Bahasa pemrograman yang digunakan oleh Linus Torvald ketika membangun sistem operasi Linux adalah

Linus Torvalds, pencipta kernel Linux, adalah salah satu karakter paling terkenal dalam dunia pemrograman dan komputasi. Tetapi tidak hanya untuk menjadi salah satu pemrogram terbaik dalam sejarah, tetapi untuk pernyataannya yang selalu kontroversial dan tidak benar secara politik yang telah biasa dia lakukan. Banyak yang memandang negatif karakternya, tapi lucunya ada orang-orang seperti itu sementara itu benar secara politis.

Theo de Raadt adalah salah satu pemimpin proyek open source yang juga memiliki karakter agak sulit, juga Steve Jobs (suka kurang lebih) adalah orang yang tidak biasa, pada kenyataannya, banyak orang hebat dalam sejarah memiliki atau memiliki karakter yang tidak biasa. Namun yang ingin kami ungkapkan dalam artikel ini adalah 12 kritik yang dibuat Linus terhadap proyek teknologi:

  1. ARM SoC: pencipta telah menyatakan ketidakpuasannya dengan ARM SoC, lebih jauh dengan mengatakan bahwa «Saya berharap perancang SoC ARM meninggal dalam kecelakaan yang sangat menyakitkan. […] Gaah, Kawan, semua ARM ini benar-benar menyebalkan.".
  2. C ++: Bahasa pemrograman C ++ telah dikritik, tidak hanya oleh Linus, tetapi juga oleh orang lain seperti Richard Stallman. Mereka bertaruh pada sesuatu yang lebih primitif, seperti C. Dan alasan mereka pasti… Tentang dia dia mengatakan bahwa «Faktanya adalah, compiler C ++ tidak dapat dipercaya (karena penanganan eksepsi mereka). […] C ++ adalah bahasa yang mengerikan".
  3. GCC: kompiler klasik di Linux, juga telah dikritik oleh Linus. Ini sama sekali tidak aneh, kita telah melihat bagaimana Linus tidak memotong dirinya sendiri bahkan dalam mengkritik distribusi, proyek yang melengkapi sistemnya, pabrikan seperti NVIDIA, dll. Tentang kompiler GNU yang telah Anda katakan «GCC menyebalkan»Tentang salah satu versi yang satu ini.
  4. GNOME: lingkungan desktop yang terkenal juga menjadi korban dari beberapa frase kritis Linus. Tentang ini dia berpikir bahwa «… Alasan saya menemukan GNOME membatasi adalah karena sayas ». Atau "Saya belum pernah bertemu seseorang yang menyukai kekacauan yang luar biasa yaitu GNOME 3".
  5. GNU Hurd: Hurd adalah kernel yang tidak pernah dimiliki GNU dan tidak akan pernah dimiliki pada tingkat ini. Banyak yang telah dikatakan tentang proyek ini dan Linus tidak kurang dari itu: «Saya pikir Hurd sudah mati ... "" Hurd sebenarnya bukan mikrokernel, dia adalah kekejian yang membuat semua mikrokernel lain terlihat buruk". "Intinya: katakan TIDAK PADA NARKOBA, dan mungkin Anda tidak akan berakhir seperti orang-orang Hurd".
  6. GNU Emacs: editor teks populer yang digunakan pada UNIX dan sejenisnya, termasuk Linux, juga telah ditargetkan oleh bahasa Torvalds. «... kera yang jumlahnya tak terbatas yang menulis di GNU Emacs tidak akan pernah membuat program yang bagus.". "… Emacs… adalah alat iblis.".
  7. HFS +: sistem file yang dikembangkan oleh Apple telah dikritik oleh pencipta Linux. «… OS X dalam beberapa hal lebih buruk daripada Windows dalam pemrograman. Sistem file Anda benar-benar sampah". "Kengerian nyata dari HFS + bukanlah karena ia bukan sistem berkas yang bagus, tetapi dalam caranya yang secara aktif dirancang untuk menjadi sistem berkas yang buruk oleh orang-orang yang mengira mereka punya ide bagus.". "Terus terang, HFS + mungkin adalah sistem file terburuk yang pernah ada. Astaga, apa itu ....".
  8. Jawa: bahasa pemrograman yang dibuat Sun Microsystems pada tahun 1995, adalah penerima frasa seperti: «Pada dasarnya saya melihat mesin Java tergelincir, tidak ke mana-mana.""Ia telah kehilangan sebagian besar potensinya karena cara Sun Microsystems menanganinya«. «Bagi saya, Java tidak masalah, bahasa yang mengerikan!«
  9. Mesin: Mikrokernel dikembangkan untuk menggantikan BSD, yang saat ini digunakan sebagai dasar untuk Mac OS X dalam menghadapi ketidakmampuan Steve Jobs yang ditemukan mempekerjakan Linus Torvalds untuk menjadikan Linux sebagai kernel OS X, telah membuat kesalahan, setidaknya di mata Torvalds. «Pendapat pribadi saya tentang Mach tidak terlalu bagus. Terus terang, itu omong kosong. Berisi semua kesalahan desain yang bisa Anda buat, bahkan berhasil menciptakan beberapa hasil panennya sendiri". "Saya berpendapat bahwa orang-orang Mach ... adalah idiot yang tidak kompeten.".
  10. MINIX: Sistem operasi mirip Unix yang dibuat oleh seorang profesor di University of Amsterdam dan yang pasti akan Anda ketahui, yang menjadi inspirasi bagi Linus untuk membuat Linux untuk mengatasi kekurangannya, tentu saja telah dikritik. «Linux masih mengungguli MINIX di hampir setiap area". Mengacu pada Profesor Andrew Tanenbaum yang menciptakan MINIX, dia berkata: 'Tugas Anda adalah menjadi seorang guru dan peneliti: Alasan yang sangat bagus untuk beberapa otak MINIX yang rusak. ".
  11. Solar: Ini adalah salah satu sistem operasi terbaik, dibuat oleh Sun dan pesaing tangguh GNU / Linux, meskipun belakangan ini telah dilampaui oleh yang terakhir. Linus Torvalds berpikir bahwa «Solaris / x86 adalah lelucon ...". "Banyak orang masih menyukai Solaris, tetapi saya aktif bersaing dengan mereka, jadi saya berharap mereka mati.".
  12. XML: W3C, konsorsium yang bertanggung jawab atas HTML, juga menciptakan bahasa untuk penyandian dokumen yang disebut XML. Tetapi tentang ini, Linus berpikir negatif: «Ini mungkin format desain terburuk yang pernah ada […] dan biasanya bencana total.". "XML menyebalkan. Betulkah. Tidak ada alasan. XML menjijikkan untuk diurai oleh manusia bahkan untuk komputer. Tidak ada alasan omong kosong mengerikan ini ada.".

tirto.id - Seorang pemuda bernama Linus Benedict Torvalds mengirim sebuah pesan pada grup “com.os.minix" pada 25 Agustus 1991. Nama "com.os.minix" merujuk pada sebuah jaringan Usenet atau jaringan diskusi melalui komputer yang dikembangkan Tom Truscott dan Jim Ellis pada 1979, yang populer pada 1980-an.

Torvalds dalam dalam pesannya menyatakan bahwa ia tengah mengerjakan sistem operasi untuk komputer 386 (486), komputer berprosesor garapan Intel dengan arsitektur 32 bit. Sebagai anak muda yang tak dikenal di jagat teknologi saat itu, Torvalds tetap percaya diri dan menegaskan apa yang dikerjakannya adalah “hobi semata dan diyakini tak akan menjadi besar serta profesional."

Akhirnya upayanya membuahkan hasil, Linux sebuah sistem operasi yang dibuatnya pada 1991 menjadi penopang dunia teknologi hingga hari ini. Dalam sebuah laporannya Wired, mengatakan bahwa Linux “berjalan di setiap ponsel dan tablet Android di seluruh dunia. Dan ketika orang menggunakan iPhone atau Mac atau mesin berbasis Windows, Linux bekerja di belakang layar, menopang internet, menyajikan hampir setiap laman situsweb yang dikunjungi orang dan memberi tenaga hampir di setiap aplikasi (smartphone). Facebook, Google, Pinterest, Wikipedia, semua menjalankan Linux."

Robert McMilllan, dalam tulisannya di Wired, mengatakan bahwa kunci sukses Linux menjadi pondasi dunia teknologi, tercipta atas tiga kondisi. Pertama, Linux lahir di masa awal kejayaan Intel sebagai pencipta prosesor. Intel, yang kemudian menjadi mesin penopang Windows, merupakan prosesor utama yang digunakan hampir segala komputer di dunia. Ini membuat Linux, sebagai sistem operasi yang mampu berkembang seiring perkembangan Intel.

Kedua, kesuksesan Linux terkait dengan sebuah teknologi bernama GNU General Public License. Keberadaan GNU bisa ditarik jauh ke belakang. Pada dekade 1970-an dan 1980-an, berkembang Unix sebagai sistem operasi yang jadi pondasi utama komputer sebelum kelahiran Linux. Unix diperkenalkan oleh AT&T Bell Labs pada 1969. Sayangnya Unix bukanlah produk rakyat jelata. Selain memerlukan sistem komputer yang cukup canggih, Unix bukanlah produk gratisan.

Pada 1984, seorang bernama Richard Stalllman, mencoba menciptakan alternatif Unix bernama GNU, singkatan dari “GNU’s not Unix". Sayangnya apa yang diciptakan Stallman bukanlah benar-benar sebuah sistem operasi utuh. Stallman gagal menciptakan kernel, inti sistem operasi yang menjadi jembatan antara perangkat keras dan sistem.

Baca juga: Benarkah Linux Kebal dari Serangan Ransomware WannaCry?

Namun, dengan hadirnya Linux yang diciptakan Torvalds, telah mengisi kelemahan apa yang diciptakan Stalllman. Kolaborasi GNU Linux, merupakan kolaborasi gratisan yang kemudian menggerogoti kemapanan Unix, yang mahal dan perlu tenaga berlebih.

Ketiga, pondasi yang membikin Linux sukses tak lain ialah sang penciptanya sendiri, Linus Torvalds. Torvalds punya latar hidup berlebihan secara materi. Ia tinggal di sebuah rumah mewah seluas 6.000 meter persegi di dekat Danau Oswego, Oregon, Amerika Serikat.

Di rumah mewah yang dicat warna kuning itu, Torvalds hidup bersama anak istri, serta beberapa hewan peliharaan kesayangannya. Rumah itu, ia beli atas hasil keuntungan saham bernilai $1 juta, pemberian dari Red Hat Entreprise, perusahaan pembuat varian Linux. Red Hat tak keberatan memberi sebagian kecil keuntungannya kepada Torvalds. Dalam laporan Wired, Red Hat memiliki pendapatan hingga $1 miliar pada 2012 lalu.

Torvalds, bukan orang Amerika, ia merupakan perantauan asal Eropa. Kesuksesannya di AS, tak bisa terpisahkan dari kegigihan yang ia lakukan di negeri asalnya, Finlandia.

Ia lahir dan tumbuh berkembang di Helsinki, Finlandia. Ia merupakan anak dari Nils Torvalds dan Anna Torvalds. Dua tokoh yang lekat dengan dunia jurnalistik. Ayahnya, Nils, merupakan seorang wartawan radio. Sementara ibunya, Anna, merupakan penerjemah bagi koran di Helsinki.

Bagi ayahnya, pemberian nama Linus Torvalds merupakan hasil kekaguman pada sosok ilmuwan kimia bernama Linus Pauling. Dalam otobiografinya berjudul “Just For Fun" Torvalds malah mengaku bahwa nama itu merujuk pada karakter kartun Peanut yang populer di Finlandia.

Baca juga: Travis Kalanick, Tokoh Kunci Kontroversi Uber

Imbas ia tinggal di lingkungan yang telah baik, Torvalds muda memilih tak kemana-mana. Keputusan ini salah satunya dipengaruhi fakta bahwa Finlandia memberikan pendidikan yang sangat baik bagi setiap penduduknya. Pada 1988 Torvalds kemudian masuk University of Helsinki.

Hidup dari keluarga jurnalis tentu tak membikin Torvalds muda hidup dalam gemerlap uang. Sampai dirinya menjadi seorang mahasiswa, Torvalds diketahui tak memiliki komputer. Padahal, bakatnya pada dunia komputer, terutama pemrograman telah mencuat sebelum menjadi seorang mahasiswa.

Saat di kampus, Torvalds memiliki cukup uang untuk membeli komputer pertamanya. Ini terjadi manakala sistem pendidikan Finlandia tak menarik biaya sepeserpun bagi murid-muridnya. Finlandia juga menerapkan sistem pinjaman uang bagi siapa pun mahasiswa yang membutuhkan. Dari uang pinjaman mahasiswa, Torvalds akhirnya memiliki sebuah komputer. Memiliki komputer menjadi bukti cintanya pada dunia teknologi pemrograman.

Kecintaan Torvalds pada dunia pemrograman dibuktikan melalui berbagai kursus yang digelutinya. Pada 1990, ia mengambil kelas pemrograman C, bahasa pemrograman yang kelak dipergunakan untuk membangun Linux. Selain itu, ia pun mengambil kelas Unix, sistem operasi yang populer kala itu. Di kursus yang ia ambil, komputer yang dipergunakan untuk melakukan pembelajaran menjalankan sistem operasi bernama Ultrix sebagai varian Unix.

Selain mengikuti kelas khusus pemrograman, ia terpengaruh dengan buku, salah satunya yang berjudul Operating Systems: Design and Implementation karya Andrew Tanenbaum. Buku yang sangat berpengaruh terhadapnya, terutama dalam penciptaan Linux, karena isi buku itu menjelaskan secara rinci bagaimana membangun sebuah sistem operasi. Uniknya, buku itu pun menyertakan source code bernama Minix sebagai medium pembelajaran lebih lanjut.

Minix merupakan sistem operasi bikinan Tanenbaum dengan kurang dari 6.000 garis source code. Ia merupakan sistem operasi mirip-Unix, alias alternatif Unix. Minix dirancang untuk berjalan pada prosesor Intel. Jika melihat lebih dalam, Minix terlihat sangat identik dengan Linux, sistem operasi yang Torvalds ciptakan.

Dari hasil kursus serta ilmu dari buku itu, ditambah kekesalannya pada mahalnya harga komputer Unix kala itu, membuat Torvalds pada akhirnya membikin sistem operasi. Sistem operasi, yang menurut pengakuannya hanya berlandaskan hobi.

Perlawanan Terhadap Bill Gates?

Di sepanjang hidupnya, Torvalds identik sebagai sosok antitesis dari Bill Gates, atau antara Windows dan Linux yang berlawanan. Sebagai cermin dari lisensi sistem operasi yang berbayar dan gratis. Ia bagaikan sosok pejuang yang mencoba mendongkel kemapanan Microsoft di bawah ketiak Bill Gates.

Ia juga menyuguhkan cara kerja yang berbeda, saat Microsoft yang menarik upeti dari Windows, sedangkan Linux tak menarik uang sepeser pun. Namun, dalam sebuah wawancara dengan The New York Times, Torvalds membantah rivalitas terhadap Microsoft atau Bill Gates.

Baca juga: Bill Gates Sang Peramal Masa Depan

“Masalahnya, setidaknya bagi saya pribadi, Microsoft hanya tidak relevan dengan apa yang saya lakukan. Itu mungkin terdengar aneh, karena mereka jelas merupakan pemain dominan di pasar di mana Linux berada, tapi masalahnya adalah: Saya tidak berada di pasar itu."

"Saya tertarik dengan Linux karena teknologinya, dan Linux tidak dimulai sebagai pemberontakan melawan kerajaan jahat Microsoft. Justru sebaliknya, sebenarnya: dari sudut teknologi, Microsoft benar-benar telah menjadi salah satu perusahaan yang paling tidak menarik. Jadi saya belum pernah melihatnya sebagai barang Linux versus Bill Gate."

"Saya tidak bisa melihat diri saya berada di posisi musuh bebuyutan, karena saya tidak cukup peduli. Untuk menjadi musuh bebuyutan, Anda harus secara aktif berusaha menghancurkan sesuatu, bukan? Sungguh, saya tidak keluar untuk menghancurkan Microsoft. Itu hanya akan menjadi efek samping yang sama sekali tidak disengaja," jelas Torvald.

Dari jawaban itu, Torvalds memang terlihat berbeda. Bukan berbeda dalam pengertian Windows vs Linux dan sebagainya. Ia berbeda karena lebih memilih menjadi sosok belakang layar. Sikapnya terhadap Linux selama ini mencerminkan peran dari Linux yang tersembunyi dalam sebuah operas server hingga sistem operasi Android.

Ia bukanlah sosok di depan layar seperti Bill Gates. Karakter ini mencerminkan apa yang pernah diucapkannya, “saya merasa sangat aneh bila membicarakan teknologi empat mata. Kamu kan dapat hanya duduk dan kemudian melakukan coding."

Baca juga artikel terkait ANDROID atau tulisan menarik lainnya Ahmad Zaenudin
(tirto.id - zae/dra)

Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra

Subscribe for updates Unsubscribe from updates