Cara memasak emas dengan air keras

duniatambang.co.id - Sebelum menjadi emas murni yang utuh, pada dasarnya logam mulia itu ditambang dari sebuah batuan yang bercampur dengan kandungan mineral lainnya. Kemudian dilakukan proses pengolahan untuk memisahkan emas dari mineral lainnya.

Ada beberapa metode yang dilakukan dalam hal ini, yakni secara tradisional dan modern.

Metode Tradisional

Biasanya metode ini dilakukan oleh penambang perorangan maupun perusahaan dengan skala kecil. Tentunya, metode tradisional ini tidak memerlukan mesin-mesin khusus dalam pengoperasiannya. Metode ini cenderung lebih hemat biaya.

Adapun beberapa metode tradisional pemisahan emas adalah sebagai berikut:

1. Metode Pendulangan

Metode pendulangan adalah metode tertua dalam proses pemisahan emas. Biasanya dengan memanfaatkan kuali atau benda dengan bentuk sejenisnya, yang kemudian diisi air serta bebatuan yang kemungkinan mengandung emas. Selanjutnya kuali itu akan digoyang-goyang yang menyebabkan emas tertinggal di dasar kuali. Jadi, ukuran massa sangat berpengaruh dalam proses ini.

2. Menggunakan Merkuri

Mungkin ini adalah metode paling berbahaya, karena dampak negatif yang dihasilkan. Dengan memanfaatkan sifat merkuri yang berupa air raksa sebagai pelarut, nantinya emas bisa dengan sendirinya terpisahkan dari bebatuan lainnya. Metode ini dianggap paling mudah dan efisien, namun bisa berakibat fatal karena dapat merusak lingkungan dan membahayakan manusia yang terpapar.

Metode Modern

Mayoritas perusahaan tambang saat ini lebih memilih menggunakan metode modern dengan memanfaatkan sejumlah peralatan canggih dan juga bahan kimia yang lebih ramah.

Adapaun metode modern pemisahan emas adalah sebagai berikut.

1. Hidrometalurgi

Hidrometalurgi merupakan metode untuk mendapatkan logam emas, dengan menggunakan reaksi-reaksi kimia yang dilarutkan. Pada umumnya, metode hidrometalurgi dilakukan dalam 3 tahap yakni, tahap pelindian, tahap pemekatan dan tahap pengambilan.

Tahapannya dimulai dari melakukan pelindian [leaching] dengan melarutkan batuan mentah ke dalam larutan yang sudah dicampur dengan pereaksi kimia. Nantinya akan terpisahkan logam yang diinginkan dengan batuan lain yang dianggap sebagai pengotor.

Setelah itu, dilanjutkan dengan proses pemekatan untuk meningkatkan konsentrasi logam yang diinginkan. Terakhir, akan dilakukan proses pengambilan atau recovery pada logam yang sudah mengalami dua proses sebelumnya.

2. Pirometalurgi

Sementara itu, metode pirometalurgi akan memanfaatkan panas atau suhu tinggi dari proses pembakaran untuk memisahkan emas dengan mineral lainnya. Proses memanfaatkan reaksi-reaksi padatan, gas, serta lelehan yang dikerjakan pada sebuah furnace atau tanur.

Tahapan dalam metode Pirometalurgi dibagi menjadi 5 macam yakni :

Pengeringan - Proses untuk menghilangkan kelembaban pada batuan dan biasanya menggunakan titik didih sekitar 120 derajat celcius.

Kalsinasi - Merupakan proses dekomposisi dari panas batuan atau material, yang dilakukan dengan menggunakan tungku atau furnace.

Pemanggangan - Proses pemanasan dengan memanfaatkan hembusan udara yang berlebih terhadap batuan material yang ditambahkan sejumlah bahan kimia. Suhu yang digunakan, berada di bawah titik didih material tersebut.

Peleburan - Melakukan peleburan terhadap material dengan menggunakan suhu tinggi, lebih dari titik didih sehingga material akan meleleh.

Pemurnian - Proses untuk memindahkan material-material yang tidak diinginkan dengan memanfaatkan panas.

BANDA ACEH - Penggunaan merkuri [air raksa] dalam industri pengolahan emas terbukti mencemari lingkungan. Menyikapi hal itu, para peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Aceh Universitas Syiah Kuala [FMIPA Unsyiah] Banda Aceh menemukan terobosan dan formula baru yang lebih ekonomis sekaligus ramah lingkungan.

“Kita tawarkan penggunaan asam klorida dicampur kaporit untuk memisahkan emas dari material lainnya. Campuran zat kimia ini berdaya hingga 90% memisahkan emas dari kandungan 100% potensial dalam sekali penggilingan. Ini karena kapasitas gelondongan yang kita tawarkan juga lebih besar,” ujar salah seorang dari tim peneliti FMIPA Unsyiah, Elly Sufriadi, kepada Serambi di Banda Aceh, Kamis [28/8].

Ditanya apa keunggulan metoda ini dibanding menggunakan merkuri dan sianida, Elly menjawab tangkas, “Cara ini lebih ramah lingkungan. Kalau soal cara kerjanya tentu lebih efisien, tapi kalau soal harga itu relatif,” ujar dosen jurusan kimia ini.

Dalam formula baru ini, ia jelaskan bahwa rasio penggunaan asam klorida dengan kaporit adalah 3:1. Di pasaran, asam klorida dihargai Rp Rp 400.000/jeriken [35 kg] dan kaporit dijual Rp 7.500 per satuan. Jika dibandingkan dengan penggunaan merkuri sebesar dua-tiga ons dengan pemisahan jumlah material yang sama, maka uang yang harus dikeluarkan berkisar Rp 600.000-an, tergantung harga merkuri di pasar gelap.

Sementara daya kerja merkuri yang dicampur ke dalam material yang belum dipisah antara yang potensial atau tidak, menurut Elly, hanya sekitar 40 persen. Untuk itu, penambang harus menggiling berulang-ulang guna memisahkan emas dari material lainnya [batu atau gumpalan tanah].

Elly menjelaskan, aktivitas penambangan emas di Aceh Jaya, Pidie, dan Aceh Selatan sudah sangat mengkhawatirkan. Matinya ribuan ikan menunjukkan kadar merkurinya sudah di atas ambang batas. Sejak penambangan di Aceh menggeliat tahun 2008, dua tahun kemudian pihaknya melakukan penelitian untuk kemudian merekomendasikan model pengolahan emas ramah lingkungan tersebut.

“Hasil penelitian kami menunjukkan sungai Krueng Sabee yang dijadikan air baku untuk PDAM setempat sudah tercemar merkuri dengan kadar 5 ppm. Kami juga melakukan percobaan pada tikus bunting yang mengonsumsi air tersebut dan mendapati janin yang dikandung hingga hari ke-18 mengalami pengikisan tulang,” papar Elly.

Beranjak dari situlah pihaknya melakukan dua kali uji coba model pengolahan emas ramah lingkungan masing-masing pada Oktober 2013 dan Agustus 2014. Uji coba sekaligus sosialisasi dilakukan di laboratorium Bapedal Aceh dengan mengundang penambang, ekonom, dan pemkab terkait.

“Tapi entah kenapa Bapedal melarang temuan itu untuk di-publish, padahal itu sangat berguna bagi masyarakat. Gubernur tidak tahu-menahu soal ini. Begitulah, setelah ada kejadian dan jatuh korban baru ribut, dulu malah tidak direspons,” keluhnya.

Saat bertemu Kepala Bapedal Aceh, Ir Anwar Ibrahim, di Meuligoe Aceh, Senin [25/8] lalu, di depan Gubernur Zaini Abdullah, Serambi sempat menanyakan mengapa temuan dari peneliti FMIPA Unsyiah itu tidak dipopulerkan di kalangan penambang emas kalau memang lebih kecil risiko medis dan ekologisnya. Anwar hanya menjawab singkat,” Bahan pemisah emas yang mereka gunakan masih dari bahan kimia juga dan harganya lebih mahal.” [rul/dik]

Bagaimana cara memurnikan emas?

pemurnian emas ini menggunakan menggunakan pelarut asam yaitu pelarut H vii 2 SO 4 [asam sulfat ] dan HNO [asam nitrat]. Penggunaan pelarut asam sulfat bertujuan untuk memisahkan perak dengan cara di dalam larutan dimasukkan plat tembaga untuk tempat menempelnya logam perak.

Apakah emas dapat dilebur dengan pemanasan?

Menggunakan Alat Pemanas. Belilah tungku listrik yang digunakan untuk meleburkan emas. Tungku tersebut merupakan tempat pembakaran kecil bertenaga tinggi yang dirancang khusus guna meleburkan logam-logam berharga, termasuk emas dan perak.

Emas dimurnikan dengan apa?

Ada sebuah proses pemurnian emas yang dilakukan lewat proses pembakaran. Caranya adalah dengan membakar emas hingga mencair. Disaat emas sudah cair, berbagai kotoran yang melekat padanya seperti debu, karat dan unsur-unsur logam lain akan naik ke permukaan, sehingga semua kotoran ini bisa diambil.

Apa yang dimaksud memurnikan emas?

Pemurnian Emas dengan Metode Tradisional Pemurnian secara tradisional memungkinkan penambang memisahkan emas dari mineral campuran tanpa menggunakan banyak peralatan dan mesin modern. Selain itu, biaya yang diperlukan juga lebih minim.

Bài mới nhất

Chủ Đề