Core competencies personil toko yang mengharuskan untuk memiliki pengetahuan tentang aplikasi-aplikasi yang digunakan di toko adalah

Core competencies personil toko yang mengharuskan untuk memiliki pengetahuan tentang aplikasi-aplikasi yang digunakan di toko adalah
© unsplash

6 Contoh Core Competencies

Ada banyak contoh core competencies yang bisa kita lihat. Baik dari perusahaan-perusahaan lokal, maupun luar negeri.

Dengan melihat contoh-contohnya, sedikit banyaknya Anda akan mulai paham dengan strategi bisnis ini. Berikut daftar contoh-contoh untuk menambah wawasan Anda.

1. Contoh Core Competencies di Bidang Kuliner

Pernahkah Anda merasa terobsesi dengan produk kuliner tertentu karena rasanya tidak ada yang menyamai? Hal tersebut karena resepnya tidak mudah ditiru dan menjadikannya begitu khas dari produk  serupa lainnya.

Contohnya salah satu produk bolu khas Medan. Teksturnya lembut, rasanya khas, dan pelayanannya pun memuaskan. Selain resep yang khas, penggunaan bahan-bahannya pun tentu berkualitas.

2. Contoh Core Competencies di Bidang Otomotif

Salah satu perusahaan otomotif raksasa asal Jepang, mengenalkan sistem bernama lean production. Sistem ini sangat populer di jajaran perusahaan-perusahaan otomotif.

Lean production, atau teknik produksi ramping, mampu membuat perusahaan memiliki struktur biaya produksi yang rendah. Hal ini tentu akan berdampak pada keuntungan yang didapatkan.

3. Contoh Core Competencies di Bidang Internet

Tahukah Anda, bahwa Google adalah perusahaan dengan lingkungan kerja yang nyaman dan inovatif? Perusahaan ini terbuka bagi para staf yang memiliki daya inovasi baik dan terbuka.

Buktinya, hingga saat ini, Google tetap menjadi layanan mesin terbaik di dunia. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut didukung oleh kombinasi insinyur dan tim yang terampil di bidangnya.

4. Contoh Core Competencies Perusahaan Supermarket

Saat ini, banyak perusahaan supermarket maupun minimarket yang membuka ratusan cabang di berbagai daerah. Hal ini bisa terwujud karena perusahaan tersebut memiliki manajemen yang begitu andal.

Selain itu, supermarket/minimarket, saat ini memiliki rantai pasokan yang bagus. Dengan begitu, jaringan distribusinya semakin luas dan efisien.


Baca juga: 4 Tips Melakukan Audit Retail yang Baik dan Benar

5. Contoh Core Competencies di Bidang Teknologi

Apple adalah salah satu perusahaan yang bisa dijadikan contoh core competencies di bidang teknologi. Pasalnya, perusahaan tersebut terus berinovasi dan mengembangkan teknologi gadgetnya ke arah yang lebih baik.

Selain inovasi yang terbilang imajinatif, perusahaan Apple juga memiliki sistem pemasaran yang bagus. Hingga akhirnya, seperti yang kita ketahui, produk-produk Apple selalu tampil beda dengan kualitas yang jempolan.

6. Contoh Core Competencies di Bidang Komputer

Perusahaan PC ternama, yaitu Dell, adalah brand PC/Laptop yang dibuat khusus dari pabrikan dengan biaya yang rendah.

Strateginya ini telah berhasil memberi kesempatan kepada jutaan customer untuk mendapatkan PC/laptop dengan harga terjangkau.

Meski murah, produk dari Dell tidak bisa dianggap murahan. Karena, menyediakan berbagai spesifikasi yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan customer.

Tips Sukses Membangun Core Competencies

Diperlukan kiat-kiat khusus agar kompetensi inti bisa berjalan dengan baik. Bagi yang ingin mencoba mengembangkannya, berikut kami jelaskan beberapa tips sukses dalam membangunnya:

1. Pemimpin Harus Berperan Aktif

Seorang pemimpin perusahaan, adalah orang yang memiliki peran strategis dalam menentukan dan mengembangkan kompetensi inti.

Pemimpin yang visioner dan inovatif, mampu menarik minat investor untuk menanamkan modal pada perusahaan yang dikembangkannya.

2. Buat Strategi yang Jelas Lalu Implementasikan

Strategi adalah hal yang paling penting dalam kompetensi inti. Tanpa strategi yang jelas, Anda tidak bisa mengoptimalkannya. Karena, kompetensi inti, akan berfokus pada strategi perusahaan.

Mulailah menyusun strategi agar perusahaan Anda lebih unggul dibandingkan kompetitor. Selain itu, susun juga strategi yang berfokus pada inovasi.

Karena, seperti contoh di atas, keunikan dan inovasi produk/layanan adalah goal dari kompetensi inti.

Setelah menyusun strategi, selanjutnya implementasikan. Karena, strategi tanpa implementasi tidak akan membuahkan hasil.  

3. Menyesuaikan Strategi dengan Jenis Industri

Tidak semua strategi cocok dengan perusahaan Anda. Contohnya, bisnis di dalam bidang farmasi yang umumnya berfokus pada komersialisasi produk, pengembangan, dan riset agar mudah diserap pasar.

Tentu strategi di atas, tidak cocok untuk diimplementasikan pada perusahaan yang berbasis kuliner. Itulah kenapa, dalam menyusun strategi, harus berorientasi pada contoh perusahaan besar yang relevan dengan bisnis Anda.

4. Menjaga Orisinalitas

Jika ingin memiliki produk/layanan yang unggul dan unik, maka yang harus dikedepankan adalah orisinalitasnya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Prahalad dan Gary Hamel, yang pertama kali mengenalkan kompetensi inti.

Dalam hal orisinalitas, kompetensi inti memiliki peran penting sebagai alat prediksi tentatif. Tujuannya agar bisa mengukur apakah produk/layanan sudah unggul dan orisinal dibandingkan pesaing atau belum.

Itulah penjelasan seputar contoh core competencies sebagai bahan pertimbangan Anda. Dengan mengenali contoh-contoh di atas, sedikit banyaknya kini Anda bisa mengetahui bagaimana hasil yang didapatkan. Semoga bermanfaat.  

Ada berbagai macam kompetensi yang diperlukan untuk mendukung operasional. Core competencies atau kompetensi inti berperan penting. Sebab, kompetensi inti inilah yang akan berpengaruh langsung terhadap perkembangan perusahaan. Setiap divisi atau posisi mempunyai core competencies yang berbeda.

Pengertian Core Competencies

Core competencies atau kompetensi inti adalah kapabilitas atau kemampuan dari karyawan yang membentuk keunggulan strategis dalam suatu bisnis. Perkembangan bisnis beberapa tahun terakhir mengharuskan perusahaan fokus pada kompetensi inti bagi setiap posisi agar posisi yang ada dapat memberikan kinerja terbaiknya dalam sebuah perusahaan.

Beberapa contoh core competencies yang umum dan dibutuhkan di berbagai divisi adalah kemampuan analitis, berpikir kritis, dan problem solving.

Bahkan HRD yang memiliki kewajiban untuk mengelola core competencies dalam perusahaan pun memiliki core competencies yang wajib dikuasai agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Core Competencies Wajib HRD

Jika merujuk ke proses tradisional, tanggung jawab HRD hanya seputar pengelolaan, rekrutmen, penggajian, dan lain-lain. Namun, perkembangan bisnis yang kian pesat membuat HRD menangani hal lain yang lebih beragam seperti merancang employer branding dan bersaing dengan kompetitor saat melakukan rekrutmen.

Hal ini tentu tidak mudah. Itulah sebabnya kompetensi seorang HR turut berkembang seiring dengan bertambahnya tanggung jawab dan fungsi nya.

Core competencies yang harus dimiliki HRD antara lain:

Komunikasi yang efektif

Seorang profesional HRD harus memiliki kemampuan komunikasi yang efektif. Hal ini dikarenakan HRD berhubungan langsung dengan banyak orang, baik kandidat maupun karyawan. HRD harus secara aktif mendengarkan untuk memahami perspektif orang lain serta membawa diskusi yang lebih terbuka bahkan dengan jajaran manajerial.

Komunikasi yang efektif juga membantu HRD untuk menangani keluhan karyawan serta mengelola konflik perusahaan.

Membangun Relasi

Membangun relasi antara karyawan dan divisi lain adalah salah satu komponen penting untuk menyatukan bisnis. Relasi ini membantu memaksimalkan potensi perusahaan dan mempertahankan perusahaan di tengah kompetisi.

Oleh karena itu, para profesional HRD harus membangun hubungan antar setiap departemen agar dapat berkembang bersama.

Selain itu, lingkungan tempat kerja memiliki individu yang beragam. Profesional HRD harus memperkenalkan kebijakan yang  inklusif agar semua orang merasa terlibat dalam perusahaan.

Keterampilan Beradaptasi

Dunia bisnis berubah setiap saat. Banyak perubahan yang ada akan mempengaruhi pola kerja dan kebijakan dalam perusahaan. Untuk membina lingkungan kerja yang sehat, HRD harus menyusun taktik  untuk membuat karyawan tetap terlibat secara aktif dalam kondisi apapun.

Contohnya dalam pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia, HRD dapat menetapkan program work from home untuk menekan kemungkinan infeksi COVID-19 di lingkungan kerja serta membangun dukungan mental bagi karyawan yang merasa burnout saat work from home.

Baca juga : Cara Mengatasi Burnout Karena Pekerjaan

Keterampilan Teknologi

Digitalisasi tidak dapat dihindari. HRD profesional harus mampu beradaptasi dengan teknologi baru. Implementasi teknologi dalam ruang lingkup HED dapat mempermudah kinerja lebih efektif dan efisien.

Sebagai contoh, Software HRD dari LinovHR dapat mengelola dan mengotomatisasi segala tugas administrasi mulai dari pengelolaan gaji, absensi, penyusunan program pelatihan dan pengembangan, rekrutmen, dan lain-lain. Dengan begitu HRD punya waktu lebih untuk memfokuskan perhatian kepada aspek lain yang urgent.

Terus Belajar

Budaya perusahaan yang sehat adalah budaya yang mendukung proses pembelajaran secara kontinu. HRD pun juga wajib mempelajari perkembangan SDM agar mampu menyesuaikan diri dengan perusahaan yang ada.

Untuk mendukung program pembelajaran, HRD bisa menyusun berbagai pelatihan dan pengembangan karyawan guna memperbaiki atau meningkatkan skill tiap-tiap divisi termasuk HRD itu sendiri.

Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah salah satu atribut core competencies terpenting HRD. Sebab tantangan kerja HRD kian kompleks dan membutuhkan analisis lebih dalam mengenai hal ini.

Sangat penting untuk menganalisis situasi dan membuat keputusan secara kritis. Berpikir kritis juga membantu menghasilkan perspektif rasional untuk menghadapi situasi sulit dengan mudah.

Kemampuan Interpersonal

Orang-orang dengan keterampilan interpersonal tinggi adalah komunikator yang baik secara intuitif dan manajer yang efisien. Keterampilan interpersonal memungkinkan seseorang untuk berhasil berkomunikasi dengan orang lain di tempat kerja dan di komunitas yang lebih luas.

Mengekspresikan rasa hormat, menyelesaikan konflik, dan mendengar dengan baik adalah keterampilan interpersonal yang layak dipelajari untuk setiap profesional HRD. Beberapa orang terlahir dengan kemampuan seperti ini, tetapi kemampuan interpersonal semua  orang dapat ditingkatkan lebih baik dengan latihan.

Software Manajemen Kompetensi LinovHR: Kelola Core Competencies Lebih Efektif

Seperti yang diketahui, HRD memiliki peranan dan tanggung jawab yang cukup besar bagi perkembangan karyawan. Tanpa HRD, perusahaan akan kesulitan untuk memaksimalkan kinerja karyawan dengan tepat.

Sayangnya kinerja HRD sering terhambat akibat berbagai pengelolaan administrasi yang masih dijalankan dengan sistem manual. Padahal, ada tugas HRD lain yang menunggu dan harus diselesaikan dengan cepat dan cermat, yaitu mengelola core competencies atau kompetensi inti karyawan.

Jumlah karyawan yang tak sebanding dengan HRD juga menjadi masalah lain yang dihadapi. Setiap periode tertentu HRD akan menyelenggarakan competency assessment untuk meninjau seberapa perkembangan kompetensi karyawan di perusahaan. Kemudian HRD juga harus menetapkan core competencies baru apa saja yang harus dimiliki tiap divisi atau posisi.

Untuk menyukseskan pengelolaan core competencies, Software Manajemen Kompetensi dari LinovHR melalui modul competencies mampu membantu HRD mengelola kompetensi lebih mudah.

Dengan demikian perkembangan tiap divisi dan individu dapat dikembangakn secara kontinu dan lebih sistematis. Masih banyak modul dan fitur yang dapat memudahkan HR dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Hubungi kami lebih lanjut lewat sini dan mudahkan semua pekerjaan anda sebagai seorang HR!