Berikut ini tanda-tanda beriman kepada qada dan qadar adalah

Asked by wiki @ 26/08/2021 in B. Arab viewed by 6720 persons

Asked by wiki @ 09/08/2021 in B. Arab viewed by 5750 persons

Asked by wiki @ 03/08/2021 in B. Arab viewed by 4832 persons

Asked by wiki @ 08/08/2021 in B. Arab viewed by 4784 persons

Asked by wiki @ 08/12/2021 in B. Arab viewed by 4578 persons

Asked by wiki @ 20/08/2021 in B. Arab viewed by 4484 persons

Asked by wiki @ 29/08/2021 in B. Arab viewed by 4469 persons

Asked by wiki @ 03/08/2021 in B. Arab viewed by 3883 persons

Asked by wiki @ 10/08/2021 in B. Arab viewed by 3651 persons

Asked by wiki @ 02/08/2021 in B. Arab viewed by 3339 persons

Asked by wiki @ 01/08/2021 in B. Arab viewed by 3219 persons

Asked by wiki @ 20/08/2021 in B. Arab viewed by 2831 persons

Asked by wiki @ 23/08/2021 in B. Arab viewed by 2775 persons

Asked by wiki @ 01/08/2021 in B. Arab viewed by 2763 persons

Asked by wiki @ 29/07/2021 in B. Arab viewed by 2752 persons

You're Reading a Free Preview
Page 2 is not shown in this preview.

Pengertian   Ciri-ciri orang   Kata Pengantar     Profile

Qada dan qadar selalu melingkupi kehidupan kita sepanjang waktu. Allah dan rasul-Nya menempatkan iman kepada qada dan qadar sebagai salah satu rukun iman, yaitu rukun iman ke-enam. Sebagai seorang muslim kita harus dapat menyikapi qada dan qadar ini dengan iman yang teguh. Keimanan yang teguh pada qada dan qadar memiliki berbagai tanda yang khas. Tanda-tanda iman tersebut berakar pada keyakinan tulus kepada A llah SWT. Beberapa tanda keimanan kepada qada dan qadar sebagai berikut.

1. Yakin pada Sunatullah

Orang yang beriman pada qada dan qadar akan memahami bahwa segala sesuatu tercipta dan terjadi dengan ketentuan Allah SWT. Alam semesta berikut isinya tercipta dengan ilmu Allah SWT. Dengan ilmu-Nya, Allah mengatur tata kerja, ukuran, serta sifat segala sesuatu. Dengan kekuasaan dan kehendak Allah SWT. alam semesta ini terbentuk dalam keteraturan yang pasti.

Keteraturan yang ada di alam semesta dipelajari oleh manusia dan ditemukan sebagai berbagai hukum alam. Hukum-hukum itu kita pelajari dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti biologi, fisika, dan ilmu astronomi. Saat mempelajari ilmu-ilmu tersebut, kita sering merasa bahwa kita sedang belajar ilmu alam semata. Padahal, sebenarnya kita sedang mengamati hukum-hukum Allah SWT atau sunatullah.

Selain terkait dengan keteraturan di alam, sunatullah juga berlaku dalam hukum sebab akibat. Hukum sebab akibat merupakan aturan dasar perjalanan kehidupan makhluk di dunia ini, terutama manusia. Hukum ini yang bisa menjadi penentu takdir manusia. Hukum sebab akibat menyatakan bahwa sesuatu yang terjadi pasti disebabkan oleh sesuatu yang mendahuluinya.

Jika dahulu kita rajin belajar, besar kemungkinan takdir kita besok menjadi pandai. Sebaliknya, jika kita malas belajar, penguasan ilmu kita akan tertinggal dari orang lain yang lebih rajin. Demikian pula kesehatan kita saat ini merupakan hasil dari cara hidup yang kita biasakan pada masa lalu. Meskipun kadang kita tidak menyadarinya, suatu peristiwa saat ini pasti ada sebab-sebab tertentu sebelumnya.

2. Senantiasa Berikhtiar yang Terbaik

Orang yang beriman mengerti bahwa Allah SWT menggelar kehidupan di alam semesta ini bukan tanpa tujuan dan hukum yang pasti. Keyakinan tentang sunatullah menyebabkan orang yang beriman memberikan usaha terbaiknya untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya. Usaha tersebut senantiasa dilakukannya dalam kerangka keimanan kepada takdir Allah dan optimis akan bantuan dan pertolongan-Nya.  Salah satu pesan Allah SWT. yang menjadi pegangan orang yang beriman adalah Surah ar-Ra’d ayat 11 yang menyatakan bahwa Allah SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga kaum itu sendiri yang berusaha mengubah keadaan mereka.

3. Menyempurnakan Ikhtiar dengan Tawakal

Tawakal artinya menyerahkan segala keputusan atas apa pun yang akan terjadi kepada Allah semata. Seorang yang beriman kepada takdir akan memahami kekuasaan Allah SWT atas segala peristiwa yang terjadi di dunia ini. Oleh karena itu, sikap tawakal merupakan sikap yang melekat pada orang yang beriman kepada takdir-Nya. Bertawakal bukan berarti menyerah tanpa berusaha dan melakukan evaluasi atas usaha yang telah dilakukan melainkan sebagai bentuk keyakinan terhadap Allah SWT yang mengetahui hal terbaik baginya dan masa depannya. Kegagalan tidak akan dipandang sebagai kehancuran, tetapi sebagai pelajaran untuk maju pada masa depan. Keberhasilan juga tidak akan menyebabkan sombong karena yakin bahwa keberhasilan yang diraihnya adalah anugerah Allah SWT kepadanya. Jika kita salah dalam menilai keberhasilan, tidak jarang justru menyebabkan terjerumus dalam kesombongan.

Perintah bertawakal sesuai dengan pesan Allah dalam Surah Ali ‘Imran ayat 159 artinya sebagai berikut.


 Artinya : . . . kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
Hikmah Iman kepada Qada dan Qadar serta Cara Penerapannya

Hikmah yang akan muncul dari seseorang yang memiliki keimanan yang benar kepada takdir Allah SWT antara lain sebagai berikut.

1. Meningkatkan Keimanan kepada Allah SWT.

Iman kepada qada dan qadar Allah SWT merupakan salah satu rukun iman. Dengan mengimani qada dan qadar Allah berarti keimanan kepada Allah dan rukun iman lainnya juga menjadi meningkat. Mengimani qada dan qadar Allah berarti juga meyakini adanya zat yang Maha Menentukan, yaitu Allah SWT.

2. Menyebabkan Jiwa Merasa Tentram

Beriman kepada qada dan qadar akan menyebabkan hidup kita terasa tenteram. Kita lebih siap dalam menghadapi segala sesuatu yang terjadi dalam hidup, baik itu menyenangkan maupun menyedihkan. Saat mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, tidak membuat kita merasa sombong. Demikian juga saat menghadapi kesusahan, kita tidak mudah berkeluh kesah.

3. Menumbuhkan Jiwa Pemberani

Dengan mengimani takdir Allah, kita semakin yakin bahwa masa depan hidup kita telah ditentukan oleh Allah. Bahkan Allah juga telah menetapkan batasan umur kita. Jika kita meyakini hal demikian, rasa takut saat melakukan kebajikan, meskipun ada risiko kematian akan hilang. Akibatnya, kita akan memiliki jiwa pemberani.

4. Menumbuhkan Semangat Bekerja Keras

Selain Allah menetapkan takdir mubram, Allah juga menetapkan takdir mu’allaq. Dengan demikian, ketentuan Allah sangat dipengaruhi oleh usaha dan sikap seseorang. Agar mendapatkan takdir yang baik dalam hidup, kita harus melakukan ikhtiar dengan baik dan sungguh-sungguh. Ikhtiar juga harus disempurnakan dengan selalu berdo’a dan bertawakal kepada Allah SWT.

5. Semakin Optimis dalam Menjalani Hidup

Orang yang memiliki keyakinan yang kukuh kepada qada dan qadar Allah semakin optimis dalam menjalani hidupnya. Ia cenderung berbaik sangka kepada Allah tentang apa yang akan terjadi. Ia meyakini bahwa ketetapan Allah pasti mengandung kebaikan bagi semua makhluk-Nya, termasuk manusia.

6. Menumbuhkan Soft Skill Pelajar

Untuk menggapai kesuksesan, kita sebagai pelajar tidak cukup jika hanya memiliki kemampuan teknis. Pelajar harus memiliki kemampuan mengelola dirinya dan orang lain [soft skill] yang diwujudkan dengan sikap tanggung jawab, kemampuan mengatur, berkomunikasi, memecahkan masalah, dan memimpin. Dengan mengimani qada dan qadar, kemampuan soft skill kita akan meningkat. Kita juga lebih siap menghadapi segala sesuatu dalam menjalani hidup sehari-hari.

7. Seimbang Antara Ikhtiar, Doa, dan Tawakal

Pemahaman terhadap qada dan qadar akan membimbing kita menjalani hidup secara benar. Dalam hidup sehari-hari kita harus menyeimbangkan antara ikhtiar, doa, dan tawakal. Ikhtiar berarti berusaha dengan segenap kemampuan, sedangkan doa berarti memohon kepada Allah SWT. agar selalu diberi kekuatan dan petunjuk. Selain dengan ikhtiar dan doa, kita juga harus menyempurnakan dengan bertawakal, yaitu dengan berpasrah diri kepada Allah SWT. terhadap hasil dari usaha dan doa kita.

Page 2

tirto.id - Iman kepada qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini seorang muslim. Keimanan ini dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah SWT telah menetapkan takdir manusia, baik itu ketentuan yang buruk maupun yang baik. Ketentuan mengenai iman terhadap qada dan qadar ini tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW. Waktu itu, seorang laki-laki bertanya tentang iman kepada beliau. Rasulullah SAW menjawab:

"Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitab; para rasul-Nya; hari akhir; dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk [qada dan qadar]," [H.R. Muslim].

Meski tampak serupa, sebenarnya qada dan qadar memiliki perbedaan dalam ketentuan takdir yang sudah ditetapkan Allah SWT, sebagaimana dilansir dari NU Online sebagai berikut:

Pertama, qada merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali.

Takdir dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia menciptakan semesta berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22:

“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya,” [QS. Al-Hadid [57]: 22].

Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

"Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi," [H.R. Muslim].

Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa [qudrah dan qadirun] atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk.

Jika qada itu ketetapan yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan yang sudah ditentukan sebelumnya itu.

Contoh Perilaku dari Iman kepada Qada dan Qadar

Iman kepada qada dan qadar, selain dilakukan dalam hati, juga terjewantah dalam perilaku sehari-hari. Berikut perilaku-perilaku yang dapat diterapkan sebagai buah dari keimanan kepada qada dan qadar, sebagaimana dikutip dari uraian "Beriman kepada Qada dan Qadar" yang diterbitkan Kementerian Agama RI:


  • Jika seseorang memahami konsep qada dan qadar, maka ia tidak akan pasrah pada takdir, namun terus berikhtiar jika ingin meraih tujuan dan keinginannya.
  • Allah tidak akan menyalahi hukum-Nya, Dia berlaku dengan adil dan sesuai dengan ketetapan yang maha bijaksana. Karena itulah, seorang muslim tidak mengeluh dan menyalahkan keadaan yang menimpanya, sesulit apa pun itu.
  • Tidak boleh sombong jika sudah mencapai suatu prestasi atau pencapaian. Segala hal yang terjadi karena campur tangan dan izin Allah SWT.
  • Tidak boleh putus asa, serta senantiasa berprasangka baik pada Allah SWT.
  • Berusaha menyusun usaha dan strategi, khususnya, dalam hal pekerjaan sehingga hasilnya efektif dan efisien.
  • Jika memperoleh rezeki, seorang muslim patut bersyukur. Sementara itu, jika mengalami musibah, ia bersabar.
Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar Berikut hikmah-hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar:
  • Dengan memahami konsep qada dan qadar yang benar, seorang muslim senantiasa optimis, berikhtiar, serta bertawakal kepada Allah SWT.
  • Seseorang yang memahami qada dan qadar tidak akan berprasangka buruk, baik kepada Allah maupun kepada makhluk-Nya.
  • Allah SWT menciptakan makhluknya dengan segenap kemampuan, anggota tubuh, atau kelebihan tertentu. Dengan berkah tersebut, seorang muslim diwajibkan berusaha untuk memperoleh kehidupan yang layak dan tidak berputus asa dengan rahmat Allah SWT.
  • Kita menyadari bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dan beragam. Hikmahnya adalah untuk saling mengenal dan bekerja sama.
  • Dengan qada dan qadar, seorang muslim sadar bahwa segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan memiliki tugas masing-masing. Karena itulah, ia tidak patut menyombongkan diri atau merasa rendah diri dari orang lain.
  • Setiap manusia memiliki kehendak bebas. Kendati sudah ada ketetapannya, namun ia diberi keleluasaan untuk memilih. Dari pilihannya itulah ia memperoleh balasan, baik itu balasan di dunia atau balasan di akhirat.
  • Allah SWT akan memberikan berkah dan hasil yang maksimal sesuai usaha hambanya, jika ia mau berusaha.
  • Mampu membedakan antara jalan yang baik dan yang buruk karena masing-masing memiliki akibat atau konsekuensinya.
  • Tidak ada sesuatu sia-sia yang diciptakan Allah SWT. Dengan segala kemampuan yang sudah diberikan, manusia sepatutnya memanfaatkan potensinya untuk mencapai hal-hal yang ia inginkan.

Baca juga: Dalil Naqli yang Menjelaskan Qada dan Qadar

Video yang berhubungan