Belajar untuk mensyukuri segala anugrah yang kita terima dalam Nawa Widha Bhakti disebut dengan

Sa marto agne svanīka revān amartye ya ājuhoti havyam. Sa devatā vasuvaniṁ dadhāti yaṁ sūrir arthi pṛcchamāne eti.

Terjemahannya

Ya Sang Hyang Agni (Tuhan Yang Maha Esa) yang berwarna kulit kuning-langsat, Engkau adalah kekuatan suci. Siapa pun juga yang menghaturkan persembahan kepada-Mu, memperoleh kemakmuran. Orang yang bermurah hati yang didekati oleh orang yang miskin untuk minta uang adalah sosok jiwa (ātma) yang suci, dia senantiasa menjadi orang yang makmur

Ṛgveda.VII.1.23

A. AJARAN NAWA WIDHA BHAKTI MENURUT SUSASTRA HINDU

Perenungan

Śribhagavān uvāca:

Mayy āveśya mano ye māṁ nitya-yuktā upāsate,

śraddhayā parayopetās te me yuktatamā matāḥ.

Terjemahannya

Mereka yang memusatkan pikiran mereka kepada-Ku, menyembah-Ku, selalu dengan bersungguh-sungguh dan memiliki keimanan yang sempurna-mereka itulah yang Aku anggap memiliki Yoga yang sempurna.

Bhagavad Gīta XII. 1

Tuhan adalah sumber kehidupan dari mahluk hidup di alam semesta ini. Sebagai sumber kehidupan, Tuhan membiarkan mahluk hidup berkembang sesuai dengan kemauannya namun sebelumnya sudah menentukan hukum-hukum pasti bagia mahluk hidup dalam mengembangkan hidupnya. Tuhan hadir sebagai sosok yang maha adil dengan hukum-hukum keadilan yang telah Beliau tentukan. Tidak ada mahluk hidup yang berkembang tanpa mengikuti hukum yang sudah ditentukan. Manusia sebagai mahluk yang paling sempurna diantara mahluk lain, diberikan sebuah kelebihan berupa pikiran. Dengan pikiran maka manusia diberikan pemahaman untuk memahami hukum yang sudah ditentukan dan memilih jalan yang baik agar bisa berkembang kearah yang lebih baik. Namun pikiran manusia juga terkadang dapat menjerumuskan manusia kedalam perbuatan yang salah dan melanggar hukum yang sudah ditentukan. Konsekuensi dari perbuatan benar dan salah sudah ditentukan, dan pasti akan diterima pada saatnya nanti.

Pikiran manusia ibarat pisau bermata dua, disatu pihak dapat mengantarkannya pada kebahagiaan namun dilain pihak dapat menjatuhkan manusia kejurang penderita. Agar manusia dapat selalu berjalan pada hukum-hukum yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, maka jalan bhakti merupakan jalan yang dapat diikuti. Dengan jalan bhakti manusia menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Jalan bhakti merupakan jalan untuk manusia menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, maka akan terjadi ikatan antara pencipta dan ciptaannya. Tuhan Yang Maha Pengasih akan menunjukkan kasihnya dengan selalu menginspirasi manusia untuk berbuat sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Nawa widha bhakti sebagai jalan bhakti bagi manusia untuk menghubungkan diri dengan Tuhan, menyajikan rangkuman jalan bhakti dari bagai bsumber-sumber Susastra Hindu.

Terdapat beberapa sloka dalam Susastra Hindu yang menguraikan tentang bagian-bagian dari Nawa widha bhakti. Walaupun tidak spesifik menyebutkan itu sebagai bagian dari Nawa widha bhakti, namun bunyi slokanya mempertegas bahwa bhakti yang dilakukan merupakan jalan bhakti yang sesuai dengan ajaran Nawa widha bhakti. Uraian sloka-sloka dalam susastra Hindu yang menguraikan pentingnya jalan bhakti sesuai dengan ajaran Nawa widha bhakti, diuraikan seperti berikut ini.

1.Srawanam

Beberapa sloka dalam susastra Hindu banyak menguraikan bahwa mendengarkan wejangan atau ajaran-ajaran suci merupakan bentuk bhakti kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Dengan mendengarkan ajaran-ajaran suci, maka akan berpengaruh terhadap perilaku manusia.

Upaīya guruḥ śiṣyaṁ

śikṣayecchau camāditaḥ,

ācāram agni kāryam ca

samdhyo pāsanam eva ca

Terjemahannya

Setelah selesai melakukan upacara inisiasi mula-mula guru mengajar murid peraturan tentang kesucian seseorang, perbuatan, tentang penghormatan pada api suci dan kebaktian pada fajar.

Mānava Dharmaśāstra, II.69

Ajaran-ajaran suci diberikan oleh seorang guru spiritual kepada siswanya. Apabila ajaran suci diselewengkan oleh penerima ajaran suci tersebut akan berpengaruh buruk terhadap kesucian ajaran tersebut. Ajaran suci bisa diselewengkan oleh orang yang menerima sehingga berpengaruh buruk bagi kehidupan manusia. Untuk mendapatkan manfaat dari ajaran suci, maka diperlukan aturan-aturan terhadap seseorang yang menerima ajaran tersebut. Guru spiritual akan memberikan terlebih dahulu aturan-aturan bagi seorang siswa untuk menerima ajarannya, sehingga setelah ajaran suci itu diterima, tidak akan dipergunakan untuk hal yang tidak baik.

yathemāṁ vācaṁ kalyānīm ā janebhyam, brahma rājanyābhyaṁ śūdrāya cāryāya ca, svāya cārāṇaya ca, priyo devānam dakṣiṇāyai datur iha bhūyasam ayam me kāmaḥ samṛdhyatam upa mādo namatu

Terjemahan adalah.                                    

Sesungguhnya śabda yang benar ini sebagai petunjuk bagi umat manusia, untuk para cendikia dan pemimpin bangsa, untuk para pegawai dan pengusaha, dagang dan tani, untuk golongan sendiri dan golongan diluar bangsa sendiri. Jadikanlah Veda ini kecintaan kepada penguasa alam semesta dan untuk kebenaran dibagian bumi ini dan tumbuhkanlah kehendak ini kepada-Ku, serta arahkanlah terhadap kesejahtraan umat manusia.

Yajurveda, XXVI.2.

Ajaran suci weda diperuntukkan bagi manusia tanpa mengenal suku, agama, ras, ataupun keyakinan apapun. Namun beberapa garis perguruan menentukan aturan terhadap orang-orang yang bisa menerima ajaran suci tersebut. Aturan dibuat bukan untuk menghalangi orang untuk mempelajari ajaran suci veda, namun lebih kepada menciptakan iklim belajar yang lebih baik. Seperti dalam sistim pendidikan modern, dimana sudah ditentukan aturan siswa yang boleh ikut belajar dan aturan-aturan ketika mendapatkan pelajaran. Apabila orang yang tidak terdaftar disebuah sekolah ingin mengikuti pelajaran, tentunya tidak akan diijinkan. Hal ini bukan berarti orang tersebut tidak berhak mendapatkan ilmu pengetahuan, namun ia harus mengikuti proses yang ditentukan pihak sekolah. Begitu juga bagi mereka yang ingin belajar Veda, dalam beberapa perguruan di masa lalu sudah menentukan aturan-aturan pada siswa yang mau belajar, tapi bukan berarti Veda dikhususkan bagi orang-orang tertentu.

Mā tāta vrddhām paribhūh ṣikṣassvāgamayasva ca

Aherira hi dharmasya sūkṣmā duranugā gatih.

Matangnya bapa, hawya juga masampai ring wwang matuha, lot atañāminta winarah, ring kadi sira ta pwa kita, apanikang dharma ngaranya, paḍa lawan ulā, ri kapwa tan kinaniṣcayan larinira, dadyan saka sor, dadyan saka kidul, marikang ulā

Terjemahannya

Karena itu janganlah angkuh terhadap orang tua, melainkan hendaklah selalu bertanya dan minta diberi pelajaran olehnya, sebab yang dinamakan dharma sama halnya

Sārasamuccaya, 36

Ajaran suci diberikan oleh seseorang dengan tujuan agar yang menerima ajaran tersebut beperilaku yang baik dalam hidupnya. Perilaku yang baik akan membawa kebaikan dan kebahagiaan pada seseorang. Orangtua adalah orang yang paling menginginkan kebahagiaan bagi seorang anak. Tidak ada orangtua yang mengharapkan anaknya hidup menderita. Oleh kerenanya nasehat orangtua adalah patut diikuti oleh anaknya.

laukikaṁ vaidikam vāpi tathātmikameva ca,

yasmāccādhiyeta narastaṁ pūrvamabhivādayet

Waneh sang umarahaken sang hyang launika widya,

Mwang waidika widyā, lawan adhyātmika widyā,

pengajyan irika wih, sira tan rumuhun sêmbahên

Terjemahannya

Lagipula orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan hukum kemasyarakatan, ilmu pengetahuan berdasarkan Veda (ajaran-ajaran agung) dan ilmu pengetahuan tentang kebatinan dan ilmu pengetahuan lainnya, kepada beliau patut terlebih dahulu memberikan hormat

Sārasamuccaya, 237

Sebagai orangtua juga hendaknya bisa mengajarkan ajaran suci Veda bagi anaknya. Orangtua yang mengajarkan ajaran suci Veda memiliki nilai tambah yang luar biasa baginya. Seorang anak yang diberikan ajaran suci Veda bagi dirinya, maka anak tersebut harus terlebih dahulu memberikan hormat padanya.

Prajnayā yā nirmitairdhīrāstārayantyabudhān plavaih,

nābudhāstārayantyanyānātmānaṁ vā kadācana

ika tang punggung, yatika klabakenanta, makasādhanang kaprajṣāna, prajñā ngaraning tutur tan pahingan, si wruh ta ring wastu tattwa, apan sang paṇḍita, wênang sira mengêntasakên wwang len tuwi, sangken bhawārṇawa, makasādhanang parahu, winangun dening kaprajñānira, kunang ikang apunggun, tan hanang kaprajṣāna iriya, awaknya tuwi, tan kāntas denya

Terjemahannya

Kebodohan itulah yang harus anda lenyapkan dengan kepradnyan, prajna adalah kesadaran yang tiada hingganya; pengetahuan tentang hakekat barang sesuatu; karena sang pandita, sanggup menyebrangkan orang lain dari samudra kelahiran (tumimbal lahir) dengan perahu yang diperbuat darang sesuatu; karena sang pandita, sanggup menyebrangkan orang lain dari samudra kelahiran (tumimbal lahir) dengan perahu yang diperbuat daripada keprajnananira (pengetahuan beliau; akan tetapi posisi si bodoh tidak ada  keprajnan (kecerdasan akal) padanya; dirinya sendiri tidak tersebrangkan olehnya

Sārasamuccaya, 402

Kebodohan harus dilenyapkan dengan ilmu pengetahuan suci Veda. Ajaran Veda didapatkan dari seorang guru spiritual (pandita). Pandita merupakan seorang yang mengerti tentang ajaran suci Veda dan mampu mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Manusia dilahirkan dengan avidya (kegelapan/kebodohan), dengan ilmu pengetahuan maka seseorang akan mampu membedakan yang dan yang buruk. Kecerdasan spiritual akan membuat manusia tercerahkan dan akan mengetahui tentang hakekat Brahman (Tuhan).

Tad viddhi praṇipātena paripraśnena sevayā,

upadekṣyati te jñānaṁ jñāninas tattva-darśinaḥ.

Terjemahannya adalah.

Belajarlah mengenai hal itu (pengetahuan suci, tentu yang dimaksud juga veda) dengan kerendahan hati, dengan penyelidikan yang beṛṣifat kedalam dan dengan pengabdian diri kepada (orang bijak, guru rohani yang mapan). Para orang bijak (jñānin) yang sudah melihat dan mengalami kebenaran akan memberi engkau pengetahuan suci.

Bhagavad Gīta , IV.34.

Guru-guru spiritual akan menuntun seseorang untuk mencapai pengetahuan suci. Pengetahuan suci sifatnya spiritual, jadi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan suci tersebut, hal-hal yang bersifat material harus dihilangkan. Penyelidikan dilakukan kedalam diri dengan bimbingan seorang guru. Kebenaran yang sifatnya kedalam akan mengantarkan manusia kepada sang Atma yang merupakan percikan terkecil dari Tuhan. Dengan mengetahui tentang Atma, maka manusia akan mengetahui penciptanya.

Śreyān dravya-mayād yajñāj jñāna-yajñaḥ parantapa,

sarvaṁ karmākhilṁ pārtha jñāne parisamāpyate.

Terjemahannya adalah.

Pengetahuan sejati sebagai kurban adalah lebih besar dari kurban kebendaan yang manapun, wahai penakluk musuh, sebab semua perbuatan tanpa kecuali akan mencapai puncak dalam pengetahuan rohani.

