Bagaimanakah kepercayaan asli masyarakat Indonesia?

Foto: SemarNews.com - Ilustrasi ritual agama kepercayaan

Masyarakat Indonesia zaman dulu menganut agama asli nusantara. Ragam agama tersebut cukup banyak dan memiliki tradisi masing-masing yang begitu khidmat.

Namun, seiring dengan masifnya perpindahan penduduk, banyak masyarakat Indonesia kemudian meninggalkannya. Lalu, agama asli nusantara ini pun kini semakin menjadi minoritas, bahkan belum diakui oleh negara Indonesia.

Pemerintah Indonesia sendiri menetapkan enam agama resmi yang diakui oleh negara, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Agama lain selain itu dianggap sebagai aliran kepercayaan seperti animisme.

Selain Sunda Wiwitan dan Kejawen, inilah beberapa agama asli nusantara lainnya yang tak diakui negara.

7 Agama Asli Nusantara

1. Kejawen

Sumber: kbr.id

Kejawen atau dalam bahasa Indonesia "agama Jawa" adalah agama asli nusantara yang seluruh aspeknya berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa.

Dalam praktiknya, Kejawen terdiri dari seni, budaya, tradisi, ritual, juga berbagai nilai dan filosofi suku Jawa.

Oleh karena itu, para penganut Kejawen tak melihat Kejawen dalam pengertian agama umum, tetapi sebagai seperangkat cara pandang dan nilai hidup asli Jawa.

2. Sunda Wiwitan

Sumber: cnnindonesia.com

Sesuai namanya, Sunda Wiwitan merupakan agama asli nusantara yang dianut oleh masyarakat Sunda utamanya yang tinggal di wilayah Provinsi Banten.

Penganutnya menyebar mulai dari Kanekes, Lebak, Banten, Kasepuhan Ciptagelar, Banten Kidul, Cisolok, Sukabumi, Kampung Naga, hingga Cigugur, Kuningan.

Sunda Wiwitan merupakan agama asli nenek moyang yang hadir jauh sebelum masuknya Hindu ke Indonesia.

Namun, pada perkembangannya telah bercampur dengan beberapa unsur ajaran agama Hindu dan sebagian ajaran Islam.

3. Djawa Sunda

Sumber: historyofcirebon.id

Agama Djawa Sunda [ADS] dikembangkan oleh Pangeran Madrais atau Kiai Madrais yang merupakan seorang keturunan Kesultanan Gebang, Cirebon Timur.

Wilayah Cigugur, Kuningan dianggap sebagai basis penganut agama Djawa Sunda terbesar saat ini dengan sekitar 3.000 orang penganut.

Namun, menurut Abdul Rozak, seorang peneliti kepercayaan Sunda, agama ini tak hanya terbatas di Cigugur tapi menyebar hingga Kabupaten Lebak, Banten dan Kabupaten Ciparay, Bandung.

Hari raya agama Djawa Sunda jatuh pada tanggal 22 Rayagung menurut penanggalan Sunda dan diperingati secara meriah, salah satunya dengan upacara Seren Taun.

4. Marapu

Sumber: liputan6.com

Sama seperti agama nusantara lainnya, Marapu juga masih hidup dan dipraktikkan oleh masyarakat Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Dalam bahasa Sumba, Marapu juga merujuk pada arwah leluhur yang berarti "yang dimuliakan" dan itulah sumber asal nama agama Marapu.

Agama Merapu percaya Marapu [leluhur] terbagi menjadi dua golongan, Marapu sebagai leluhur cikal bakal kehidupan [kabihu] dan Marapu Ratu yang merupakan dewa tertinggi.

5. Parmalim

Sumber: tirto.id

Parmalim adalah agama asli nusantara atau kepercayaan tradisional yang dianut oleh masyarakat asli suku Batak di Sumatera Utara.

Saat ini agama Parmalim dipimpin oleh Raja Marnangkok Naipospos dan masih rutin menjalankan ritual serta aktivitas keagamaannya.

Para penganut Parmalim yang disebut "Umat Ugamo Malim" percaya dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa yang dalam istilah lokal disebut "Tuhan Debata Mulajadi Nabolon".

6. Naurus

Sumber: opini.id

Naurus merupakan agama asli nusantara yang menjadi kepercayaan dan pegangan masyarakat Pulau Seram, Maluku.

Pemeluk Naurus tersebar mulai dari suku Manusela dan suku Wahai di pegunungan Manusela Utara, Seram serta suku Nuaulu di barat laut Manusela.

Pada awalnya, Naurus lebih dekat dengan animisme, namun seiring perkembangan zaman, agama ini mulai dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu serta Protestan.

7. Kaharingan

Sumber: boombastis.com

Agama asli nusantara berikutnya yang tak diakui negara adalah agama Kaharingan yang dianut oleh masyarakat suku Dayak di Kalimantan.

Dalam kepercayaan Kaharingan, Tuhan Yang Maha Esa [Ranying] hidup dan tumbuh secara turun temurun di dalam masyarakat Dayak.

Sayangnya, karena pemerintah memaksa setiap penganut Kaharingan untuk menganut agama resmi, akhirnya agama ini berubah menjadi Hindu Kaharingan.

Terinspirasi

Terhibur

Biasa Saja

Tidak Menarik

Terganggu

Tidak Suka

Agama asli Nusantara atau kepercayaan adat adalah agama-agama suku [agama bersahaja atau etnis] pribumi yang telah ada sebelum agama-agama asing masuk ke Nusantara.[catatan 1]

Kerohanian asli pada umumnya juga meliputi sejumlah aliran/organisasi kepercayaan baru yang didirikan di Nusantara.

Lihat pula: Mitologi Indonesia

Agama-agama asli Nusantara adalah agama/kepercayaan nenek moyang suku bangsa Austronesia serta bangsa Papua yang telah ada di Nusantara sebelum masuk agama-agama asing dari subbenua India [Hindu dan Buddha], Arab [Islam], Portugis [Kristen Katolik], Belanda [Kristen Protestan], dan Tiongkok [Konghucu].[1]

Sebelum Nusantara didiami bangsa berkulit cokelat [Austronesia], bangsa proto Melanesia [berkulit hitam] menganut kepercayaan monoteistik yang sekarang dikenal dengan nama kapitayan. Seiring dengan datangnya orang-orang Austronesia, kepercayaan itu turut dianut oleh mereka.[2]

 

Aksara lontara Sureq Galigo, wiracarita suci Bugis Tolotang.

Kepercayaan masyarakat purba telah mempunyai mitologi kaya serta wiracarita, memuliakan dewa-dewi, roh leluhur dan roh kekuatan alam yang menghuni air, gunung, hutan. Hakikat tak terlihat yang memiliki kekuatan supernatural ini disebut oleh orang Jawa, Sunda, Melayu, Bali sebagai Hyang dan oleh suku-suku Dayak sebagai Sangiang.

Beberapa dari agama asli masih hidup baik yang murni maupun telah gabungan [sinkretis] dengan agama asing, umpamanya agama Hindu Bali, Kejawen serta Masade [Islam Tua]. Akan tetapi kepercayaan asli yang telah hilang bisa hidup sebagai agama rakyat di antara umat Islam atau Kristen di dalam praktik adat di luar agama resmi, misalnya syamanisme Melayu dan kepercayaan kaum Abangan Jawa.[3]

Keagamaan asli juga meliputi sejumlah aliran/organisasi kepercayaan baru [gerakan spiritual] yang didirikan di Nusantara pada abad ke-19–21-an dan terkait dengan agama-agama asli, yakni Saminisme, Subud, Sumarah, dll.[4] Namun, gagasan universal aliran kepercayaan di Indonesia sebagai sumber dari Tuhan YME dan hubungan pribadi dengan Dia[5] tidak menyiratkan mengikuti wajib kepada adat agamawi etnis.

