Bukti bukti peninggalan bersejarah dari masa Bani Umayyah menunjukkan bahwa pada masa itu umat Islam

tirto.id - Sejarah peradaban Islam mencatat, dinasti pertama selepas masa Kekhalifahan Rasyidin (632-661 Masehi) adalah Dinasti Umayyah yang dipelopori oleh Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Kendati sistem politiknya bertolak jauh dari sistem Kekhalifahan Rasyidin, namun di masa Kekhalifahan Umayyah, perkembangan ilmu pengetahuan terbilang pesat.

Berbeda dari masa Kekhalifahan Rasyidin yang menggunakan musyawarah untuk mengangkat khalifah, dinasti-dinasti Islam setelahnya, termasuk Kekhalifahan Umayyah, mewariskan kekuasaan melalui jalur keturunan. Dengan kata lain, khalifah dipilih dari anak khalifah sebelumnya.

Dilansir dari artikel ilmiah yang dimuat di Jurnal Tarbiya, Dinasti Umayyah berdiri sejak tahun 661 dan berakhir pada 750 Masehi. Selama 89 tahun berdiri, terdapat 14 khalifah berkuasa di Kekhalifahan Umayyah. Ada 5 khalifah yang paling terkenal, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Al-Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hasyim bin Abdul Malik.

Baca juga:

  • Al-Zahrawi, Mahaguru Dokter Bedah Sedunia dari Umayyah
  • Sejarah Kekhalifahan Umayyah, Kejayaan, Hingga Keruntuhannya
  • Kegeniusan Al-Biruni, Muslim Bergelar Guru Segala Ilmu

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Di masa Kekhalifahan Umayyah, keluarga khalifah dan pemerintahannya menaruh perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Sejumlah bidang ilmu berkembang pesat, seperti seni rupa yang dibuktikan dengan pahatan-pahatan, seni ukir, dan lukisan kaligrafi dari masa tersebut.

Selain itu, bidang arsitektur juga berkembang dengan dibangunnya Kubah Al-Sakhrah di Baitul Maqdia di masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan.

Dalam uraian "Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Masa Dinasti Umayyah" yang dimuat di Buletin Ilmiah Al-Turas, Nurhasan menuliskan sejumlah bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat itu meliputi ilmu-ilmu agama, bahasa, sejarah, geografi, filsafat, astronomi, matematika, fisika, dan ilmu pengetahuan alam lainnya.

Berikut penjelasan atas perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan pada masa Kekhalifahan Umayyah:

1. Ilmu-ilmu Agama

Sebenarnya, ilmu-ilmu agama sudah diminati sejak zaman Kekhalifahan Rasyidin, namun di masa Dinasti Umayyah, jenis keilmuan ini berkembang amat pesat.

Banyak sahabat Nabi Muhammad SAW yang mengembara untuk berdakwah. Di pelosok-pelosok negeri itulah, berdiri berbagai pusat kajian Islam yang mempelajari Alquran, hadis, dan fikih. Pusat-pusat kajian Islam itu terdapat di Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Fustat, hingga Damaskus.

Di antara ilmu-ilmu agama yang berkembang adalah ilmu qiraat atau seni membaca Alquran, serta ilmu tafsir. Tokoh-tokoh di bidang qiraat dan tafsir adalah Nafi' bin Abdurrahman, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Ibnu Katsir, dan lain sebagainya.

Berkembang juga ilmu hadis dengan tokoh seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud, dan lainnya, ilmu fikih dengan tokoh besar seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, dan lainnya.

Baca juga:

  • Sejarah Maharaja Akbar Memadukan Islam dan Hindu di India
  • Sejarah Pasukan Islam Menaklukkan Mesir pada 1 Ramadan
  • Ledakan Beirut dalam Penggalan Sejarah Panjang Lebanon

2. Ilmu Bahasa Arab

Sebenarnya, ilmu bahasa Arab pada masa sebelum Islam sudah berkembang jauh. Namun, selama itu, sebagian besar penduduk jazirah Arab adalah ummi (tidak bisa membaca dan menulis). Tradisi keilmuan bahasa mereka berbentuk lisan, bukan tulisan.

Pada masa Kekhalifahan Umayyah, ilmu bahasa Arab dikodifikasi sedemikian rupa dan ditulis sesuai cabang-cabang bahasanya. Sebagai misal, Abu Al-Aswad Ad-Duali dari Bashrah yang menuliskan ilmu nahwu. Yahya bin Ya'mar, murid Abu Al-Aswad kemudian menggeluti ilmu saraf dan balagah.

Pada masa Dinasti Umayyahini ini juga, Ahmad Al-Farahidi menyusun kamus atau mu'jam bahasa Arab dan kaidah-kaidah bahasa Arab.

3. Ilmu Sejarah

Perkembangan ilmu sejarah di masa Dinasti Umayyah dimulai dari penulisan sirah nabawiyah atau perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Data-data sejarah ini dikulik melalui sumber-sumber lisan dari sahabat-sahabat Rasulullah.

Di masa Kekhalifahan Umayyah, kitab sejarah yang pertama kali ditulis adalah Al-Maghazi dan Al-Sirah yang ditulis Ibnu Syihab Az-Zuhri untuk merekam riwayat perjalanan Nabi Muhammad SAW.

Sejarawan-sejarawan yang terkenal di masa Kekhalifahan Umayyah antara lain Ibnu Ishaq Al-Waqidi, Ibnu Hisyam, Muhammad bin Umar Al-Waqidi, dan lainnya.

Baca juga:

  • Khalifah yang Membangun Gereja Suci & Makam Yesus
  • Sejarah Kejatuhan Pusat Perang Salib Konstantinopel
  • Turki Ottoman Melemah dan Bantuan Inggris, Lahirlah Arab Saudi

4. Ilmu Kalam

Di bidang ilmu kalam, di masa Kekhalifahan Umayyah berkembang aliran-aliran pemikirian Jabariyah yang dipelopori oleh Jahm bin Shafwan, aliran Qadariyah yang dipelopori Ma'bad Al-Juhani, dan aliran Mu'tazilah yang dipelopori oleh Washil bin Atha'.

Aliran-aliran pemikiran dan ilmu kalam ini mencoba menafsirkan ajaran Islam dengan metode filsafat. Namun, banyak tokohnya yang mendapat tekanan dari pemerintah. Kendati demikian, aliran pemikiran dan ilmu kalam tetap berkembang pesat.

5. Sastra

Jenis sastra yang berkembang di masa Kekhalifahan Umayyah adalah syair atau puisi. Syair-syair ini didendangkan di banyak pertemuan. Bahkan, pada masa itu, terdapat Pasar Ukaz yang menjadi tempat untuk pertunjukan syair Arab.

Di masa Dinasti Umayyah, orang yang memiliki kecakapan lisan, baik itu orator dan penyair memiliki kedudukan sangat terhormat di kabilahnya. Diterakan, bangsa Arab bahkan tidak mengucapkan ucapan selamat, kecuali pada tiga hal, yaitu lahirnya anak kuda kesayangan, lahirnya bayi laki-laki, dan kemunculan seorang penyair.

Di era Kekhalifahan Umayyah pula, terdapat beberapa aliran syair yang berkembang, misalnya syair ghazal yang penuh nuansa cinta dan erotisme. Syair ghazal ini dikembangkan oleh Umar bin Abu Rabiah. Selain itu, berkembang juga syair politik yang dikenal dengan sebutan Al-Syi'r Al-Hizbi.

Baca juga:

  • Penjelasan 4 Teori Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
  • Sejarah Awal Kesultanan Mataram Islam, Letak, dan Pendiri Kerajaan
  • Kesultanan Aceh Darussalam: Sejarah Masa Kejayaan dan Peninggalan

6. Ilmu Kimia dan Kedokteran

Untuk keperluan praktis, ilmu kimia dan kedokteran turut berkembang pesat. Tokoh terkenal yang mendalami bidang ini adalah Khalid bin Yazid bin Mu'awiyah yang belajar di Alexandria, Mesir. Ia menerjemahkan karya-karya Yunani di bidang kedokteran, kimia, farmasi, dan matematika ke bahasa Arab.

Tokoh lainnya dari golongan Nasrani adalah Ibnu Atsal dan Abu Hakam Al-Nashrani. Ia merupakan dokter pribadi khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Abu Hakam adalah spesialis bidang farmasi dan obat-obatan, dari pil, tablet, hingga ramuan herbal.

Baca juga:

  • Sejarah Kesultanan Ternate: Kerajaan Islam Tertua di Maluku Utara
  • Sejarah Kesultanan Demak: Kerajaan Islam Pertama di Jawa
  • Sejarah Kerajaan Samudera Pasai: Pendiri, Masa Jaya, & Peninggalan

Baca juga artikel terkait DINASTI UMAYYAH atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/isw)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Masjid Agung Umayyah (bahasa Arab: جامع بني أمية الكبير‎) (bahasa Inggris: Great Mosque of Damascus), berlokasi di kota lama Damaskus, Suriah adalah masjid yang terbesar dan tertua di kota itu. Dan dianggap sebagai tempat suci ke empat dalam Islam.[1] Masjid ini dibangun pada masa Khalifah Al-Walid bin Abdul-Malik dari Bani Umayyah tahun 88-97 Hijriyah atau 706-715 Masehi, di kota Damaskus, Suriah, ibu kota Bani Umayyah pada waktu itu. Dibangun di atas runtuhan tempat peribadatan Romawi, tempat menyembah Dewa Jupiter, dengan mengadopsi tipe bangunan Masjid Nabawi di Madinah.

Bukti bukti peninggalan bersejarah dari masa Bani Umayyah menunjukkan bahwa pada masa itu umat Islam
Masjid Agung Umayyah
جامع بني أمية الكبير

Bukti bukti peninggalan bersejarah dari masa Bani Umayyah menunjukkan bahwa pada masa itu umat Islam

Bukti bukti peninggalan bersejarah dari masa Bani Umayyah menunjukkan bahwa pada masa itu umat Islam

Lokasi di Damaskus Lama

Informasi umumLetak
Bukti bukti peninggalan bersejarah dari masa Bani Umayyah menunjukkan bahwa pada masa itu umat Islam
Damaskus, SuriahKoordinat geografi33°30′43″N 36°18′24″E / 33.511944°N 36.306667°E / 33.511944; 36.306667Koordinat: 33°30′43″N 36°18′24″E / 33.511944°N 36.306667°E / 33.511944; 36.306667Afiliasi agamaIslamDaerahLevantStatusAktifDeskripsi arsitekturJenis arsitekturMasjidGaya arsitekturUmayyahRampung715SpesifikasiKapasitas3.000Menara3BahanBatu, marmer, tegel, mosaik

Ciri masjid ini adalah memiliki tiga menara yang merupakan usaha pembuatan menara pertama di daerah Syam (Suriah dan sekitarnya) dan empat pintu yang dihiasi dengan mosaik. Sisa-sisa mosaik itu masih ada sampai sekarang di bagian terpenting di dalam pintu Albarid, pintu barat masjid. Pada masa dahulu masjid ini menyimpan banyak kitab dan manuskrip.

Setelah penaklukan Arab atas Damaskus tahun 634, masjid dibangun di tempat yang sebelumnya adalah basilika Kristen yang dipersembahkan untuk Yohanes Pembaptis (atau Yahya) sejak zaman kekaisaran Romawi Konstantinus I. Masjid ini memiliki makam peninggalan suci yang diyakini sampai saat ini masih berisi kepala Yohanes Pembaptis (Yahya), yang dihormati sebagai nabi baik oleh Kristen maupun Islam. Juga terdapat berbagai penanda lokasi penting lainnya di dalam masjid dari Syi'ah, diantaranya tempat di mana kepala Husain bin Ali (cucu dari Muhammad) yang disimpan oleh Yazid bin Muawiyah. Makam Salahuddin berdiri di taman kecil di dinding utara masjid.

 

Makam suci Yohanes Pembaptis (Yahya) di dalam masjid

Lokasi di mana masjid sekarang berdiri sebelumnya adalah kuil tuhan Hadad pada era Aramaean dari akhir Zaman Perunggu dan Zaman Besi. Kehadiran Aramaean terbukti dengan ditemukannya basal ortostat berbentuk sphinx yang digali di sudut timur laut masjid. Lokasi itu kemudian pernah menjadi Kuil Jupiter pada zaman Romawi, kemudian sebuah gereja Kristen yang diperuntukkan kepada Yohanes Pembaptis pada zaman Kekaisaran Romawi Timur

Beberapa struktur yang ditemukan di dalam Masjid mengandung arti penting:

 

Lokasi di mana kepala Husain bin Ali disimpan oleh Yazid bin Muawiyah

Sisi Barat:

  • Gerbang masuk (dikenal sebagai "Bāb as-Sā‘at") - Penanda pintu lokasi di mana tahanan Karbalā disuruh berdiri 72 jam sebelum dibawa masuk.[2] Ketika itu, Yazid bin Muawiyah meminta kota dan istana dihias untuk kedatangannya.[2]

  1. ^ Hitti, 2002, p.514.
  2. ^ a b c Nafasul Mahmoom. hlm. 367. 

  • American architect and architecture, J. R. Osgood & Co, 1894 .
  • Burns, Ross (2005), Damascus: A History, London: Routledge, ISBN 0415271053 .
  • Dumper, Michael; Stanley, Bruce E. (2007). Cities of the Middle East and North Africa: A Historical Encyclopedia. ABC-CLIO. ISBN 1576079198. 
  • Charette, François (2003), Mathematical instrumentation in fourteenth-century Egypt and Syria: the illustrated treatise of Najm al-Dīn al-Mīṣrī, BRILL, ISBN 9789004130159 
  • Finkel, Caroline (2005), Osman's dream: the story of the Ottoman Empire, 1300-1923, Basic Books, ISBN 0465023967 .
  • Flood, Finbarr Barry (2001). The Great Mosque of Damascus: studies on the makings of an Umayyad visual culture. Boston: BRILL. ISBN 9004116389. 
  • Flood, Finbarr Barry (1997). "Umayyad Survivals and Mamluk Revivals: Qalawunid Architecture and the Great Mosque of Damascus". Muqarnas. Boston: BRILL. 14: 57–79. doi:10.2307/1523236. 
  • Grafman, Rafi; Rosen-Ayalon, Myriam (1999). "The Two Great Syrian Umayyad Mosques: Jerusalem and Damascus". Muqarnas. Boston: BRILL. 16: 1–15. doi:10.2307/1523262. 
  • Hitti, Phillip K. (October 2002). History of Syria: Including Lebanon and Palestine. Piscataway, NJ: Gorgias Press LLC. ISBN 9781931956604. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-09. Diakses tanggal 2011-05-07. 
  • le Strange, Guy (1890), Palestine Under the Moslems: A Description of Syria and the Holy Land from A.D. 650 to 1500, Committee of the Palestine Exploration Fund  (Ibn Jubayr: p.240 ff)
  • Ibn Ṣaṣrā, Muḥammad ibn Muḥammad (1963). William M. Brinner, ed. A chronicle of Damascus, 1389-1397. University of California Press. 
  • Ibn Khaldūn; Fischel, Walter Joseph (1952). Ibn Khaldūn and Tamerlane: their historic meeting in Damascus, 1401 a.d. (803 a. h.) A study based on Arabic manuscripts of Ibn Khaldūn's "Autobiography". University of California Press. 
  • Kafescioǧlu, Çiǧdem (1999). ""In The Image of Rūm": Ottoman Architectural Patronage in Sixteenth-Century Aleppo and Damascus". Muqarnas. BRILL. 16: 70–96. doi:10.2307/1523266. 
  • Kamal al-Din, Nuha; Ibn Kathir (2002). The Islamic view of Jesus. Islamic Books. ISBN 977600508X. 
  • Palestine Exploration Fund (1897), Quarterly statement, Published at the Fund's Office  Parameter |urlhttp://books.google.com/books?id= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan).
  • Ring, Trudy; Salkin, Robert M.; Schellinger, Paul E. (1994), International Dictionary of Historic Places, Taylor & Francis, ISBN 1884964036 
  • Rivoira, Giovanni Teresio (1918), Moslem architecture: its origins and development, Oxford University Press .
  • Selin, Helaine (1997), Encyclopaedia of the history of science, technology, and medicine in non-western cultures, Springer, ISBN 9780792340669 .
  • Walker, Bethany J. (Mar., 2004). "Commemorating the Sacred Spaces of the Past: The Mamluks and the Umayyad Mosque at Damascus". Near Eastern Archaeology. The American Schools of Oriental Research. 67 (1): 26–39. doi:10.2307/4149989.  Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
  • Winter, Michael; Levanoni, Amalia (2004). The Mamluks in Egyptian and Syrian politics and society. BRILL. ISBN 9004132864. 
  • Van Leeuwen, Richard (1999), Waqfs and urban structures: the case of Ottoman Damascus, BRILL, ISBN 9004112995 
  • Wolff, Richard (2007), The Popular Encyclopedia of World Religions: A User-Friendly Guide to Their Beliefs, History, and Impact on Our World Today, Harvest House Publishers, ISBN 0736920072 
  • Zaimeche, Salah; Ball, Lamaan (2005), Damascus, Manchester: Foundation for Science Technology and Culture 

  • (Inggris) Christian Sahner, "A Glistening Crossroads," The Wall Street Journal, 17 July 2010 Diarsipkan 2010-07-30 di Wayback Machine.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Masjid_Agung_Umayyah&oldid=19484712"