Berita tentang kekalahan Jepang terhadap pasukan Sekutu terdengar di Indonesia pada tanggal

KBRN, Jakarta: Pada masa perang dunia kedua 1939 hingga 1945, siaran radio tidak hanya mengudara di Amerika Serikat atau negara-negara Eropa dan sebagian negara di Benua Asia yang sudah lebih maju. 

Siaran radio ternyata juga sampai ke Indonesia yang saat itu masih dijajah Belanda sampai akhir 1941 dan kemudian dijajah Dai Nippon (Jepang) pada awal 1942–1945.

Siaran radio sebenarnya sudah eksis sejak Belanda masih berkuasa di Hindia Belanda (Indonesia). Hal itu disampaikan Masduki dalam bukunya berjudul Jurnalistik Radio: Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar seperti dikutip pada Minggu (16/8/2020). 

Selain berperan sebagai hiburan kepada sebagian kecil rakyat Indonesia, Pemerinah Belanda melalui NIROM (Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij) rupanya juga ingin menjadikan radio pada saat itu digunakan sebagai alat propaganda dan kontrol politik.

Pada saat penjajahan Dai Nippon, siaran radio juga berperan menyebarkan berita. Kabar tentang serangan Dai Nippon terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour pada 7 Desember 1941, siaran radio terakit serangan itu juga terdengar hingga ke Indonesia. 

Pramoedya Ananta Toer mungkin merupakan salah satu orang Indonesia yang mendengarkan informasi penyerangan terhadap pangkalan Pearl Harbour (Hawai) melalui siaran radio.

Rudolf Mrazek dalam bukunya Engineers of Happy Land: Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di Sebuah Koloni lantas menuluskan ingatan Pramoedya yang pada saat itu sedang bersekolah di sekolah radio di Surabaya, Jawa Timur (Jatim).

“Ketika kami semua duduk di satu deretan kursi di laboratorium besar itu, radio paling kuat di sekolah itu dihidupkan dan dipasang ke pemancar Batavia. Sebuah sinyal masuk, sangat sulit tetapi jelas dan tak terlampau kasar, mengingat kenyataan waktu itu belum ada sistem high-fidelity,” kata Pramoedya pada Desember 1941. 

Berita dalam bahasa Belanda itu mengabarkan pesawat-pesawat tempur Jepang telah menyerang Pearl Harbour tanpa peringatan di Hawai. Amerika Serikat dan Inggris kemudian menyatakan perang terhadap Jepang. 

“Kemudian dibacakan pernyataan Hindia Belanda tentang perang melawan Jepang. Murid-murid itu melesat keluar ruang sekolah, melompat ke sepeda mereka, dan pergi ke rumah. Saya pun demikian,” jelas Pramoedya.

Saat Dai Nippon berkuasa di Indonesia, mereka pun juga melakukan cara-cara yang hampir serupa terhadap radio. Saat tiba di Indonesia pada 1942, salah satu yang dilakukan Dai Nippon adalah menyita dan menyegel beberapa stasiun radio 

Wartawan senior Rosihan Anwar dalam bukunya Sutan Sjahrir: Negarawan Humanis, Demokrat Sejati yang Mendahului Zamannya mengungkapkan, satu diantara hal pertama dilakukan Jepang adalah menyegel stasiun radio.

Dai Nippon lantas memusatkan komando stasiun radio-radio yang ada di bawah pengawasan Kantor Berita Jepang yaitu  NHK (Nippon Hoso Kyokai). Siaran-siaran yang mengudara diawasi secara ketat, sementara itu siaran radio yang berasal dari luar negeri diputus oleh pemerintahan Dai Nippon ketika itu. 

Salah satu acara siaran radio yang direstui dan boleh didengarkan masyarakat Indonesia ketika itu adalah sandiwara radio. Dai Nippon telah melakukan sensor dan memasukkan unsur-unsur propaganda dalam siaran sandiwara radio tersebut.

Fandy Hutari dalam bukunya  Sandiwara dan Perang: Propaganda di Panggung Sandiwara Modern Zaman Jepang (Dai Nippon) menjelaskan sebuah program radio bernama 'Pantjaran Sastera' memulai sandiwara radio bernama Tjitji Kaeroe (Ajahkoe Poelang) karya Kikoetji Kwan pada 31 Oktober 1943.

Dalam siaran ini, terdengar kalimat “adalah langkah pertama dari Pantjaran Sastera ke arah perkenalan dan pertalian batin antara Bangsa Nippon dan Indonesia”.  Pantjaran Sastera merupakan program siaran radio yang diselenggarakan oleh Keimin Bunka Shindosho yang mengudara pada stasiun Radio Jakarta.

Sama seperti Belanda, rencana propaganda melalui siaran radio yang dilakukan Jepang ternyata gagal mempengaruhi pikiran rakyat Hindia Belanda (Indonesia) ketika itu. 

Salah satu sebabnya karena kepemilikan perangkat pesawat radio penduduk saat itu bisa dikatakan sangat minim.. Karena dinilai masih terlalu kecil, Jepang kemudian banyak mendirikan pengeras suara atau menara radio di berbagai lokasi keramaian. 

Namun meski demikian, akibat pengawasan yang ketat, maka tak sembarang informasi bisa didapatkan masyarakat. Hanya siaran berita yang telah disetujui dan disensor Dai Nippon saka yang boleh didengarkan dan disiarkan kepada masyarakat.

Berdasaarkan  buku berjudul Mengenang Sjahrir: Seorang Tokoh Pejuang Kemerdekaan yang Tersisihkan dan Terlupakan karya Rosihan Anwar dijelaskan bahwa Sjahrir saat itu memang memiliki satu unit radio berwarna gelap dan tidak sempat tersegel Dai Nippon. 

Karena tidak tersegel, maka radio itu dapat digunakan untuk menangkap siaran berita radio dari luar negeri yang belum sempat  disensor oleh Dai Nippon. Rosihan mengungkapkan,  radio itu disembunyikan Sjahrir di kamar tempat tidurnya. 

Dengan radio itu, Sjahrir dapat menangkap siaran-siaran berita luar negeri yang tidak disiarkan Dai Nippon. Salah satunya adalah siaran dari radio Brisbane (Australia) yang dipancarkan Pemerintah Hindia Belanda saat dalam dalam pembuangan atau pengasingan di Australia. 

Menurut Rosihan, Sjahrir merupakan salah satu yang paling awal berhasil mengetahui rentetan kekalahan Dai Nippon melawan Sekutu dalam berbagai pertempuran di Pasifik. Bahkan pada 10 Agustus 1945. 

Sjahrir akhirnya mengetahui Dai Nippon berencana akan menyerah pada Sekutu setelah bom atom dijatuhkan Amerika Serikat di Kota Hiroshima (6/8/1945) dan Kota Nagasaki (9/8/1945) berdasarkan siaran radio yang didengarkan.

Sjahrir kemudian menyuruh orang-orang kepercayaannya untuk mengantarkan informasi tentang kekalahan Jepang tersebut kepada Mohammad Hatta. 

Hatta saat itu baru saja mendarat dari Dalat, Vietnam bersama Soekarno dan KRT Radjiman Wedyodiningrat. Mereka sebelumnya diberikan janji bahwa Dai Nippon berencana akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Sjahrir kemudian memberikan informasi dan peringatan dengan mengatakan “Lupakan janji Jepang karena Jepang sendiri sudah keok dan segeralah nyatakan kemerdekaan tanpa embel-embel Jepang” jelasnya.

Setelah Sjahrir menceritakan siaran radio terkait informasi soal kekalahan dan penyerahan Jepang kepada sekutu, maka tidak lama kemudian para pemuda berinisiatif mendesak Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan selekas-lekasnya atau secepatnya. 

Mereka kemudian segera  membawa Soekarno-Hatta dan beberapa tokoh nasional lainnya ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat (Jabar) pada 16 Agustus. 

Tujuannya adalah mempersiapkan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang kemudian dilakukan keesokan harinya pada 17 Agustus 1945 di jalan Pegangsaan Timur No. 56 (sekarang Tugu Proklamasi), Jakarta Pusat. 

15 Agustus 2020

Tanggal 15 Agustus menjadi peringatan 76 tahun Jepang menyerah kepada tentara Sekutu pada 1945, yang menandai berakhirnya Perang Dunia II.

Berita tentang kekalahan Jepang terhadap pasukan Sekutu terdengar di Indonesia pada tanggal

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Kerumunan orang merayakan kemenangan Sekutu di New York, Amerika Serikat.

Setelah menyerah pada 14 Agustus 1945, dua hari libur nasional diberlakukan di sejumlah negara Sekutu, seperti Inggris, Amerika Serikat dan Australia.

Jutaan orang dari negara-negara Sekutu ikut dalam parade dan pesta perayaan di jalan.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Anak-anak di Oak Ridge, di negara bagian Tennessee, Amerika Serikat, memegang surat kabar yang mengumumkan berakhirnya Perang Dunia II.

Jerman menyerah pada 7 Mei 1945, diikuti oleh berakhirnya perang di Eropa pada 8 Mei, namun Perang Dunia II masih berkecamuk di kawasan Asia-Pasifik.

Perdana Menteri Inggris Winston Churchill kala itu mengatakan: "Kita mungkin boleh membiarkan diri kita sendiri untuk bersukacita dalam waktu yang singkat, tapi marilah kita tidak melupakan sejenak kerja keras dan usaha yang terbentang di depan."

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Orang-orang merayakan berakhirnya Perang Dunia II di Piccadilly Circus, London

Sekitar 71.000 tentara Inggris dan negara persemakmuran tewas dalam perang melawan Jepang, termasuk lebih dari 12.000 tahanan perang yang meninggal dunia.

Jepang memperlakukan para tahanannya dengan sangat buruk, termasuk tentara Amerika dan Inggris yang menyerah.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Versi yang lebih kecil dari patung Liberty tampak menjadi bagian dari perayaan kemenangan Sekutu di Great White Way, kota New York.

Menyusul berakhirnya perang di Eropa, Sekutu mendesak Jepang untuk menyerah pada 28 Juli 1945, namun Jepang tak kunjung menyerah.

Hingga akhirnya Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, pada 6 dan 9 Agustus, negara itu akhirnya menyerah dan perang berakhir.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Para tentara bergabung dalam perayaan di Newark, New Jersey, AS.

Korban meninggal akibat bom atom diperkirakan sekitar 140.000 orang, dari total 350.000 populasi di Hiroshima. Sementara di Nagasaki, korban jiwa diperkirakan sedikitnya 74.000.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Orang-orang memenuhi jalanan di New York.

Setelah desas-desus selama beberapa hari, Presiden AS Harry S Truman menyampaikan berita bahwa Jepang menyerah dalam konferensi pers pada 14 Agustus.

Keterangan gambar,

Seorang tentara mencium kekasihnya di tengah perayaan kemenangan Sekutu di Kansas, Missouri, AS.

Berbicara di depan kerumunan orang yang berkumpul di luar Gedung Putih, Presiden Truman berkata: "Ini adalah hari yang kita tunggu setelah peristiwa Pearl Harbour. Ini adalah hari ketika fasisme pada akhirnya mati, seperti yang kita tahu itu selalu akan terjadi."

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Tentara merayakan berakirnya Perang Dunia di Fort Snelling, Minnesota, AS.

Perdana Menteri Inggris Clement Atlee berkata: "Musuh terakhir kita telah terbaring lemah."

Dia mengucapkan terima kasih kepada sekutu Inggris, Australia dan Selandia Baru, India, Burma, semua negara yang dijajah oleh Jepang, dan Uni Soviet.

Dia menambahkan bahwa ucapan terima kasih khusus ditujukan kepada AS "yang tanpanya upaya luar biasa perang di Timur masih akan berjalan selama bertahun-tahun".

Keterangan gambar,

Times Square, New York, AS.

Keesokan harinya, Kaisar Jepang Hirohito terdengar di radio untuk pertama kalinya dalam sebuah siaran di mana dia menyalahkan penggunaan "bom baru dan paling kejam" untuk penyerahan tanpa syarat Jepang.

Dia menambahkan: "Jika kita terus berperang, itu tidak hanya akan mengakibatkan kehancuran total dan pemusnahan bangsa Jepang, tetapi juga akan menyebabkan kepunahan total peradaban manusia."

Keterangan gambar,

Tiga perempuan di Ohio, AS, merayakan berakhirnya Perang Dunia II sambil memamerkan surat kabar Cleveland Press.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Times Square, New York, AS.

Di London, kerajaan Inggris menyambut kerumunan orang yang bersukacita dari balkon istana Buckingham.

Keterangan gambar,

Kerumunan orang yang berkumpul di luar istana Buckingham.

Ribuan orang menyaksikan Raja George VI dan Ratu menyusuri Mall dengan kereta terbuka.

Putri Elizabeth dan Putri Margaret kemudian berbaur dengan orang banyak di luar istana.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Anggota kerajaan Inggris melambaikan tangan kepada kerumunan orang dari balkon Istana Buckingham.

Malam itu, Raja berbicara kepada bangsa dan Kekaisaran dalam siaran dari ruang studinya di Istana Buckingham.

Dia berkata: "Hati kami penuh luapan perasaan, seperti hatimu sendiri.

"Namun tidak ada satu pun dari kita yang telah mengalami perang mengerikan ini yang tidak menyadari bahwa kita akan merasakan konsekuensi yang tak terhindarkan lama setelah kita semua melupakan kegembiraan kita hari ini."

Surat resmi penyerahan diri ditandatangani Jepang pada 2 September di kapal perang AS, USS Missouri di Teluk Tokyo.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Seorang perwira Amerika dengan lipstik di wajahnya.

Kemenangan Sekutu di Eropa dan terhadap Jepang menandai kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia II, namun kehidupan orang-orang yang telah kehilangan orang-orang yang mereka cintai selama perang, telah berubah selamanya.

Semua foto dibawah hak cipta.