Besarnya harga pokok penjualan pada saat penjualan dicatat sebesar

Home » Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Barang

Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Barang

Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan Barang

Nilai persediaan barang dagang ditentukan oleh gabungan dua factor, yaitu kuantitas dan harga pokok. Kuantitas persediaan dapat diperoleh melalui perhitungan secara fisik. Harga pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh persediaan tersebut. Disamping harga beli, termasukdalam harga pokok persediaan adalah semua biaya yang terjadi sampai dengan persediaan siap dijual, misalnya biaya pengangkutan, bea masuk dan asuransi.

Kesulitan dalam menetapkan harga pokok persediaan adalah apabila selama satu periode, barang yang sama diperoleh dengan beberapa harga yang berbeda. Apabila demikian ,perlu ditentukan harga yang akandigunakan untuk menetapkan harga pokok persediaan.

Dalam hal ini, pencatatan persediaan dibagi menjadi dua macam metode, yaitu: Metode Perpetual dan Metode Periodik, Kedua metode ini memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Penjelasan tentang kedua metode ini adalah sebagai berikut:

    1. Metode Perpetual
      Dalam system perpetual, perubahan jumlah persediaan [fisik maupun rupiah] dimonitor setiap saat. Caranya dengan menyediakan kartu persediaan untuk setiap jenis persediaan. Apabila ada selisih dalam pencatatan persediaan maka pada jurnal dicatat sebagai selisih pencatatan persediaan.Perusahaan yang menggunakan Sistem Perpetual, memiliki beberapa ciri-ciri perusahaan perpetual adalah sebagai berikut:
      • Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening persediaan, bukan rekening pembelian.
      • Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan, dan dicatat dengan mendebet rekening Harga Pokok Penjualan, dan mengkredit rekening persediaan.
      • Persediaan merupakan rekening control dan dilengkapi dengan buku pembantu persediaan yang berisi catatan untuk tiap jenis persediaanSelain itu, perusahaan yang menggunakan jurnal sistem perpetual, memiliki keuntungan tersendiri, di antaranya yaitu:
      • Rekening persediaan akan dapat menunjukkan saldo persediaan yang ada pada akhir tiap bulan, dengan tidak perlu menggunakan perhitungan fisik.
      • Harga pokok penjualan diketahui untuk setiap transaksi penjualan barang dagangan, sehingga laba kotor penjualan dapat diketahui, tampa menunggu sampai akhir periode.
      • Dengan telah diketahuinya saldo persediaan dan harga pokok penjualan, maka jurnal penyesuaian pada akhir periode tidak diperlukan lagi.Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian dan penjualan pada metoda perpetual berbeda dengan jurnal system periodik. Dalam system persediaan perpetual pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening persediaaan sebesar harga perolehannya.
  1. Metode Periodik
    Pada sistem ini, Harga Pokok Penjualan [cost of goods sold] baru dihitung dan dicatat pada akhir periode akuntansi. Cara yang dilakukan adalah dengan menghitung kuantitas barang yang ada di gudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikanya dengan harga pokok per unitnya. Dengan cara ini maka jumlahnya, baik fisik maupun harga pokoknya, tidak dapat diketahui setiap saat. Konsekuensinya, jumlah barang yang hilang tidak dapat dideteksi oleh system ini Untuk dapat menghitung Harga Pokok Penjualan dan harga Pokok Persediaan akhir dapat digunakan berbagai cara yaitu:
    • Identifikasi Khusus Metode ini berdasarkan anggapan bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya. Tiap jenis barang dipisah berdasarkan harga pokoknya dan tiap kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri. Contohnya ponsel merek A tipe 123 dibuatkan kartu persediaan sendiri.Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual, dan sisanya merupakan persediaan akhir.

      Metode ini dapat digunakan perusahaan yang menggunakan prosedur pencatatan persediaan dengan cara fisik maupun cara buku. Tetapi karena cara ini menimbulkan banyak pekerjaan tambahan maupun gudang yang luas maka jarang digunakan.Metode ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang menjual produk dengan harga mahal, jumlah dan jenis produknya terbatas.

    • FIFO [First In First Out] Metode ini berdasarkan harga beli pertama untuk menentukan harga pokok penjualan apabila terjadi penjualan.

      contoh: pada bulan juni perusahaan membeli barang dagangan dengan harga @ Rp 5000, bulan juli membeli barang dagangan sejenis dengan harga @ Rp 6000. Pada bulan agustus terjadi penjualan barang dagangan. Maka harga yang digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan adalah @ Rp 5000, baru kemudian @ Rp 6000 apabila produk dengan harga beli Rp 5000 sudah habis dijual.