(Bhagavad Gīta, IV.33)

Kurban terbesar dari manusia adalah dengan pengetahuan suci. Dengan pengetahuan suci maka segala bentuk kegelapan yang menghalangi manusia untuk menghubungkan diri dengan Tuhan akan dihancurkan. Tuhan sebenarnya begitu dekat dengan manusia, seperti seseorang yang sedang melihat sesuatu yang ada dibalik kaca. Karena kotoran yang ada pada kaca, maka ia tidak bisa melihat sesuatu yang ada dibalik kaca tersebut. Untuk bisa melihat sesuatu yang ada dibalik kaca tersebut, maka kotorang yang ada pada kaca harus diberihkan. Seperti itulah avidya (kegelapan) menghalangi pandangan manusia terhadap kebenaran. Avidya (kegelapan) hanya dapat dihilangkan dengan Pengetahuan suci. Dengan menghilangkan avidya (kegelapan, maka manusia akan dapat melihat esensi dari kebenaran tersebut.

2.Wedanam

Kitab suci disusun oleh orang suci yang memiliki kesadaran Tuhan (Brahman) yang sering disebut Brahmana. Sloka-sloka dalam kitab berasal dari Tuhan yang diterima langsung oleh orang suci lewat penyatuan kesadaran. Setiap sloka dalam kitab suci mengandung kebenaran, sehingga akan berpengaruh terhadap orang yang membacanya. Beberapa sloka dalam kitab suci menegaskan betapa besar manfaat membaca kitab suci terhadap perkembangan spiritual.

Śrutitu vedo vijñeyo

Dharmaśāstram tu vai smṛtih

Te sarvathesvam īmāmsye

Tabhyam dharmohi nirbabhau.

Terjemahannya

Ketahuilah bahwa sesungguhnya śruti itu adalah  veda (dan) dharmasastra itu adalah smerti, kedua macam pustaka suci ini tidak boleh diragukan kebenarannya mengenai apapun juga karena keduanya itu merupakan hukum yang patut dipatuhi.

Manavadharmaśāstra, II. 10

Sruti dan Smerti adalah kitab suci yang kebenarannya tidak perlu diragukan. Keduanya merupakan  kitab suci yang diwahyukan dan diterima oleh para Maha Rsi. Sruti adalah weda yang didengarkan langsung lewat meditasi oleh para Maha Rsi sedangkan Smerti adalah kitab suci dari hasil renungan yang didalamnya berisikan tentang ajaran-ajaran Dharma.

yathemāṁ vācaṁ kalyāṇīm

āvadānijanehhyaḥ.

Brahma-Rāja yābhyām śūdrāya

Cāryāya ca svāya cāranāya ca

Terjemahannya

Aku telah anugrahkan ajaran suci Veda ini kepada para brahmana, kṣatrya, vaiṣhya, śudra dan kepada semuanya dan orang lain seklipun.

Yajurveda, XXXVI.2

Ajaran suci Veda adalah anugrah kepada umat manusia tanpa membeda-bedakannya.  Brahmana, kṣatrya, vaiṣhya, śudra atau kepada siapapun boleh belajar Veda. Orang dari berbagai agama, tanpa harus meninggalkan agamanya juga boleh mempelajari Veda. Ajaran Veda adalah ajaran suci yang akan membuat manusia menyadari akan hakekat kebenaran dan semua rahasia kehidupan. Semua manusia berhak atas ehidupan. Semua manusia berhak atas kebenaran namun Veda juga tidak memaksa mereka yang tidak ingin mengetahui tentang hakekat kebenaran. Orang yang tidak mau belajar veda juga tidak dipaksa, karena manusia berhak menentukan jalan hidupnya dan bertanggung jawab penuh atas karma yang dilakukannya.

brāhmaṇaḥ praṇavaṁ kuryā

dādāvante ca sarvadā,

sravatyanoṅkṛtaṁ pūrvaṁ

purastācca viśīryati

Terjemahannya

Hendaknyalah mengucapkan praṇava (aksara Oṁ) pada permulaan dan penutup pelajaran Veda, karena kalau tak didahului dengan Oṁ pelajaran akan tergelincir nyasar dan kalau tidak diikuti pada penutup maka pelajaran itu akan hilang.

Mānava Dharmaśāstra, II.74

Aksara Oṁ merupakan aksara suci Tuhan, untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Untuk belajar ajaran suci dari Tuhan, secara etika manusia harus memohon ijin dulu kepada pemiliknya. Pengucapan aksara Oṁ diawal merupakan bentuk permohonan ijin kepada Tuhan untuk belajar Veda, sehingga Tuhan akan memberikan berkatnya dengan bimbingannya secara tidak langsung kepada manusia. Setelah selesai mempelajari Veda, maka manusia hendaknya juga mengucapkan aksara suci Om, sebagai bentuk ucapan terimakasih karena Tuhan telah memberikan anugrah yang sangat mulia kepada manusia. Pengucapan aksara Oṁ diakhir akan membuat ajaran Veda yang dipelajari dapat diingat dengan mudah.

Mantra-śrutyaṁ carāmasi

Terjemahannya

Mari kita ikuti perintah-perintah (ajaran) Veda yang suci.

Ṛgveda, X.134.7

Veda adalah ajaran suci dari Tuhan yang akan mengantarkan manusia menuju kehidupan mulia apabila dilaksanakan. Mengingkari ajaran Veda akan membuat manusia terjerumus kejurang penderitaan, oleh karena itu sudah seharusnya manusia mengikuti ajaran Veda.

veyasaḥ karmaṇo ‘rthasya

śrutasyābhijanasya ca,

veśavāg buddhi sārupyam

ācaran vicarediha

Terjemahannya

Hendaknya ia menghindari semua jalan mencapai kekayaan yang dapat mengganggu pelajaran Veda bagaimanapun juga hendaknya ia mengukuhkan diri dalam mempelajari Veda berdasarkan kebaktian akan sampai pada saat segala-galanya menjadi kenyataan.

Mānava Dharmaśāstra, IV.18

Harta/kekayaan merupakan wujud benda duniawi yang dapat membantu manusia untuk mencapai berbagai tujuan hidup. Sebagai benda duniawi terkadang kekayaan dapat memberikan keterikatan yang besar pada manusia sehingga menjadikan manusia lupa akan jati dirinya. Untuk tetap berjalan dijalan dharma, sudah ditetapkan bahwa dasar untuk mengumpulkan kekayaan adalah dharma, begitu juga dalam memanfaatkan kekayaan tersebut juga harus berlandaskan dharma. Dengan berlandaskan Dharma, maka kekayaan yang dimiliki akan menjadi alat yang baik dalam mencapai tujuan hidup. Kekayaan yang diperoleh dengan jalan dharma tidak akan mengganggu seseorang dalam mempelajari Veda.

vedopakaraṇe caiva

svādhyāye caiva naityake,

nānurodho ‘styanadhyāye

homāṁantreṣu caiva hi

Terjemahannya

Sebagaimana halnya bila seseorang hendak mulai belajar Veda dengan upacara membakar kurban, demikian pula hendaknya bila hendak mengulangi, mulai mempelajari vedāṅga dan mengucapkan japa Veda dan mantra tapa menimbang-nimbangnya yang harus dilakukan pada hari-hari yang dipantangkan.

Mānava Dharmaśāstra, II.105

Membakar kurban atau ritual lainnya dilakukan sebelum memulai belajar Veda. Hal ini merupakan bentuk inisiasi dan komitmen dari orang yang akan mempelajari Veda untuk bersungguh-sungguh dalam belajar Veda. Ritual dilakukan sebagai bentuk kesaksian Tuhan kepada orang yang akan belajar Veda.

Śuti smṛty udita dharma

manutiṣṭhan hi mānavaḥ,

iha kīrtim avapnotipretya

cānuttamaṁ sukham

Terjemahannya

Dengan mengikuti hukum yang diajarkan oleh pustaka suci dan adat istiadat yang luhur, orang akan mendapat kemashuran di dunia ini dan mendapat kebahagiaan utama di dunia lainnya.

Mānava Dharmaśāstra, II.9

Ajaran Veda memiliki pengaruh positif  yang sangat kuat dan akan mempengaruhi manusia. Kebahagiaan yang utama bisa didapatkan oleh manusia apabila mengikuti hukum-hukum yang terdapat dalam Veda dan mengimplementasikannya dalam perilaku. Adat istiadat dimasa lalu merujuk  pada ajaran suci Veda, sehingga dengan melaksanakannya juga merupakan dari implementasi ajaran Veda. Belajar Veda merupakan bentuk bhakti kepada Tuhan, karena dengan mempelajari Veda berarti manusia mempelajari ajaran yang diturunkan langsung oleh Tuhan. Dengan mengikuti ajaran Veda berbarti manusia mengikuti ajaran Tuhan sehingga manusia akan semakin dekat dengan-Nya.

3. Kirthanam

Tuhan Yang Maha Indah akan dapat dirasakan dalam keindahan itu sendiri. Untuk dapat merasakan kehadiran Tuhan maka manusia akan menciptakan keindahan dalam bentuk seni, salah satunya seni suara. Dengan melantunkan kidung-kidung suci, maka manusia dapat merasakan kehadiran Tuhan. Beberapa sloka dalam kitab suci menguraikan manfaat kidung-kidung suci dalam menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Indah.

Eto nvindraṁ stavaṁa

śuddhaṁ śuddhena samrā

śuddhair ukthair vāvṛghvāmśāṁ

śuddha āśirvān mamattu

Terjemahannya

Marilah kita semua memanjatkan doa kepada Tuhan, yang suci, dengan nyanyian pujian Sama, Dia yang dimuliakan dengan lagu-lagu pujian; semoga Yang Suci, yang Maha Pemurah senang.

Ṛgveda VIII. 95.1

Seni merupakan perwujudan dari kedamaian yang dituangkan dalam sebuah aktifitas manusia. Tanpa adanya perasaan damai, tidak akan mungkin manusia dapat menciptakan karya seni. Salah satu wujud seni dituangkan dalam wujud nyanyian. Untuk menghadirkan Tuhan yang maha indah di dunia ini, manusia membuat sebuah karya seni seperti lagu pujaan (kirthanam). Lagu pujaan (kirthanam) yang dikumandangkan akan menciptakan rasa damai bagi manusia yang ingin menghubungkan diri dengan Tuhan. Dengan pancaran kedamaian yang dihasilkan dari lagu-lagu pujaan, maka kehadiran Tuhan akan dapat dirasakan oleh manusia.

Mūṣo na śiśnā vyadanti māghyaḥ

stotāraṁ te śatakrato,

sakṛt su no maghavannindra

mṛḷyā’dhā piteva no bhava

Terjemahannya

Seperti tikus menggerogoti benang-benang pemintal, kesusahan mengikis dalam badan kami, penyanyimu, ya Tuhan Yang Maha Kuasa! Tunjukkanlah kasih sayang-Mu kepada kami, ya Tuhan Yang Maha Pemurah! Kini Engkau ibarat ayah kami

Ṛgveda VIII. 100.4

Persembahan berupa nyanyian (kirthanam) dipersembahkan para penyembah Tuhan. Ikatan antara penyembah dan Tuhan layaknya seorang anak dengan Ayah yang maha pengasih. Ayah dimaksud bukan menunjukkan bahwa Tuhan berjenis kelamin laki-laki, namun yang dimaksudkan adalah sifat kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Seorang ayah akan selalu menunjukkan rasa sayangnya kepada anak dengan berusaha selalu berbuat untuk kebahagiaan anaknya. Tuhan yang maha pengasih juga akan membuat para penyembahnya merasakan kebahagiaan. Nyanyian yang dipersembahkan oleh para pemuja akan menyenangkan Tuhan, begitu juga Tuhan membalas kebaikan umatnya dengan memberikan berkah kebahagiaan.

Tiṣṭha su kaṁ maghavan mā parā gah

Somasya nu tvā suṣutasya yakṣi,

Pitur na putraḥ sicam ā rabhe ta

Indra svādiṣṭyā girā sacīvaḥ

Terjemahannya

Ya Tuhan Yang Maha Pengasih tinggalah bersama kami, jangan pergi jauh kami persembahkan soma, ya Tuhan Yang Maha Agung dengan lagu pujian kami yang manis, kami tarik ujung kain-Mu seperti seorang anak menarik ujung kain bapaknnya (ketika sang bapak akan pergi)

Ṛgveda V.53.2

Tuhan Maha Ada, dan ia hadir di dunia ini dalam bentuk yang tidak pernah disangka oleh manusia. Dalam kisah Ramayana, Rahwana adalah sosok yang diberkati Tuhan dengan berbagai anugrah. Namun Rahwana menganggap bahwa jalan yang ditempuhnya merupakan jalan terbaik dalam berhubungan dengan Tuhan, dan menghina ritual yang dilakukan oleh para Maha Rsi. Tak jarang ia menghancurkan sarana ritual, serta membunuh orang-orang yang melakukan ritual karena dianggap menyimpang. Tuhan yang seperti seorang bapak melihat anak-anaknya kesusahan dan turun ke dunia dalam wujud Rama. Rahwana tidak menyadari akan hal ini dan justru berperang dengan Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Rahwana berperang dengan Tuhan yang dipujanya dan memberinya berkah. Rahwana baru menyadari kekeliruannya menjelang ajalnya tiba dan memberi hormat kepada Rama. Lagu-lagu pujaan yang diberikan kepada Tuhan akan membuat manusia menyadari betapa dekatnya manusia dengan Tuhan. Tuhan tidak pernah jauh dengan manusia, namun terkadang manusia membuatnya begitu jauh dengan cara pandangnya tentang Tuhan. Manusia yang sudah menyadari bahwa Tuhan begitu dekat dengan dirinya, tidak akan pernah mau melepaskannya. Harta benda tidak akan berarti apa-apa bagi mereka yang menyadari kedekatannya dengan Tuhan.

Ayaṁ venascodayat pṛsnigarbhā

Jyotirjarayū rajaso vimāne,

Imam apaṁ samgame sūryasya

śiśuṁ na viprā matibhi rihanti

Terjemahannya

Ia yang mencinta, memancarkan sinar berwarna warni; sumber cahaya, dalam kereta yang gemerlapan; Dia tatkala sang Surya menyentuh air orang arif bijaksana dengan nyanyian pujiannya membelainya seperti anak kecil

Ṛgveda, X.123.1

Nyanyian yang dipersembahkan kepada Tuhan (kirthanam) akan menciptakan kedamaian bagi dirinya. Kedamaian yang dirasakan adalah belaian yang diberikan oleh Tuhan. Sinar matahari menjadi sejuk dan memberi kebahagiaan bagi ia yang memuja Tuhan.

Pari tvā girvaṇo gira

Imā bhavantu viśvataḥ

vṛddhayum anu vṛddhyo

juṣṭa bhavantu juṣṭayaḥ

Terjemahannya

Yang mencintai nyanyian! Semoga kami ini

mengumandangkan ke segala penjuru

Mengagungkan Yang Maha Mulia, dengan rasa cinta kasih,

semoga nyanyian ini disenangi

Ṛgveda I. 10.12

Tuhan adalah pencinta nyanyian pujaan. Tuhan yang maha pengasih akan sangat senang dengan lagu-lagu yang dinyanyikan dengan penuh ketulusan. Salah satu perwujudan Tuhan bahkan diwujudkan sebagai Dewi Saraswati dengan atribut berupa Wina. Keindahan adalah bagian dari berkah Tuhan yang ada di dunia ini. menusia yang mempersembahkan keindahan dalam bentuk nyanyian (kirthanam) akan dapat menyenangkan Tuhan.

Dohena gām upa sikṣa sakhāyaṁ

Pra bobhaya jaritar jāram indraṁ,

Kose na pūrṇa vasunā nyṛṣṭam

Ā cyāvaya madhadeyāya śūram

Terjemahannya

Dekatkanlah kekasih-Mu kepada-Mu seperti sapi ke pemerahan;

Ya penyanyi , gugahlah Tuhan Yang Pengasih!

Pujalah Pahlawan untuk karunia yang berlimpah

laksana perahu yang penuh harta benda

Ṛgveda X. 42.2

Tuhan yang merasa senang dengan lagu-lagu persembahan akan memberikan karunianya kepada pemujanya. Tuhan akan memberikan kekayaan kepada para pemujanya baik harta material maupun harta spiritual. Kekayaan material berupa dilancarkan rejeki sedangkan kekayaan spiritual berwujud kebahagiaan dan keharmonisan keluarga dan masyarakat.

Acchā ma Indraṁ matayaḥ svarvidaḥ

sadhrimcir viśvā uśatīr anūṣata,

pari ṣvajante janayo yathā parti

maryam na śundḥyuṁ maghavānam ūtaye

Terjemahannya

Ya Tuhan! Dalam paduan yang indah seluruh nyanyian kami di waktu fajar dipersembahkan untuk memuji Engkau; seperti istri memeluk suami, suami yang tampan, kami mohon karunia-Mu Yang Maha Pemurah.

Ṛgveda X.43.1

Persembahan lagu pujaan (kirthanam) diwaktu fajar sangat baik dilakukan. Matahari diwaktu terbit terlihat sangat indah, apabila memuja diwaktu ini maka kedamaian akan dapat dirasakan. Lagu-lagu pujaan yang dikumandangkan semakin membuat suasana menjadi damai. Kedamaian yang dirasakan adalah bentuk karunia dan pertanda kehadiran Tuhan.

Ṛco akṣare parame vyoman

Yasmin devā adhi viśve niṣeduḥ

Yastatra veda kim ṛca arisyati

Ya it tad vidus tai me samāsate

Terjemahannya

Yang abadi, nyanyikanlah Veda, yang ada dalam alam suci: tempat perwujudan semua yang bersinar; akan diapakankah nyanyian Veda oleh orang yang tidak mengetahuinya? Tetapi mereka yang mengetahui-Nya mereka itu sempurna.

Ṛgveda I.164.39

Ayat-ayat dalam Veda diturunkan langsung oleh Tuhan dan ditulis oleh para Maha Rsi. Dengan menyanyikan ayat-ayat Veda sudah dapat dipastikan akan menyenangkan Tuhan. Beliau menghadirkan ayat-ayat suci Veda untuk kita hayati dan amalkan. Menyanyikan  ayat-ayat suci Veda merupakan bentuk penghormatan kita terhadap ayat-ayat suci tersebut.

Yo dhartā bhuvanānāṁ ya

usrāṇām apīcyā veda nāmāni guhyā

sa kaviḥ kāvyā puru rūpaṁ dyairiva puṣyati

Terjemahannya

Ia yang menjadi pendukung hidup,

yang mengetahui nama-nama sinar pagi yang penuh rahasia.

Ia, Penyanyi, memelihara semua isi alam dengan kekuatan lagu-Nya, bahkan langit sekalipun.

Ṛgveda, VIII.41.5

Tuhan adalah penyanyi kosmik yang luar biasa. Dalam kisah Mahabharata, dalam situasi perang Tuhan menunjukkan kemampuannya dalam bernyanyi. Nyanyian Beliau dikenal dengan Bhagavad Gīta yang terbukti dapat mencerahkan Arjuna di medan perang. Kekuatan dari nyanyian Tuhan akan akan menjaga keharmonisan alam semesta. Dengan mengumandangkan nyanyia Beliau melalui menyanyikan ayat suci Veda, maka manusia secara tidak langsung juga ikut menjaga keharmonisan alam.

4. Smaranam

Pengaruh avidya dalam diri manusia sangatlah besar, apalagi di Jaman Kali Yuga dengan perkembangan ilmu pengetahuan tentang material yang semakin pesat. Keterikatan manusia terhadap dunia materi semakin kuat, sedangkan pemahaman spiritualnya semakin melemah. Kesadaran spiritual manusia tidak stabil dan cenderung mengalami penurunan. Dengan menyebut nama Tuhan, maka manusia akan merasakan kedekatan Tuhan. Semakin sering ia menyebut nama Tuhan, maka perasaannya akan semakin dekat. Beberapa sloka dalam kitab suci Hindu menyebutkan betapa besarnya manfaat menyebutkan nama-nama Tuhan berulang-ulang.

Oṁ ity ekākṣaraṁ Brahma vyāharan mām anusamaran,

yaḥ prayāti tyajan dehaṁ sa yāti paramāṁ gatim

Terjemahannya

Dia yang mengucapkan kata suci tunggal AUM yang adalah Brahman, selalu mengingat aku ketika dia mau pergi dan melepaskan raganya, dia akan mencapai yang maha tingi.

Bhagavad Gīta, VIII-13

Pengucapan nama suci Tuhan secara berulang-ulang akan membuat manusia selalu mengingat kepada Tuhan. Dengan selalu mengingatnya maka orang akan selalu berpikir dalam berbuat, sehingga perbuatannya akan selalu berlandaskan kebenaran. Aksara suci AUM adalah aksara suci Tuhan, simbol keterwakilan Tuhan dialam semesta ini. Dengan pengucapan AUM berulang-ulang maka akan mengantarkan manusia pada pencerahan.

Tān pūrvayā nividā hūmahe vayaṁ

bhagaṁ mitram aditiṁ dakṣam asridham,

aryamaṇaṁ varuṇaṁ somam aśvinā

sarasvatī nah subhagā mayaskarat

Terjemahannya

Lalu, kami memanggil dengan pujian tradisional, orang-orang makmur, para guru, para penjaga, hakim, para penilai keindahan, dokter, ahli bedah, pemberi selamat dan para terpelajar. Semoga mereka menguntungkan dan pemberi selamat pada kami.

Ṛgveda, I.89.3

Pengucapan nama suci Tuhan secara berulang-ulang akan mendekatkan manusia dengan orang-orang baik. Fibrasi positif terpancar pada orang yang selalu mengingat Tuhan dalam berbagai wujud maupun sebutan. Tuhan ibarat air, ia akan memenuhi media yang dituanginya dan berwujud seperti media yang ditempatinya. Tuhan juga akan menerima setiap nama yang indah yang diberikan oleh pemujanya, karena Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang.

Tam Iśānaṁ jagatas tasthuṣas patiṁ

dhiyaṁ jinvam avase hūmahe vayam,

pūṣā no yathā vadasām asad vṛdhe

rakṣitā pāyur adabdhaḥ svastaye

Terjemahannya

Kami memanggil penguasa segala yang bergerak dan diam dan pendorong kebijaksanaan guna pelindung kami. Sebagai pemelihara Dia senantiasa menjadi pembela dan penyelenggara kemakmuran kami. Semoga dia terus menjadi pelindung yang kekal guna kesejahtraan kami.

Ṛgveda, I.89.5

Tuhan adalah penguasa alam semesta beserta isinya. Beliau adalah pemelihara yang sangat adil. Beliau tahu setiap pemikiran manusia yang paling dalam dan mengerti semua bahasa yang digunakan makhluk di alam semesta ini. Setiap nama yang ditujukan untuknya akan sampai kepadanya dan menyenangkannya. Namun nama terindahpun yang diberikan kepada Tuhan apabila digunakan untuk merendahkan makhluk ciptaan Tuhan yang lain tidak akan diterima oleh Beliau.

apāṁ samīpe nithato

naityakaṁ vidhim āsthitaḥ,

sāvitrīm apyadhīyīta

gatvāraṇyaṁ samāhitaḥ

Terjemahannya

Ia yang berkehendak melakukan japa mantra setiap hari, bahkan dapat mengucapkan mantra sāvitrī dekat air, mengasingkan diri ke hutan-hutan, mengendalikan indra dan memusatkan pikiran.

Mānava Dharmaśāstra, II.104

Penyebutan nama Tuhan secara berulang-ulang digunakan oleh orang-orang suci untuk memusatkan pikiran kepada Tuhan. Dengan menjauhi kehidupan duniawi diharapkan akan semakin memusatkan konsentrasi pikirannya, sehingga Tuhan akan mewujudkan diri-Nya dalam sebuah wujud untuk menjawab kerinduan pemujanya. Mantra sāvitrī adalah salah satu manta yang diberkati oleh Tuhan. Pengucapannya secara berulang-ulang akan membawa barkah bagi manusia.

Prāk kulān pary upāsīnaḥ

pavitraiś caiva pāvitaḥ,

prāṇāyāmai stribhiḥ pūtas

tata saṁskāram arhati

Terjemahannya

Duduk diatas anyaman rumput alang-alang dengan menghadap ke timur, disucikan dengan pavitra dan disucikan dengan cara prāṇāyāma, ia layak mengucapkan Oṁkāra.

Mānava Dharmaśāstra, II.75

Smaranam dilakukan dalam kondisi yang fisik yang baik. Untuk mengawali smaranam maka posisi duduk ataupun berdiri harus sempurna. Setelah itu dilakukan prāṇāyāma atau pengaturah nafas sehingga tubuh akan menjadi segar. Setelah itu barulah dimulai smaranam atau penyebutan nama Tuhan secara berulang ulang.

OṀ kārah sadā śivastho, jagan nātho hitam karah,

abhivāda vādaniyo, ghantā sabdah prakāsyate

Terjemahan adalah.                                    

Ya Tuhan, bunyi genta merupakan unsur bunyi yang mewujudkan suku kata OṀ, yang bersumber dari Sang Hyang Siva yang abadi, penguasa dunia, penyebab adanya kebaikan, Engkau disembah dengan penuh rasa hormat.

Stuti and Stava, 564.1.

Suara genta merupakan unsur bunyi yang mewujudkan suku kata OṀ. Suku kata OṀ merupakan simbol perwujudan dari Tuhan. Orang suci menggunakan suara genta untuk menyebut nama Tuhan secara berulang-ulang (smaranam). Sujud bhakti dengan penuh hormat dilakukan dengan membunyikan suara genta. Di Bali penggunaan genta dalam proses persembahyangan dilakukan oleh pemangku atau sulinggih.

OṀ Ghantāyuh pūjyate deva, abhava bhava karmasu,

Varado labdha samdheyo, vara siddhir nihsamsayam

Terjemahan adalah.                                    

Ya Tuhan, wujud manifestasi-Mu Yang ada di dalam (di balik wujud) genta itulah yang disembah, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, engkaulah yang menganugrahkan persatuan dan kesadaran yang tanpa ragu.

Stuti and Stava, 565.3.

Suara genta sebagai simbol dari aksara suci Tuhan merupakan bentuk pemujaan terhadap Tuhan. Hal ini tidak diartikan manusia menyembah genta, namun suatu wujud dibalik genta itulah yang sesungguhnya dipuja. Banyak yang berpikir hanya karena umat Hindu menggunakan sarana material untuk melakukan pemujaan, seolah manusia menyembah benda. Ia yang tidak memahami bahwa Tuhan Yang Maha Besar sebenarnya memenuhi alam semesta ini. Bila ada ruang yang tidak dipenuhi oleh Tuhan, maka ada yang lebih besar dari Tuhan yaitu ruang yang memenuhi ruang tersebut. Alam semesta ini berada di dalam Tuhan, karena sifat Tuhan Yang Maha Besar. Tuhan memenuhi benda-benda yang ada di alam semesta ini. Ia yang menghormati Tuhan yang ada dibalik alam semesta ini akan menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan begitu dekat dengan dirinya.

5. Padasewanam

Guru suci adalah cerminan Tuhan di alam semesta ini. Perlu dipahami bahwa guru suci dimaksud adalah guru-guru yang memang memiliki kesadaran Tuhan. Guru yang dalam perilakunya menunjukkan kualitas kesuciannya dalam bentuk perbuatan. Guru suci adalah seorang praktisi, yang mempraktekkan langsung ajaran suci Weda. Guru suci tidak sekedar berteori tentang kebenaran namun dalam prakteknya menyimpang dari ajaran kebenaran. Beberapa sloka dalam kitab suci Hindu menguraikan kriteria orang suci dan manfaatnya apabila berbakti kepada seorang guru suci.

laukikaṁ vaidikaṁ vāpi

tathādhyātmikam eva ca,

ādadīta yato jñānaṁ

taṁ pūrvam abhivādayet

Terjemahannya

Seorang siswa, pertama harus memberi hormat dengan sujud kepada guru dari mana dia menerima pengetahuan yang menyangkut soal keduniawian, tentang veda atau tentang Brāhma

Mānava Dharnaśāstra, II.117.

Sikap hormat dan sujud kehadapan guru suci atau sering diistilahkan padasewanam merupakan sikap terpuji bagi seorang siswa. Pengetahuan suci dari seorang guru suci yang hanya akan didapatkan dengan sujud kepada sang guru. Sikap sujud kepada guru suci merupakan sebuah bentuk kepasrahan dari seorang siswa untuk selalu mengikuti petunjuk gurunya sehingga pengetahuan suci Veda akan didapatkan dan dijadikan petunjuk dalam menjalani hidup.

Tad viṣṇoḥ paramaṁ padaṁ sadā paśyanti sūrayaḥ,…..

Terjemahannya

Orang-orang yang bijak membayangkan (memvisualisasikan) tempat-tempat tertinggi dari Tuhan Yang Maha Esa.

Ṛgveda, I.22.20

Orang-orang bijaksanan selalu membayangkan keberadaan Tuhan. Dengan selalu membayangkan keberadaan Tuhan, maka segala tindakannya selalu mempertimbangkan kebenaran.  Guru suci memiliki sifat bijaksana, artinya berbuat yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Ajaran Veda tidak membeda-bedakan antara manusia. Semua manusia memiliki posisi yang sama dimata Tuhan. Guru suci tidak akan membeda-bedakan manusia hanya karena perbedaan suku, agama, ataupun ras tertentu. Baik tidaknya manusia tidak dipandang dari latar belakang suku, agama maupun ras, namun perbuatanlah yang menentukan baik buruknya seseorang.

pāvakavarṣṇāh śucayo vipaścitaḥ

Terjemahannya

Mereka memiliki kecemerlangan bagaikan kecemerlangannya seperti api, memiliki kekuatan membedakan yang baik dan buruk dan mereka bijaksana.

Ṛgveda, VIII.3.3

Inilah guru suci yang patut dihormati ia yang memiliki kecemerlangan seperti api. Memiliki kemampuan membedakan baik dan buruk, serta bijaksana dalam berbuat. Guru suci akan mengajarkan manusia untuk harmonis dengan lingkungannya. Membuat seorang siswa menjadi cemerlang layaknya api. Pada guru inilah patut dilakukan padasewanam.

divakṣaso agnijihvā ṛtāvṛdhah

Terjemahannya

Para guru adalah penyebar (penerus) kebenaran, para arator yang cemerlang dan suci bagaikan memiliki tubuh kedewaan

Ṛgveda, X.65.7

Guru suci adalah penerus kebenaran yang bersumber dari ajaran Veda. Guru suci dikatakan memiliki tubuh kedewataan, artinya bercahaya. Memancarkan cahaya kebahagiaan pada sesama manusia. Apabila ada seseorang yang mengaku orang suci, namun menebarkan kebencian terhadap sesama sesungguhnya bukanlah guru, dan tidak layak diikuti karena akan menyesatkan. Hanya kepada guru yang mengajarkan kasih sayang terhadap sesama patut diikuti, karena akan mengantarkan muridnya menuju jalan kebahagiaan.

Tad vāatharvaṇaḥ śiro

devakośaḥ samub jitaḥ.

Terjemahannya

Kepala seorang suci adalah perbendaharaan (harta benda) dari kekuatan-kekuatan kedewataan yang bertumpuk-tumpuk.

Atharvaveda X. 2.27

Pikiran yang muncul dari orang suci merupakan harta benda yang sangat berharga. Harta tersebut adalah kebahagiaan yang melimpah. Ibaratkan cahaya suci Tuhan yang hadir dalam diri seorang siswa, yang akan membuat siswa diliputi oleh kebahagiaan yang tidak terhingga.

Mūrdhānam asya saṁsīvya

Atharvā hṛdayaṁ ca yat.

mastiṣkād ūrdhvaḥ prairayat

pavamāno-adhi śīrsataḥ

Terjemahannya

Seorang suci membuat keserasiannya kepala dan hati. Kemudian, dia menaikkan udara-udara viral ke arah atas dan memeras udara-udara itu ke dalam kepala untuk mencapai tujuannya.

Atharvaveda, X. 2.26

Guru suci yang layak untuk diberikan padasewanam mempunyai keserasian antara kepala dan hati. Berbuat sesuai dengan apa yang dikatakannya dan membimbing siswa dengan kasih sayang sehingga tujuan yang diharapkan akan tercapai. Banya orang yang mengaku suci, berceramah tantang hal-hal yang baik namun pada kenyataannya berbuat yang menghancurkan orang lain. Orang yang tidak memiliki keserasian antara ucapan dan perbuatan harus dihindari, karena tidak akan mengantarkan siswa mencapai tujuan hidup dan cenderung menyesatkan.

Bhāsvati netri sūnṛtānāṁ divaḥ

stave duhitā gotamebhiḥ,

prajavato nṛvato aśvabhudhyān

uṣo goagrāṁ upa māsi vājān

Terjemahannya

Orang bijaksana telah memuji putri langit yang cemerlang, pemberi ilham irama menyenangkan. Anugrahilah kami dan penopang ketergantungan kami, kuda dan ternak.

Ṛgveda, I.92.7

Kewajiban seorang siswa apabila sudah menemukan guru suci adalah memasrahkan diri padanya. Melakukan  padasewanam dan memohon agar diberikan kebahagiaan lahir dan bathin. Menghormati guru suci adalah bentuk penghormatan kepada Tuhan, karena dengan mengikuti segala ajarannya maka manusia akan mencapai Tuhan.

agnīṣomā ya āhūtiṁ

yo vāṁ dāśād dhaviṣkṛtim,

sa prajayā suvīryaṁ

viśvam āyur vy  aśnavat

Terjemahannya

Wahai guru dan pencinta kedamaian, semoga engkau berdua memberkahi orang yang menghaturkan penghormatan dan mengabdikan dirinya sendiri padamu. Semoga ia dengan anak-anaknya menikmati keberanian diseluruh masa kehidupannya.

Ṛgveda, I.93.3.

Guru suci mencintai kedamaian dan berbuat selalu untuk menjaga kedamaian tersebut. Tidak akan ada konflik antar manusia yang diciptakan oleh guru suci. Dengan melakukan  padasewanam, sang guru bisa memberikan berkah kebahagiaan siswa maupun keluarganya. Sudah selayaknya seorang siswa tunduk dikakinya dan melaksanakan segala petunjukknya.

6. Sukhyanam

Sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Sudah menjadi kodrat manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain untuk hidup di dunia ini. Namun dalam dunia spiritual ikatan persahabatan akan sangat mempengaruhi tingkat spiritualitas seseorang. Perilaku seseorang akan sangat dipengaruhi oleh pergaulan yang dilakukannya. Beberapa sloka dalam susastra Hindu menguraikan bagaimana cara seseorang bergaul dan manfaat dari pergaulannya terhadap perkembangan spiritualitasnya.

Aśmavatī rīyate saṁ rabhadhvam

uttiṣṭhata pra taratā sakhāyaḥ.

Atrā jahāma ye asan aśevaḥ

Śivān vayam uttaremābhi vājān.

Terjemahannya

Ya para sahabat, dunia yang penuh dosa dan kesedihan sedang lewat bagaikan sebuah sungai, alirannya yang dihalangi oleh batu-batu besar yang berat. Tekunlah, bangkit dan sebrangilah, tinggalkanlah pengikut yang tak berbudi. Sebrangilah sungai kehidupan itu untuk pencapaian kesejahtraan dan kemakmuran.

Ṛgveda X. 53.8

Sahabat yang baik adalah sahabat yang dapat menghindarkan sahabatnya dari perbuatan dosa. Hubungan sahabat hendaknya dibangun berdasarkan kesadaran akan pentingnya kebenaran. Bersama-sama untuk membangun sebuah tatanan masyarakat yang baik dan damai. Beberapa orang bodoh berpikir dengan membuat konflik di dunia maka seseorang bisa mencapai sorga. Padahal kehidupan di dunia adalah tolak ukur bagi manusia untuk mendapatkan tempat seperti apa setelah kematiannya. Orang yang dalam kehidupannya selalu berusaha menciptakan kedamaian di dunia ini, maka setelah meninggal ia akan mencapai tempat yang damai. Begitu juga orang yang dalam hidupnya selalu melecehkan orang lain, merusak dan menebarkan kebencian setelah meninggal ia akan sampai di alam yang penuh dengan kebencian. Ini adalah bagian dari hukum alam, ia yang menciptakan kehancuran akan merasakan kehancuran yang dibuatnya.

Ācārāllabhate hyāyurācārallabhate śrīyam

Ācārat kirtimāpnoti puruṣaḥ pretya echa sa.

Terjemahannya

Tingkah laku yang baik menyebabkan umur panjang, tingkah laku yang baik menyebabkan kemakmuran dan bergaul dengan orang baik memperoleh kemasyuran dalam hidup ini maupun dalam hidup setelah meninggalkan badan

Mahābhārata Anuśāsana Parva 104. 6

Tingkah laku yang baik akan membuat manusia dekat dengan orang-orang baik. Seseorang yang dalam hidupnya suka berbuat kejahatan, maka ia akan didekati oleh orang-orang jahat dan dalam hidupnya hanya berbuat jahat dan menyengsarakan orang lain. Ketika meninggal, Tuhan akan menghindarinya karena Tuhan hanya mencintai kedamaian. Alam Tuhan adalah alam yang penuh kedamaian, ia yang memiliki ambisi untuk menguasai, menebarkan ketakutan tidak akan pernah diterima di Alam Tuhan.

Priyaṁ mā kṛṇu deveṣu priyaṁ rājasu mā kṛṇu

priyaṁ sarvasya paśyata uta śūdra utārye

Terjemahannya

Ya Tuhan Yang Maha Esa, buatlah kami hormat kepada para dewata dan para pemimpin. Semoga kami dikasihi oleh semua, siapa pun yang mengerti kami, apakah seorang pedagang ataukah seorang pekerja.

Atharvaveda, XIX.62.1.

Mencari sahabat yang baik dimulai dengan keramahan. Tuhan akan membimbing manusia dalam pergaulan apabila manusia memohon petunjuknya setiap saat. Dalam bergaul, seseorang hendaknya memohon kepada Tuhan agar membimbing dalam mencari teman yang baik. Memperlakukan orang lain dengan baik akan membuat orang mudah menemukan sahabat yang baik bagi dirinya.

sahṛdayaṁ sāṁmanasyam

avidveṣaṁ kṛṇomi vaḥ

anyo anyam abhi haryata

vatsaṁ jātam ivāghnyā.

Terjemahannya

Wahai umat manusia, Aku memberimu sifat-sifat ketulus-ikhlasan, mentalitas (kejiwaan) yang sama dan perasaan berkawan tanpa kebencian (permusuhan). Seperti halnya induk sapi mencintai anaknya yang beru lahir, begitulah anda seharusnya mencintai teman-temanmu.

Atharvaveda, III.30.1

Tuhan memberikan sifat-sifat ketulus iklasan pada semua orang. Manusia yang selalu memasrahkan dirinya pada Tuhan akan memunculkan sifat-sifat ketulus-iklasan tersebut. Namun terkadang ambisi untuk menguasai dari manusia membawanya pada sifat-sifat buruk. Manusia mulai mengkotak-kotakkan manusia lain yang tidak bisa memenuhi ambisinya untuk menguasai. Tuhan Yang Maha Pengasih akan hadir pada mereka yang masih mempertahankan sifat-sifat mulia. Dalam kisah Mahabharata ambisi yang sangat besar ditunjukkan oleh para Kurawa untuk menguasai dan menganggap rendah para Pandawa. Namu Tuhan mengetahui dari hati yang paling dalam bahwa Pandawa memiliki sifat-sifat mulia dan sedang dalam situasi tertindas. Tuhan akhirnya melahirkan dirinya menjadi Krishna untuk membela pihak Pandawa.

Aśmavatī rīyate saṁ rabhadvam,

uttisthata pra taratā sakhāyaḥ.

Atrā jahāma ye asan aśevāh,

Śivān vayam uttaremābhi vājān

Terjemahannya

Wahai teman-teman, dunia yang penuh dosa dan penuh duka ini berlalu bagaikan sebuah sungai yang alirannya dirintangi oleh batu besar (yang dimakan oleh arus air) yang berat. Tekunlah, bangkitlah dan sebrangilah ia. Tinggalkan persahabatan dengan orang-orang tercela. Sebrangilah sungai kehidupan untuk pencapaian kesejahtraan dan kemakmuran

Ṛgveda, X.53.8

Dunia ini penuh dengan dengan duka dan kebohongan. Manusia yang terkadang terjebak pada kebenaran yang semu. Kebenaran material terkadang menutupi kebenaran spiritual dan menggiring manusia pada ketersesatan. Sahabat yang baik akan membantu manusia untuk bangkit secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Kedamaian dan kesejahtraan merupakan tolak ukur keberhasilan manusia dalam mencapai tujuan.

O cit sakhāyam sakhyā vavrtyām

Terjemahannya

Kami harus perlakukan seorang teman dengan cara yang bersahabat (ramah)

Ṛgveda, X.10.1

Memperlakukan seorang teman dengan ramah adalah bentuk persahabatan yang baik. Teman tidak akan membuat temannya menderita dan membawanya pada kebahagiaan. Seorang juga tidak  akan membuat sahabatnya berbuat dosa dan menyengsarakan orang lain.

Mitrasya mā cakṣuṣā sarvāni

Bhūtāni samīkṣantām,

mitrasyāhaṁ cakṣuṣā sarvāni

bhūtāni samīkṣe,

mitrasya cakṣuṣā samīkṣāmahe

Terjemahannya

Semoga semua mahluk memandang kami dengan pandangan mata seorang sahabat, semoga saya memandang semua mahluk sebagai seorang sahabat, semoga kami saling berpandangan penuh persahabatan.

Yajurveda, XXXVI.18

Jalan persahabatan akan membuat manusia mencapai Tuhan, karena dengan persahabatan maka kedamaian akan muncul. Apabila kedamaian sudah muncul maka Tuhan akan senang dan hadir untuk memberikan berkah kebahagiaan. Bentuk kesadaran universal adalah memandang semua orang seperti sahabat. Setiap orang dari berbagai latar belakang, agama, suku atau ras apapun berhak merasakan kedamaian. Kedamaian yang hanya bisa terwujud apabila manusia mengembangkan kesadarannya. Seperti matahari yang menyinari alam semesta, tidak akan memilih kepada siapa sinarnya diberikan. Matahari merupakan manifestasi Tuhan dalam wujud kasih, yang memberikan kebahagiaan pada semua mahluk di dunia ini.

7. Dahsyam

Dewa adalah sinar suci Tuhan Yang Maha Esa. Seperti halnya matahari dengan sinar-sinarnya yang dirasakan manfaatnya oleh manusia, maka seperti itulah Tuhan Yang Maha Esa terpancar kedalam wujud dewa-dewa. Tuhan sangat sulit dipahami oleh pikiran manusia, sehingga untuk memudahkan manusia dalam menghubungkan diri dengan-Nya, Tuhan memanifestasikan dirinya dalam berbagai wujud cahaya (Dewa berasal dari urat kata div yang artinya cahaya, Dewa artinya cahaya Tuhan). Cahaya yang sumbernya satu terlihat berbeda  tergantung bagaimana manusia merasakan manfaat dari kehadiran cahaya Beliau. Ketika manusia membutuhkan Hujan, dan memohon Tuhan hadir untuk menjawab doanya, maka beliau hadir sebagai cahaya yang memberikan hujan. Manusia yang bersyukur atas manfaat hujan memuja kebesaran Tuhan dengan menyebut-Nya sebagai Dewa Hujan.  Begitu juga dengan kehadiran Tuhan dalam cahayanya sebagai matahari, manfaatnya sangat dirasakan oleh manusia. Manusia dengan penuh syukur atas segala manfaat matahari memuja Tuhan Maha Esa dengan menyebutnya sebagai Dewa Matahari yang artinya cahaya Tuhan yang berwujud matahari. Pemujaan terhadap cahaya suci Tuhan (Dewa) merupakan wujud etika manusia dalam menghormati karunia Tuhan Yang Maha Tunggal. Beberapa sloka dalam susastra Hindu menggambarkan bagaimana wujud syukur manusia terhadap manifestasi Tuhan dalam wujud Dewa dan manfaatnya bagi kehidupan.

Mahā bhāgyād devatāyā ekam evātmā bahudha

stuyate ekasyātmāno’tye devāḥ pratyaṅgāni bhavanti,

karmajanmanā, ātmāivaisaṁ rathebhavatyātmā svā

ātmayudhamatmesava atma sarva devasya-devasya

Terjemahannya

Oleh karena demikian tinggi makna dan ciri khas dari dewata (Tuhan Yang Maha Esa). Yang merupakan jiwa alam semesta yang dipuja dengan berbagai pujian. Lainnya, para dewa, hanyalah bagian dan atau manifestasi-Nya. Para dewa tampil dengan aneka wujudnya oleh karena berbagai aktivitas-Nya. Kereta adalah dewa, kuda-kuda kereta adalah dewa (cahaya-Nya). Panah-panah-Nya adalah Dewa, Cahaya-Nya adalah jiwa-jiwa yang sama. Jiva itu adalah Dewa.

Nirukta VII. 4.

Tuhan adalah jiwa dari alam semesta, karena semuanya hidup dan beraktifitas dikarenakan keberadaan-NYa. Tuhan memberikan anugrah berupa alam semesta  yang sangat ajaib. Manusia sudah seharusnya mensyukuri anugrah Tuhan berupa alam semesta ini dengan turut menjaga kelestariannya. Manusia yang dapat melihat Tuhan memenuhi alam semesta ini akan sangat berhati-hati memperlakukan alam. Merusak alam berarti menyakiti Tuhan dalam manifestasinya.

Yo’asav āditye purusaḥ

So’asav aham. Om Kham Brahman

Terjemahannya

Spirit yang terdapat di matahari

Itu adalah Aku. Om memenuhi alam semesta

Yajurveda XL. 17

Spirit yang terdapat didalam matahari adalah Tuhan. Inilah yang sering disebut Dewa atau div atau cahaya dari Tuhan. Tuhan memenuhi alam semesta ini dan menjaganya agar tetap berjalan sesuai dengan hukum yang ditetapkan-Nya. Manusia yang memisahkan Tuhan dari alam semesta ini, yang menganggap Tuhan sebagai sebuah sosok yang terbatas akan berbuat semaunya. Alam semesta diperlakukan seenaknya dan cenderung berdampak kerusakan.

agniṁ manye pitaram agnim āpim

agniṁ bhrātaraṁ sadamit sakhāyam

anger anīkaṁ bṛhataḥ saparyaṁ

divi śukraṁ yajataṁ sūryasya

Terjemahannya

Dewa yang kami anggap bapa kami, sanak kerabat kami, saudara kami.

Kami puja sebagai wajah Tuhan yang agung, sinar suci matahari di langit.

Ṛgveda X.7.3

Cahaya Tuhan (Dewa) berada dimana-mana. Memujanya Tuhan dalam berbagai manifestasi akan mendekatkan antara pemuja dengan yang dipuja. Kecintaan manusia terhadap Tuhan membuatnya berusaha semakin mendekatkan dirinya dengan Tuhan. Manusia yang mencintai Tuhan, menganggap Tuhan sebagai bagian dari keluarga yang sangat dihormati seperti layaknya seorang bapak, dan dicintai layaknya saudara. Simbol Tuhan ditempatkan dirumah agar manusia selalu merasakan kehadirannya.

Indraṁ mitraṁ varuṇam agniṁ ahur

Atho divyaḥ sa suparṇo garutmān,

ekaṁ sadviprā bahudhā vadanti

agniṁ yamaṁ matarisvānam ahuh.

Terjemahannya

Mereka menyebtnya dengan Indra, Mitra, Varuṇa dan Agni, Ia yang bersayap keemasan Garuda, Ia adalah Esa, Para Mahaārṣi memberi banyak nama, mereka menyebutnya Indra, Yama, Matarisvān.

Ṛgveda X. 64.46

Dewa yang dipuja dengan berbagai nama dan perwujudan merupakan bentuk kasih sayang dari umatnya. Mansia yang begitu mencintai Tuhan membuat gambaran Tuhan dengan penuh keterbatasan. Tuhan tidak melihat gambaran yang dibuat untuknya, namun lebih melihat ketulusan umatnya. Wujud yang dibuat oleh umatnya yang digunakan untuk mengembangkan ajaran kasih sayang terhadap sesama akan diterima oleh Tuhan Yang Penuh Kasih.

Vāyur yamo’gnir varuṇaḥ śaśaṅkah,

Prajāpati tvaṁ pra pītamahāś ca.

Terjemahannya

Engkau adalah Vāyu dan Yama, Agni, Varuṇa dan Dewi

Śaśaṇka (rembulan) Engkau adalah Prajāpati, pencipta alam semesta dan leluhur umat manusia.

Bhagavad Gitā  XI. 39

Tuhan hadir dimana-mana untuk menjaga kelestarian alam semesta. Beliau hadir sebagai udara api, angin, laut, untuk membantu keharmonisan alam. Apabila kejahatan merajalela Beliau juga akan hadir sebagai bencana untuk menghancurkan dan menjadi pencipta dunia baru yang lebih baik. Tuhan adalah leluhur dari umat manusia karena Tuhan sendiri menjadi awal dari keberadaan manusia.

Indra it somapā eka Indrah sutapā

viśvāyuḥ antar devān martyaṁśca.

Terjemahannya

Indra yang menikmati minuman persembahan yang menikmati minuman Soma yang menghidupkan segala yang baik di sorga mapukun di maya pada ini.

Ṛgveda VIII. 2.4

Indra adalah manifestasi Tuhan dalam wujud hujan. Manusia yang melakukan persembahan akan menggugah hati Tuhan dan memberikan anugrahnya berupa hujan. Di Daerah yang memiliki curah hujan cukup baik, hendaknya lebih mengutamakan persembahan daripada memohon. Tuhan sudah memberikan hujan yang cukup dan manusia hendaknya memanfaatkan kesempatan ini untuk bersyukur kepadanya. Banyak orang tidak memahami pentingnya memuja Tuhan dengan persembahan, dan hanya bisa memohon pada-Nya. Daerah yang sudah diberkati dengan hujan yang baik, namun masyarakatnya hanya bisa memohon maka Tuhan akan memberikan hujan yang berlebih dan berdampak kurang baik bagi Daerah tersebut.

Ayam eka ityā caṣṭhevi viśpatih

tasyan ratāy anuyaś carāmasi.

Terjemahannya

Di sini Tuhan Yang Maha Esa, rajanya umat manusia, yang terlihat membentang terus jauh dan luas untuk kesejahtraan hidupmu, ikutilah hukum-hukum-Nya.

Ṛgveda VIII. 24.6

Tuhan sudah menetapkan hukum yang sesungguhnya bisa diamati oleh manusia. Hukum yang paling dekat dengan kehidupan manusia adalah hukum karma. Manusia tidak akan bisa mengelak dari hukum karma. Ia yang menanam pasti akan menuai hasil yang ditanamnya. Manusia harus mengikuti hukum ini, apabila ingin mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.  Bila tidak ingin disakiti, hendaknya jangan menyakiti orang lain karena Tuhan sudah menetapkan hukumnya.

Yat sānoh sānum āruhad

bhūri-aspaṣta kartvam.

Tad Indro arthaṁ cetati

Yūthena vṛṣṇir ejati

Terjemahannya

Sang Hyang Indra (Tuhan Yang Maha Esa) memelihara/menjaga penyembah yang mendaki sebuah puncak ke puncak yang lain dan menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang bermacam-ragam. Sang Hyang Indra (Tuhan Yang Maha Esa) datang dengan semua kekuatan-Nya pada waktu yang tepat.

Ṛgveda, I. 10.2

Tuhan dalam manifestasi sebagai hujan akan bekerja dengan alami untuk memberikan kesejahtraan pada manusia. Apabila manusia tidak bisa selaras dengan alam, maka Tuhan juga dapat mengadirkan bentuk manifestasi yang berbeda. Tuhan bisa melakukan pembersihan terhadap kekotoran yang dibuat oleh manusia. Tuhan bisa menghadirkan hujan sebagai penghancur untuk melahirkan sebuah generasi yang baru yang lebih baik.

Yaste stanaḥ śaśayo yo mayobhūr

Yena viśvā puṣyasi vāryāṇi,

Yo ratnadhā vasuvid yaḥ sudatraḥ

Sarasvati tam iha dhātave kaḥ

Terjemahannya

Saraswati! Air susu-Mu yang berlimpah-limpah sebagai sumber kesejahtraan.

Yang Engkau berikan kepada semua yang baik, Yang mengandung harta benda, mengandung kekayaan, memberikan hadiah yang baik, Susu-Mu Engkau sediakan untuk kehidupan kami.

Ṛgveda, I. 164.49

Tuhan hadir sebagai ilmu pengetahuan yang diwujudkan dengan Dewi Saraswati oleh umatnya. Tuhan. Pengetahuan dihadirkan Tuhan sebagai jalan untuk meanusia mengetahui esensi dari Beliau. Beliau hadir dalam berbagai wujud, dan dengan pengetahuan yang maha suci, semua wujud tersebut akan dilampaui dan manusia akan mengetahui wujud sebenarnya dari Tuhan.

8. Arcanam

Penggunaan simbol suci untuk memuja Tuhan dilakukan manusia karena keterbatasan pikiran manusia dalam mewujudkan Tuhan. Tuhan yang berada dalam wujud transendental sangat sulit dipahami oleh pikiran manusia. Kecintaan manusia terhadap Tuhan membuatnya berupaya melakukan berbagai hal untuk bisa mewujudkan Tuhan yang berada di alam transendental. Tuhan ibarat seorang ibu yang penuh dengan cinta kasih, sedangka manusia seperti layaknya seorang anak kecil yang penuh dengan keterbatasan ingin mewujudkan sosok ibunya. Dengan media kertas si anak kecil menggambar ibunya, walaupun sangat tidak mirip sang ibu akan tersenyum lebar terhadap si anak dan membelainya dengan penuh kasih sayang. Dengan media tanah liat si anak membuat wujud ibunya, dengan wujud yang berantakan si ibupun akan menerima dengan gembira dan memeluk si anak. Seperti itulah Tuhan dalam menyayangi manusia layaknya seorang ibu yang menyayangi anak-anaknya. Beberapa sloka dalam susastra Hindu menggambarkan tentang penggunaan simbol-simbol suci dan manfaatnya.

Ekaṁ vā idaṁ vi babhūva sarvam.

Terjemahannya

Tuhan Yang Maha Esa adalah satu (Esa). Dia mengambil setiap bentuk di alam semesta.

Rgveda, VIII.48.12

Tuhan Yang Maha Esa memenuhi alam semesta ini. Beliau mengambil seiap bentuk alam semesta ini. Orang suci yang menyadari bahwa alam semesta ini diliputi oleh Tuhan mulai menyembah dengan sarana yang Beliau ciptakan. Melihat Tuhan dibalik ciptaannya mengantarkan para penyembah pada kesadaran. Orang suci menyepi ke hutan agar mengetahui kebenaran yang ada dibalik hutan tersebut. Pohon, gunung, air dan benda-benda lain diliputi oleh Tuhan.

Sa jivate jaṭhareṣu prajajñivān

vṛṣa citreṣu nānadan na siṁhaḥ

vaiśvānaraḥ pṛthupājā amaryo

vasu ratnā dayamāno vi dāśuṣe.

Terjemahannya

Sementara berwujud dalam wadah alam semesta beraneka warna ini, api ilahi perkasa sebagai pemimpin abadi yang hebat dari alam semesta, keilahian atau yang sangat semarak, menimbulkan suara gemuruh seperti seekor singa dan memberi kekayaan dan kebijaksanaan pada para pemuja yang patuh.

Rgveda, III.2.11

Alam semesta adalah badan wadah dari Tuhan. Manusia mengharapkan keajaiban untuk menyakini sesuatu bagian dari Tuhan, namun melupakan bahwa sesungguhnya alam semesta ini begitu ajaib. Matahari menjadi sumber energi yang penuh dengan keajaiban. Bagaimana menjelaskan ada gumpalan api sangat besar disebut matahari  yang tidak pernah habis. Ini adalah bentuk keajaiban yang merupakan manifestasi dari Tuhan. Manusia yang menyadari bahwa Tuhan memenuhi alam semesta ini mulai menggambarkan wujud Tuhan dengan karya seni yang dibuatnya. Maka munculah berbagai karya seni seperti lukisan, patung ataupun benda lain yang menggambarkan wujud Tuhan. Tuhan Yang Maha Besar juga memenuhi petung dan lukisan yang dibuat manusia. seperti halnya matahari, lukisan dan patung tersebut bukanlah Tuhan, namun Tuhan mengambil bentuk tersebut dan memenuhinya. Manusia memuja kepada Tuhan yang berada dibalik benda-benda tersebut.

suparṇaṁ viprāḥ kavayo va cobhir

ekaṁ santaṁ bahudhā kalpayanti.

Terjemahannya

Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa Yang Maha Agung adalah tunggal (Esa). Para Ṛsi melukiskannya dengan beraneka cara karena aspek-Nya yang berbeda-beda.

Rgveda, X.114.5

Tuhan adalah tunggal dan tidak ada duanya, namun Beliau Maha Ajaib. Tuhan bisa menjadi banyak sesuai dengan keinginannya, karena Beliau Maha Ajaib. Tuhan bisa mengambil semua wujud yang diberikan pemujanya dengan rasa tulus bhakti. Orang-orang suci menggambarkan Tuhan dengan berbagai wujud, dan Tuhan hadir dalam wujud yang digambarkan. Perbedaan wujud yang dibuat oleh pemujanya tidak akan membuat Tuhan menjadi banyak, karena Beliau tunggal.

Tam eva bhāntam anubhāti sarvaṁ,

Tasya bhāsā sarvam idaṁ vibhāti.

Terjemahannya

Ia bersinar; setiap yang lain disinari dengan sinar-Nya sendiri semuanya menjadi tampak.

Kaṭhopaniṣad, II.2.15

Setiap benda didunia ini diliputi oleh Beliu, seperti sinar yang menyebabkan semua menjadi tampak. Tuhan akan menghadirkan dirinya pada setiap benda yang dibuat dengan tulus padanya. Seperti halnya seseorang yang berada dimalam hari, ada tidak berkarya karena takut kalau apa yang dibuatnya tidak bagus. Namun ada seseorang yang meraba-raba menghasilkan sebuah karya untuk mewujudkan apa yang diyakininya sebagai Yang Maha Kuasa. Setelah matahari terbit, sinarnya akan menampakkan karya yang dibuat manusia. Ia yang tidak berkarya tidak akan menemukan apa-apa, sedangkan yang berkarya walaupun dalam situasi gelap akan melihat sebuah wujud. Manusia yang tidak pernah percaya kalau Tuhan berwujud, tidak akan pernah menerima Tuhan dalam sebuah wujud. Tapi manusia yang percaya Tuhan memiliki wujud, akan lebih menerima Tuhan dalam sebuah wujud.

Asthāsyad eka rūpeṇa vapuṣā cen maheśvaraḥ,

Maheśvara tvaṁ saṁvit tvaṁ tad atyakṣad dhaṭādivat.

Terjemahannya

Jika kasunyataan tertinggi tidak terwujud dalam keanekaan yang tak terbatas, tetapi tetap terkurung dalam ke-Esaan yang mantap, yang tak akan menjadi kekuatan tertinggi maupun kesadaran, ibarat sebuah kendi.

Tantraloka III-100

Tuhan memenuhi alam semesta ini dan hadir dalam keanekaragaman tak terbatas, namun Tuhan maha Esa. Tuhan itu satu dan mereka yang dapat melihat kesatuan dalam wujud yang tak terbatas adalah orang yang tercerahkan. Tuhan itu satu walaupun dipuja dalam berbagai wujud, karena Tuhan yang satu memiliki wujud yang tidak terbatas.

Vedāham etaṁ puruṣaṁ mahāntam,

 ādityavarṇaṁ tamasaḥ parastāt.

Terjemahannya

Aku telah merealisasikan pribadi tak terbatas ini, yang bersinar bagaikan matahari dan mengatasi segala kegelapan dari kebodohan.

Śvetāśvatara Upaniṣad, III.8

Tuhan Yang Maha Kuasa merealisasikan dirinya dalam berbagai wujud yang tidak terbatas. Tuhan bukan hanya menjawab kerinduan umatnya yang memberikan wujud yang begitu banyak. Tuhan tidak hanya menjawab kerinduan umatnya di Bumi, namun juga alam semesta yang tak terbatas. Tuhan menerima setiap wujud yang diberikan pemujanya. Wujud beliau tidak terbatas seperti halnya alam semesta ini yang tidak memiliki batas.

Īśāvāsyam idaṁ sarvaṁ

yat kiñca jagatyāṁ jagat.

Terjemahannya

Tuhan berstana di alam semesta

yang bergerak meupun yang tidak bergerak.

Yajurveda, XXXX.1

Alam semesta tidak memiliki batas. Tidak ada batas atas maupun batas bawah, bataskiri maupun batas kanan. Semuanya tak terhingga jauhnya, dan Tuhan hadir memenuhi alam semesta yang tanpa batas ini. Tuhan Maha Besar dan tidak ada satu ruangpun di alam semesta yang tidak dipenuhi oleh-Nya.

Yo devo ‘gnau yo ‘psu

Yo viśvam bhuvanam aviveśa,

Yo oṣadhīṣu yo vanaspatiṣu tasmai

Devāya namo namah.

Terjemahannya         

Sujud kepada Tuhan yang ada dalam api, yang adal dalam air, yang meresapi seluruh alam semesta, yang ada dalam tumbuh-tumbuhan, yang ada dalam pohon-pohon kayu.

Śvetāśvatara Upaniṣad, II.7

Tuhan ada didalam api, air, udara, pohon manusia maupun binatang, walaupun Tuhan bukan api, air, udara, pohon manusia maupun binatang tersebut. Beliau hadir dalam ciptaannya, menghormatinya semuanya ini akan mengantarkan manusia pada kesadarna pada Tuhan secara utuh.

Arcata prārcata priyam edhāso Arcata, arcantu putrakā uta puraṁ na dhṛṣṇvacata.

Terjemahannya

Pujalah, pujalah dia sepenuh hati, oh cendikiawan, pujalah dia. Semoga semua anak-anak ikut memuja-Nya, teguhlah hati seperti kukuhnya candi dari batu karang untuk memuja keagungan-Nya.

Ṛgveda, VIII.69.8.

Pujilah Tuhan dengan ketulusan. Maka Tuhan akan hadir dalam apa yang dipahami manusia. Manusia  yang membangun candi untuk memuja Tuhan, maka Tuhan akan hadir dalam candi tersebut. Cinta kasih manusia kepada Tuhan akan dibalas kasih oleh Tuhan yang maha pengasih. Seorang ibu memiliki kasih kepada anaknya dan menerima setiap benda yang dibuat anaknya untuk menggambarkan ibunya. Ibu memiliki rasa kasih sayang sedangkan Tuhan adalah Maha pengasih. Rasa kasihnya sangat-sangat besar besar melebihi kasih seorang ibu kepada anaknya. Apabila ada umatnya menggambarkan atau membuatkan patung sebagai perwujudannya, dengan kasihnya Tuhan akan memeluk umatnya.

9. Padasevanam

Pelayanan kepada Tuhan diwujudkan dalam berbagai cara. Selain dengan memujaTuhan padasevanam juga dapat diwujudkan dengan melayani pemuja-Nya. Pelayanan merupakan wujud cinta yang paling dalam yang ditunjukkan seseorang kepada orang lain. Pelayanan merupakan perbuatan dalam membantu orang lain yang membutuhkan tanpa mengharapkan suatu hasil. Pelayanan terhadap sesama yang membutuhkan sangat dianjurkan dalam agama Hindu. Beberapa sloka dalam susastra Hindu menguraikan tentang pentingnya pelayanan dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.

Mayi ṡarvāni karmāni

Samnyasyādhyātma cetasā,

Nirāśīr nirmano bhātvā

Yudhyasva vigata jvarah.

Terjemahannya

Persembahkanlah segala perkerjaan kepada-Ku dengan memusatkan pikiran kepada-Ku. Lepaskanlah dirimu dari pamrih dan rasa keangkuhan serta bangkitlah, engkau akan terbebaskan dari pikiran yang susah.

Bhagavad Gīta, III. 30.

Bekerja dengan tanpa pamrih adalah bentuk pelayanan. Bekerja tanpa pamrih bukan berarti seseorang tidak mendapatkan haknya ketika bekerja. Pekerjaan yang dilakukan sudah seharusnya mendapatkan bayaran berupa gaji. Namun tidak semua pekerjaan yang dilakukan harus diukur dengan uang. Membantu orang yang sedang kesusahan harus dilakukan tanpa mengharapkan imbalan dari orang yang dibantu. Membantu orang yang kesusahan merupakan bentuk pelayanan dan pemujaan kepada Tuhan.

Pratena dikṣām āpnoti

dikṣāya āpnoti dakṣiṇām,

dakṣinā śraddhām āpnoti

śraddhāya satyam āpyate

Terjemahannya

Melalui pengabdian kita memperoleh kesucian

Dengan kesucian kita mendapatkan kemuliaan.

Dengan kemuliaan kita mendapatkan kehormatan

dan dengan kehormatan kita memperoleh kebenaran.

Yajurveda, XIX.30

Pengabdian juga bentuk pelayanan. Seseorang yang bekerja disuatu perusahaan, melakukan pengabdian dengan tulus. Terkadang harus mengambil pekerjaan yang bukan tugas pokoknya untuk kemajuan perusahaan merupakan bentuk pengabdian. Orang yang bisa bekerja lebih terhadap instansi tempatnya bekerja walaupun tanpa mendapatkan tambahan penghasilan, akan mendapatkan kehormatan yang layak untuknya.

Vaiśvānarasya daṁsanābhyo bṛhad

ariṇād ekaḥ svapasyayā kaviḥ

ubhā pitarā maha yann ajāyata

agnir dyāvāpṛthivi bhūriretasā.

Terjemahannya

Mengikuti perbuatan orang yang dibaktikan sepenuhnya, ia mendapatkan keagungan (kemakmuran). Orang bijaksana semacam itu sajalah yang memberi hadiah kegiatan mulia. Api ilahi, yang memuji kedua orang tuanya (surga dan bumi), telah berwujud dengan keunggulan sendiri

Rgveda, III.3.11

Bekerja untuk membantu orang yang tertimpa kemalangan, memberikan pendidikan gratis kepada orang yang kurang mampu adalah bentuk pelayanan. Orang yang demikian akan diberikan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Pujian diterimanya oleh orang yang membaktikan hidupnya untuk orang lain. Keluarganya juga akan mendapatkan penghormatan sebagai dampak dari pengabdian yang dilakukan.

niyataṁ saṅgarahitam arāgadveṣataḥ kṛtam,

aphalaprepsunā karma yat tat sāttvikam ucyate.

Terjemahannya

Kegiatan yang diwajibkan tanpa ikatan, tanpa rasa benci dan rasa senang, yang dilaksanakan tanpa mengharapkan pahala kerja, dinamakan kegiatan yang bersifat sāttvika.

Bhagavad Gīta, XVIII. 23

Setiap kegiatan hendaknya dilakukan tanpa ikatan akan hasil. Tuhan maha mengetahui, dengan hukum yang telah ditetapkan bahwa ia yang menanam pasti menuai hasilnya. Bekerja maksimal dengan penuh pengabdian, hasilpun dipastikan akan mengikuti. Ia yang bekerja penuh pengabdian dan menerima hasilnya tanpa  rasa benci dan rasa senang, inilah yang disebut kegiatan sāttvika. Kegiatan yang sifatnya sāttvika akan mengantarkan manusia menuju penyadaran.

Pradanam pracchannam grhamupagate

sambhramavidhih priyaṁ krtva maunam sadasi

kthanam capyupakrtteh anutseko laksyam

nirbhibhavasarah parakathah satam kenoddistam

visamamasidhara vratamidam.

Terjemahannya

Orang bijaksana jika memberi sumbangan dan berbuat baik tidak pernah menceritakannya kepada orang lain. Beliau juga menghormati tamu kalau ada yang menolongnya, ia akan menceritakannya kepada orang lain. Meskipun kaya dia tidak pernah menyombongkan diri. Dia selalu mengucapkan kebenaran dan bercerita secara jujur.

Slokāntara, 22.

Pemberian sumbangan yang diberikan kepada orang lain tidak perlu diungkapkan. Apabila pemberian yang diberikan dibicarakan, berarti masih bersifat pamrih. Ketulus iklasan ditunjukkan apabila memberikan sesuatu kepada orang yang membutuhkan maka pemberian itu harus segera dilupakan. Apabila masih mengingatnya, maka pemberian itu tidak ada bedanya dengan hutang piutang yang suatu saat bisa ditagih.

Kiñcid yadyapi taddānam

śraddhayā sahitam kṛtam

mahāphalamawāpnoti

nyagrodhāmkurabījawat.

Terjemahannya

Walaupun dana punia itu jumlahnya sedikit tetapi jika diberikan dengan hati suci akan membawa kebaikan yang tak terkira, sebagai halnya sebuah biji pohon beringin.

Slokāntara, 19

Pemberian yang bersifat sāttvika tidak dilihat dari jumlahnya, namun ketulusan dari si pemberi. Pemberian punia harus berlandaskan hati yang suci. Pemberian dengan hati yang suci akan membawa kebaikan kepada pemberi maupun yang diberi.

prāṇaghatannivrttih paradhānaharare samyamah

satyavakyam kale saktya pradanam yuvatijanakartha

mukabhavah paresam trsnasrotovibhango gurusu

ca vinayah sarvabhūtanukampa samayam

sarvasastresvanu pahatavidhih sreyasamesa panthah.

Terjemahannya

Setiap orang harus memiliki rasa peri kemanusiaan dengan memegang konsep ahimsa dengan tidak membunuh mahluk lain. Manusia juga harus selalu mengucapkan kata yang benar, memberi sumbangan atau dana punia pada waktu yang tepat, tidak hidup serakah, menghormati guru, dan mempunyai rasa kasih sayang

Slokāntara, 20

Setiap orang harus memiliki rasa peri kemanusiaan. Sifat-sifat mulia, perbuatan benar dan berdana punia harus dikembangkan untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Manusia diberikan pikiran untuk bisa memilah perbuatan yang dilakukan. Ajaran ahimsa (kasih sayang) menempatkan menjadi dasar bagi manusia untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dasarnya pemikirannya apabila melihat orang lain yang sedang kesusahan, hendaknya dibayangkan orang tersebut adalah dirinya sendiri. Sakit yang dirasakan orang lain harus dirasakan sebagai sakit yang dialaminya, sehingga manusia akan tergerak untuk membantu orang yang sedang kesusahan.

Dātavyamiti yaddānaṁ dīyate’nupakāriṇe

Deśa kāle ca pātre ca tad

Terjemahan adalah.                                    

Setelah mati kekayaan tinggal di rumah

kawan dan saudara ikut sampai di kuburan

hanya karma, perbuatan baik atau buruk

mengikuti jiwa di kelahiran mendatang

slokāntara, 13.

Ketika kematian menjemput, harta kekayaan tidak akan bisa dibawa sampai ke alam kematian. Kekayaan yang dicari dengan berbagai cara akan tinggal di dunia ini. yang mengantarkan manusia ke alam sana hanya perbuatan dalam hidupnya. Perbuatan yang dilakukan akan menentukan apakah manusia dapat mencapai alam Tuhan, atau kembali menjelma menjadi manusia. Pelayanan terhadap sesama merupakan bentuk pelayanan terhadap Tuhan dan akan mangantarkan manusia menuju alam Tuhan yang penuh dengan kebahagiaan.

B.BENTUK PEMUJAAN NAWA WIDHA BHAKTI DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA

Perenungan

yasyāṁ sadoha virdhane yūpo yasyaāṁ nimiyate,

brahmāṇo yasyāmarcantyuṛgbhiḥ sāmna yajurvidaḥ,

yujante yasyāmṛtvijaḥ somam indraya pātave. 

Terjemahannya

Dimana tempat didirikannya ruang sidang (tempat suci), dan kamar-kamar tempat penyimpanan makanan (jagung). Dimana tempat dipancangkannya yupa (tiang upacara yajña) tempat para Brahmana yang menguasai yajurveda memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan mantram ṛgveda dan melafalkan samaveda, disanalah seorang Yogi, pemuja Yang Maha Kuasa selalu melakukannya pada semua musim. Tempat itu adalah tempat suci untuk bersemadi (sembahyang memuja-Nya) untuk keselamatan jiwanya

Atharvaveda, XII. 38.

Memahami teks

Ajaran Nawa Widha Bhakti merupakan sembilan bentuk realisasi puncak dari karma dan jnāna. Perbuatan yang dilandasi pengetahuan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Perbuatan yang didasari oleh rasa tulus iklas tanpa pamrih atau dikenal dengan niṣkāma karma. Realisasi  karma dan jnāna dalam hidup manusia diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia menyadri akan keterbatasan yang dimilikinya, dan memahami keberadaan Yang Maha Kuasa yang mengatur kelangsungan hidupnya. Kesadaran akan adanya Yang Maha Kuasa melahirkan konsep pemujaan pada manusia. Pemujaan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya rasa bhakti manusia terhadap Tuhan. Bentuk-bentuk pemujaan yang ada di masyarakat merupakan implementasi ajaran Nawa Widha Bhakti. Agama Hindu mewujudkan ajaran Nawa Widha Bhakti dalam kegiatan beragama sehari-hari.

1. Srawanam

Swaranam dalam masyarakat Hindu didasari keinginan kuat dari umat Hindu untuk mengetahui ajaran-ajaran agama Hindu. Kitab suci Veda merupakan umat Hindu untuk belajar kebenaran yang bersifat spiritual. Kitab suci Veda merupakan refrensi pengetahuan tentang kebenaran yang maha luas. Kitab suci Veda  sangat sulit dipahami oleh orang awam yang msih sangat dibelenggu oleh keterikatan material. Umat Hindu percaya bahwa Tuhan menciptakan Veda untuk menuntun manusia menuju kebenaran yang bersifat kekal. Untuk tetap menjaga eksistensi Veda, Tuhan akan melahirkan orang-orang suci yang akan mengajarkan ajaran Veda kepada orang-orang yang sudah siap secara spiritual.

Orang-orang suci memiliki ciri-ciri berpeng tentangetahuan dan perilaku mulia, mengajarkan persaudaraan, welas asih, serta memahami Tuhan yang bersifat universal. Orang-orang suci berbuat sesuai dengan apa yang diucapkannya. Wejangan dari orang suci mengandung kebenaran dan dapat mengantarkan manusia pada penyadaran. Mendengarkan ajaran orang-orang suci merupakan bentuk bhakti kepada Tuhan, karena dengan mendengarkan dan mengikuti apa yang diajarkannya, manusia akan mencapai pembebasan dan bertemu dengan Tuhan.

Swaranam diwujudkan dalam kehidupan beragama Hindu dengan mendengarkan dharmawacana dan dharmatula. Orang-orang yang dipercaya memiliki pengetahuan suci memberikan ajaran agama dalam bentuk dharmawacana dan dharmatula, sedangkan umat Hindu akan mendengarkannya sebagai bagian dari bentuk bhakti kepada Tuhan. Ajaran dharmawacana dan dharmatula akan menambah keyakinan umat Hindu akan keberadaan Tuhan, dan berupaya berbuat untuk mencapai tujuan hidupnya.

2.Wedanam

Kitab suci Veda merupakan kitab suci tertua dalam sejarah umat manusia. Umat Hindu percaya pada kehidupan yang berulang-ulang, termasuk keberadaan alam semesta ini yang mengalami perputaran dari penciptaan, pemeliharaan dan peleburan untuk kembali pada penciptaan selanjutnya. Seperti halnya Tuhan yang keberadaannya tanpa batas, alam semesta ini juga keberadaannya tanpa batas. Alam semesta ini sudah ada sebelum penciptaan dan akan terus ada untuk selamanya. Kitab suci Veda ibarat kitab panduan bagi manusia untuk memahami kebenaran dari alam semesta yang tidak berawal dan tidak akan ada akhirnya. Kitab suci Veda diturunkan dalam setiap siklus penciptaan agar mahluk hidup yang ada didalamnya memiliki sumber untuk menjalani siklus kehidupan dan keluar dari siklus tersebut untuk mencapai pembebasan. Kitab suci Veda dikatakan bersifat anadi dan ananta karena ia akan terus ada seiring dengan keberadaan alam semesta ini yang terus mengalami perputaran.

Kitab suci Veda diperuntukkan bagi manusia untuk mengetahui rahasia dibalik keberadaan alam semesta ini. Veda tidak mengajarkan manusia untuk sekedar yakin akan keberadaan Tuhan, namun mengetahui kebenarannya. Ketika manusia berada dalam tataran keyakinan maka manusia bisa menjadi buta pada apa yang tidak diketahuinya. Namun apabila manusia mengetahui esensi dari Tuhan bukan sekedar meyakini, maka manusia akan mengetahui bahwa sesungguhnya ia dan mahluk lain tidaklah berbeda. Tuhan ada begitu dekat dengan manusia, namun karena manusia sebatas meyakini keberadaan-Nya menempatkan Tuhan menjadi sangat jauh.

Kitab suci Veda akan membuka jalan pikiran manusia dan menyadari akan kebenaran di balik alam semesta ini. Membaca kitab suci Veda merupakan salah satu bentuk pemujaan terhadap Tuhan. Memahami isi Veda harus dimulai dengan cara yang menyenangkan. Seperti seorang anak kecil yang belajar untuk memahami, hendaknya diberikan buku-buku cerita untuk dibaca. Dengan mengawali dari membaca cerita maka seorang anak akan menggemari membaca dan terlatih untuk memahami. Setelah akrab dengan buku-buku cerita, baru diberikan buku tentang ilmu pengetahuan. Demikian juga orang yang akan belajar Veda, alangkah baiknya apabila membaca terlebih dahuku kisah-kisah Purana dan Itihasa. Dalam kisah-kisah Purana dan Itihasa terkandung kebenaran ini Veda. Setelah akrab dengan kisah kisah-kisah Purana dan Itihasa, maka orang tidak akan sulit memahami isi Veda.

3. Kirthanam

Kebahagiaan merupakan pintu untuk mencapai pencerahan. Orang yang berada dalam situasi susah, namun  tidak terbawa dalam kesusahannya  dan tetap merasakan kebahagiaan adalah orang yang tercerahkan. Banyak orang yang dalam hidupnya penuh dengan kemewahan, namun tetap membuat dirinya susah dengan ambisinya untuk terus menguasai. Kekayaan yang dimiliki tidak dapat membahagiakan dirinya, karena ambisinya yang tidak pernah berhenti. Ambisi untuk menguasai merupakan ambisi yang dapat menghancurkan diri. Kisah Mahabharata menggambarkan bagaimana dua ambisi muncul dari dua belah pihak. Pihak Kurawa memiliki ambisi yang sangat besar untuk menguasai. Berhadapan dengan pandawa yang hanya memiliki kerajaan dengan wilayah kekuasaan yang sangat kecil, Kurawa tetap berambisi untuk menguasainya. Berbeda dengan ambisi yang dimiliki Pandawa, yang hanya ingin menegakkan dharma. Keduanya sama-sama berambisi, namun disatu sisi punya ambisi menguasai disisi lain ambisinya untuk membuat semua menjadi lebih baik (menegakkan dharma). Pandawa dalam situasi tertindas tetap bisa merasakan kebahagiaan, namun kurawa walaupun sudah menguasai segalanya namun tetap merasakan kesusahan. Dalam situasi perang yang sudah akan dimulai, Tuhan yang terlahir kedunia dalam wujud Krishna mempersembahkan nyanyian kepada Arjuan yang dikenal dengan  Bhagavad Gītā. Bernyanyi merupakan salah satu cara membuat seseorang bahagia.

Dengan bernyanyi seseorang dapat melupakan kesusahan yang dialami. Untuk menjadikan nyanyian menjadi sebuah persembahan, maka yang dinyanyikan adalah ajaran suci Veda. Dalam beberapa tradisi di Nusantara, nyanyian banyak digunakan dalam proses keagamaan. Kidung pujaan diambil dari ajaran suci Veda yang dikondisikikan dengan tradisi yang berkembang di suatu daerah. Ajaran Veda tidak digunakan untuk menghilangkan tradisi yang sudah berkembang disuatu daerah, namun digunakan untuk menyempurnakannya. Menyanyikan lagu pujaan terhadap Tuhan merupakan bentuk pemujaan kepada Tuhan. Dengan mengumandangkan kidung-kidung pujaan maka manusia akan mengembangkan rasa kasih sayang dalam dirinya, sehingga akan memunculkan kedamaian dalam dirinya. kesadaran akan kemahakuasaan Tuhan muncul seiring dengan lantunan tembang-tembang suci.

4. Smaranam

Tuhan merupakan asal muasal alam semesta berseta isinya. Mahluk hidup termasuk manusia didalamnya berasal dari Tuhan. Manusia yang menyadari akan Tuhan yang menjadi sumber segalanya selalu berusaha untuk mengingat Beliau, agar suatu saat dapat kembali kepada sumbernya. Smaranam atau mengucapkan nama-nama suci Tuhan merupakan salah satu cara untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Dengan melakukan smaranam, getaran suci Tuhan akan mempengaruhi manusia. Jika kesadaran terhadap keberadaan Tuhan semakin meningkat, maka aktifitas manusia akan dipengaruhi oleh kesadarannya tersebut.

Kunci sukses dalam melakukan Smaranam adalah merasakan Tuhan yang sangat dekat dengan manusia. Banyak orang yang meyakini Tuhan, menganggap Tuhan berada sangat jauh dari dirinya. Tuhan dipanggil dengan suara keras untuk datang, namun Tuhan tidak pernah datang karena pikirannya masih tetap menempatkan Tuhan dalam posisi yang jauh. Dalam kisah Mahabharata Dewi Drupadi pernah bertanya kepada Krishna, kenapa ketika ditelanjangi Krishna terlambat untuk menolongnya. Krishna menjelaskan pada saat itu dirinya sudah ada disana, namun karena Drupadi menyebutkan oh Krishna yang  ada di Dwaraka, sehingga Krishna harus pergi dulu ke Dwaraka baru kembali ke Hastinapura untuk menolong Drupadi. Tuhan ada dimana-mana, memenuhi segalanya cukum menyebut namanya dengan didalam hati Beliau sudah hadir. Tuhan tidak pernah jauh dari manusia, nemun manusia menjauhkan Tuhan darinya.

5.Padasewanam

Guru suci adalah guru yang sudah mengetahui tentang Tuhan. Guru suci tidak sekedar percaya dan membangun kepercayaan yang lebih lemah pada orang lain. Guru suci akan berbicara berdasarkan apa yang diketahuinya. Tidak suka menipu dengan berbicara melebihi apa yang diketahui. Ia yang menyadari akan keberadaan Tuhan tidak akan membangun permusuhan di dunia ini. Tuhan hadir dalam kedamaian, dan tidak akan senang dengan konflik. Guru-guru suci selalu membawa misi untuk perdamaian, karena Tuhan seniri tidak senang terhadap konflik.

Pada guru yang mengembangkan rasa cinta kasihlah manusia seharusnya melakukan padasewanam. Mengikuti petujuk guru suci adalah bentuk pemujaan terhadap Tuhan. Guru suci merupakan wakil Tuhan dalam menjaga dunia untuk tetap harmonis. Apabila guru-guru suci berhasil dalam kerjanya untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran di Dunia, maka Tuhan tidak perlu lahir ke Dunia untuk menegakkan sendiri Dharma. Dalam Bhagavad Gīta, IV.8 diuraikan seperti dibawah ini.

paritrāṇāya sādhūnāṁ vināśāya ca duṣkṛtām,

dharma-saṁthāpanārthaya sambhavāmi yuge yuge

Terjemahan adalah.                                    

Untuk melindungi yang baik, untuk menghancurkan yang jahat dan untuk penegakan asas-asas dharma, aku menjelma dalam setiap zaman.

slokāntara, 13.

Tuhan sendiri akan turun untuk menghancurkan orang-orang jahat dan melindungi orang-orang baik. Namun selama orang-orang suci masih bisa mengambil perannya, maka Tuhan tidak perlu melahirkan diri-Nya. Orang suci harus tetap mengajarkan Dharma dan menciptakan keharmonisan di dunia ini. Yang bisa dilakukan orang-orang yang belum tercerahkan, belum mengetahui Tuhan adalah melakukan penghormatan terhadap guru suci dan melaksanakan ajaran-ajarannya. Membangun keharmonisan di dunia dan mencintai sesama manusia tanpa membedakan suku, agama, ras, ataupun adat istiadatnya.

6. Sukhyanam

Persahabatan yang dibangun antar sesama manusia bisa membangun ataupun menghancurkan kesadaran dirinya. Dalam bergaul, manusia hendaknya meniru filosofi bunga teratai. Berada ditempat yang berlumpur namun tetap bersih dan mempersembahkan bunga yang indah. Berada dilingkungan yang penuh dengan kejahatan dan tipu muslihat, seseorang tidak harus lari untuk mencapai pencerahan. Leluhur  manusia berusaha mencapai pencerahan dengan menyepi dan meditasi ketengah hutan. Menghadapi ketakutannya dengan hidup bersama binatang buas yang sewaktu-waktu bisa membunuhnya. Dijaman sekarang orang tidak perlu pergi ke hutan untuk bermeditasi. Dengan tetap berada dikeramaian dan fokus pada kebesaran Sang Pencipta adalah cara meditasi yang paling cocok dijaman sekarang.

Membangun persahabatan yang baik dengan sesama tanpa membeda-bedakan teman adalah bentuk penyatuan diri. Sadar bahwa Tuhan memenuhi segalanya, maka manusia tidak perlu membatasi diri dengan sekat-sekat perbedaan yang ada dalam dirinya. Moksha  artinya penyatuan, dan dengan penyatuan maka manusia mencapai pembebasan. Seperti halnya orang-orang jahat yang membangun sekat perbedaan, padanya tidak akan pernah mencapai penyatuan. Tanpa penyatuan, maka tidak akan diperoleh kebebasan dalam bergaul. Orang menjadi saling curiga dan hanya menunggu waktu untuk terjadinya konflik. Pergaulan hendaknya dibangun sebagai bentuk persembahan kepada Tuhan. Pergaulan yang memebebaskan, mendamaikan, menyatukan orang dari berbagai latar belakang adalah bentuk Sukhyanam.

7. Dahsyam

Wujud nyata dari pemujaan terhadap Tuhan adalah mensyukuri segala bentuk karunia Tuhan yang berwujud alam semesta ini. Manusia dapat merasakan mahakasih dari Tuhan karena adanya wujud alam semesta ini. Tuhan menghadirkan keajaiban dalam ciptaannya dan menjaganya dengan memunculkan keajaiban-keajaiban yang sangat ilmiah. Menghormati keajaibannya merupakan bentuk penghormatan terhadapnya. Seperti halnya seseorang yang menghasilkan sebuah karya seni, apabila ada orang lain yang menghargai karyanya tentunya akan membuatnya bahagia. Apabila ada orang yang mencampakkan dan menghina hasil karya orang lain, maka orang yang menghasilkan karya tersebut tidak akan senang.

Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta isinya dengan rasa kasih sayangnya. Manusia hendaknya menghargai ciptaannya dengan menghormati dan menjaganya untuk kelangsungan hidup semua mahluk di alam semesta ini. Matahari adalah ciptaan Tuhan, dan Tuhan memenuhi matahari. Menghormati matahari akan berarti menghormati penciptanya. Air, udara, tanah, api, adalah ciptaannya, begitu juga hutan adalah ciptaannya. Tuhan memenuhi semua ciptaannya dan sudah selayaknya manusia menghormati dan menjaga ciptaannya.  Menghormati semua hasil ciptaan Tuhan inilah yang melahirkan konsep Dewa yaitu manifestasi Tuhan dalam wujud cahaya. Dewa berasal dari bahasa sansekerta urat kata Div yang artinya cahaya suci Tuhan. Manusia merasakan kehadiran Tuhan dalam wujud alam semesta, dan meyakini Tuhan bermanifestasi didalamnya. Menghormati Dewa sebagai manifestasi Tuhan berarti menghormati Tuhan itu sendiri.

8. Arcanam

Manusia yang berkesadaran adalah mencintai Tuhan dan selalu berupaya untuk menghadirkannya dalam dunia material. Tidak penting wujud apa yang diberikan pada-Nya, namun niat tulus dari umat-Nya untuk menghubungkan diri dengan-Nya akan mengantarkan manusia menuju Tuhan. Tuhan yang maha pengasih sangat menyayangi umatnya dan menerima setiap wujud yang dipersembahkan padanya, seperti seorang ibu yang menerima dengan senang hati gambar dari anaknya yang sedang berusaha mengambarnya. Memuja Tuhan dengan mengunakan simbol bertujuan untuk memusatkan pikiran kepada Tuhan yang sebenarnya tidak pernah jauh dari manusia.

Simbol yang dibuat untuk Tuhan bukanlah Tuhan, namun sebagai pertanda bahwa Tuhan sudah ada begitu dekat dengan umatnya. Penting dalam pemujaan simbol hendaknya jangan memuja simbol yang sangat jauh dari pemujanya. Hal ini hanya akan menjauhkan manusia dari sang Pencipta. Berkah dari Tuhan juga akan turun sangat jauh dari pemujanya apabila menghormati simbol Tuhan yang sangat jauh. Buatlah simbol-simbol Tuhan dekat dengan pemujanya sehingga berkah yang diturunkan akan dekat juga dengan pemujanya. Buatlah simbol-simbol suci di rumah, sehingga rumah akan terberkati. Gunakanlah simbol-simbol suci di badan, sehingga badan akan menerima berkahnya.

9. Padasevanam

Penyerahan diri terhadap Tuhan akan melahirkan semangat untuk melayani dari manusia. Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya dengan panuh kasih dan pengorbanan. Untuk melayani Tuhan, manusia harus melihat ciptaannya. Kehidupan material membuat manusia tidak bisa melihat esensi Tuhan yang memenuhi alam semesta ini. Sebelum bisa melihat Tuhan yang bersifat transendental maka manusia mewujudkan pelayanannya dengan melayani ciptaannya, karena Tuhan memenuhi ciptaannya. Melayani ciptaannya berarti manusia melayani Tuhan. Sama halnya dengan manusia yang memiliki jiwa didalamnya. Manusia tidak bisa melihat jiwa yang ada dalam diri orang lain, karena jiwa berada diluar pikiran material. Dengan melayani orang lain, berbarti manusia melayani jiwa yang ada didalamnya.

Pelayanan tidak menempatkan manusia sebagai budak orang lain. Pelayanan dimaksudkan adalah dengan membantu orang lain untuk memberdayakan dirinya.  Pelayanan bisa dilakukan dengan menyadarkan orang lain bahwa dirinya bisa berbuat untuk kemajuan mentalnya. Buah dari pelayanan adalah jiwa-jiwa mulia. Seperti halnya tokoh besar umat manusia seperti Mahatma Gandhi yang memberikan pelayanan terhadap sesama dan membebaskan rakyat India dari penjajahan dengan tanpa melakukan kekerasan. Mahatma Gandhi adalah contoh Padasevanam. Pelayanan yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi membawa pembebasan bagi dirinya dan masyarakat India.

UJI KOMPETENSI

1.Jelaskan bagaimana hubungan ajaran nawa widha bhakti, dengan kehidupan beragama di Bali!

2.Mengapa dengan mendengarkan ajaran-ajaran suci (Srawanam) seseorang dikatakan melakukan bhakti kepada Tuhan?

3.Bagaimana wujud penghormatan kepada guru (Padasewanam) agar menjadi bentuk bhakti kepada Tuhan!

4.Jelaskan apakah membuat perwujudan Tuhan dalam bentuk simbol dibenarkan oleh ajaran agama Hindu!

5.Bagaimana mencari pergaulan yang sesuai dengan ajaran Sukhyanam!

Was this article helpful?