Buku Sailors Guide to the Erythraean Sea menjelaskan informasi tentang

Periplus dari Laut Eritrea atau Periplus dari Laut Merah (bahasa Yunani: Περίπλους τῆς Ἐρυθράς Θαλάσσης, bahasa Latin: Periplus Maris Erythraei) adalah sebuah periplus Yunani-Romawi, yang ditulis dalam bahasa Yunani, yang menjelaskan navigasi dan keperluan dagang dari pelabuhan-pelabuhan Mesir Romawi seperti Berenice di sepanjang pesisir Laut Merah, dan yang lainnya di sepanjang Afrika Timur Laut dan Sindh dan barat daya India. Teks tersebut diyakini dibuat antara abad ke-1 sampai ke-3 Masehi, namun pertengahan abad ke-1 adalah yang paling banyak diterima pada masa sekarang. Meskipun pengarangnya tidak diketahui, karya tersebut secara jelas merupakan penjelasan tangan pertama buatan seseorang yang familiar dengan kawasan tersebut dan hampir khas dalam menyediakan tanda-tanda akurat dalam apa yang dunia Eropa kuno ketahui tentang wilayah-wilayah di sekitaran Samudera Hindia.

Buku Sailors Guide to the Erythraean Sea menjelaskan informasi tentang

Nama-nama, rute-rute dan lokasi-lokasi pada Periplus dari Laut Eritrea.

Laut Eritrea (bahasa Yunani: Ἐρυθρά Θάλασσα) merupakan sebuah nama Yunani saat ini untuk Laut Merah; bagi bangsa Yunani kuno, itu meliputi Samudera Hindia dan Teluk Persia.

  • Casson, Lionel (1989). The Periplus Maris Erythraei: Text With Introduction, Translation, and Commentary. Princeton University Press. ISBN 0-691-04060-5. 
  • Chami, F. A. 1999. "The Early Iron Age on Mafia island and its relationship with the mainland." Azania Vol. XXXIV 1999, pp. 1–10.
  • Chami, Felix A. 2002. "The Graeco-Romans and Paanchea/Azania: sailing in the Erythraean Sea." From: Red Sea Trade and Travel. The British Museum. Organised by The Society for Arabian Studies.
  • Dihle, A. 1965. Umstrittene Daten – Untersuchungen zum Auftreten der Griechen am Roten Meer, Wissenschaftliche Abhandlungen der Arbeitsgemeinschaft Für Forschung des Landes Nordrhein-Westfalen. Köln und Opladen: Westdeutscher Verlag.
  • Hill, John E. (2004). "The Peoples of the West" from the Weilüe, Section 15. (Draft version). Downloadable from: [1].
  • Menachery, George.(1987, repr.2000). "Kodungalluur City of St. Thomas" alias "Kodungallur Cradle of Christianity in India".
  • Hill, John E. (2009) Through the Jade Gate to Rome: A Study of the Silk Routes during the Later Han Dynasty, 1st to 2nd Centuries CE. BookSurge, Charleston, South Carolina. ISBN 978-1-4392-2134-1.
  • Huntingford, G. W. B. (translator) (1980). The Periplus of the Erythraean Sea, ISBN 0-904180-05-0, (also includes translation of Red Sea material from Agatharchides)
  • Hjalmar Frisk, Le Périple de la Mer Erythrée (Göteborg, 1927)
  • Miller, J. Innes. 1969. The Spice Trade of The Roman Empire: 29 B.C. to A.D. 641. Oxford University Press. Special edition for Sandpiper Books. 1998. ISBN 0-19-814264-1.
  • Fussman, G. 1991. "Le Periple et l'histoire politique del'Inde". Journal Asiatique 279 (1991):31-38.
  • Robin, C. 1991. "L'Arabie du sud et la date du Périple de la mer érythrée". Journal Asiatique 279:1-30.
  • Dr. Nagaswamy, R. 1995 Roman Karur. Brahadish Publications. http://tamilartsacademy.com/books/roman%20karur/cover.html Diarsipkan 2012-05-07 di Wayback Machine.
  • Schoff, Wilfred Harvey, translator and Secretary of the Commercial Museum of Philadelphia, with a foreword by W. P. Wilson, Sc. Director, The Philadelphia Museums. Periplus of the Erythraean Sea: Travel and Trade in the Indian Ocean by a Merchant of the First Century, Translated from the Greek and Annotated. (First published 1912, New York, New York: Longmans, Green, and Co.) Reprinted 1995, New Delhi: Munshiram Monoharlal Publishers, ISBN 81-215-0699-9 .

  • The Periplus of the Erythrean sea, containing an account of the navigation of the ancients, from the sea of Suez to the coast of Zanguebar, William Vincent (ed.), 2 voll., London, 1800, vol. 1, vol. 2.
  • Arriani alexandrini periplus maris erythraei, B. Fabricius, Dresdae, de commissis H. M. Gottschalcki, 1849.
  • Geographi graeci minores, Karl Otfried Müller, Paris, editoribus Firmin-Didot et sociis, 1882, vol. 1 pp. 257-305.
  • William H. Schoff, The Periplus of the Erythraean Sea: Travel and Trade in the Indian Ocean by a Merchant of the First Century (New York: Longmans, Green, and Co., 1912), with additional commentary including alternate spellings or translations from Lionel Casson's more recent edition.
  • Ancient history sourcebook: The basic text from Schoff's 1912 translation.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perjalanan_Laut_Eritrea&oldid=18066868"

Buku Sailors Guide to the Erythraean Sea menjelaskan informasi tentang


Uji Kompetensi 1

1. Pada masa Hindu-Buddha masyarakat di Indonesia menggunakan astrolab dan sistem angin sebagai panduan kegiatan pelayaran. Penggunaan Astrolab dan sistem angin menunjukkan bahwa . . . .     a.    Aktivitas pelayaran di Indonesia semakin maju     b.    Penemu astrolab merupakan revolusi besar dalam sejarah pelayaran

    c.    Perkembangan pengetahuan turut menujukan pelayaran di Indonesia

    d.    Pengetahuan sistem angin masyarakat di Indonesia sudah maju     e.    Penggunaan astrolab didukung oleh pengetahuan sistem angin 2. Jalur sutra laut merupakan jalur perdagangan laut yang menghubungkan India dan Tiongkok melalui Kepulauan Indonesia. Keberadaan jalur ini menguntungkan bagi masyarakat di Kepulauan Indonesia karena . . . .

    a.    Mendorong masyarakat Indonesia terlibat dalam perdagangan internasional

    b.    Mendorong pedagang Tiongkok menjual kain sutra di Indonesia     c.    Memperlancar kegiatan perdagangan di Indonesia pada masa kuno     d.    Umpermudah jalinan hubungan dagang dengan India     e.    Menggantikan jalur pelayaran sebelumnya yang melalui jalur darat 3. Aktivitas pelayaran di Indonesia sudah ber kembang sejak masa praksara. Para Pelaut mengetahui arah dalam kegiatan pelayaran pada masa itu dengan cara . . . .     a.    Memanfaatkan angin laut dan angin darat

    b.    Menggunakan pengetahuan rasi bintang

    c.    Memanfaatkan angin angin monsun     d.    Menggunakan kompas     e.    Menggunakan astrolab 4. Relief Perahu bercadik di dinding candi Borobudur menjadi salah satu bukti yang menunjukkan adanya kemajuan teknologi perkapalan di Indonesia. Relief tersebut membuktikan bahwa . . . .     a.    Bangsa Indonesia mampu membuat kapal tradisional tumpi menggunakan paku besi     b.    Bungan Indonesia telah mengenal cara membuat kapal sejak masa Hindu-Budha     c.    Nenek moyang bangsa Indonesia mengguna kan kapal sebagai alat transportasi     d.    Masyarakat Indonesia memiliki lothian membuat kapal berukuran besar

    e.    Masyarakat Indonesia memiliki kudekatan dengan budaya maritim

5. Pengetahuan mengenai sistem angin darat dan angin laut sangat dibutuhkan dalam aktivitas pelayaran pada masa kuno. Para pedagang memanfaatkan angin laut untuk . . . .     a.    Melakukan perjalanan menuju lautan

    b.    Melakukan pelayaran kembali ke darat

    c.    Menjalin hubungan dagang dengan India     d.    Mencari daerah pénghasil rempah-rempah     e.    Memprediksi kondisi cuaca di lautan 6. Angin monsun barat dan angin monsun timur memiliki kedudukan penting bagi kegiatan pelayaran di Kepulauan Indonesia pada masa Hindu Budha. Perbedaan kedua angin tersebut ditunjukan oleh pilihan . . . .

Buku Sailors Guide to the Erythraean Sea menjelaskan informasi tentang


    B 7. Buku Guide to Geography menjadi bukti aktivitas pelayaran dan perdagangan di Kepulauan Indonesia, Daerah di Indonesia yang disebutkan Claudius Ptolomeus dalam buku tersebut yaitu . . . .     a.    Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi     b.    Sunda. Barus, dan Kalimantan     c.    Barus, Sumatra, dan Sulawesi

    d.    Barus, Sunda, dan Sumatra

    e.    Jawa, Sulawesi, dan Sumatra 8. Bukti adanya lalu lintas perdagangan di wilayah Indonesia juga disebutkan dalam buku Sailor Guide to the Erythraean Sea. Buku tersebut menjelaskan tentang . . . .     a.    Kapal yang digunakan bangsa India untuk mencari komoditas emas di Sumatra     b.    Komoditas wangi-wangian yang dicari pedagang Tiongkok di Indonesia

    c.    Kapal-kapal besar yang mengangkut lada dari arah timur menuju India

    d.    Keberadaan beberapa wilayah seperti Bareeze, Sindae, dan labadium     e.    Keberadaan kapal yang mengangkut kayu cendana dari arah 9. Jenis rempah-rempah dari Indonesia yang diper dagangkan kepada pedagang India yaitu cengkeh dan lagi. Akan tetapi, perdagangan lada pada masa itu tidak sebanyak cengkih karena . . . .

    a.    Lada kurang diminati oleh masyarakat India

    b.    Lada banyak dihasilkan di wilayah India     c.    Lada tidak dapat digunakan sebagai bahan obat     d.    Cengkih memiliki nilai jual lebih tinggi daripada lada     e.    Cengkih memiliki manfaat lebih banyak daripada lada 10. O.W. Wolters menyatakan kegiatan pelayaran utara Tiongkok dan masyarakat Indonesia terjadi sekira abad III-V Maschi. Pendapat yang di kemukakan oleh O.W. Wolters tersebut didasarkan padu . . . .     a.    Essien ke Shepo (Jawa) laporan perjal     b.    Keberadaan ki pal-kapal Tiongkok di     c.    Samudra Hindia laporan pembebasan kapal-kapal Ho-lo-tan di Kanton     d.    Ekspedisi Laksamana Cheng Ho ke wilayah Indonesia X

    e.    Catatan perjalanan Fa-Hien dari Yeh-po ke Tiongkok


B. Kerjakan soal-soal berikut!

1. Pada masa Hindu-Buddha masyarakat Indonesia sudah menggunakan sistem angin untuk men. dukung kegiatan pelayaran. Bagaimana per kembangan aktivitas pelayaran di Indonesia dengan adanya pengetahuan tentäng sistem angin tersebut?

    Dengan adanya sistem angin para pelaut semakin mudah untuk berpergian dari darat menuju lautan pada malam hari dengan angin darat dan angin laut untuk kembali ke darat pada siang hari.

2. Keberadaan angin darat dan angin laut memengaruhi proses pelayaran. Jelaskan fungsi kedua angin tersebut bagi kegiatan pelayaran di Kepulauan Indonesia pada masa kuno!

    Angin darat, angin ini dimanfaatkan oleh para pelaut untuk berpergianmenuju ke lautan pada malam hari.


    Angin laut, angin ini dimanfaatkan oleh para pelaut untuk kembali ke daratan pada siang hari. 3. Kompas merupakan salah satu alat yang digunakan dalam aktivitas pelayaran. Uraikan peran penting kompas dalam aktivitas pelayaran di Indonesia pada awal abad Masehi!

    Kompas memberikan petunjuk arah mata angin sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi, karena memperoleh informasi mengenai arah, terutama ketika cuaca sedang buruk.

4. Tuliskan sumber sejarah yang menjelaskan adanya aktivitas perdagangan di Kepulauan Indonesia pada masa kuno!

    -  Guide to geography


    -  Salor's Guide to the Eryttaean Sea
    -  Kitab Mahaniddesa
    -  Catatan Fa-Hsien 5. Kayu cendana dan kayu gaharu menjadi komoditas ekspor terkenal dari Indonesia setelah kedatangan pedagang India. Mengapa demikian?

    Kayu gaharu dan kayu cendana diberi oleh para pedagang India untuk dijual kembali ke India, Arab, dan Eropa. Kedua jenis kayu ini dugunakan sebagai wangi-wangian, otak, kosmetik, dan bahan pengawet.


Page 2

    Kami memulai blog ini pada tanggal 10 Juni 2020 sampai sekarang, tujuan kami dalam membuat blog ini adalah untuk membantu para adik-adik yang kesulitan dalam mengerjakan soal-soal dari sekolah maupun luar sekolah.     Harapan kami kedepannya yaitu membantu lebih banyak adik-adik dari SD, SMP, SMA, dan jenjang sekolah lainnya. Terima Kasih