Hingga kini, tak satu pun agama-agama asli Nusantara yang diakui di Indonesia selaku agama, hanya sebagai aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sekaligus sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia tertanggal 7 November 2017 dengan No. 97/PUU-XIV/2016, para penghayat kepercayaan dapat mencantumkan nama “penghayat kepercayaan” dalam dokumen kependudukan mereka dan memiliki hak yang sama-sama seperti para penganut enam agama.[6]

Untuk melegalkan status mereka, beberapa agama asli [Aluk Todolo, Kaharingan, Pemena, dan Tolotang] pada tahun 1970-an dan 80-an berada di bawah naungan agama resmi Hindu sebagai aliran-alirannya.

Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia [MLKI] adalah wadah tunggal sebagai payung bagi kumpulan-kumpulan kepercayaan.[7]

Lihat pula: Daftar organisasi penghayat kepercayaan Indonesia

Berikut ialah daftar agama kuno asli Nusantara yang masih hidup:[catatan 2]

  • Adat Musi [suku Talaud, Sulawesi Utara][8]
  • Adat Papua [suku Asmat dll, Papua][9]
  • Aluk Todolo [suku Toraja, Sulawesi Selatan][10][11]
  • Arat Sabulungan [suku Mentawai, teristimewa subsuku Sakuddei, Sumatra Barat][12]
  • Buhun[Suku Sunda utara][13][14][15][16]
  • Fanömba adu [suku Nias, Sumatra Utara]
  • Hindu Bali [suku Bali][17]
  • Hindu Jawa/Buda Tengger [suku Jawa, teristimewa suku Tengger][18]
  • Jingi Tiu [suku Sabu, Nusa Tenggara Timur]
  • Kaharingan [suku Dayak, teristimewa Kalimantan Tengah][19]
  • Kejawen [suku Jawa][20][21]
  • Marapu [suku Sumba, Nusa Tenggara Timur][22]
  • Masade [suku Sangir, Sulawesi Utara][23]
  • Momolianisme [suku Dayak Kadazandusun, Sabah, Malaysia Timur][24]
  • Naurus [suku Manusela, Maluku][25]
  • Parmalim [suku Batak, teristimewa suku Batak Toba, Sumatra Utara][26]
  • Pemena [suku Batak Karo, Sumatra Utara][27]
  • Sunda Wiwitan [suku Sunda, teristimewa urang Kanekes][28]
  • Tolotang [suku Bugis, Sulawesi Selatan][29]
  • Tonaas Walian [suku Minahasa, Sulawesi Utara][30]
  • Wetu Telu [suku Sasak, Nusa Tenggara Barat][31]
  • Wor [suku Biak, Papua]

Artikel utama: Kaharingan

 

Panaturan, kitab suci Kaharingan.

Agama asli Dayak di Kalimantan, teristimewa di Kalimantan Tengah, terhadap Tuhan Ranying Hatalla Langit. Kitab sucinya ialah Panaturan.[19]

Pada tahun 1980 umat agama ini berintegrasi dengan agama Hindu sebagai bagiannya [Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan, MBAHK]. Akan tetapi, sebagian kecil mereka menentang integrasi dan berpaham Kaharingan sebagai agama mandiri, yaitu Majelis Agama Kaharingan Indonesia [MAKI] di Kalimantan Tengah [32][33] serta Majelis Umat Kepercayaan Kaharingan Indonesia [MUKK Indonesia] di Kalimantan Selatan.[34]

Artikel utama: Kapitayan

Merupakan agama asli Nusantara yang bersifat monoteistik terutama banyak ditemui di pulau Jawa, pada mulanya dianut ras berkulit hitam [proto Melanesia] lalu dianut dan dijalankan turun temurun oleh ras Proto Melayu dan Deutro Melayu.[35][2][36]

Artikel utama: Kejawen

Disebut juga Kebatinan, merupakan agama Jawa yang merupakan sinkretisme dari kepercayaan asli, agama Hindu Jawa, ajaran Siwa-Buddha, dan Sufisme.[20][21]

Artikel utama: Mitologi Batak, Parmalim, dan Pemena

Artikel utama: Sunda Wiwitan

Lihat pula: Agama Djawa Sunda dan Agama Buhun

Agama adat suku bangsa Sunda, teristimewa subsuku urang Kanekes di Lebak, Banten, serta masyarakat Sunda Wiwitan Madrais [Djawa Sunda] di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.[28]

Informasi lebih lanjut: Mitologi Bali, Agama Hindu Bali dan Agama Hindu Jawa

Agama Hindu Bali [agama Tirtha] serta agama Hindu Jawa, secara resmi sebagai agama Hindu Dharma berasal dari India, namun mengandung banyak kepercayaan dan upacara nenek moyang pribumi.[37]

  •  

    Bissu, kaum pendeta Bugis Tolotang

  •  

    Sajian Tengger

  •  

    Sembahyang Bali

  •  

    Pendeta perempuan Minahasa

  •  

    Dukun [sikerei] Sakuddei

  •  

    Dukun Dayak

  •  

    Tengkorak nenek moyang Papua Asmat

  •  

    Rumah tengkorak [geriten] Batak Karo

  •  

    Batu nisan Marapu, Sumba

  •  

    Upacara kematian Toraja

  •  

    Sembahyang, Sumatra Utara

  •  

    Kaum Bobolian

  1. ^ Gagasan "Nusantara" melingkupi wilayah Indonesia, Timor Leste, Brunei, Singapura, dan Malaysia Timur.
  2. ^ Daftar agama kuno ini tak mencakupi aliran kepercayaan baru.

  1. ^ Subagya 1969; Popov 2017, hlm. 96.
  2. ^ a b Sunyoto, Agus [2017]. Atlas Walisongo: Buku Pertama yang Mengungkap Walisongo Sebagai Fakta Sejarah. Tangerang Selatan: Pustaka Iman. hlm. 13.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  3. ^ Rasjidi 1967; Geertz 1982; Romdon 1993; Simuh 1995; Schlehe 1998; Popov 2017, hlm. 96.
  4. ^ Catatan singkat tentang organisasi penghayat kepercayaan 1997; Ensiklopedi Kepercayaan 2010; Kroef 1961, hlm. 18–25; Stange 2009.
  5. ^ Subagya 1973, hlm. 76; Ensiklopedi Kepercayaan 2010, hlm. 43.
  6. ^ Siregar 2018, hlm. 176.
  7. ^ "Pembukaan Sarasehan Nasional Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa". Direktorat Jendral Kebudayaan. 13-10-2014. Diakses tanggal 14-03-2020.  Periksa nilai tanggal di: |access-date=, |date= [bantuan]
  8. ^ Ensiklopedi Kepercayaan 2010, hlm. 72–74.
  9. ^ Popov 2017, hlm. 96.
  10. ^ Nooy-Palm 1979; Nooy-Palm 1986; Nooy-Palm 1987, hlm. 565–67; Volkman 1985.
  11. ^ "Aluk Todolo, Agama Lokal Toraja yang Hampir Punah". Tribun Timur. Diakses tanggal 08-04-2019.  Periksa nilai tanggal di: |access-date= [bantuan]
  12. ^ Schefold 1980; Schefold 1988, hlm. 5–22.
  13. ^ "Agama Buhun". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2022-04-19. 
  14. ^ "Kepercayaan Jati Buhun". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2022-04-25. 
  15. ^ "Agama Sunda Buhun - Agama Jati Sunda". Diakses tanggal 2022-04-25. 
  16. ^ "AGAMA ASLI NUSANTARA ~ Ensiklopedia Dunia". p2k.itbu.ac.id. Diakses tanggal 2022-04-25. 
  17. ^ Belo 1960; Geertz 1973; Lansing 1987, hlm. 45–49.
  18. ^ Hefner 1989; Suparyanto 2019.
  19. ^ a b Schärer 1963; Metcalf 1987, hlm. 290–92; Rousseau 1998; Weinstock 1983; Winzeler 1993.
  20. ^ a b Beatty 1999; Epton 1974; Geels 1997; Geertz 1982; Hadiwijono 1967; Ilyas & Imam 1988; Imam 2005; Kartapradja 1985; Koentjaraningrat 1987, hlm. 559–63; Mulder 1980.
  21. ^ a b Mulder 2005; Popov 2017, hlm. 99–103; Rasjidi 1967; Romdon 1993; Schlehe 1998; Simuh 1995; Stange 2007; Stange 2009.
  22. ^ Maria & Limbeng 2007; Popov 2017, hlm. 98–99.
  23. ^ Ensiklopedi Kepercayaan 2010, hlm. 266–67.
  24. ^ Evans 1953.
  25. ^ Popov 2017, hlm. 77–78.
  26. ^ Rodgers 1987, hlm. 81–83; Popov 2017, hlm. 98.
  27. ^ Rodgers 1987, hlm. 81–83; Tambun 1952.
  28. ^ a b Ayatrohaedi & Saadah 1995; Indrawardana 2014, hlm. 105–18; Muttaqien 2013; Prawiro 2013, hlm. 111–24; Popov 2017, hlm. 96–98; Saringendyanti, Herlina & Zakaria 2018, hlm. 1–14; Sucipto & Limbeng 2007.
  29. ^ Matthes 1872; Pelras 1987, hlm. 560–61.
  30. ^ Ensiklopedi Kepercayaan 2010, hlm. 382–83.
  31. ^ Vogelgesang 1923, hlm. 417–25.
  32. ^ Popov 2017, hlm. 76–77.
  33. ^ "Anggota Ombudsman Lakukan Pertemuan dengan Sekda Kalteng Bahas Permohonan pengurus [MAKI] Agar Kaharingan Menjadi Agama Resmi Di Indonesia". Ombudsman RI. 11-09-2019. Diakses tanggal 09-12-2020.  Periksa nilai tanggal di: |access-date=, |date= [bantuan]
  34. ^ "Agama Kaharingan Diakui, MUKK Kotabaru Kumpulkan Kepala Adat". Metro7.co.id. 20-02-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-27. Diakses tanggal 09-12-2020.  Periksa nilai tanggal di: |access-date=, |date= [bantuan]
  35. ^ Dharmapala, Rangga Wisesa [2014-02-22]. "Sejarah Agama dan Kepercayaan Kapitayan". Keajaiban Dunia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-05. Diakses tanggal 2021-06-05. 
  36. ^ Firdaus, Akhol [2019-09-26]. "Melacak Keberadaan Agama [Asli] Jawa". Institute for Javanese Islam Research. Diakses tanggal 2021-06-05. 
  37. ^ Belo 1960; Geertz 1973; Lansing 1987, hlm. 45–49; Hefner 1989; Suparyanto 2019.

dalam bahasa Indonesia

  • Ayatrohaedi; Saadah, Sri [1995]. Jatiniskala: Kehidupan Kerohanian Masyarakat Sunda Sebelum Islam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • Catatan singkat tentang organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. [Jakarta]: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997Proyek Inventarisasi Kepercayaan Terhadap Tuhan, Direktorat Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa 
  • Endraswana, Suwardi [2011]. Kebatinan Jawa dan jagad mistik Kejawen. Yogyakarta: Lembu Jawa. ISBN 9789791650250. 
  • Ensiklopedi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa [Cet. ke-4, PDF]. Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film; Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2010 [2003]. ISBN 978-979-16071-1-7. 
  • Geertz, Clifford [1982] [1960]. Abangan, santri, priyayi: dalam masyarakat Jawa [Religion of Java]. Jakarta: Pustaka Jaya. OCLC 23574765. 
  • Hafidy, H.M. As'ad El [1977]. Aliran-aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. 
  • Hurmain [1991]. Aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan mistikisme dalam Islam. Bumi Pustaka. 
  • Ilyas, Abd. Mutholib [Drs.]; Imam, Abd. Ghofur [Drs.] [1988]. Aliran kepercayaan & kebatinan di Indonesia. Jakarta: Amin. 
  • Imam, Suwarno S. [2005]. Konsep Tuhan, manusia, mistik dalam berbagai Kebatinan Jawa. Jakarta: RajaGrafindo Persada. ISBN 9789797690106. 
  • Indrawardana, Ira [2014]. "Berketuhanan dalam Perspektif Kepercayaan Sunda Wiwitan". Melintas. 30 [1]: 105–18. 
  • Kartapradja, Kamil [1985]. Aliran kebatinan dan kepercayaan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Masagung. 
  • Maria, Siti [Dra.]; Limbeng, Julianus, S.Sn., M.Si. [2007]. Marapu di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur [PDF]. Seri pengungkapan nilai-nilai kepercayaan komunitas adat. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film; Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 
  • Mulder, Niels [1980] [1978]. Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa: Kelangsungan dan Perubahan Kulturil [Mysticism and Everyday Life in Contemporery Java: cultural persistence and change]. Jakarta: Gramedia. 
  • Muttaqien, Ahmad [2013]. "Spiritualitas Agama Lokal: Studi Ajaran Sunda Wiwitan Aliran Madrais di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat". Al-Adyan. 8 [1]. 
  • Popov, Igor [Dr. Igor Popov, LLM] [2017]. "6. Agama-agama asli". Buku rujukan semua aliran dan perkumpulan agama di Indonesia. Singaraja: Toko Buku Indra Jaya. hlm. 96–104. 
  • Rasjidi, Mohammad [Prof. Dr. H. Mohammad Rasjidi] [1967]. Islam dan Kebatinan. Jakarta: Bulan Bintang. 
  • Romdon [1993]. Tashawwuf dan aliran kebatinan: perbandingan antara aspek-aspek mistikisme Islam dengan aspek-aspek mistikisme Jawa. Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam. ISBN 9789795670018. 
  • Saksono, Ign. Gatut [2007]. Paranormal. Peran dan Tanggung Jawab Moralnya. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara. 
  • Sastroatmodjo, Suryanto [1952]. Masyarakat Samin Blora. Jakarta: Penerbit Central Jawa. 
  • Simuh [Dr.] [1995]. Sufisme Jawa: transformasi tasawuf Islam ke mistik Jawa. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 
  • Siregar, Rospita Adelina [2018]. "Kebijakan Publik bila Mencantumkan Aliran Kepercayaan dalam Admininistrasi Kependudukan sebagai Bentuk Revitalisasi Pancasila" [PDF]. Dalam Dr. Lamhot Naibaho, S.Pd, M.Hum; Dr. Demsy Jura, M.Th. Seminar Nasional "Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila", diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya — Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018. Jakarta: UKI Press. hlm. 173–77. ISBN 978-979-8148-96-5. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list [link]
  • Stange, Paul [Dr.] [2009]. Kejawen Modern: Hakikat dalam Penghayatan Sumaroh [PDF]. Diterjemahkan oleh Chandra Utama. Yogyakarta: LKiS. ISBN 978-979-978-53-8-1. 
  • Stange, Paul [Dr.] [2007] [1998]. Politik Perhatian: Rasa dalam Kebudayaan Jawa [PDF] [edisi ke-2]. Yogyakarta: LKiS. ISBN 978-979-1283-08-3. 
  • Subagya, Rakhmat [1969]. Agama asli Indonesia: penelahan dan penilaian theologis. Seri Puskat, jld. 95. Medan: Pro Manuscripto. 
  • Subagya, Rahmat [1973]. Kepercayaan: Kebatinan–Kerohanian–Kejiwaan dan agama. Yogyakarta: Kanisius. 
  • Sucipto, Toto [Drs.]; Limbeng, Julianus, S.Sn., M.Si. [2007]. Dra. Siti Maria, ed. Studi Tentang Religi Masyarakat Baduy di Desa Kanekes Provinsi Banten. Seri pengungkapan nilai-nilai kepercayaan komunitas adat. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film; Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 
  • Sukamto [2018]. Perjumpaan Antarpemeluk Agama di Nusantara: Masa Hindu-Buddha Sampai Sebelum Masuknya Portugis. Yogyakarta: Deepublish. ISBN 978-602-475-476-1. 
  • Tambun, P. [1952]. Adat–Istiadat Karo. Jakarta: Balai Pustaka. 
dalam bahasa Inggris
  • Beatty, Andrew [1999]. Varieties of Javanese Religion: An Anthropological Account. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-62444-4. 
  • Belo, Jane [1960]. Trance in Bali. New York: Columbia University Press. 
  • Benda, Harry J.; Castles, Lance [1969]. "The Samin Movement". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia. 125 [2]: 207–40. ISSN 2213-4379. 
  • Epton, Nina Consuelo [1974]. Magic and Mysticism in Java [edisi ke-revised]. London: Octagon Press. ISBN 978-0900860393. 
  • Evans, I. H. N. [1953]. The Religion of the Tempasuk Dusuns of North Borneo. Cambridge: Cambridge University Press. 
  • Geels, Antoon [1997]. Subud and the Javanese mystical tradition. Richmond, Surrey: Curzon Press. ISBN 0-7007-0623-2. 
  • Geertz, Clifford [1960]. Religion of Java. Glencoe, IL: Free Press. 
  • Geertz, Clifford [1973]. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York: Basic Books. ISBN 9780465097197. 
  • Hadiwijono, Harun [1967]. Man in the present Javanese Mysticism. Baarn: Bosch & Keuning. 
  • Hefner, Robert W. [1989]. Hindu Javanese: Tengger Tradition and Islam. Princeton, NJ: Princeton University Press. ISBN 0-691-09413-6.  Parameter |DUPLICATE-url= yang tidak diketahui akan diabaikan [bantuan]
  • Koentjaraningrat, R. M. [1987]. "Javanese Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 7. New York: MacMillan. hlm. 559–63. ISBN 0029094801. 
  • Kroef, Justus M. van der [1961]. "New Religious Sects in Java". Far Eastern Survey. 30 [2]: 18–25. doi:10.2307/3024260. 
  • Lansing, J. Stephen [1987]. "Balinese Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 2. New York: MacMillan. hlm. 45–49. ISBN 0029094801. 
  • Metcalf, Peter [1987]. "Bornean Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 2. New York: MacMillan. hlm. 290–92. ISBN 0029094801. 
  • Mulder, Niels [2005] [1998]. Mysticism in Java: Ideology in Indonesia [edisi ke-2]. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-21-1167-0. 
  • Nooy-Palm, Hetty [1979]. The Sa’dan-Toraja: A study of their social life and religion. I: Organization, symbols and beliefs [PDF]. The Hague: Martinus Nijhoff. ISBN 90-247-2274-8. 
  • Nooy-Palm, Hetty [1986]. The Sa’dan-Toraja: A study of their social life and religion. II: Rituals of the East and West. Leiden; Boston: BRILL. ISBN 978-90-67-65207-0. 
  • Nooy-Palm, Hetty [1987]. "Toraja Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 14. New York: MacMillan. hlm. 565–67. ISBN 0029094801. 
  • Pelras, Christian [1987]. "Bugis Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 2. New York: MacMillan. hlm. 560–61. ISBN 0029094801. 
  • Prawiro, Abdurrahman Misno Bambang [2013]. "Baduy Pluralism: From Myth to Reality". Al-Albab: Borneo Journal of Religious Studies. 2 [1]: 111–24. 
  • Rodgers, Susan [1987]. "Batak Religion". Dalam Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. 2. New York: MacMillan. hlm. 81–83. ISBN 0029094801. 
  • Rofe, H. [1959]. The Path of Subud. London: Rider. 
  • Rousseau, Jérôme [1998]. Kayan Religion: Ritual Life and Religious Reform in Central Borneo. Leiden: KITLV Press. ISBN 9789067181327. 
  • Saringendyanti, Etty; Herlina, Nina; Zakaria, Mumuh Muhsin [2018]. "Tri Tangtu on Sunda Wiwitan Doctrine in the XIV–XVII Century". Tawarikh: Journal of Historical Studies. Bandung. 10 [1]: 1–14. ISSN 2085-0980. 
  • Schärer, Hans [1963] [1946]. Ngaju Religion: The Conception of God among a South Borneo People. The Hague: Martinus Nijhoff. ISBN 978-90-04-24799-4. 
  • Schlehe, Judith [2014]. "Translating Traditions and Transcendence: Popularised Religiosity and the Paranormal Practitioners' Position in Indonesia". Dalam Schlehe, Judith; Sandkühler, Evamaria. Religion, Tradition and the Popular. Transcultural Views from Asia and Europe. Bielefeld: transcript. hlm. 185–201. ISBN 978-3-8376-2613-1. 
  • Schlehe, Judith [2019]. "Cosmopolitanism, Pluralism and Self-Orientalisation in the Modern Mystical World of Java". Asian Journal of Social Science. 47 [3]: 185–201. 
  • Shiraishi, Takashi [1990]. "Dangir's Testimony: Saminism Reconstructed". Indonesia. 50: 95–122. 
  • Sievers, A. [1974]. The Mystical World of Indonesia. Baltimore; London: Johns Hopkins University Press. ASIN B000Q1LA8E. 
  • Suparyanto, Petrus [2019]. Bhīma's Mistical Quest: As a Model of Javanese Spiritual Growth. Wien: Lit. ISBN 978-3-643-90883-4. 
  • Volkman, Toby Alice [1985]. Feasts of Honor: Ritual and Change in the Toraja Highlands. Urbana: University of Illinois Press. 
  • Weinstock, Joseph [1983]. Kaharingan and the Luangan Dayaks: Religion and Identity in Central East Borneo. Thesis [Ph.D.] Cornell University. 
  • Wessing, Robert; Barendregt, Bart [2005]. "Tending the Spirit's Shrine: Kanekes and Pajajaran in West Java". Moussons. 8. 
  • Winzeler, Robert L., ed. [1993]. The Seen and the Unseen: Shamanism, Mediumship and Possession in Borneo. Williamsburg, Va.: Borneo Research Council. ISBN 978-0962956812. 
dalam bahasa lain
  • Matthes, Benjamin F. [1872]. Over de bissoe’s of heidensche priesters en priesteessen der Boeginezen [Tentang bissu atau pendeta pagan Bugis] [dalam bahasa Belanda]. Amsterdam. 
  • Schefold, Reimar [1980]. Spielzeug für die Seelen — Kunst und Kultur der Mentawai-Inseln [Indonesien] [Mainan untuk Jiwa: seni dan budaya Mentawai [Indonesia]] [dalam bahasa Jerman]. Zürich: Museum Rietberg. 
  • Schefold, Reimar [1988]. "De wildernis als cultuur van gene ziijde: tribale concepten van "natuur" in Indonesiο" [Hutan belantara sebagai budaya masa lalu: konsep suku "alam" di Indonesia]. Antropologische verkenningen [dalam bahasa Belanda]. 7 [4]: 5–22. 
  • Schlehe, Judith [1998]. Die Meereskönigin des Südens, Ratu Kidul. Geisterpolitik im javanischen Alltag [Ratu Laut Selatan, Ratu Kidul. Politik Roh dalam Kehidupan Sehari-hari Jawa] [dalam bahasa Jerman]. Berlin: Dietrich Reimer. ISBN 3-496-02657-X. 
  • Vogelgesang, A. W. L. [1923]. "Eenige aantekeningen betreffende de Sasaks op Lombok" [Beberapa catatan tentang Sasak di Lombok]. Koloniale Tijdschrift [dalam bahasa Belanda]. 12 [4]: 417–25. 

  • mlki.or.id — laman resmi Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia [MLKI]

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Agama_asli_Nusantara&oldid=21026199"

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề