KOMPAS.com - Mamanda termasuk seni teater tradisional. Cerita yang dibawakan biasanya berkaitan dengan kehidupan sebuah kerajaan atau rakyat biasa. Jenis teater tradisional Mamanda berasal dari Banjar, Kalimantan Selatan. Pertunjukan teater ini sering diiringi alat musik gendang dan biola. Berikut pengertian dan fungsi dari seni teater tradisional Mamanda, yaitu: Menurut Nina Permata Sari dan Muhammad Andri Setiawan dalam buku Bimbingan dan Konseling Perspektif Indigenous Etnik Banjar [2020], secara etimologis, mamanda berasal dari kata ‘mama’ [mamarina] yang berarti paman dalam bahasa Banjar, serta kata ‘nda’ berarti terhormat. Mamanda bisa dimaknai sebagai sapaan kepada paman yang dihormati dalam sistem kekeluargaan atau kekerabatan. Seni teater tradisional Mamanda memadukan tarian, musik, serta pementasan drama dalam pertunjukannya. Baca juga: Seni Teater: Pengertian, Sejarah, Unsur dan Jenisnya Dikutip dari jurnal Analisis Nilai Edukasi Teater pada Naskah Mamanda di Sanggar Pusaka Saijaan Kotabaru [2020] karya Normasunah, fungsi teater tradisional Mamanda ialah meningkatkan serta mengembangkan nilai spiritual, etika, kepribadian, kebersamaan, dan edukasi. Teater Mamanda juga berfungsi sebagai hiburan, dan menjadi media pendidikan, khususnya mengenai permasalahan etika di masyarakat. Dalam buku Seni dan Budaya dalam Pengobatan Tradisional Suku Banjar [2021] karya Ahmad Fadillah, dituliskan bahwa teater tradisional Mamanda sering mengangkat kisah kehidupan masyarakat terdahulu, pejuang kemerdekaan, serta kritik sosial dan politik yang berkembang. Cerita dalam teater ini banyak yang bisa diambil hikmahnya, seperti sejarah, adat istiadat, dan kritik atas ketimpangan dalam pemerintahan atau masyarakat. Baca juga: Seni Teater Kontemporer: Pengertian dan Cirinya Melansir dari situs Encyclopedia Jakarta, Mamanda menggunakan dekorasi panggung yang realistis dalam pertunjukannya, seperti hutan, pantai, kerajaan, rumah, kebun, dan sebagainya. Dekorasi ini disesuaikan dengan kondisi latar belakang cerita yang diangkat. Sedangkan untuk busananya, para pemain teater Mamanda mengenakan pakaian tradisional khas Banjar, Kalimantan Selatan. Penentuan busana ini disesuaikan dengan tokoh dan karakter pemainnya.Seni teater tradisional Mamanda
Cerita dalam teater tradisional Mamanda
Dekorasi panggung dan busana teater tradisional Mamanda
Baca berikutnya
Oleh : Suriani,SPd
Seni hiburan panggung teater [drama] banyak dijumpai di seluruh nusantara. Ketoprak dari Jawa dan Lenong dari Betawi adalah contoh teater tradisional daerah yang sudah menasional, karena sering di tayangkan di layar kaca. Hiburan segar nan kocak, mampu membuat penonton terhibur dan berinteraktif. Lenong Rumpi tayangan unggulan di salah satu stasiun swata komersial tahun 1990-an membekas lekat di benak kita. Masyarakat Banjar khususnya dari Kalimantan Selatan memiliki seni serupa salah satunya adalah Mamanda. Masih ada seni drama lainnya Japin Bakisah dan wayang gong [wayang orang]. Dalam tulisan kali ini akan di paparkan dahulu seni drama Mamanda, Japin Bakisah dan Wayang Gong akan di bahas pada tulisan mendatang.
Sejarah Kesenian Drama Mamanda
Kalimantan Selatan sudah memiliki seni pertunjukan panggung sejak lama. Drama komedi Indra Bangsawan dan berjaya pada masa zaman kesultanan Banjar. Kesenian ini lebih berkembang pada masa kesultanan Banjar berikutnya. Pada tahun 1897 datanglah rombongan kesenian yang dipimpin oleh Abdul Muluk dengan nama Badamuluk. Dalam referensi yang lain dijelaskan bahwa rombongan ini dipimpin oleh Encik Ibrahim dan istrinya Ci Hawa bangsawan dari Malaka. Kedatangan mereka disambut baik oleh Sultan Banjar, mereka merupakan kaum bangsawan. Bangsawan inilah yang membawa rombongan seni drama komedi Badamuluk, [Wikipedia, enseklopedi bebas,02 Mei 2020: Mamanda]. Kolaborasi antara Badamuluk dan Indra Bangsawan melahirkan drama komedi baru dengan nama Mamanda.
Secara etimologis kata Mamanda terdiri dari dua kata mamarina dan nda. Mamarina artinya paman. Saudara laki-laki baik dari pihak ayah atau ibu. Kata nda adalah morfem, [Catatan Kecil Faa, 25 Mei 2012] sebagai penanda sebutan kepada seseorang yang dihormati, atau dituakan, contoh ayahanda dan ibunda. Penghalusan panggilan kepada ayah dan ibu yang dihormati. Pada akhirnya terbentuklah kata mamanda, yang dijadikan nama kesenian drama komedi daerah Banjar ini.
Gambar 1. Salah satu grup kesenian Mamanda yang masih eksis
Ada dua aliran Mamanda, yaitu mamanda aliran Batang Banyu dan aliran Batubau. Batang banyu artinya sungai. Aliran batang banyu berkembang di daerah pesisir aliran sungai seperti di daerah Margasari dan Marabahan. Nama lain aliran batang banyu adalah Mamanda Periuk. Sedangkan Aliran Batubau berkembang di daerah Banjar sampai ke dearah hulu sungai. Ada sebuah kampung namanya di Desa Tubau, di desa inilah masyarakat menerima dan mengembangkan seni pertunjukan Mamanda. Tenar dengan sebutan Batubau, artinya pertunjukan Mamanda dari kampung Tubau, disingkat oleh masyarakat Batubau. Ba- awalan dalam bahasa Banjar, ber- dalam bahasa Indonesia.
Struktur Pemain
Drama Mamanda mempunyai struktur pemain ; raja beserta permaisuri dan sandut [putri], perdana menteri, mangkubumi, wazir [wajir], panglima perang, panganan [prajurit punggawa/hulubalang di kanan] dan pengiwa [prajurit punggawa/hulubalang di kiri], khadam/inang [pelayan yang berpenampilan lucu seperti badut]. Khadam disebut pelayan laki-laki, sedangkan inang disebut pelayan wanita. Peran Mangkubumi tidak harus ada dalam pertunjukan kesenian Mamanda.
Setiap pemain dipilih berdasarkan karakter yang cocok salah satu peran misalnya karakter yang berwibawa pandai memimpin, cocok berperan sebagai karakter raja. Ada pula karakter yang suaranya nyaring, gagah perkasa, keahlian bermain kuntau [seni bela diri Banjar] dan disegani cocok untuk karakter panglima perang. Mangkubumi berperan dengan karakter yang pandai administrasi, mengatur keuangan negara, teladan dalam kepatuhan pada aturan kenegaraan. Seorang wazir [wajir] adalah penasihat kerajaan. Sang raja menyebutnya Paman Wajir, karena diangkat dari kalangan istana dan sebagai penasihat kerajaan yang sudah pini sepuh, dan pemberi wajengan pada kerajaan. Pemain yang berkarakter sebagai panganan dan pangiwa cocok untuk mereka yang suka berkarakter displin, melindungi dan pandai bela diri. Karakter kocak baik penampilan, gaya berpakaian dan gemar melucu cocok untuk peran khadam atau inang.
Pertunjukan Mamanda pada zaman dahulu sebagai hiburan paling favorit. Durasi pertunjukan berkisar lima sampai enam jam, seiring waktu diperpendek tiga sampai empat jam, namun dalam tayangan di televisi diperpendek dengan durasi 30 menit. Dahulu di setiap kabupaten memiliki grup Mamanda. Seiring munculnya berbagai hiburan seperti menjamurnya kanal televisi, menyebabkan terjadi pergeseran selera masyarakat terhadap hiburan. Akibatnya keberadaan kelompok kesenian Mamanda semakin tergerus. Penulis pada usia remaja sering menonton pertunjukan seni teater panggung Mamanda ini. Bahkan salah satu paman saya adalah pemain peran di grup mamanda yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Pada zaman dahulu setiap karasmin [hiburan rakyat] baik acara hajatan seperti resepsi perkawinan, panggung hiburan rakyat, pencarian dana untuk keperluan pembangunan fasilitas umum. Kesenian mamanda adalah hiburan terfavorit, paling dinanti khalayak. Berjalan kaki beberapa kilometer rela ditempuh demi mendapatkan hiburan paling digemari ini. Sewaktu Penulis masih usia remaja sampai pada masa kuliah tahun 1990-an. Kesenian Mamanda sering tampil di TVRI Kalsel dan RRI Nusantara 3 Banjarmasin. Kini kesenian Mamanda sudah mulai pudar. Bersyukur Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan instansi pengembang kesenian Tanam Budaya Kalsel masih melestarikan dan berusaha mengembangkan kesenian khas ini. Teater Banjarmasin dan Grup Mamanda Panji Berseri masih ada dan tetap eksis di tengah banyaknya alternatif hiburan rakyat. Kabar gembiranya bahwa TVRI Kalsel TV-nya Urang Banua beberapa tahun terakhir menyiarkan program Banjar Babudaya [Banjar berbudaya] di dalam programnya rutin menyiarkan secara bergantian berbagai kesenian Banjar yang hampir punah termasuk kesenian teater daerah Mamanda. Disamping itu masih ada beberapa Grup Mamanda melayani untuk berbagai hajat seperti pesta perkawinan, acara formal kenegaraan, even hiburan pada saat bazar atau pameran pembangunan dan berbagai kebutuhan masyarakat, dengan biaya relatif murah.
Pengalaman Penulis sebagai pemain kesenian Mamanda sewaktu kuliah, sering memerankan sebagai punggawa pada posisi Panganan atau pun Pangiwa. Istilah lain untuk peran punggawa disebut pula Harapan Satu dan Harapan Dua. Peranan Harapan Satu dan Harapan Dua sangat penting karena sebagai pembuka pertunjukan dimulai. Diperlukan keahlian tertentu dalam memerankan punggawa ini. Babak awal menentukan babak selanjutnya.
Sebelum pertunjukan Mamada dimulai. Ada grup musik pengiring yakni musik panting. Grup musik panting ini dilengkapi dengan penyanyi khusus musik panting. Umumnya mereka tampil sebelum pertunjukan Mamanda dimulai, fungsinya menghibur penonton sambil menunggu pertunjukan dimulai. Banyak nyanyian musik panting yang didendangkan, umumnya lagu-lagu daerah Banjar.
Gambar 2. Grup Musik Panting Pengiring Mamanda
Pertunjukan dimulai dengan baladun yang dimainkan oleh beberapa pemain sandiwara mamanda. Musik tabuhan dengan bilah kayu kecil dengan nada cepat dan pukulan gong, dua atau tiga orang memain memasuki ruang pentas. Berjalan mengitari ruang pentas, persis berada di sentral pentas pemain memberi hormat kepada penonton, “Saudara!,” salah seorang pemain memulai, ”Saudara!,” dijawab kompak oleh pemain lainnya. Pertunjukan mamanda malam ini kita mulai dengan pesta baladun,” ujar salah satu pemain. “Ada betul sekali Saudara. Silakan Saudara,” jawab salah satunya. “Baiklah, lun pamulaan mamulai baladun,” jawab salah satu [saya pertama baladun]. Musik biola, babun [gendang] dan gong dengan irama khas mengiringi baladun,”supaya sanang [senang]…,”nyanyi salah satu pemain sambil menari, sementara pemain yang lain ikut menari,” supaya sanang…marilah kita baladun,” lanjut pemain giliran pertama,”pian pulang [anda giliran berikutnya],” jawab giliran pertama. “Puhunlah nyiur…puhunlah nyiur...janganlah ditabang, mun ditabang habislah santan…,”[pohon nyiur jangan ditebang, kalau ditebang habislah santan] Nyanyi baladun oleh pemain giliran kedua sambil menari khas baladu,” kami manghibur, kami manghibur….manghibur si abang. Menghibur si abang supaya tatawaan…,” lanjut penyanyi giliran kedua. [Kami menghihur si abang supaya si abang gembira tertawa]. Disambut riuh tepuk tangan penonton. Giliran ketiga pun bernyanyi sambil menari, kemudian berkata ,” Saudara setelah baladun, ada baiknya kita utarakan judul mamanda malam ini!,” lanjutnya.”Ada baik sekali Saudara, jawab pemain kedua dan ketiga kompak. Setelah menyampaikan judul mereka segera kembali ke belakang panggung diiringi alunan musik panting. Paparan tadi adalah salah satu contoh nyanyian saat baladun [pembuka babak] dalam lakon Mamanda.
Tak lama kemudian, tabuhan musik panting membuka babak pertama . Punggawa kesatu dan punggawa kedua memasuki arena pertunjukan menghadap ke arah penonton dan memulai aksi dengan berjaga di pintu gerbang balai.
“Harapan Satu lawan Harapan Dua……!,” ujar Perdana Menteri kepada Punggawa ,”satumat lagi Baginda Raja handak mambuka parsidangan langkap wan apatur nagari. Laksanaakan parsiapan balai siding lawan pangamanan dangan baik, siap siaga jangan sampai tarjadi gangguan apa pun jua!.”[Harapan Satu dan Harapan Dua….Sebentar lagi Baginda Raja akan membuka persidangan, dilengkapi dengan aparatur negara. Kerjakan persiapan ruang sidang dan laksanakan pengamanan dengan baik, siap siaga jangan sampai terjadi gangguan apa pun!]
Kedua Punggawa menjawab,” Inggih Perdana Menteri, lun lawan kakawalan sudah bajaga mulai dari samalam di luar pasanggrahan, tamasuk di dalam pasanggarahan sarta di dairah sakitar balai tampat sidang, sarta di pintu garbang balai, kami siap siaga sabarataan!” [Baiklah Punggawa Perdana Menteri, saya dan kawan-kawan sudah berjaga mulai dari kemaren di luar pasanggarahan, di dalam pasanggarahan dan di sekitar balai persidangan, serta di pintu gerbang balai, kami siap siaga semua!]
“Apalagi wayah sidang kaina, kita tingkatakan kawaspadaan, jangan sampai jalannya sidang targanggu, kita nang batanggugjawab!,” tukas punggawa panganan. [Apalagi ketika sidang berlangsung, semakin kita tingkatkan kewaspadaan, jangan sampai sidang terganggu karena kita yang bertanggung jawab].
Gambar 3. Punggawa Panganan [Harapan Satu], Punggawa Pangiwa [Harapan Dua] berjaga dan Raja dan Permaisuri beserta aparat akan memasuki balai sidang. Sumber :Dokumen Taeter Banjarmasin.
Setelah selesai Punggawa Panganan dan Pangiwa bertutur, mereka kembali ke tempat di depan pintu gerbang. Sebelum kedatangan sang raja, Perdana Menteri kerajaan memeriksa dahulu kesiapan penyelenggaraan sidang. Gambar 3 menjelaskan bahwa setelah balai sidang diperiksa Perdana Menteri, Raja beserta rombongan aparat kerajaan berada di belakang Punggawa. Ini pertanda Raja akan memasuki balai persidangan yang sedang dijaga.
“Aku malihat Panganan dan Pangiwa malaksanaakan tugas. Buhannya bajaga bujur-bujur di hadapan balai sidang,”tutur sang raja. [Aku melihat punggawa kanan dan punggawa kiri sedang menjalankan tugas dengan baik di depan balai sidang].
“Harapan Satu dan Harapan Dua buka lawang balai ganal-ganal, aku lawan parmaisuriku, lawan jua aparat nagari handak mamasuki balai sidang!,” titah sang raja. [Harapan Satu dan Harapan Dua buka pintu balai lebar-lebar , aku dan permasuriku, serta aparat negara akan memasuki balai sidang].
Seketika punggawa panganan dan pangiwa balik badan. Segera kedua punggawa ini menyisih ke samping. Punggawa panganan menjawab dengan santun,”ampun Paduka Tuanku! Kami sudah manyiapakan lawan mambuka lawang saganal-ganalnya, manyambut Paduka lawan rumbungan, silahakan masuk!”[Ampun Paduka, kami telah menyiapkan dan membuka pintu selebar-lebarnya, menyambut Paduka dan rombongan, silakan masuk!] Maka mengangkat pedang penghormatan kedua punggawa dengan posisi berhadap-hadapanan, pertanda mempersilakan masuk. Kemudian Paduka Raja dan rombongan memasuki balai persidangan.
Di dalam balai sidang, Paduka Raja memulai dengan menyanyi lagu Baladun kedua dan menari bersama permaisuri. Lagu Baladun boleh juga dibawakan oleh anggota tim yang lain sebagai pembuka. Lagu Baladun dinyanyikan sebagai tanda bersyukur bisa bertemu dengan seluruh aparat kerajaan dan dapat menghibur penonton. Tak jarang Sang Raja meminta kepada aparatnya untuk ikut pula menyanyikan lagu Baladun, perdana menteri, wajir bahkan khadam dan inang tak ketinggalan ikut pula bernyanyi. Iringan musik panting menambah riuh suasana. Lagu pujian untuk negara dan permaisuri bisa membuat suasana meriah, ini lagu baladun yang dibawakan oleh sang raja. Sementara di bagian sisi lain, inang dan khadam ikut menari dengan lucu, penonton terpukau dan tertawa gelak menyaksikan ulah lucu khadam dan inang.
“Harapan pertama dan kedua juga!,” titah sang raja,” supaya baludun labih mariah buhan ikam badua umpat jua baladun!” [Harapan pertama dan kedua, supaya baladun lebih meriah kalian ikut serta baladun].
“Baiklah Paduka Raja,” jawab mereka dengan santun. Mulailah Punggawa kesatu dan kedua bersama-sama menyanyikan lagu khas, “ampunlah…tuanku… ampunlah….tuanku…tuanku…tuanku…,” kedua hulubalang [punggawa panganan dan pangiwa] sambil membungkuk badan menyanyikan bersama - sama,” hai mudalah bastari…. Hai mudalah bastari…,” lanjut kedua punggawa sambil membungkuk pertanda pertunjukan baladun diakhiri.
Begitulah contoh gambaran sebagian adegan kesenian Mamanda babak permulaan. Banyak lakon yang diperankan, namun tidak ada pakem khusus seperti cerita wayang yang bersumber dari tiga pakem : Tri Buana, Ramayana dan Mahabarata. Cerita yang ditampilkan dalam kesenian Mamanda mulai perjuangan kesultanan Banjar dalam mendirikan kesultanan, kisah perlawanan sultan Banjar dalam melawan penjajah, sampai cerita kerajaan setempat dalam menumpas musuh negara atau pemberontak yang bertemakan tahta, harta dan cinta.
Semoga sekelumit tulisan kesenian Mamanda ini dapat menambah khasanah pengetahuan kesenian daerah yang begitu banyak bertebaran, laksana taburan benih di atas ladang. Tak terhitung banyaknya kesenian serupa yang berada di jajaran bumi zambrut khatulistiwa ini, hanya saja tumbuh-kembangnya berbeda-beda. Kita semakin dapat memetik tebaran nilai kearifan lokal di tengah dahsyatnya gempuran nilai kehidupan global.
Klik link //www.youtube.com/watch?v=h-8EVAVYE7k bagi yang tertarik menyaksikan salah satu pertunjukan drama daerah Mamanda oleh Taeter Banjarmasin, dokumentasi dan produksi TVRI Kalsel tahun 2018. Penulis sampaikan pula link untuk membuka kisah pertunjukan drama tradisional Mamanda : //www.youtube.com/watch?v=NsUSSj0AAqk Sebuah rekaman vidio amatir drama Mamanda pada suatu acara hiburan rakyat di suatu even hajatan.
Seiring dibukanya program pendidikan Seni dan Budaya di beberapa perguruan tinggi di Kalimantan Selatan, membawa angin segar bagi masyarakat pencinta seni budaya Banjar. Sedikit demi sedikit kesenian khas yang hampir punah mulai dikembangkan lagi. Beberapa even yang menggembirakan pertunjukan mamanda mulai digalakan kembali. Bahkan ada even perlombaan mamanda dibawakan oleh generasi muda sebagai ujung tombak pelestari budaya.
Sarigadung Kab.Tanah Bumbu, 01 Juli 2020
Referensi:
Anonim, Mengenal Taeter Rakyat Mamanda Kalimantan Selatan, Agustus 2016.
Asal Usul Mamanda, Catatan Kecil Faa, 25 Mei 2012.
Wikipedia, enseklopedi bebas: Mamanda.
Kamus Bahasa Banjar online : //www.webonary.org/banjar/?lang=en