurangi Jalan-jalan dan Cuci Mata di Mal

Kurangi Jalan-jalan di Mall via jonathansaullo.com

Jalan-jalan dan cuci mata di mal atau pusat perbelanjaan memang mengasyikkan, namun akan berbahaya, jika hal ini menjadi kebiasaan, maka lama-lama akan menguras kantong Anda. Mengapa? Cuci mata di pusat perbelanjaan berpotensi menimbulkan niat belanja yang tidak terduga dan terencana. Ketika melihat suatu barang yang di-display di toko, bisa jadi Anda langsung tertarik dan ingin membelinya meskipun tidak ada rencana untuk membelinya dalam daftar belanja yang telah Anda buat.

6. Mulailah Berinvestasi

Mulailah Berinvestasi via opma-oacs.com

Investasi merupakan salah satu cara untuk menghindari perilaku konsumtif sekaligus merencanakan kehidupan masa depan yang lebih baik. Apa pentingnya berinvestasi? Investasi dapat dipahami sebagai penanaman modal pada suatu usaha atau barang tak bergerak dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Ketika usia Anda tak lagi produktif, investasi bisa menyelamatkan kehidupan masa tua Anda. Misalnya saja, Anda membeli properti. Jika belum ingin memanfaatkannya untuk diri sendiri, Anda bisa menyewakannya kepada pihak lain sehingga Anda memperoleh keuntungan dari uang sewanya. Selain itu, Anda juga bisa menikmati nilai properti yang cenderung meningkat setiap tahunnya.

7. Cermatlah Ketika Membeli Barang

Cermatlah Membeli Barang via blog.nsbank.com

Mahal tak selalu berkualitas, dan murah tak selalu murahan. Agaknya prinsip tersebut perlu bahkan wajib Anda terapkan ketika membeli suatu barang. Membeli barang berdasarkan fungsi akan lebih bijak dibandingkan berdasarkan merek hanya untuk menunjang gengsi. Contohnya saja tas. Bagi kebanyakan wanita, barang tersebut sangatlah berharga. Tak heran jika barang ini dikoleksi oleh kaum hawa. Namun, untuk apa membeli tas dengan harga mencapai ratusan juta, padahal fungsinya sama dengan tas yang berharga ratusan atau hanya puluhan ribu saja. Perilaku tersebut tentu saja merupakan pemborosan.

8. Beramal dan Bersedekah

Beramal dan Bersedah via media.coindesk.com

Cara yang satu ini memang berbau religi, namun tak kalah ampuh untuk mengubah perilaku konsumtif. Dengan beramal dan bersedekah berarti Anda telah berbagi dengan orang-orang yang secara ekonomi tidak seberuntung Anda. Pesan moralnya, dengan bersedekah, memberikan sumbangan atau donasi ke lembaga-lembaga sosial seperti panti asuhan, panti jompo, atau fakir miskin, Anda telah membantu meringankan beban mereka. Oleh sebab itu, jika memiliki dana berlebih, akan lebih baik apabila Anda menyalurkannya kepada orang-orang yang membutuhkan, bukan justru egois dengan menghambur-hamburkannya untuk kesenangan pribadi, meski itu merupakan hak Anda. Jika Anda termasuk salah seorang yang berperilaku konsumtif, ada baiknya jika tips ini diterapkan sebelum Anda mengalami kebangkrutan.

Baca Juga : Kerja Keras Saja Tidak Cukup, Ini Cara Memaksimalkannya

Belilah Barang yang Memang Anda Butuhkan

Hal lain yang lebih penting adalah, belilah barang yang memang Anda butuhkan. Jangan membeli barang karena ikut-ikutan atau ingin dibilang keren. Pastikan barang yang Anda beli memang diperlukan. Budaya membeli barang karena sedang tren bisa menjerumuskan Anda pada kehidupan konsumtif. Hanya Andalah yang tahu mana barang yang Anda butuhkan dan tidak. Sebelum membeli barang, cermatlah memilih. Pastikan barang itu baik secara mutu dan harga. Barang yang bermutu baik terkadang lebih mahal. Namun ada kalanya harga mahal tidak menjamin mutu yang baik. Jadi Anda harus hati-hati.

Baca Juga : 12 Alasan Resign yang Sering Diungkapkan Pegawai

 

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề