Berapa lama khalifah abu bakar menjabat

Abu Bakar (bahasa Arab: أبو بكر الصديق, Abu Bakr ash-Shiddiq) (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk di antara mereka yang paling awal memeluk Islam. Sesudah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 sampai tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, beliau yaitu satu di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi ajar. .


Abu Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya yaitu 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Berjumpa nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari abu Bakar yaitu Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berfaedah ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.

Abu Bakar yaitu ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya yaitu Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang akhir diubah oleh Muhammad menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang bercakap benar') sesudah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Miraj yang diceritakan oleh Muhammad untuk para pengikutnya, sehingga beliau lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".

Awal kehidupan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan di kota Mekah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat beliau yaitu seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar, serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.

Era bersama Nabi

Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, beliau pindah dan hidup bersama Abu Bakar. Masa itu Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga berjenjang dua dan mewah. Semenjak masa itu mereka bergaul satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan berbakat jualan.

Memeluk Islam

Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad untuk perorangan, dituliskan bahwa Abu bakar masuk Islam sesudah diajak oleh Nabi[1] Abubakar akhir [dakwah|mendakwahkan] segala sesuatu yang diajarkan Islam untuk Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.

Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya lainnya, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga seluruh anaknya kecuali 'Abd Rahman bin Abu Bakar, sehingga beliau dan 'Abd Rahman berpisah.

Penyiksaan oleh Quraisy

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Beliau juga mengalami penyiksaan yang diterapkan oleh warga Mekkah yang mayoritas sedang memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya sedang diamankan oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya akhir memberinya kemerdekaan.

Ketika peristiwa Hijrah, masa Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar yaitu satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa masa sesudah Hijrah.

Selama masa sakit Rasulullah SAW masa menjelang wafat, diceritakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera sesudah kematiannya, diterapkan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang yang belakang sekalinya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun ((632)) M.

Apa yang terjadi masa musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah yaitu subyek kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini yaitu keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lain, tak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan lebih-lebih masalah kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits yang menjadi referensi dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) untuk Abu Bakar dan dua khalifah sesudahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat beliau berbaiat sesudah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan sesudah itu beliau menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.

Teks tebal== Perang Ridda == Segera sesudah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam masa itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang untuk khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa lainnya kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya ada komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tak berlangsung lagi. Berlandaskan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan terbesar yaitu memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Pasukan Musailamah akhir dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang dibebaskan oleh Hindun istri Abu Sufyan karena sudah sukses membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi akhir bertaubat dan memeluk Islam serta mengakui kesalahannya atas pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah bercakap, "Dahulu diri sendiri membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini diri sendiri sudah membunuh orang yang sangat dibenci Rasulullah (Nabi Palsu Musailamah Al-Kazab)."

Ekspedisi ke utara

Sesudah menstabilkan situasi internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan gampang sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.

Qur'an

Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Diceritakan bahwa sesudah kemenangan yang sangat sulit masa melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh suatu tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini karenanya akhir disimpan oleh Abu Bakar. sesudah Abu Bakar meninggal karenanya disimpan oleh Umar bin Khaththab dan akhir disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Akhir pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi landasan penulisan teks al Qur'an yang dikenal masa ini.

Kematian

Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di tidak jauh masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad.

Referensi

  1. ^ Dakwahnya Nabi saw untuk Abubakar,Malaulana Yusufrah,menulis, Diriwayatkan oleh Abu Hasan Al-Athrabulusi ,sebagaimana dituturkan dalam Al-Bidayah .3/29 dari Aisyah r.ha,ia berkata_Semenjak masa waktu seratus tahun jahiliyah ,Abubakar yaitu kawan Rasulullah saw. Pada suatu hari ,dia mau menemui Rosulullah saw,ketika berjumpa dengan Rosulullah saw ,dia berkata_Wahai Abul Qosim(panggilan Nabi), ada apa denganmu ,sehingga engkau tak terlihat di majelis kaummu dan orang -orang menuduh bahwa engkau sudah bercakap buruk tentang nenek moyangmu dan lain lain lagi?,Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya diri sendiri yaitu utusan Allah swt dan diri sendiri mengajak kamu untuk Allah swt.,setelah berakhir Rosulullah saw bercakap ,Abu Bakar pun langsung masuk Islam.Melihat keislamannya itu dia gembira sekali ,tidak ada seorangpun yang ada di antara kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan dia.Akhir Abubakar menemui Utsman bin Affan,Thalhah bin Ubaidillah,Zubair bin Awwam,dan Saad bin Abi Waqas r.hum,mengajak mereka untuk masuk Islam.Lalu,merekapun masuk Islam.Hari berikutnya Abu bakar menemui Utsman bin Mazhum,Abu Ubaidah bin Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Abu Salamah bin Abdul Saad,dan Arqam bin Abil Arqam r.hum,juga mengajak mereka untuk masuk Islam,dan mereka seluruh juga masuk Islam.

hgukjykiylijhloi8;poi[


edunitas.com


Page 2

Sisa dari pembakaran Bakar (bahasa Arab: أبو بكر الصديق, Sisa dari pembakaran Bakr ash-Shiddiq) (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Belakang 13 H) termasuk di sela mereka yang sangat awal memeluk Islam. Sesudah Nabi Muhammad wafat, Sisa dari pembakaran Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 sampai tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, beliau adalah satu di sela empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk yang didapat. .


Sisa dari pembakaran Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Berjumpa nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari sisa dari pembakaran Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berfaedah ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.

Sisa dari pembakaran Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang yang belakang sekali diubah oleh Muhammad menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang bercakap benar') sesudah Sisa dari pembakaran Bakar membenarkan peristiwa Isra Miraj yang diceritakan oleh Muhammad untuk para pengikutnya, sehingga beliau semakin dikenal dengan nama "Sisa dari pembakaran Bakar ash-Shiddiq".

Awal kehidupan Sisa dari pembakaran Bakar Ash-Shiddiq

Sisa dari pembakaran Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan di kota Mekah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat beliau adalah seorang pedagang, hakim dengan letak tinggi, seorang yang terpelajar, serta dipercaya sbg orang yang bisa menafsirkan mimpi.

Era bersama Nabi

Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, beliau pindah dan hidup bersama Sisa dari pembakaran Bakar. Ketika itu Muhammad menjadi tetangga Sisa dari pembakaran Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan mewah. Semenjak ketika itu mereka bergaul satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan mahir barang-barang yang dijual.

Memeluk Islam

Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad untuk perorangan, dituliskan bahwa Sisa dari pembakaran bakar masuk Islam sesudah diajak oleh Nabi[1] Abubakar yang belakang sekali [dakwah|mendakwahkan] petunjuk Islam untuk Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.

Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tak menerima Islam sbg agama sehingga Sisa dari pembakaran Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga seluruh anaknya kecuali 'Abd Rahman bin Sisa dari pembakaran Bakar, sehingga beliau dan 'Abd Rahman berpisah.

Penyiksaan oleh Quraisy

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Beliau juga merasakan penyiksaan yang dilakukan oleh warga Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak kebanyakan masih diamankan oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Sisa dari pembakaran Bakar melepaskan para budak tersebut dengan memainkan pembeliannya dari tuannya yang belakang sekali memberinya kemerdekaan.

Ketika peristiwa Hijrah, ketika Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Sisa dari pembakaran Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Sisa dari pembakaran Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa ketika sesudah Hijrah.

Selama masa sakit Rasulullah SAW ketika menjelang wafat, dituturkan bahwa Sisa dari pembakaran Bakar ditunjuk sbg menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sbg indikasi bahwa Sisa dari pembakaran Bakar akan menggantikan posisinya. Segera sesudah kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhir-akhirnya menghasilkan penunjukan Sisa dari pembakaran Bakar sbg pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun ((632)) M.

Apa yang terjadi ketika musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Sisa dari pembakaran Bakar sbg khalifah adalah subyek kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu bidang kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak sbg menunjuk penggantinya. Kaum sunni berbantah bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah sbg penunjukan pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lain, tak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan lebih-lebih masalah kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits yang menjadi referensi dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta banyak pemimpin islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara resmi menyalakan kesetiaannya (berbai'at) untuk Sisa dari pembakaran Bakar dan dua khalifah sesudahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sbg pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Sisa dari pembakaran Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali menerapkan baiat tersebut secara pro forma, mengingat beliau berbaiat sesudah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan sesudah itu beliau menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.

Teks tebal== Perang Ridda == Segera sesudah suksesi Sisa dari pembakaran Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam ketika itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang untuk khalifah baru dan sistem yang telah tersedia. Beberapa di selanya menolak membayar zakat walaupun tak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya benar komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tak aci lagi. Berlandaskan hal ini Sisa dari pembakaran Bakar menyalakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan sangat agung adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang semakin dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sbg nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Pasukan Musailamah yang belakang sekali dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang dimerdekakan oleh Hindun istri Sisa dari pembakaran Sufyan karena sudah berhasil membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi yang belakang sekali bertaubat dan memeluk Islam serta mengakui kekeliruannya atas pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah bercakap, "Dahulu diri sendiri membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan sekarang diri sendiri sudah membunuh orang yang sangat dibenci Rasulullah (Nabi Palsu Musailamah Al-Kazab)."

Ekspedisi ke utara

Sesudah menstabilkan kondisi internal dan secara penuh menguasai Arab, Sisa dari pembakaran Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan gampang sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.

Qur'an

Sisa dari pembakaran Bakar juga memerankan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dituturkan bahwa sesudah kemenangan yang sangat sulit ketika melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Sisa dari pembakaran Bakar sbg mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh suatu tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini karenanya yang belakang sekali disimpan oleh Sisa dari pembakaran Bakar. sesudah Sisa dari pembakaran Bakar meninggal karenanya disimpan oleh Umar bin Khaththab dan yang belakang sekali disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Yang belakang sekali pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi landasan penulisan teks al Qur'an yang dikenal ketika ini.

Kematian

Sisa dari pembakaran Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Sisa dari pembakaran Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di tidak jauh masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad.

Referensi

  1. ^ Dakwahnya Nabi saw untuk Abubakar,Malaulana Yusufrah,menulis, Diriwayatkan oleh Sisa dari pembakaran Hasan Al-Athrabulusi ,sebagaimana diistilahkan dalam Al-Bidayah .3/29 dari Aisyah r.ha,ia berkata_Semenjak zaman jahiliyah ,Abubakar adalah kawan Rasulullah saw. Pada suatu hari ,dia akan menemui Rosulullah saw,ketika berjumpa dengan Rosulullah saw ,dia berkata_Wahai Abul Qosim(panggilan Nabi), telah tersedia apa denganmu ,sehingga engkau tak terlihat di majelis kaummu dan orang -orang menuduh bahwa engkau sudah bercakap buruk tentang nenek moyangmu dan lain lain lagi?,Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya diri sendiri adalah utusan Allah swt dan diri sendiri mengajak kamu untuk Allah swt.,setelah berhenti Rosulullah saw bercakap ,Sisa dari pembakaran Bakar pun langsung masuk Islam.Melihat keislamannya itu dia gembira sekali ,tidak telah tersedia seorangpun yang telah tersedia di sela kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan dia.Yang belakang sekali Abubakar menemui Utsman bin Affan,Thalhah bin Ubaidillah,Zubair bin Awwam,dan Saad bin Abi Waqas r.hum,mengajak mereka sbg masuk Islam.Lalu,merekapun masuk Islam.Hari berikutnya Sisa dari pembakaran bakar menemui Utsman bin Mazhum,Sisa dari pembakaran Ubaidah bin Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Sisa dari pembakaran Salamah bin Abdul Saad,dan Arqam bin Abil Arqam r.hum,juga mengajak mereka sbg masuk Islam,dan mereka seluruh juga masuk Islam.

hgukjykiylijhloi8;poi[


edunitas.com


Page 3

Sisa dari pembakaran Bakar (bahasa Arab: أبو بكر الصديق, Sisa dari pembakaran Bakr ash-Shiddiq) (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Belakang 13 H) termasuk di sela mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad wafat, Sisa dari pembakaran Bakar menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 sampai tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, beliau adalah satu di sela empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk yang didapat. .


Sisa dari pembakaran Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Berjumpa nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari sisa dari pembakaran Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berfaedah ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.

Sisa dari pembakaran Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang yang belakang sekali diubah oleh Muhammad menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang bercakap benar') setelah Sisa dari pembakaran Bakar membenarkan peristiwa Isra Miraj yang diceritakan oleh Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga beliau semakin dikenal dengan nama "Sisa dari pembakaran Bakar ash-Shiddiq".

Awal kehidupan Sisa dari pembakaran Bakar Ash-Shiddiq

Sisa dari pembakaran Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan di kota Mekah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat beliau adalah seorang pedagang, hakim dengan letak tinggi, seorang yang terpelajar, serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.

Era bersama Nabi

Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, beliau pindah dan hidup bersama Sisa dari pembakaran Bakar. Saat itu Muhammad menjadi tetangga Sisa dari pembakaran Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan mewah. Semenjak saat itu mereka bergaul satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan mahir barang-barang yang dijual.

Memeluk Islam

Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada perorangan, dituliskan bahwa Sisa dari pembakaran bakar masuk Islam setelah diajak oleh Nabi[1] Abubakar yang belakang sekali [dakwah|mendakwahkan] petunjuk Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.

Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Sisa dari pembakaran Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman bin Sisa dari pembakaran Bakar, sehingga beliau dan 'Abd Rahman berpisah.

Penyiksaan oleh Quraisy

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Beliau juga merasakan penyiksaan yang dilakukan oleh warga Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak kebanyakan masih diamankan oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Sisa dari pembakaran Bakar membebaskan para budak tersebut dengan melakukan pembeliannya dari tuannya yang belakang sekali memberinya kemerdekaan.

Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Sisa dari pembakaran Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Sisa dari pembakaran Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.

Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang wafat, dituturkan bahwa Sisa dari pembakaran Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Sisa dari pembakaran Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhir-akhirnya menghasilkan penunjukan Sisa dari pembakaran Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun ((632)) M.

Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Sisa dari pembakaran Bakar sebagai khalifah adalah subyek kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berbantah bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lain, tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan lebih-lebih masalah kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits yang menjadi rujukan dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta banyak pemimpin islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Sisa dari pembakaran Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Sisa dari pembakaran Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat beliau berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu beliau menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.

Teks tebal== Perang Ridda == Segera setelah suksesi Sisa dari pembakaran Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang telah tersedia. Beberapa di selanya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya benar komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak aci lagi. Berlandaskan hal ini Sisa dari pembakaran Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan paling agung adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang semakin dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Pasukan Musailamah yang belakang sekali dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang dimerdekakan oleh Hindun istri Sisa dari pembakaran Sufyan karena telah berhasil membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi yang belakang sekali bertaubat dan memeluk Islam serta mengakui kekeliruannya atas pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah bercakap, "Dahulu diri sendiri membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan sekarang diri sendiri telah membunuh orang yang sangat dibenci Rasulullah (Nabi Palsu Musailamah Al-Kazab)."

Ekspedisi ke utara

Setelah menstabilkan kondisi internal dan secara penuh menguasai Arab, Sisa dari pembakaran Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.

Qur'an

Sisa dari pembakaran Bakar juga memerankan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dituturkan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Sisa dari pembakaran Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka yang belakang sekali disimpan oleh Sisa dari pembakaran Bakar. setelah Sisa dari pembakaran Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan yang belakang sekali disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Yang belakang sekali pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an yang dikenal saat ini.

Kematian

Sisa dari pembakaran Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Sisa dari pembakaran Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di tidak jauh masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad.

Referensi

  1. ^ Dakwahnya Nabi saw kepada Abubakar,Malaulana Yusufrah,menulis, Diriwayatkan oleh Sisa dari pembakaran Hasan Al-Athrabulusi ,sebagaimana diistilahkan dalam Al-Bidayah .3/29 dari Aisyah r.ha,ia berkata_Semenjak zaman jahiliyah ,Abubakar adalah kawan Rasulullah saw. Pada suatu hari ,dia akan menemui Rosulullah saw,ketika berjumpa dengan Rosulullah saw ,dia berkata_Wahai Abul Qosim(panggilan Nabi), telah tersedia apa denganmu ,sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang -orang menuduh bahwa engkau telah bercakap buruk tentang nenek moyangmu dan lain lain lagi?,Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya diri sendiri adalah utusan Allah swt dan diri sendiri mengajak kamu kepada Allah swt.,setelah berhenti Rosulullah saw bercakap ,Sisa dari pembakaran Bakar pun langsung masuk Islam.Melihat keislamannya itu dia gembira sekali ,tidak telah tersedia seorangpun yang telah tersedia di sela kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan dia.Yang belakang sekali Abubakar menemui Utsman bin Affan,Thalhah bin Ubaidillah,Zubair bin Awwam,dan Saad bin Abi Waqas r.hum,mengajak mereka untuk masuk Islam.Lalu,merekapun masuk Islam.Hari berikutnya Sisa dari pembakaran bakar menemui Utsman bin Mazhum,Sisa dari pembakaran Ubaidah bin Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Sisa dari pembakaran Salamah bin Abdul Saad,dan Arqam bin Abil Arqam r.hum,juga mengajak mereka untuk masuk Islam,dan mereka semua juga masuk Islam.

hgukjykiylijhloi8;poi[


edunitas.com


Page 4

Imam Sisa dari pembakaran Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16 Syawal 275 H; umur 70–71 tahun) adalah salah seorang perawi hadits, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan Sisa dari pembakaran Dawud. Nama lengkapnya adalah Sisa dari pembakaran Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Sbg mengumpulkan hadits, dia pergi ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang sangat lapang perjalanannya.

Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga adalah sahabat perjalanan dia dalam menuntut hadits dari para ulama pandai hadits.

Sisa dari pembakaran Dawud sudah berkecimpung dalam ronde hadits semenjak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: "Diri sendiri menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".[1] Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistaan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.

Sesudah dia masuk kota Baghdad, dia dimohon oleh Amir Sisa dari pembakaran Ahmad Al Muwaffaq sbg tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tidak membuat dia selesai dalam mencari hadits.

Guru

Kemudian mengunjungi beragam negeri sbg memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di antara guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Sisa dari pembakaran Amr adh-Dhariri, Sisa dari pembakaran Walid ath-Thayalisi, Sisa dari pembakaran Zakariya Yahya bin Ma'in, Sisa dari pembakaran Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Sisa dari pembakaran Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.

Murid

Demikian pula murid-murid dia cukup banyak ditengahnya, yaitu:

  1. Imam Turmudzi
  2. Imam Nasa'i
  3. Sisa dari pembakaran Ubaid Al Ajury
  4. Sisa dari pembakaran Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
  5. Sisa dari pembakaran `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari beliau).
  6. Sisa dari pembakaran Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
  7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
  8. Sisa dari pembakaran Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
  9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
  10. Sisa dari pembakaran Bakr Ibnu Abi Dunya.
  11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
  12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari beliau).
  13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
  14. Sisa dari pembakaran `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
  15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari beliau).

Penyusunan Sunan Sisa dari pembakaran Dawud

Imam Sisa dari pembakaran Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, berlaku himpunan hadits-nya berfokus murni pada hadits tentang syariat. Setiap hadits dalam himpunannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur'an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad sbg meminta saran perbaikan.

Kitab Sunan Sisa dari pembakaran Dawud diakui oleh mayoritas alam Muslim sbg salah satu kitab hadits yang sangat autentik. Namun, dikenal bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah (yang beberapa ditandai dia, beberapa tidak).

Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari dia, di antaranya Imam Turmudzi dan Imam Nasa'i. Al Khatoby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan pokoknya kebanyakan berisi fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul A'raby berucap, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur'an dan kitab "Sunan Sisa dari pembakaran Dawud", karenanya dia tidak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Imam Al-Ghazali juga menyebut bahwa kitab "Sunan Sisa dari pembakaran Dawud" sudah cukup untuk seorang mujtahid sbg menjadi landasan hukum.

Dia adalah imam dari imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota mengembangnya kumpulan Qadariyah,demikian juga mengembang disana pemikiran Khowarij, Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dsb-nyanya, tetapi walaupun demikian dia tetap dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan beliaupun membantah Qadariyah dengan kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang menyimpang dari kesucian segala sesuatu yang diajarkan Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah. Karenanya tentang hal itu dapat diamati pada kitabnya As Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji'ah dan Mu'tazilah.

Dia wafat di kota Bashroh tanggal 16 Syawal 275 H dan disholatkan janazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al Haasyimy.

Lihat juga

  • Hadits
  • Sunan Sisa dari pembakaran Dawud

Catatan

  1. ^ (Arab) Tarikh Al-Baghdadi (IX/56).

Biografi Imam Sisa dari pembakaran Dawud

Dia lahir sbg seorang pandai urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur hendak kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika mengkritik sejumlah hadits yang berkenaan dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sejumlah karyanya, seperti Sunan Sisa dari pembakaran Dawud.

Al-Imam al-Muhaddist Sisa dari pembakaran Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.

Sepanjang sejarah telah muncul para pandai hadist yang berupaya menggali definisi hadist dalam beragam sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berlainan, sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan untuk generasi berikutnya guna memahami as-Sunnah dengan berpihak kepada yang benar dan mempunyai.

Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan dan menyelaraskan di antara hadits yang tampak saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan sbg menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Sisa dari pembakaran Muhammad bin Qutaibah (wafat 267 H) dengan kitab dia Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits telah membatah habis pandangan kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan rasio mereka.

Berikutnya upaya sbg memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang adalah hadits palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Sisa dari pembakaran Dawud yaitu sunan Sisa dari pembakaran Dawud. Kitab ini berisi 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.

Dia sudah berkecimpung dalam ronde hadits semenjak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi beragam negeri sbg memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Ditengah guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Sisa dari pembakaran Amr adh-Dhariri, Sisa dari pembakaran Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Sisa dari pembakaran Zakariya Yahya bin Ma’in, Sisa dari pembakaran Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Sisa dari pembakaran Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan sbgnya.

Sbg pandai hukum, Sisa dari pembakaran Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah kondisi seorang mukmin itu menjadi mukmin, sampai dia ridho terhadap saudaranya apa yang dia ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan di antara keduanya adalah syubhat.

Dia membuat karya-karya yang bernilai, berpihak kepada yang benar dalam ronde fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang sangat banyak menarik perhatian, dan adalah salah satu di antara kompilasi hadits hukum yang sangat menonjol ketika ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Sisa dari pembakaran Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang dapat menjadi hukum di antara pandai Islam, karenanya kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya dia telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus struktur, serta mengaturnya dengan sebaik-baik perkiraan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sejumlah hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya.

Pustaka

  • (Inggris) Introduction to Partial Translation of Sunan Abu-Dawud
  • (Indonesia) Al-Imam Al-Muhaddist Sisa dari pembakaran Dawud

edunitas.com


Page 5

Tags (tagged): imam abu hanifah, unkris, imam, abu, hanifah, abu hanifah, agama islam tradisi, hanafi minat, utama, hukum islam gagasan, mahan at, taymi, bahasa arab lebih, dikenal nama, ab, an, tabi in, generasi setelah, sahabat, nabi karena dia, pernah, berdasarkan, kelompok, kelompok berawal dari, kesucian, center, of, studies biography of, one of, the, four great imaams, i the, conclusive, imam abu


Page 6

Tags (tagged): imam abu hanifah, unkris, imam, abu, hanifah, abu hanifah, arab lebih dikenal, nama ab, an, fah bahasa arab, lahir, merupakan, seorang, tabi in generasi, setelah sahabat, 3, imam hanafi disebutkan, sebagai tokoh, pertama, kali, ulama ulama, sesudahnya seperti, malik, bin anas imam, syafi i, center, of studies from, god shah, wali, allah of delhi, s hujjat, allah, al imam abu, imam abu


Page 7

Tags (tagged): abu hanifah, unkris, arab lebih, dikenal, nama ab an, fah bahasa, arab, lahir, merupakan seorang, tabi in, generasi, setelah sahabat, 3, imam hanafi, disebutkan, sebagai tokoh pertama, kali, ulama, sesudahnya seperti malik, bin anas, imam, syafi i, pusat, ilmu pengetahuan, from, god shah wali, allah of, delhi, s hujjat allah, al abu, hanifah, abu


Page 8

Tags (tagged): abu hanifah, unkris, agama islam, tradisi, hanafi minat utama, hukum islam, gagasan, mahan at taymi, bahasa arab, lebih, dikenal nama ab, an, tabi, in, generasi setelah sahabat, nabi karena, dia, pernah, berdasarkan kelompok, kelompok berawal, dari, kesucian, pusat ilmu, pengetahuan biography, of, one of the, four great, imaams, i the conclusive, abu, hanifah


Page 9

Imam Sisa dari pembakaran Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16 Syawal 275 H; umur 70–71 tahun) adalah salah seorang perawi hadits, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan Sisa dari pembakaran Dawud. Nama lengkapnya adalah Sisa dari pembakaran Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Sbg mengumpulkan hadits, dia pergi ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang sangat lapang perjalanannya.

Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga adalah sahabat perjalanan dia dalam menuntut hadits dari para ulama pandai hadits.

Sisa dari pembakaran Dawud sudah berkecimpung dalam ronde hadits semenjak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: "Diri sendiri menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".[1] Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistaan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.

Sesudah dia masuk kota Baghdad, dia dimohon oleh Amir Sisa dari pembakaran Ahmad Al Muwaffaq sbg tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tidak membuat dia selesai dalam mencari hadits.

Guru

Kemudian mengunjungi beragam negeri sbg memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di antara guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Sisa dari pembakaran Amr adh-Dhariri, Sisa dari pembakaran Walid ath-Thayalisi, Sisa dari pembakaran Zakariya Yahya bin Ma'in, Sisa dari pembakaran Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Sisa dari pembakaran Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.

Murid

Demikian pula murid-murid dia cukup banyak ditengahnya, yaitu:

  1. Imam Turmudzi
  2. Imam Nasa'i
  3. Sisa dari pembakaran Ubaid Al Ajury
  4. Sisa dari pembakaran Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
  5. Sisa dari pembakaran `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari beliau).
  6. Sisa dari pembakaran Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
  7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
  8. Sisa dari pembakaran Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
  9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
  10. Sisa dari pembakaran Bakr Ibnu Abi Dunya.
  11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
  12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari beliau).
  13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
  14. Sisa dari pembakaran `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
  15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari beliau).

Penyusunan Sunan Sisa dari pembakaran Dawud

Imam Sisa dari pembakaran Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, berlaku himpunan hadits-nya berfokus murni pada hadits tentang syariat. Setiap hadits dalam himpunannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur'an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad sbg meminta saran perbaikan.

Kitab Sunan Sisa dari pembakaran Dawud diakui oleh mayoritas alam Muslim sbg salah satu kitab hadits yang sangat autentik. Namun, dikenal bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah (yang beberapa ditandai dia, beberapa tidak).

Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari dia, di antaranya Imam Turmudzi dan Imam Nasa'i. Al Khatoby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan pokoknya kebanyakan berisi fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul A'raby berucap, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur'an dan kitab "Sunan Sisa dari pembakaran Dawud", karenanya dia tidak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Imam Al-Ghazali juga menyebut bahwa kitab "Sunan Sisa dari pembakaran Dawud" sudah cukup untuk seorang mujtahid sbg menjadi landasan hukum.

Dia adalah imam dari imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota mengembangnya kumpulan Qadariyah,demikian juga mengembang disana pemikiran Khowarij, Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dsb-nyanya, tetapi walaupun demikian dia tetap dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan beliaupun membantah Qadariyah dengan kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang menyimpang dari kesucian segala sesuatu yang diajarkan Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah. Karenanya tentang hal itu dapat diamati pada kitabnya As Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji'ah dan Mu'tazilah.

Dia wafat di kota Bashroh tanggal 16 Syawal 275 H dan disholatkan janazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al Haasyimy.

Lihat juga

  • Hadits
  • Sunan Sisa dari pembakaran Dawud

Catatan

  1. ^ (Arab) Tarikh Al-Baghdadi (IX/56).

Biografi Imam Sisa dari pembakaran Dawud

Dia lahir sbg seorang pandai urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur hendak kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika mengkritik sejumlah hadits yang berkenaan dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sejumlah karyanya, seperti Sunan Sisa dari pembakaran Dawud.

Al-Imam al-Muhaddist Sisa dari pembakaran Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.

Sepanjang sejarah telah muncul para pandai hadist yang berupaya menggali definisi hadist dalam beragam sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berlainan, sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan untuk generasi berikutnya guna memahami as-Sunnah dengan berpihak kepada yang benar dan mempunyai.

Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan dan menyelaraskan di antara hadits yang tampak saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan sbg menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Sisa dari pembakaran Muhammad bin Qutaibah (wafat 267 H) dengan kitab dia Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits telah membatah habis pandangan kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan rasio mereka.

Berikutnya upaya sbg memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang adalah hadits palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Sisa dari pembakaran Dawud yaitu sunan Sisa dari pembakaran Dawud. Kitab ini berisi 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.

Dia sudah berkecimpung dalam ronde hadits semenjak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi beragam negeri sbg memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Ditengah guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Sisa dari pembakaran Amr adh-Dhariri, Sisa dari pembakaran Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Sisa dari pembakaran Zakariya Yahya bin Ma’in, Sisa dari pembakaran Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Sisa dari pembakaran Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan sbgnya.

Sbg pandai hukum, Sisa dari pembakaran Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah kondisi seorang mukmin itu menjadi mukmin, sampai dia ridho terhadap saudaranya apa yang dia ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan di antara keduanya adalah syubhat.

Dia membuat karya-karya yang bernilai, berpihak kepada yang benar dalam ronde fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang sangat banyak menarik perhatian, dan adalah salah satu di antara kompilasi hadits hukum yang sangat menonjol ketika ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Sisa dari pembakaran Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang dapat menjadi hukum di antara pandai Islam, karenanya kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya dia telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus struktur, serta mengaturnya dengan sebaik-baik perkiraan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sejumlah hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya.

Pustaka

  • (Inggris) Introduction to Partial Translation of Sunan Abu-Dawud
  • (Indonesia) Al-Imam Al-Muhaddist Sisa dari pembakaran Dawud

edunitas.com


Page 10

Imam Sisa dari pembakaran Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16 Syawal 275 H; umur 70–71 tahun) adalah salah seorang perawi hadits, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan Sisa dari pembakaran Dawud. Nama lengkapnya adalah Sisa dari pembakaran Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Sbg mengumpulkan hadits, dia pergi ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang sangat lapang perjalanannya.

Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga adalah sahabat perjalanan dia dalam menuntut hadits dari para ulama pandai hadits.

Sisa dari pembakaran Dawud sudah berkecimpung dalam ronde hadits semenjak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: "Diri sendiri menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".[1] Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistaan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.

Sesudah dia masuk kota Baghdad, dia dimohon oleh Amir Sisa dari pembakaran Ahmad Al Muwaffaq sbg tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tidak membuat dia selesai dalam mencari hadits.

Guru

Kemudian mengunjungi beragam negeri sbg memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di antara guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Sisa dari pembakaran Amr adh-Dhariri, Sisa dari pembakaran Walid ath-Thayalisi, Sisa dari pembakaran Zakariya Yahya bin Ma'in, Sisa dari pembakaran Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Sisa dari pembakaran Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.

Murid

Demikian pula murid-murid dia cukup banyak ditengahnya, yaitu:

  1. Imam Turmudzi
  2. Imam Nasa'i
  3. Sisa dari pembakaran Ubaid Al Ajury
  4. Sisa dari pembakaran Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
  5. Sisa dari pembakaran `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari beliau).
  6. Sisa dari pembakaran Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
  7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
  8. Sisa dari pembakaran Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
  9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
  10. Sisa dari pembakaran Bakr Ibnu Abi Dunya.
  11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
  12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari beliau).
  13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
  14. Sisa dari pembakaran `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
  15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari beliau).

Penyusunan Sunan Sisa dari pembakaran Dawud

Imam Sisa dari pembakaran Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, berlaku himpunan hadits-nya berfokus murni pada hadits tentang syariat. Setiap hadits dalam himpunannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur'an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad sbg meminta saran perbaikan.

Kitab Sunan Sisa dari pembakaran Dawud diakui oleh mayoritas alam Muslim sbg salah satu kitab hadits yang sangat autentik. Namun, dikenal bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah (yang beberapa ditandai dia, beberapa tidak).

Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari dia, di antaranya Imam Turmudzi dan Imam Nasa'i. Al Khatoby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan pokoknya kebanyakan berisi fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul A'raby berucap, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur'an dan kitab "Sunan Sisa dari pembakaran Dawud", karenanya dia tidak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Imam Al-Ghazali juga menyebut bahwa kitab "Sunan Sisa dari pembakaran Dawud" sudah cukup untuk seorang mujtahid sbg menjadi landasan hukum.

Dia adalah imam dari imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota mengembangnya kumpulan Qadariyah,demikian juga mengembang disana pemikiran Khowarij, Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dsb-nyanya, tetapi walaupun demikian dia tetap dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan beliaupun membantah Qadariyah dengan kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang menyimpang dari kesucian segala sesuatu yang diajarkan Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah. Karenanya tentang hal itu dapat diamati pada kitabnya As Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji'ah dan Mu'tazilah.

Dia wafat di kota Bashroh tanggal 16 Syawal 275 H dan disholatkan janazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al Haasyimy.

Lihat juga

  • Hadits
  • Sunan Sisa dari pembakaran Dawud

Catatan

  1. ^ (Arab) Tarikh Al-Baghdadi (IX/56).

Biografi Imam Sisa dari pembakaran Dawud

Dia lahir sbg seorang pandai urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur hendak kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika mengkritik sejumlah hadits yang berkenaan dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sejumlah karyanya, seperti Sunan Sisa dari pembakaran Dawud.

Al-Imam al-Muhaddist Sisa dari pembakaran Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.

Sepanjang sejarah telah muncul para pandai hadist yang berupaya menggali definisi hadist dalam beragam sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berlainan, sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan untuk generasi berikutnya guna memahami as-Sunnah dengan berpihak kepada yang benar dan mempunyai.

Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan dan menyelaraskan di antara hadits yang tampak saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan sbg menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Sisa dari pembakaran Muhammad bin Qutaibah (wafat 267 H) dengan kitab dia Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits telah membatah habis pandangan kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan rasio mereka.

Berikutnya upaya sbg memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang adalah hadits palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Sisa dari pembakaran Dawud yaitu sunan Sisa dari pembakaran Dawud. Kitab ini berisi 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.

Dia sudah berkecimpung dalam ronde hadits semenjak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi beragam negeri sbg memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Ditengah guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Sisa dari pembakaran Amr adh-Dhariri, Sisa dari pembakaran Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Sisa dari pembakaran Zakariya Yahya bin Ma’in, Sisa dari pembakaran Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Sisa dari pembakaran Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan sbgnya.

Sbg pandai hukum, Sisa dari pembakaran Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah kondisi seorang mukmin itu menjadi mukmin, sampai dia ridho terhadap saudaranya apa yang dia ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan di antara keduanya adalah syubhat.

Dia membuat karya-karya yang bernilai, berpihak kepada yang benar dalam ronde fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang sangat banyak menarik perhatian, dan adalah salah satu di antara kompilasi hadits hukum yang sangat menonjol ketika ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Sisa dari pembakaran Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang dapat menjadi hukum di antara pandai Islam, karenanya kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya dia telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus struktur, serta mengaturnya dengan sebaik-baik perkiraan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sejumlah hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya.

Pustaka

  • (Inggris) Introduction to Partial Translation of Sunan Abu-Dawud
  • (Indonesia) Al-Imam Al-Muhaddist Sisa dari pembakaran Dawud

edunitas.com


Page 11

Imam Sisa dari pembakaran Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16 Syawal 275 H; umur 70–71 tahun) adalah salah seorang perawi hadits, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan Sisa dari pembakaran Dawud. Nama lengkapnya adalah Sisa dari pembakaran Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Sbg mengumpulkan hadits, dia pergi ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang sangat lapang perjalanannya.

Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga adalah sahabat perjalanan dia dalam menuntut hadits dari para ulama pandai hadits.

Sisa dari pembakaran Dawud sudah berkecimpung dalam ronde hadits semenjak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: "Diri sendiri menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".[1] Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistaan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.

Sesudah dia masuk kota Baghdad, dia dimohon oleh Amir Sisa dari pembakaran Ahmad Al Muwaffaq sbg tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tidak membuat dia selesai dalam mencari hadits.

Guru

Kemudian mengunjungi beragam negeri sbg memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di antara guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Sisa dari pembakaran Amr adh-Dhariri, Sisa dari pembakaran Walid ath-Thayalisi, Sisa dari pembakaran Zakariya Yahya bin Ma'in, Sisa dari pembakaran Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Sisa dari pembakaran Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.

Murid

Demikian pula murid-murid dia cukup banyak ditengahnya, yaitu:

  1. Imam Turmudzi
  2. Imam Nasa'i
  3. Sisa dari pembakaran Ubaid Al Ajury
  4. Sisa dari pembakaran Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
  5. Sisa dari pembakaran `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari beliau).
  6. Sisa dari pembakaran Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
  7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
  8. Sisa dari pembakaran Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
  9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
  10. Sisa dari pembakaran Bakr Ibnu Abi Dunya.
  11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
  12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari beliau).
  13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
  14. Sisa dari pembakaran `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
  15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari beliau).

Penyusunan Sunan Sisa dari pembakaran Dawud

Imam Sisa dari pembakaran Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, berlaku himpunan hadits-nya berfokus murni pada hadits tentang syariat. Setiap hadits dalam himpunannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur'an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad sbg meminta saran perbaikan.

Kitab Sunan Sisa dari pembakaran Dawud diakui oleh mayoritas alam Muslim sbg salah satu kitab hadits yang sangat autentik. Namun, dikenal bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah (yang beberapa ditandai dia, beberapa tidak).

Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari dia, di antaranya Imam Turmudzi dan Imam Nasa'i. Al Khatoby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan pokoknya kebanyakan berisi fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul A'raby berucap, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur'an dan kitab "Sunan Sisa dari pembakaran Dawud", karenanya dia tidak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Imam Al-Ghazali juga menyebut bahwa kitab "Sunan Sisa dari pembakaran Dawud" sudah cukup untuk seorang mujtahid sbg menjadi landasan hukum.

Dia adalah imam dari imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota mengembangnya kumpulan Qadariyah,demikian juga mengembang disana pemikiran Khowarij, Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dsb-nyanya, tetapi walaupun demikian dia tetap dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan beliaupun membantah Qadariyah dengan kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang menyimpang dari kesucian segala sesuatu yang diajarkan Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah. Karenanya tentang hal itu dapat diamati pada kitabnya As Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji'ah dan Mu'tazilah.

Dia wafat di kota Bashroh tanggal 16 Syawal 275 H dan disholatkan janazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al Haasyimy.

Lihat juga

  • Hadits
  • Sunan Sisa dari pembakaran Dawud

Catatan

  1. ^ (Arab) Tarikh Al-Baghdadi (IX/56).

Biografi Imam Sisa dari pembakaran Dawud

Dia lahir sbg seorang pandai urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur hendak kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika mengkritik sejumlah hadits yang berkenaan dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sejumlah karyanya, seperti Sunan Sisa dari pembakaran Dawud.

Al-Imam al-Muhaddist Sisa dari pembakaran Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.

Sepanjang sejarah telah muncul para pandai hadist yang berupaya menggali definisi hadist dalam beragam sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berlainan, sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan untuk generasi berikutnya guna memahami as-Sunnah dengan berpihak kepada yang benar dan mempunyai.

Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan dan menyelaraskan di antara hadits yang tampak saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan sbg menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Sisa dari pembakaran Muhammad bin Qutaibah (wafat 267 H) dengan kitab dia Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits telah membatah habis pandangan kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan rasio mereka.

Berikutnya upaya sbg memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang adalah hadits palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Sisa dari pembakaran Dawud yaitu sunan Sisa dari pembakaran Dawud. Kitab ini berisi 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.

Dia sudah berkecimpung dalam ronde hadits semenjak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi beragam negeri sbg memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Ditengah guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Sisa dari pembakaran Amr adh-Dhariri, Sisa dari pembakaran Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Sisa dari pembakaran Zakariya Yahya bin Ma’in, Sisa dari pembakaran Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Sisa dari pembakaran Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan sbgnya.

Sbg pandai hukum, Sisa dari pembakaran Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat; tidaklah kondisi seorang mukmin itu menjadi mukmin, sampai dia ridho terhadap saudaranya apa yang dia ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan di antara keduanya adalah syubhat.

Dia membuat karya-karya yang bernilai, berpihak kepada yang benar dalam ronde fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang sangat banyak menarik perhatian, dan adalah salah satu di antara kompilasi hadits hukum yang sangat menonjol ketika ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Sisa dari pembakaran Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang dapat menjadi hukum di antara pandai Islam, karenanya kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya dia telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus struktur, serta mengaturnya dengan sebaik-baik perkiraan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sejumlah hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya.

Pustaka

  • (Inggris) Introduction to Partial Translation of Sunan Abu-Dawud
  • (Indonesia) Al-Imam Al-Muhaddist Sisa dari pembakaran Dawud

edunitas.com


Page 12

Sisa dari pembakaran Bakar (bahasa Arab: أبو بكر الصديق, Sisa dari pembakaran Bakr ash-Shiddiq) (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Kesudahan 13 H) termasuk di selang mereka yang sangat permulaan memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad wafat, Sisa dari pembakaran Bakar dihasilkan bentuk sebagai khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 sampai tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, beliau adalah satu di selang empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi segala sesuatu yang diajarkan. .


Sisa dari pembakaran Bakar Ash-Shidiq Nama komplitnya adalah 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari sisa dari pembakaran Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.

Sisa dari pembakaran Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang yang belakang sekali diubah oleh Muhammad dihasilkan bentuk sebagai Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berucap benar') setelah Sisa dari pembakaran Bakar membenarkan peristiwa Isra Miraj yang dinyatakan oleh Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga beliau bertambah diketahui dengan nama "Sisa dari pembakaran Bakar ash-Shiddiq".

Permulaan kehidupan Sisa dari pembakaran Bakar Ash-Shiddiq

Sisa dari pembakaran Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan di kota Mekah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat beliau adalah seorang pedagang, hakim dengan posisi tinggi, seorang yang terpelajar, serta dipercaya sbg orang yang bisa menafsirkan mimpi.

Era bersama Nabi

Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, beliau pindah dan hidup bersama Sisa dari pembakaran Bakar. Waktu itu Muhammad dihasilkan bentuk sebagai tetangga Sisa dari pembakaran Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan mewah. Sejak waktu itu mereka bersahabatan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan pakar dagangan.

Memeluk Islam

Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada perorangan, dituliskan bahwa Sisa dari pembakaran bakar masuk Islam setelah diajak oleh Nabi[1] Abubakar yang belakang sekali [dakwah|mendakwahkan] nasihat Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.

Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sbg agama sehingga Sisa dari pembakaran Bakar menceraikannya. Istrinya lainnya, Um Ruman, dihasilkan bentuk sebagai Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman bin Sisa dari pembakaran Bakar, sehingga beliau dan 'Abd Rahman berpisah.

Penyiksaan oleh Quraisy

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada saat permulaan. Beliau juga mengalami penyiksaan yang diterapkan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak kebanyakan masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Sisa dari pembakaran Bakar membebaskan para budak tersebut dengan memperagakan pembeliannya dari tuannya yang belakang sekali memberinya kemerdekaan.

Ketika peristiwa Hijrah, waktu Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Sisa dari pembakaran Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Sisa dari pembakaran Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa waktu setelah Hijrah.

Selama saat sakit Rasulullah SAW waktu menjelang wafat, dinyatakan bahwa Sisa dari pembakaran Bakar ditunjuk kepada dihasilkan bentuk sebagai imam salat menggantikannya, jumlah yang menganggap ini sbg indikasi bahwa Sisa dari pembakaran Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya, diterapkan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhir-akhirnya menghasilkan penunjukan Sisa dari pembakaran Bakar sbg pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun ((632)) M.

Apa yang terjadi waktu musyawarah tersebut dihasilkan bentuk sebagai sumber perdebatan. Penunjukan Sisa dari pembakaran Bakar sbg khalifah adalah subyek kontroversial dan dihasilkan bentuk sebagai sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah dihasilkan bentuk sebagai kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu segi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang dihasilkan bentuk sebagai pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak kepada menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah kepada penunjukan pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lainnya, tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan lagi pula masalah kepemimpinan umat terahir. Jumlah hadits yang dihasilkan bentuk sebagai referensi dari kaum Sunni maupun Syi'ah mengenai siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran gagasan masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal mencetuskan kesetiaannya (berbai'at) kepada Sisa dari pembakaran Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sbg pernyataan yang antusias dan Ali dihasilkan bentuk sebagai pendukung setia Sisa dari pembakaran Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali memperagakan baiat tersebut secara pro forma, mengingat beliau berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu beliau menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.

Teks tebal== Perang Ridda == Segera setelah suksesi Sisa dari pembakaran Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam waktu itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang mempunyai. Beberapa di selangnya menolak membayar zakat meskipun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa lainnya kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlangsung lagi. Sesuai hal ini Sisa dari pembakaran Bakar mencetuskan perang terhadap mereka yang diketahui dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan paling akbar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang bertambah diketahui dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sbg nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Pasukan Musailamah yang belakang sekali dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang dimerdekakan oleh Hindun istri Sisa dari pembakaran Sufyan karena telah sukses membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi yang belakang sekali bertaubat dan memeluk Islam serta mengakui kekeliruannya atas pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah berucap, "Dahulu diri sendiri membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini diri sendiri telah membunuh orang yang sangat dibenci Rasulullah (Nabi Palsu Musailamah Al-Kazab)."

Ekspedisi ke utara

Setelah menstabilkan situasi internal dan secara penuh merebut Arab, Sisa dari pembakaran Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.

Qur'an

Sisa dari pembakaran Bakar juga memerankan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dinyatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit waktu melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, jumlah para penghafal Al Qur'an yang turut tewas dalam pertempuran. Umar lantas berkeinginan Sisa dari pembakaran Bakar kepada mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang mempunyai pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah komplit penulisan ini maka yang belakang sekali disimpan oleh Sisa dari pembakaran Bakar. setelah Sisa dari pembakaran Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan yang belakang sekali disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Yang belakang sekali pada saat pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini dihasilkan bentuk sebagai landasan penulisan teks al Qur'an yang diketahui waktu ini.

Kematian

Sisa dari pembakaran Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Sisa dari pembakaran Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad.

Referensi

  1. ^ Dakwahnya Nabi saw kepada Abubakar,Malaulana Yusufrah,menulis, Diriwayatkan oleh Sisa dari pembakaran Hasan Al-Athrabulusi ,sebagaimana dinyatakan dalam Al-Bidayah .3/29 dari Aisyah r.ha,ia berkata_Sejak zaman jahiliyah ,Abubakar adalah kawan Rasulullah saw. Pada suatu hari ,dia ingin menemui Rosulullah saw,ketika bertemu dengan Rosulullah saw ,dia berkata_Wahai Abul Qosim(panggilan Nabi), mempunyai apa denganmu ,sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang -orang menuduh bahwa engkau telah berucap buruk mengenai nenek moyangmu dan lain lain lagi?,Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya diri sendiri adalah utusan Allah swt dan diri sendiri mengajak kamu kepada Allah swt.,setelah mandek Rosulullah saw berucap ,Sisa dari pembakaran Bakar pun langsung masuk Islam.Melihat keislamannya itu dia gembira sekali ,tidak mempunyai seorangpun yang mempunyai di selang kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan dia.Yang belakang sekali Abubakar menemui Utsman bin Affan,Thalhah bin Ubaidillah,Zubair bin Awwam,dan Saad bin Abi Waqas r.hum,mengajak mereka kepada masuk Islam.Lalu,merekapun masuk Islam.Hari selanjutnya Sisa dari pembakaran bakar menemui Utsman bin Mazhum,Sisa dari pembakaran Ubaidah bin Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Sisa dari pembakaran Salamah bin Abdul Saad,dan Arqam bin Abil Arqam r.hum,juga mengajak mereka kepada masuk Islam,dan mereka semua juga masuk Islam.

hgukjykiylijhloi8;poi[


edunitas.com


Page 13

Abu Bakar (bahasa Arab: أبو بكر الصديق, Abu Bakr ash-Shiddiq) (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Kesudahan 13 H) termasuk di selang mereka yang paling permulaan memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar dihasilkan bentuk sebagai khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 sampai tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, beliau adalah satu di selang empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi ajaran. .


Abu Bakar Ash-Shidiq Nama komplitnya adalah 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.

Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Muhammad dihasilkan bentuk sebagai Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berucap benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Miraj yang dinyatakan oleh Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga beliau bertambah diketahui dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".

Permulaan kehidupan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan di kota Mekah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat beliau adalah seorang pedagang, hakim dengan posisi tinggi, seorang yang terpelajar, serta dipercaya sbg orang yang bisa menafsirkan mimpi.

Era bersama Nabi

Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, beliau pindah dan hidup bersama Abu Bakar. Waktu itu Muhammad dihasilkan bentuk sebagai tetangga Abu Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan mewah. Sejak waktu itu mereka bersahabatan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan pakar dagangan.

Memeluk Islam

Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada perorangan, dituliskan bahwa Abu bakar masuk Islam setelah diajak oleh Nabi[1] Abubakar kemudian [dakwah|mendakwahkan] nasihat Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.

Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sbg agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya lainnya, Um Ruman, dihasilkan bentuk sebagai Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman bin Abu Bakar, sehingga beliau dan 'Abd Rahman berpisah.

Penyiksaan oleh Quraisy

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada saat permulaan. Beliau juga mengalami penyiksaan yang diterapkan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan memainkan pembeliannya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.

Ketika peristiwa Hijrah, waktu Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa waktu setelah Hijrah.

Selama saat sakit Rasulullah SAW waktu menjelang wafat, dinyatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk dihasilkan bentuk sebagai imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sbg indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya, diterapkan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhir-akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sbg pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun ((632)) M.

Apa yang terjadi waktu musyawarah tersebut dihasilkan bentuk sebagai sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sbg khalifah adalah subyek kontroversial dan dihasilkan bentuk sebagai sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah dihasilkan bentuk sebagai kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu segi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang dihasilkan bentuk sebagai pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dan lain-lainnya, tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan lebih-lebih masalah kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits yang dihasilkan bentuk sebagai referensi dari kaum Sunni maupun Syi'ah mengenai siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran gagasan masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sbg pernyataan yang antusias dan Ali dihasilkan bentuk sebagai pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali memainkan baiat tersebut secara pro forma, mengingat beliau berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu beliau menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.

Teks tebal== Perang Ridda == Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam waktu itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang mempunyai. Beberapa di selangnya menolak membayar zakat meskipun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa lainnya kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlangsung lagi. Sesuai hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang diketahui dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang bertambah diketahui dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sbg nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang dimerdekakan oleh Hindun istri Abu Sufyan karena telah sukses membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan memeluk Islam serta mengakui kekeliruannya atas pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah berucap, "Dahulu diri sendiri membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini diri sendiri telah membunuh orang yang sangat dibenci Rasulullah (Nabi Palsu Musailamah Al-Kazab)."

Ekspedisi ke utara

Setelah menstabilkan situasi internal dan secara penuh merebut Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.

Qur'an

Abu Bakar juga memerankan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dinyatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit waktu melawan Musailamah al-kadzab dalam perang Riddah, banyak para penghafal Al Qur'an yang turut tewas dalam pertempuran. Umar lantas berkeinginan Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang mempunyai pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah komplit penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada saat pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini dihasilkan bentuk sebagai landasan penulisan teks al Qur'an yang diketahui waktu ini.

Kematian

Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad.

Referensi

  1. ^ Dakwahnya Nabi saw kepada Abubakar,Malaulana Yusufrah,menulis, Diriwayatkan oleh Abu Hasan Al-Athrabulusi ,sebagaimana dinyatakan dalam Al-Bidayah .3/29 dari Aisyah r.ha,ia berkata_Sejak zaman jahiliyah ,Abubakar adalah kawan Rasulullah saw. Pada suatu hari ,dia ingin menemui Rosulullah saw,ketika bertemu dengan Rosulullah saw ,dia berkata_Wahai Abul Qosim(panggilan Nabi), mempunyai apa denganmu ,sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang -orang menuduh bahwa engkau telah berucap buruk mengenai nenek moyangmu dan lain lain lagi?,Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya diri sendiri adalah utusan Allah swt dan diri sendiri mengajak kamu kepada Allah swt.,setelah mandek Rosulullah saw berucap ,Abu Bakar pun langsung masuk Islam.Melihat keislamannya itu dia gembira sekali ,tidak mempunyai seorangpun yang mempunyai di selang kedua gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan dia.Kemudian Abubakar menemui Utsman bin Affan,Thalhah bin Ubaidillah,Zubair bin Awwam,dan Saad bin Abi Waqas r.hum,mengajak mereka untuk masuk Islam.Lalu,merekapun masuk Islam.Hari selanjutnya Abu bakar menemui Utsman bin Mazhum,Abu Ubaidah bin Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Abu Salamah bin Abdul Saad,dan Arqam bin Abil Arqam r.hum,juga mengajak mereka untuk masuk Islam,dan mereka semua juga masuk Islam.

hgukjykiylijhloi8;poi[


edunitas.com


Page 14

Imam Debu Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16 Syawal 275 H; umur 70–71 tahun) adalah salah seorang perawi hadits, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800 di selanya dalam kitab Sunan Debu Dawud. Nama lengkapnya adalah Debu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Untuk mengumpulkan hadits, dia bepergian ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang paling luas perjalanannya.

Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan kenalan perjalanan dia dalam menuntut hadits dari para ulama berbakat hadits.

Debu Dawud sudah berkecimpung dalam bagian hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah benar di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: "Aku menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".[1] Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistaan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.

Setelah dia masuk kota Baghdad, dia dimohon oleh Amir Debu Ahmad Al Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tak membuat dia beristirahat dalam mencari hadits.

Guru

Kemudian mengunjungi beragam negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di sela guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Debu Amr adh-Dhariri, Debu Walid ath-Thayalisi, Debu Zakariya Yahya bin Ma'in, Debu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Debu Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.

Murid

Demikian pula murid-murid dia cukup banyak diantaranya, yaitu:

  1. Imam Turmudzi
  2. Imam Nasa'i
  3. Debu Ubaid Al Ajury
  4. Debu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
  5. Debu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari beliau).
  6. Debu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
  7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
  8. Debu Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
  9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
  10. Debu Bakr Ibnu Abi Dunya.
  11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
  12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari beliau).
  13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
  14. Debu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
  15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari beliau).

Penyusunan Sunan Debu Dawud

Imam Debu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, jadi himpunan hadits-nya berfokus murni pada hadits tentang syariat. Setiap hadits dalam himpunannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur'an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran perbaikan.

Kitab Sunan Debu Dawud diakui oleh mayoritas dunia Muslim sbg salah satu kitab hadits yang paling autentik. Namun, dikenal bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah (yang beberapa ditandai dia, beberapa tidak).

Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari dia, di selanya Imam Turmudzi dan Imam Nasa'i. Al Khatoby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan pokoknya banyakan memuat fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul A'raby berkata, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur'an dan kitab "Sunan Debu Dawud", maka dia tak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Imam Al-Ghazali juga mengatakan bahwa kitab "Sunan Debu Dawud" sudah cukup bagi seorang mujtahid untuk menjadi landasan hukum.

Beliau adalah imam dari imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota berkembangnya kumpulan Qadariyah,demikian juga berkembang disana pemikiran Khowarij, Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dan lain-lain, tetapi walaupun demikian dia tetap dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan beliaupun membantah Qadariyah dengan kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang menyimpang dari kesucian nasihat Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah. Maka tentang hal itu dapat dilihat dan diamati pada kitabnya As Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji'ah dan Mu'tazilah.

Beliau wafat di kota Bashroh tanggal 16 Syawal 275 H dan disholatkan janazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al Haasyimy.

Lihat juga

Catatan

  1. ^ (Arab) Tarikh Al-Baghdadi (IX/56).

Biografi Imam Debu Dawud

Dia lahir sbg seorang berbakat urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika mengkritik sebanyak hadits yang berkenaan dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sebanyak karyanya, seperti Sunan Debu Dawud.

Al-Imam al-Muhaddist Debu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.

Sepanjang sejarah telah muncul para pakar hadist yang berusaha menggali ruang lingkup hadist dalam beragam sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berbeda, sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan bagi generasi kemudian guna memahami as-Sunnah dengan patut dan benar.

Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan dan menyelaraskan di sela hadits yang terlihat saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Debu Muhammad bin Qutaibah (wafat 267 H) dengan kitab dia Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits telah membatah habis pandangan kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan rasio mereka.

Kemudian upaya untuk memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang merupakan hadits palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Debu Dawud yaitu sunan Debu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.

Dia sudah berkecimpung dalam bagian hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah benar di baghdad. Kemudian mengunjungi beragam negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Debu Amr adh-Dhariri, Debu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Debu Zakariya Yahya bin Ma’in, Debu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Debu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.

Sbg berbakat hukum, Debu Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tak bermanfaat; tidaklah adanya seorang mukmin itu menjadi mukmin, hingga beliau ridho terhadap saudaranya apa yang beliau ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan di sela keduanya adalah syubhat.

Dia menciptakan karya-karya yang mempunyai nilai, patut dalam bagian fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang paling banyak menarik perhatian, dan merupakan salah satu di sela kompilasi hadits hukum yang paling menonjol saat ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Debu Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang dapat menjadi hukum di sela berbakat Islam, maka kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya beliau telah mengumpulkan sebanyak hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik perhitungan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sebanyak hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya.

Referensi

  • (Inggris) Introduction to Partial Translation of Sunan Abu-Dawud
  • (Indonesia) Al-Imam Al-Muhaddist Debu Dawud

edunitas.com


Page 15

Tags (tagged): imam abu hanifah, unkris, imam, abu, hanifah, abu hanifah, agama islam tradisi, hanafi minat, utama, hukum islam gagasan, mahan at, taymi, bahasa arab lebih, dikenal nama, ab, an, tabi in, generasi setelah, sahabat, nabi karena dia, pernah, berdasarkan, kelompok, kelompok berawal dari, kesucian, center, of, studies biography of, one of, the, four great imaams, i the, conclusive, imam abu


Page 16

Tags (tagged): imam abu hanifah, unkris, imam, abu, hanifah, abu hanifah, arab lebih dikenal, nama ab, an, fah bahasa arab, lahir, merupakan, seorang, tabi in generasi, setelah sahabat, 3, imam hanafi disebutkan, sebagai tokoh, pertama, kali, ulama ulama, sesudahnya seperti, malik, bin anas imam, syafi i, center, of studies from, god shah, wali, allah of delhi, s hujjat, allah, al imam abu, imam abu


Page 17

Tags (tagged): abu hanifah, unkris, arab lebih, dikenal, nama ab an, fah bahasa, arab, lahir, merupakan seorang, tabi in, generasi, setelah sahabat, 3, imam hanafi, disebutkan, sebagai tokoh pertama, kali, ulama, sesudahnya seperti malik, bin anas, imam, syafi i, pusat, ilmu pengetahuan, from, god shah wali, allah of, delhi, s hujjat allah, al abu, hanifah, abu


Page 18

Tags (tagged): abu hanifah, unkris, agama islam, tradisi, hanafi minat utama, hukum islam, gagasan, mahan at taymi, bahasa arab, lebih, dikenal nama ab, an, tabi, in, generasi setelah sahabat, nabi karena, dia, pernah, berdasarkan kelompok, kelompok berawal, dari, kesucian, pusat ilmu, pengetahuan biography, of, one of the, four great, imaams, i the conclusive, abu, hanifah


Page 19

Imam Debu Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16 Syawal 275 H; umur 70–71 tahun) adalah salah seorang perawi hadits, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800 di selanya dalam kitab Sunan Debu Dawud. Nama lengkapnya adalah Debu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Untuk mengumpulkan hadits, dia bepergian ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang paling luas perjalanannya.

Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan kenalan perjalanan dia dalam menuntut hadits dari para ulama berbakat hadits.

Debu Dawud sudah berkecimpung dalam bagian hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah benar di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: "Aku menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".[1] Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistaan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.

Setelah dia masuk kota Baghdad, dia dimohon oleh Amir Debu Ahmad Al Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tak membuat dia beristirahat dalam mencari hadits.

Guru

Kemudian mengunjungi beragam negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di sela guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Debu Amr adh-Dhariri, Debu Walid ath-Thayalisi, Debu Zakariya Yahya bin Ma'in, Debu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Debu Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.

Murid

Demikian pula murid-murid dia cukup banyak diantaranya, yaitu:

  1. Imam Turmudzi
  2. Imam Nasa'i
  3. Debu Ubaid Al Ajury
  4. Debu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
  5. Debu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari beliau).
  6. Debu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
  7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
  8. Debu Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
  9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
  10. Debu Bakr Ibnu Abi Dunya.
  11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
  12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari beliau).
  13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
  14. Debu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
  15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari beliau).

Penyusunan Sunan Debu Dawud

Imam Debu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, jadi himpunan hadits-nya berfokus murni pada hadits tentang syariat. Setiap hadits dalam himpunannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur'an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran perbaikan.

Kitab Sunan Debu Dawud diakui oleh mayoritas dunia Muslim sbg salah satu kitab hadits yang paling autentik. Namun, dikenal bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah (yang beberapa ditandai dia, beberapa tidak).

Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari dia, di selanya Imam Turmudzi dan Imam Nasa'i. Al Khatoby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan pokoknya banyakan memuat fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul A'raby berkata, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur'an dan kitab "Sunan Debu Dawud", maka dia tak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Imam Al-Ghazali juga mengatakan bahwa kitab "Sunan Debu Dawud" sudah cukup bagi seorang mujtahid untuk menjadi landasan hukum.

Beliau adalah imam dari imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota berkembangnya kumpulan Qadariyah,demikian juga berkembang disana pemikiran Khowarij, Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dan lain-lain, tetapi walaupun demikian dia tetap dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan beliaupun membantah Qadariyah dengan kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang menyimpang dari kesucian nasihat Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah. Maka tentang hal itu dapat dilihat dan diamati pada kitabnya As Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji'ah dan Mu'tazilah.

Beliau wafat di kota Bashroh tanggal 16 Syawal 275 H dan disholatkan janazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al Haasyimy.

Lihat juga

Catatan

  1. ^ (Arab) Tarikh Al-Baghdadi (IX/56).

Biografi Imam Debu Dawud

Dia lahir sbg seorang berbakat urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika mengkritik sebanyak hadits yang berkenaan dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sebanyak karyanya, seperti Sunan Debu Dawud.

Al-Imam al-Muhaddist Debu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.

Sepanjang sejarah telah muncul para pakar hadist yang berusaha menggali ruang lingkup hadist dalam beragam sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berbeda, sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan bagi generasi kemudian guna memahami as-Sunnah dengan patut dan benar.

Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan dan menyelaraskan di sela hadits yang terlihat saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Debu Muhammad bin Qutaibah (wafat 267 H) dengan kitab dia Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits telah membatah habis pandangan kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan rasio mereka.

Kemudian upaya untuk memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang merupakan hadits palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Debu Dawud yaitu sunan Debu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.

Dia sudah berkecimpung dalam bagian hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah benar di baghdad. Kemudian mengunjungi beragam negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Debu Amr adh-Dhariri, Debu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Debu Zakariya Yahya bin Ma’in, Debu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Debu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.

Sbg berbakat hukum, Debu Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tak bermanfaat; tidaklah adanya seorang mukmin itu menjadi mukmin, hingga beliau ridho terhadap saudaranya apa yang beliau ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan di sela keduanya adalah syubhat.

Dia menciptakan karya-karya yang mempunyai nilai, patut dalam bagian fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang paling banyak menarik perhatian, dan merupakan salah satu di sela kompilasi hadits hukum yang paling menonjol saat ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Debu Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang dapat menjadi hukum di sela berbakat Islam, maka kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya beliau telah mengumpulkan sebanyak hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik perhitungan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sebanyak hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya.

Referensi

  • (Inggris) Introduction to Partial Translation of Sunan Abu-Dawud
  • (Indonesia) Al-Imam Al-Muhaddist Debu Dawud

edunitas.com


Page 20

Imam Debu Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16 Syawal 275 H; umur 70–71 tahun) adalah salah seorang perawi hadits, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800 di selanya dalam kitab Sunan Debu Dawud. Nama lengkapnya adalah Debu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Untuk mengumpulkan hadits, dia bepergian ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang paling luas perjalanannya.

Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan kenalan perjalanan dia dalam menuntut hadits dari para ulama berbakat hadits.

Debu Dawud sudah berkecimpung dalam bagian hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah benar di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: "Aku menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".[1] Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistaan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.

Setelah dia masuk kota Baghdad, dia dimohon oleh Amir Debu Ahmad Al Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tak membuat dia beristirahat dalam mencari hadits.

Guru

Kemudian mengunjungi beragam negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di sela guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Debu Amr adh-Dhariri, Debu Walid ath-Thayalisi, Debu Zakariya Yahya bin Ma'in, Debu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Debu Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.

Murid

Demikian pula murid-murid dia cukup banyak diantaranya, yaitu:

  1. Imam Turmudzi
  2. Imam Nasa'i
  3. Debu Ubaid Al Ajury
  4. Debu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
  5. Debu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari beliau).
  6. Debu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
  7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
  8. Debu Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
  9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
  10. Debu Bakr Ibnu Abi Dunya.
  11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
  12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari beliau).
  13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
  14. Debu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
  15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari beliau).

Penyusunan Sunan Debu Dawud

Imam Debu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, jadi himpunan hadits-nya berfokus murni pada hadits tentang syariat. Setiap hadits dalam himpunannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur'an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran perbaikan.

Kitab Sunan Debu Dawud diakui oleh mayoritas dunia Muslim sbg salah satu kitab hadits yang paling autentik. Namun, dikenal bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah (yang beberapa ditandai dia, beberapa tidak).

Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari dia, di selanya Imam Turmudzi dan Imam Nasa'i. Al Khatoby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan pokoknya banyakan memuat fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul A'raby berkata, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur'an dan kitab "Sunan Debu Dawud", maka dia tak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Imam Al-Ghazali juga mengatakan bahwa kitab "Sunan Debu Dawud" sudah cukup bagi seorang mujtahid untuk menjadi landasan hukum.

Beliau adalah imam dari imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota berkembangnya kumpulan Qadariyah,demikian juga berkembang disana pemikiran Khowarij, Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dan lain-lain, tetapi walaupun demikian dia tetap dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan beliaupun membantah Qadariyah dengan kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang menyimpang dari kesucian nasihat Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah. Maka tentang hal itu dapat dilihat dan diamati pada kitabnya As Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji'ah dan Mu'tazilah.

Beliau wafat di kota Bashroh tanggal 16 Syawal 275 H dan disholatkan janazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al Haasyimy.

Lihat juga

Catatan

  1. ^ (Arab) Tarikh Al-Baghdadi (IX/56).

Biografi Imam Debu Dawud

Dia lahir sbg seorang berbakat urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika mengkritik sebanyak hadits yang berkenaan dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sebanyak karyanya, seperti Sunan Debu Dawud.

Al-Imam al-Muhaddist Debu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.

Sepanjang sejarah telah muncul para pakar hadist yang berusaha menggali ruang lingkup hadist dalam beragam sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berbeda, sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan bagi generasi kemudian guna memahami as-Sunnah dengan patut dan benar.

Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan dan menyelaraskan di sela hadits yang terlihat saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Debu Muhammad bin Qutaibah (wafat 267 H) dengan kitab dia Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits telah membatah habis pandangan kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan rasio mereka.

Kemudian upaya untuk memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang merupakan hadits palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Debu Dawud yaitu sunan Debu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.

Dia sudah berkecimpung dalam bagian hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah benar di baghdad. Kemudian mengunjungi beragam negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Debu Amr adh-Dhariri, Debu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Debu Zakariya Yahya bin Ma’in, Debu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Debu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.

Sbg berbakat hukum, Debu Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tak bermanfaat; tidaklah adanya seorang mukmin itu menjadi mukmin, hingga beliau ridho terhadap saudaranya apa yang beliau ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan di sela keduanya adalah syubhat.

Dia menciptakan karya-karya yang mempunyai nilai, patut dalam bagian fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang paling banyak menarik perhatian, dan merupakan salah satu di sela kompilasi hadits hukum yang paling menonjol saat ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Debu Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang dapat menjadi hukum di sela berbakat Islam, maka kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya beliau telah mengumpulkan sebanyak hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik perhitungan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sebanyak hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya.

Referensi

  • (Inggris) Introduction to Partial Translation of Sunan Abu-Dawud
  • (Indonesia) Al-Imam Al-Muhaddist Debu Dawud

edunitas.com


Page 21

Imam Debu Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16 Syawal 275 H; umur 70–71 tahun) adalah salah seorang perawi hadits, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4.800 di selanya dalam kitab Sunan Debu Dawud. Nama lengkapnya adalah Debu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Untuk mengumpulkan hadits, dia bepergian ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang paling luas perjalanannya.

Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadits dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadits dan ilmu-ilmunya juga merupakan kenalan perjalanan dia dalam menuntut hadits dari para ulama berbakat hadits.

Debu Dawud sudah berkecimpung dalam bagian hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah benar di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan: "Aku menyaksikan jenazahnya dan mensholatkannya".[1] Walaupun sebelumnya dia telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sajistaan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi dan Naisabur.

Setelah dia masuk kota Baghdad, dia dimohon oleh Amir Debu Ahmad Al Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashroh,dan dia menerimanya,akan tetapi hal itu tak membuat dia beristirahat dalam mencari hadits.

Guru

Kemudian mengunjungi beragam negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di sela guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Debu Amr adh-Dhariri, Debu Walid ath-Thayalisi, Debu Zakariya Yahya bin Ma'in, Debu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Debu Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.

Murid

Demikian pula murid-murid dia cukup banyak diantaranya, yaitu:

  1. Imam Turmudzi
  2. Imam Nasa'i
  3. Debu Ubaid Al Ajury
  4. Debu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
  5. Debu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari beliau).
  6. Debu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
  7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
  8. Debu Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
  9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
  10. Debu Bakr Ibnu Abi Dunya.
  11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
  12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari beliau).
  13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
  14. Debu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
  15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari beliau).

Penyusunan Sunan Debu Dawud

Imam Debu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, jadi himpunan hadits-nya berfokus murni pada hadits tentang syariat. Setiap hadits dalam himpunannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al-Qur'an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran perbaikan.

Kitab Sunan Debu Dawud diakui oleh mayoritas dunia Muslim sbg salah satu kitab hadits yang paling autentik. Namun, dikenal bahwa kitab ini mengandung beberapa hadits lemah (yang beberapa ditandai dia, beberapa tidak).

Banyak ulama yang meriwayatkan hadits dari dia, di selanya Imam Turmudzi dan Imam Nasa'i. Al Khatoby mengomentari bahwa kitab tersebut adalah sebaik-baik tulisan dan pokoknya banyakan memuat fiqh daripada kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Ibnul A'raby berkata, barangsiapa yang sudah menguasai Al-Qur'an dan kitab "Sunan Debu Dawud", maka dia tak membutuhkan kitab-kitab lain lagi. Imam Al-Ghazali juga mengatakan bahwa kitab "Sunan Debu Dawud" sudah cukup bagi seorang mujtahid untuk menjadi landasan hukum.

Beliau adalah imam dari imam-imam Ahlussunnah wal Jamaah yang hidup di Bashroh kota berkembangnya kumpulan Qadariyah,demikian juga berkembang disana pemikiran Khowarij, Mu'tazilah, Murji'ah dan Syi'ah Rafidhoh serta Jahmiyah dan lain-lain, tetapi walaupun demikian dia tetap dalam keistiqomahan diatas Sunnah dan beliaupun membantah Qadariyah dengan kitabnya Al Qadar, demikian pula bantahan dia atas Khowarij dalam kitabnya Akhbar Al Khawarij, dan juga membantah terhadap pemahaman yang menyimpang dari kesucian nasihat Islam yang telah disampaikan olah Rasulullah. Maka tentang hal itu dapat dilihat dan diamati pada kitabnya As Sunan yang terdapat padanya bantahan-bantahan dia terhadap Jahmiyah, Murji'ah dan Mu'tazilah.

Beliau wafat di kota Bashroh tanggal 16 Syawal 275 H dan disholatkan janazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al Haasyimy.

Lihat juga

Catatan

  1. ^ (Arab) Tarikh Al-Baghdadi (IX/56).

Biografi Imam Debu Dawud

Dia lahir sbg seorang berbakat urusan hadits, juga dalam masalah fiqh dan ushul serta masyhur akan kewara’annya dan kezuhudannya. Kefaqihan dia terlihat ketika mengkritik sebanyak hadits yang berkenaan dengan hukum, selain itu terlihat dalam penjelasan bab-bab fiqih atas sebanyak karyanya, seperti Sunan Debu Dawud.

Al-Imam al-Muhaddist Debu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.

Sepanjang sejarah telah muncul para pakar hadist yang berusaha menggali ruang lingkup hadist dalam beragam sudut pandang dengan metoda pendekatan dan sistem yang berbeda, sehingga dengan upaya yang sangat berharga itu mereka telah membuka jalan bagi generasi kemudian guna memahami as-Sunnah dengan patut dan benar.

Di samping itu, mereka pun telah bersusah payah menghimpun hadits-hadits yang dipersilisihkan dan menyelaraskan di sela hadits yang terlihat saling menyelisihi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kewibawaan dari hadits dan sunnah secara umum. Debu Muhammad bin Qutaibah (wafat 267 H) dengan kitab dia Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits telah membatah habis pandangan kaum Mu’tazilah yang mempertentangkan beberapa hadits dengan al-Quran maupun dengan rasio mereka.

Kemudian upaya untuk memilahkan hadits dari khabar-khabar lainnya yang merupakan hadits palsu maupun yang lemah terus dilanjutkan sampai dengan kurun al-Imam Bukhari dan beberapa penyusun sunan dan lainnya. Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Debu Dawud yaitu sunan Debu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.

Dia sudah berkecimpung dalam bagian hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini dikenal mengingat pada tahun 221 H, dia sudah benar di baghdad. Kemudian mengunjungi beragam negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Debu Amr adh-Dhariri, Debu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Debu Zakariya Yahya bin Ma’in, Debu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Debu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.

Sbg berbakat hukum, Debu Dawud pernah berkata: Cukuplah manusia dengan empat hadist, yaitu: Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya; termasuk kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tak bermanfaat; tidaklah adanya seorang mukmin itu menjadi mukmin, hingga beliau ridho terhadap saudaranya apa yang beliau ridho terhadap dirinya sendiri; yang halal sudah jelas dan yang harampun sudah jelas pula, sedangkan di sela keduanya adalah syubhat.

Dia menciptakan karya-karya yang mempunyai nilai, patut dalam bagian fiqh, ushul,tauhid dan terutama hadits. Kitab sunan beliaulah yang paling banyak menarik perhatian, dan merupakan salah satu di sela kompilasi hadits hukum yang paling menonjol saat ini. Tentang kualitasnya ini Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: Kitab sunannya Debu Dawud Sulaiman bin Asy’ats as-sijistani rahimahullah adalah kitab Islam yang topiknya tersebut Allah telah mengkhususkan dia dengan sunannya, di dalam banyak pembahasan yang dapat menjadi hukum di sela berbakat Islam, maka kepadanya hendaklah para mushannif mengambil hukum, kepadanya hendaklah para muhaqqiq merasa ridho, karena sesungguhnya beliau telah mengumpulkan sebanyak hadits ahkam, dan menyusunnya dengan sebagus-bagus susunan, serta mengaturnya dengan sebaik-baik perhitungan bersama dengan kerapnya kehati-hatian sikapnya dengan membuang sebanyak hadits dari para perawi majruhin dan dhu’afa. Semoga Allah melimpahkan rahmat atas mereka dan mem- berikannya pula atas para pelanjutnya.

Referensi

  • (Inggris) Introduction to Partial Translation of Sunan Abu-Dawud
  • (Indonesia) Al-Imam Al-Muhaddist Debu Dawud

edunitas.com


Page 22

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diwujudkan sbg hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana benar yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya yaitu keturunan prajurit Portugis pada masa zaman ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka saat inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 kilometer arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, yaitu wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara susunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang yaitu kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada saat terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang yaitu sensus warga sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya beragam jenis komoditi pertanian, patut jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang benar di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya beragam komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sbg sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Pustaka

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 23

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diwujudkan sbg hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana benar yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya yaitu keturunan prajurit Portugis pada masa zaman ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka kala inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 kilometer arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, yaitu wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara susunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang yaitu kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada kala terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang yaitu sensus warga sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya beragam jenis komoditi pertanian, patut jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang benar di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa akbar komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya beragam komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sbg sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Pustaka

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 24

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diwujudkan sbg hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana benar yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya yaitu keturunan prajurit Portugis pada masa zaman ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka kala inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 kilometer arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, yaitu wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara susunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang yaitu kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada kala terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang yaitu sensus warga sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya beragam jenis komoditi pertanian, patut jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang benar di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa akbar komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya beragam komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sbg sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Pustaka

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 25

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diwujudkan sbg hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana benar yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya yaitu keturunan prajurit Portugis pada masa zaman ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka saat inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 kilometer arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, yaitu wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara susunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang yaitu kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada saat terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang yaitu sensus warga sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya yaitu salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya beragam jenis komoditi pertanian, patut jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang benar di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya beragam komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sbg sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Pustaka

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 26

Kabupaten Aceh Luhur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum dimekarkan pada kesudahan tahun 1970-an, ibu kota Kabupaten Aceh Luhur merupakan Kota Banda Aceh, yang belakang sekali Kota Banda Aceh berpisah dijadikan kotamadya sehingga ibu kota Kabupaten Aceh Luhur pindah ke daerah Jantho di Pegunungan Seulawah. Kabupaten Aceh Luhur juga merupakan tempat lahir pahlawan nasional Cut Nyak Dhien yang berasal dari Lampadang.

Sekilas

Pada waktu Aceh sedang sebagai sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau Kerajaan Aceh merupakan wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Luhur ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang sudah dijadikan anggota dari Kabupaten Pidie. Selain itu, juga termasuk Pulau Weh (sekarang sudah dijadikan pemerintah kota Sabang), beberapa wilayah pemerintah kota Banda Aceh, dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Luhur dalam istilah Aceh dikata Aceh Rayeuk. Penyebutan Aceh Rayeuk sebagai Aceh yang sebenarnya karena daerah inilah yang pada mulanya dijadikan isi Kerajaan Aceh dan juga karena di situlah terletak ibukota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh Darussalam. Bagi nama Aceh Rayeuk berada juga yang menamakan dengan sebutan Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Sagi).[3]

Ketika ini Aceh Luhur merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan ibukotanya Kota Jantho. Namun, di Kota Jantho hanya terdapat kompleks perumahan dan kantor-kantor pemerintahan, tidak berada losmen ataupun hotel. Kota Jantho dihubungkan dengan labi-labi dengan jarak 60 km dari Banda Aceh, 28 km menuju Saree, dan 12 km menuju jalan utama Banda Aceh - Medan. Bertambah kurang 12 km dari Kota Jantho ini terdapat cairan terjun.[3]

Sejarah Aceh Luhur

Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, Kabupaten Aceh Luhur merupakan daerah yang terdiri dari tiga kawedanan, yaitu:

  1. Kawedanan Seulimum
  2. Kawedanan Lhoknga
  3. Kawedanan Sabang

Habis dengan perjuangan yang panjang Kabupaten Aceh luhur disahkan dijadikan daerah otonom melintasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 dengan ibu kotanya pada waktu itu merupakan Banda Aceh dan juga merupakan wilayah hukum Kotamadya Banda Aceh.

Sehubungan dengan tuntutan dan perkembangan daerah yang semakin maju dan berwawasan luas, Kota Banda Aceh sebagai ibu kota dianggap kurang efisien lagi, adun bagi masa kini maupun bagi masa yang akan datang. Usaha pemindahan ibu kota tersebut dari Kota Banda Aceh mulai dirintis semenjak tahun 1969, lokasi awalnya dipilih Kecamatan Indrapuri yang jaraknya 25 km dari Kota Banda Aceh. Usaha pemindahan tersebut belum berhasil dan belum dapat dimainkan sebagaimana diharapkan.

Tahun 1976 usaha perintisan pemindahan ibu kota bagi kedua kalinya mulai dimainkan lagi dengan memilih lokasi yang lain yaitu di Kecamatan Seulimeum tepatnya di kemukiman Janthoi yang jaraknya semakin kurang 52 km dari Kota Banda Aceh.

Habis usaha yang terakhir ini berhasil dengan ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1976 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Luhur dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh ke kemukiman Janthoi di Kecamatan Seulimeum, Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar. Berdasarkan hasil penelitian yang dimainkan oleh tim Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah yang ditinjau dari segala bidang dapat disimpulkan bahwa yang dianggap memenuhi syarat sebagai ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Luhur merupakan Kemukiman Janthoi dengan nama Kota Jantho.

Setelah dipastikan Kota Jantho sebagai ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Luhur yang baru, maka secara bertahap pemindahan ibukota dimulai, dan habis secara serentak seluruh cara perkantoran resmi dipindahkan dari Banda Aceh ke Kota Jantho pada tanggal 29 Agustus 1983, dan peresmiannya dimainkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Bapak Soepardjo Rustam pada tanggal 3 Mei 1984.[4]

Wilayah

Wilayah darat Aceh Luhur berbatasan dengan Kota Banda Aceh di sisi utara, Kabupaten Aceh Jaya di sebelah barat daya, serta Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara.

Aceh Luhur juga memiliki wilayah kepulauan yang termasuk Kecamatan Pulo Aceh. Kabupaten Aceh Luhur anggota kepulauan di sisi barat, timur dan utaranya dibatasi dengan Samudera Indonesia, Selat Malaka, dan Teluk Benggala, yang memisahkannya dengan Pulau Weh, tempat di mana Kota Sabang berada. Pulau-pulau utamanya adalah:

  • Pulau Breueh
  • Pulau Peunasoe (atau Pulau Nasi)

Secara geografis beberapa luhur wilayah Kabupaten Aceh Luhur berada pada hulu arus Sungai Krueng Aceh. Ketika ini keadaan tutupan ajang (land cover) merupakan 62,5% (menurut data citra landsat tahun 2007).

Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda yang merupakan bandara internasional dan dijadikan salah satu pintu gerbang bagi masuk ke Provinsi Aceh berada di wilayah kabupaten ini.

Pulau Benggala yang merupakan pulau paling barat dalam wilayah Republik Indonesia merupakan anggota dari Kabupaten Aceh Besar.

Kecamatan

Kabupaten Aceh Luhur memiliki 23 kecamatan yang salah satunya berupa kepulauan yaitu kecamatan Pulo Aceh. Jumlah desa semuanyanya mencapai 609 desa/kelurahan[5][6].

Pariwisata

Kebutuhan hidup khas

Kabupaten Aceh Luhur terkenal dengan salah satu kebutuhan hidup khasnya, yakni Bolu manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal dengan citarasanya yang khas, namun kesukaran pengembangan karena gendala dana selain keadaan yang belum sepenuhnya stabil. Selain itu berada pula gulai kambing (kari) dan ayam tangkap yang terkenal kelezatannya serta Sie rebuh (daging Rebus) dan asam keu eung (asam pedas).

Wisata adat

  • Museum Cut Nyak Dhien pada mulanya merupakan tempat tinggal pahlawan wanita yang bernama Cut Nyak Dhien. Di dalamnya mempunyai pokoknya koleksi sejarah Aceh yang dikendalikan dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya pondasi yang asli dari yang didirikan ini, sedangkan yang berdiri sekarang ini merupakan hasil renovasi yang didirikan yang sebelumnya sudah dibakar oleh Belanda.[7]
  • Masjid Tua Indra Puri berlokasi semakin kurang 25 km ke selatan arah ke Medan dan dapat ditempuh dengan transportasi apapun. Indra Puri merupakan Kerajaan Hindu dan merupakan tempat pemujaan sebelum Islam masuk. Kemudian, Sultan Iskandar Muda memperkenalkan Islam kepada penduduk. Dan setelah seluruh penduduk memeluk Islam, tempat yang sebelumnya kuil diubah dijadikan sebuah masjid. Yang didirikan mesjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 m², terletak di ketinggian 4,8 meter diatas permukaan laut dan berada semakin kurang 150 meter dari tepi Sungai Krueng Aceh.[7]
  • Benteng Indra Patra terletak ± 19 km dari Banda Aceh arah ke Krueng Raya, tidak jauh Pantai Ujong Batee. Menurut riwayat dibangun pada masa pra Islam di Aceh yaitu pada masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Namun berada sumber yang menyebutkan bahwa benteng ini dibangun pada masa Kesultanan Aceh Darussalam dalam upaya menahan serangan Portugis. Benteng ini sangat luhur fungsinya pada zaman Sultan Iskandar Muda yang tingkatan lautnya, pada waktu itu, dipimpin oleh Admiral Malahayati.[7]
  • Museum Ali Hasymi merupakan kebanggaan lain kota Banda Aceh. Ali Hasymi yang mantan Gubemur Aceh dan seniman memiliki koleksi pribadi yang bernilai dan menarik. Kini koleksi ia dijadikan pajangan di museum tersebut selang lain kitab- kitab karya para ulama luhur Aceh tempo dulu, keramik kuno, senjata khas Aceh, cendera mata dari beragam pelosok dunia, dan lain-lain.[7]
  • Perpustakaan Kuno Tanoh Abee terdapat di Desa Tanoh Abee, di kaki Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Pesantren Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee. Ia meninggal pada tahun 1894 dan dimakamkan di Tanoh Abee. Pengumpukan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee sudah dimulai semenjak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang meninggal dunia pada tahun 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda.[7]
  • Rumoh Teunuen Nyak Mu merupakan pusat produksi tenun asli khas Aceh, yang berlokasi di Gampong Siem Mukim Siem Kecamatan Darussalam. Lokasi ini berjauhan 12 KM ke sebelah Timur Kota Banda Aceh. Di Rumoh Teunuen Nyak Mu ini di produksi aneka kain tenun Aceh dengan beragam motif khas Aceh. [7]

Wisata dunia

Berapa lama khalifah abu bakar menjabat

Waduk Keuliling di Kuta Cot Glie

Gambar

Referensi

Sumber

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf
  3. ^ a b Sekilas tentang Aceh Luhur di situs NAD
  4. ^ Aceh Luhur Dalam Angka 2004
  5. ^ Daftar kecamatan di Aceh Luhur
  6. ^ Daftar kecamatan di Aceh Luhur di situs resmi
  7. ^ a b c d e f g Wisata Adat Aceh Luhur di situs NAD
  8. ^ Presiden SBY meresmikan Waduk Keuliling
  9. ^ Pocut Meurah Intan: Riwayatmu Kini
  10. ^ Eksotisme Cagar Dunia Jantho

Lihat pula

Pranala luar

  • Situs Resmi Kabupaten Aceh Luhur

edunitas.com