    • LIFO [Last In First Out]
      Metode ini merupakan kebalikan dari metode FIFO. Pada metode LIFO, barang yang paling terakhir dibeli akan dijual/ dikeluarkan lebih dulu. Harga perolehan barang yang dibeli terakhir akan dialokasikan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan.
    • Rata-rata Tertimbang
      Dalam metode ini barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Artinya harga perolehan barang di gudang ditambah harga perolehan barang yang baru dibeli dibagi kuantitas / jumlah barang di gudang dan jumlah barang yang dibeli. Hasil pembagian inilah yang akan digunakan sebagai pedoman menghitung harga pokok penjualan.Metode ini disebut juga rata-rata bergerak karena harganya berubah-ubah setiap terjadi pembelian. Artinya setiap ada pembelian akan merubah harga pokok barang yang tersedia untuk dijual.

Baca Juga :  Mengapa SEO Mesin Pencari Web Begitu Penting?

Di dalam software akuntansi, Anda tidak perlu lagi menghitung secara manual harga pokok yang terbentuk. Ketahui lebih lanjut di sini. Perlu presentasi software? Klik di sini.

Dagang & Distribusi Ritel Kontraktor Jasa Resto & Coffee Shop Travel Manufaktur Nirlaba

Minimarket

POSX Simply Cash Manager SimplyInvoice

Tokoku

Support Center
Zahir Info


Harga Pokok Penjualan [HPP] atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Cost of Goods Sold [COGS] merupakan suatu komponen penting dalam sebuah perusahaan dan biasa dihitung baik oleh perusahaan manufaktur atau perusahaan dagang.

Artikel di bawah ini akan dijelaskan pengertiannya, tujuan, manfaat dan contoh cara menghitungnya untuk perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur.

Apa itu Harga Pokok Penjualan [HPP]

Harga Pokok Penjualan adalah istilah pada akuntansi / keuangan yang digunakan untuk menggambarkan total pengeluaran biaya langsung oleh perusahaan yang timbul dari barang dan/atau jasa yang diproduksi, dan dijual dalam kegiatan bisnis dalam satu periode umumnya bulanan dan tahunan.

Penghitungan nilai HPP ini termasuk biaya langsung yang mempengaruhi barang jadi atau jasa yang dijual, lengkapnya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead, tetapi tidak termasuk biaya tidak langsung biaya seperti penjualan, iklan, riset, dan pengembangan.

Tujuan Menghitung Harga Pokok Penjualan [HPP]

Tujuan menghitung HPP adalah untuk mengukur biaya sebenarnya dalam memproduksi barang dagangan atau jasa yang dibeli pelanggan untuk periode tertentu. Tentunya dengan kita bisa menghitung biaya sebenarnya dari barang dan jasa yang dijual, kita bisa dengan akurat menentukan harga jual yang tepat untuk pelanggan kita, sehingga kita dapat mengetahui berapa keuntungan yang kita peroleh pada periode tertentu.

Selain itu perhitungan HPP sangat penting bagi manajemen karena dapat membantu manajemen menganalisa seberapa baik mereka mengendalikan biaya pembelian dan biaya tenaga kerja [upah/gaji]. Para Kreditor atau Investor juga dapat menggunakan HPP untuk menghitung margin kotor bisnis [gross margin] dan menganalisis berapa persentase pendapatan yang masih tersedia untuk menutupi biaya operasionalnya.

Produsen maupun retailer [pengecer] pasti akan mencatat HPP ke dalam Laporan Laba Rugi mereka sebagai beban langsung setelah pendapatan pada periode tertentu. HPP kemudian dikurangi dari Total Pendapatan untuk mengetahui Margin Kotornya.

Baca juga: Bagaimana Cara Menghitung Harga Jual Produk Anda Agar Mendapatkan Untung Besar?

Cara Menghitung HPP / Harga Pokok Penjualan

Cara menghitung HPP dihitung dengan cara menambahkan Pembelian Bersih ke Persediaan Awal periode tertentu kemudian mengurangkannya dengan Persediaan Akhir untuk periode tersebut.

Berikut ini cara menghitung harga pokok penjualan [HPP] adalah:

HPP = Pembelian Bersih + Persediaan Awal – Persediaan Akhir

  1. Pembelian Bersih
    Pembelian Bersih adalah keseluruhan pembelian barang dagang yang dilakukan perusahaan, untuk pembelian barang tunai atau kredit, ditambah dengan biaya langsung seperti ongkos angkut. Pembelian dikurangi dengan potongan pembelian dan retur pembelian, sehingga didapat nilai pembelian yang bersih atau sesungguhnya, dalam suatu periode.
  2. Persediaan Awal
    Persediaan awal barang dagang merupakan persediaan yang tersedia di awal periode akuntansi perusahaan misalnya awal bulan atau awal tahun. Saldo persediaan awal barang ini bisa dicek di neraca saldo periode berjalan atau neraca saldo di awal perusahaan pada tahun sebelumnya.
  3. Persediaan Akhir
    Persediaan akhir barang dagang adalah persediaan barang yang tersedia di akhir periode akuntansi perusahaan misalnya di akhir bulan atau di akhir tahun buku berjalan. Nilai saldo ini umumnya didapat dari penghitungan stock opname atau fisik stok, untuk perusahaan yang belum menggunakan aplikasi stok atau akutansi.

Contoh Menghitung Harga Pokok Penjualan [HPP] Pada Perusahaan Dagang

Sebuah toko ritel yang menjual cemilan / snack yang sedang menyelesaikan laporan keuangan akhir tahun 2019 dan menghitung jumlah persediaan seperti pada data berikut ini :

Diketahui : Persediaan Awal Barang Tahun 2019 = Rp. 300.000.000,- Pembelian baru selama Tahun 2019 = Rp. 500.000.000,-

Persediaan Akhir Barang Tahun 2019 = Rp. 200.000.000,-

Penyelesaian : HPP = Pembelian Bersih + Persediaan Awal Barang – Persediaan Akhir Barang HPP = Rp. 500.000.000 + Rp. 300.000.000 – Rp. 200.000.000

HPP = Rp. 600.000.000,-

Jadi, toko ritel cemilan tersebut menjual barang dagangannya sebesar Rp. 600.000.000,- selama tahun ini dan hanya menyisakan barang dengan nilai sebesar Rp. 100.000.000,- pada tanggal 31 Desember 2019.

Informasi ini tidak hanya membantu toko ritel tersebut untuk merencanakan pembelian untuk tahun depan namun juga akan membantunya mengevaluasi biayanya. HPP ini juga dapat memberikan informasi tentang margin penjualan untuk setiap produk apabila dibuat penggolongan untuk setiap kategori produk. Dengan demikian, manajemen dapat mengetahui produk mana yang paling menguntungkan dan menghasilkan uang yang paling banyak.

Bahkan dengan menggunakan aplikasi Penjualan dan Inventori, penghitungan Persediaan akan dilakukan secara otomatis pada saat input Pembelian Barang dan juga Penjualan barang. Dengan demikian Stock akhir akan selalu terupdate real-tima, dan tentunya Harga Pokok Pembelian akan dihitung otomatis oleh sistem setiap saat, tanpa perlu menunggu akhir Periode atau akhir Tahun. Selain itu HPP juga dapat diketahui sampai terperinci per barang, per category barang, dan total perusahaan.

Rumus Harga Pokok Penjualan [HPP] Pada Perusahaan Manufaktur

Perhitungan HPP pada perusahaan manufaktur jauh lebih rumit dibandingkan perusahaan dagang. Hal ini dikarenakan pada perusahaan dagang kita hanya membeli lalu menjual barang yang sama, sehingga biaya-biaya yang timbul dari barang yang dibeli tidak banya, umumnya hanya ongkos angkut. Tetapi pada perusahaan manufaktur, karena terjadi perubahan barang dari barang bahan baku lalu diproses menjadi barang jadi.

Karena itu guna menghitung HPP perusahaan manufaktur, adalah menggunakan rumus sebagai berikut:

Harga Pokok Penjualan [HPP] = Harga Pokok Produksi + Persediaan Awal Barang Jadi – Persediaan Akhir Barang Jadi

Harga Pokok Produksi merupakan harga yang didapat dari Bahan Baku yang digunakan ditambah biaya-biaya produksi yang timbul untuk mengubah barang baku menjadi barang jadi.

Berikut tahapan menghitung Harga Pokok Produksi sebagai berikut:

  1. Menghitung Bahan Baku yang digunakan Bahan baku yang digunakan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Bahan Baku Yang Digunakan = Persediaan Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku – Persediaan Akhir Bahan Baku

  2. Menghitung Biaya Produksi Biaya Produksi dapat dihitung dengan rumus dibawah ini :

    Total Biaya Produksi = Bahan Baku yang Digunakan + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Produksi

  3. Menghitung Harga Pokok Produksi Untuk menghitung Harga Pokok Produksi, diperlukan rumus seperti dibawah ini :

    Harga Pokok Produksi = Total biaya produksi + Persediaan Awal Barang dalam Proses Produksi – Persediaan Akhir Barang dalam Proses Produksi

Baca juga: Apa itu Biaya Produksi, Fungsi, Komponen dan Contoh Menghitungnya

Contoh Menghitung Harga Pokok Penjualan [HPP] Pada Perusahaan Manufaktur

Pada contoh sebelumnya, kita menggunakan toko ritel cemilan yang hanya membeli barang lalu menjual. Kemudian pemilik usaha ingin melakukan produksi sendiri untuk beberapa barang cemilan yang penjualannya baik. Salah satunya cemilan kerupuk singkong, hal ini dilakukan agar agar dia bisa mendapatkan keuntungan lebih dan menjual hasil produksinya ketoko lain diluar toko milik sendiri.

Pada contoh ini Perusahaan memiliki persediaan bahan baku diawal tahun sebesar Rp. 300 juta, barang setengah jadi [barang dalam proses produksi] sebesar Rp. 200 juta dan persediaan Finished Goods [barang jadi] yang siap untuk dijual sebesar Rp. 500 juta di awal tahun 2019 . Di tahun yang sama, perusahaan ini membeli bahan baku sebesar Rp. 800 juta dengan biaya pengiriman sebesar Rp. 80 juta.  Biaya tenaga kerja dan perawatan mesin selama tahun 2019 adalah Rp. 150 juta. Pada akhir tahun 2019, sisa penggunaan bahan baku adalah sebesar Rp. 200 juta, sisa persediaan dalam proses sebesar Rp. 100 juta dan sisa barang jadi produk yang bisa dijual adalah sebesar Rp. 300 juta. Berapakah HPP perusahaan tersebut?

Diketahui : Persediaan Awal Bahan Baku = 300.000.000 Persediaan Awal Barang dalam Proses Produksi = 200.000.000 Persediaan Awal Barang Jadi = 500.000.000 Pembelian Bahan Baku = 800.000.000 Biaya Pengiriman = 80.000.0000 Biaya Tenaga Kerja dan Perawatan Mesin = 150.000.000 Persediaan Akhir Bahan Baku = 200.000.000 Persediaan Akhir Barang dalam Proses Produksi = 100.000.000 Persediaan Akhir Barang Jadi = 300.000.000
Penyelesaian
Perhitungan HPP untuk contoh kasus ini harus dihitung melalui 4 tahapan seperti yang disebut sebelumnya.

  1. Menghitung Bahan Baku yang digunakan
    Bahan Baku Yang Digunakan = Persediaan Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku – Persediaan Akhir Bahan Baku

    Bahan Baku Yang Digunakan = 300.000.000 + [800.000.000 + 80.000.000] – 200.000.000
    Bahan Baku Yang Digunakan = 980.000.000

  2. Menghitung Total Biaya Produksi
    Total Biaya Produksi = Bahan Baku yang digunakan + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Produksi

    Total biaya produksi = 980.000.000 + 150.000.000
    Total biaya produksi = 1.130.000.000

  3. Menghitung Harga Pokok Produksi
    Harga Pokok Produksi = Total biaya produksi + Persediaan Awal Barang dalam Proses Produksi – Persediaan Akhir Barang dalam Proses Produksi

    Harga Pokok Produksi = 1.130.000.000 + 200.000.000 – 100.000.000
    Harga Pokok Produksi = 1.230.000.000

  4. Menghitung Harga Pokok Penjualan
    HPP = Harga Pokok Produksi + Persediaan Awal Barang Jadi – Persediaan Akhir Barang Jadi HPP = 1.150.000.000 + 500.000.000 – 300.000.000 HPP = 1.430.000.000

    Maka HPP Perusahaan Manufaktur tersebut adalah Rp. 1.430.000.000,-

Setelah kita melihat bahwa menghitung HPP sangat penting, agar kita dapat mengetahui dengan persis berapa sebenarnya modal yang kita keluarkan untuk barang atau jasa yang kita jual. Hal ini tentunya akan meningkatkan kewaspadaan kita agar kita tidak hanya focus kepada meningkatkan penjualan kita, tetapi ternyata salah menghitung HPP yang akan berakibat setiap barang yang kita jual bukannya mendatangkan keuntungan tetapi malah membuat kita rugi yang tidak sedikit.

Jika kita sudah mengetahui HPP kita dengan baik, kita bisa menentukan harga jual kita dengan lebih mudah dan baik, sehingga keuntungan yang didapat bisa optimal.

Baca juga: Bagaimana cara menentukan HPP dengan mudah

Semoga Article ini Membawa Manfaat bagi Anda dan Perusahaan
Salam Sukses Selalu


Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề