Dalam berinteraksi dengan manusia Luqman mengajarkan kepada anaknya agar selalu bersikap

AKURAT.CO, Sudah menjadi kebiasaan masyarakat umum, ketika penyelenggaraan akikah, surah dari Al-Qur'an yang akan dibaca adalah Surah Luqman ayat 12-19. Di dalamnya, secara jelas menggambarkan nasihat seorang Luqman sebagai orang tua kepada anaknya agar beriman kepada Allah Swt.

Dan [Ingatlah] ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi nasihat kepadanya; 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan [Allah] adalah benar-benar kezaliman yang besar. [QS. Luqman: 13]

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. [QS. Luqman: 19]

Para ulama ahli tafsir sepakat bahwa pada dasarnya apa yang dikatakan Luqman adalah perkataan Allah Swt. Hanya saja, pesannya disampaikan oleh Luqman sehingga hal itu tentu memiliki kebenaran yang mutlak.

Menurut Sayid Quthb, ayat 12-19 Surah Luqman membicarakan berbagai hal yang harus disampaikan setiap orang tua kepada anak-anaknya. Luqman mengajarkan arti pentingnya bersyukur atas anugerah dari Allah Swt juga membahas soal pentingnya akidah [ketauhidan].

Tidak hanya itu, Luqman juga mengajarkan bahwa sebagai hamba, manusia harus senantiasa berbakti dan beramal ma'ruf nahi mungkar di setiap jengkal kehidupan. Akhlak-akhlak terpuji lainnya yang diajarkan Luqman adalah tentang pentingnya sikap tawadu, menjauhi sifat sombong, dan bertutur kata yang baik.

Gelar Al-Hakim menurut para ulama disematkan kepada Luqman karena ia adalah orang yang antara perkataan, pikiran, dan perbuatan selalu selaras serta bijaksana.

Uniknya, hikmah kehidupan yang diwariskan Luqman dan diabadikan dalam Al-Qur'an tersebut bukan berasal dari orang terpandang atau memiliki pangkat dan jabatan.

Mayoritas ulama bersepakat bahwa Luqman hanyalah seorang budak tetapi memiliki derajat kemuliaan yang begitu tinggi.

Semoga, apa yang diajarkan Luqman menginspirasi orang tua dalam mendidik dan membesarkan anak yang merupakan titipan Allah.

Wallahu a'lam. []

Oleh: Misbahul Ramadhani [Mudarrisah di Pondok Pesantren An-Nur]

Dunia saat ini sedang dihadapkan dengan situasi yang sulit di mana masyarakat harus menghadapi perubahan hidup yang cukup drastis terutama bagi pelajar Indonesia yang kini semua aktivitas dilakukan di rumah secara online. Banyak di antara mereka yang semakin salah dalam memanfaatkan teknologi seperti bermain game online, tidak bijak dalam menggunakan medsos, menonton video youtube yang tidak bermanfaat hingga membuat mereka lupa belajar, ibadah, dan hal bermanfaat lainnya.

Tidak hanya itu, tindak kejahatan yang dilakukan anak muda saat ini juga semakin meningkat terlebih di tengah wabah Covid-19 yang menggemparkan masyarakat seperti pencurian, penipuan, pembunuhan yang sedikit banyaknya mereka pelakunya. Inilah yang menunjukkan bahwa perilaku anak muda zaman sekarang tidak lagi mencerminkan jati diri mereka yang sesungguhnya.

Perubahan ini menjadi tantangan besar bagi orang tua dalam mendidik anaknya agar dapat menjadi pribadi muslim yang mengacu pada nilai-nilai Alquran maupun Hadits dan lebih tangguh saat menghadapi situasi apapun. Referensi yang menjadi rujukan orang tua muslim dalam mendidik anaknya adalah nasehat-nasehat Luqman al-Hakim yang penuh hikmah. Nasehat ini juga dapat menjadi prinsip dasar bagi orang tua muslim dalam menanamkan pendidikan Islam kepada anaknya.

Umat Islam pasti mengenal siapa Luqman al-Hakim. Ia adalah satu-satunya manusia bukan Nabi dan Rasul namun kisahnya diabadikan dalam Alquran karena kata-kata bijaknya dan kecintaannya kepada Allah yakni dalam surah Luqman ayat 12-19. Allah menyebutnya dengan sebaik-baik sebutan karena wasiatnya kepada putra yang paling dicintainya. Di antara nasehat-nasehat yang disampaikan Luqman kepada anaknya adalah :

1. Memegang aqidah yang kuat

“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan [Allah] adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” [Q.S. Luqman [31] : 13].

Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya bahwa wasiat pertama yang disampaikan Luqman kepada anaknya adalah beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya karena itu merupakan perbuatan syirik yakni kezhaliman terbesar. Ini merupakan pelajaran pertama yang harus ditanamkan kepada anak agar mereka selamat dan tidak mencampuradukkan keimanan dengan syirik yang dapat membuat Allah murka.

2. Berbakti kepada orang tua

“Dan kami perintahkan kepada manusia [berbuat baik] kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” [Q.S. Luqman [31] : 14].

Wasiat kedua yang disampaikan Luqman adalah perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua yang telah mengandung, menyapih, mendidik, membesarkan dengan penuh kasih sayang hingga kesulitan dan kelelahan yang dirasakan keduanya. Ibnu katsir pun mengatakan, berbaktilah kepada orang tua yang telah melahirkanmu sekalipun keduanya memaksamu untuk menyekutukan Allah, jangan engkau mengikutinya. Hal itu pun tidak boleh menjadi penghalangmu untuk berbuat baik kepada keduanya.

3. Kesadaran akan pengawasan Allah

“Hai anakku, sesungguhnya jika ada [sesuatu perbuatan] seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya [membalasinya]. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” [Q.S. Luqman [31] : 16].

Ayat ini mengandung perintah agar setiap anak senantiasa sadar akan pengawasan dan hukum Allah. Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya bahwa kebaikan dan keburukan yang diperbuat sekecil apapun itu akan selalu diketahui-Nya dan diberi balasan yang setimpal oleh-Nya. Allah Maha Mengetahui, sekalipun langkah-langkah semut dikegelapan malam yang sangat pekat. Ini juga menjadi tantangan bagi orang tua untuk selalu mengingatkan anaknya akan hukum Allah.

4. Mengerjakan shalat, amar ma’ruf nahi munkar, dan sabar.

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah [manusia] mengerjakan yang baik dan cegahlah [mereka] dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan [oleh Allah].” [Q.S. Luqman [31] : 17].

Aqidah yang kokoh dan kesadaran akan pengawasan Allah tidak berarti jika tanpa pembuktian melalui perbuatan. Ayat ini menuntun setiap anak agar melaksanakan shalat dengan sempurna syarat, rukun, dan sunnah-sunnahnya, berdakwah sesuai kemampuannya, dan bersabar atas tantangan serta rintangan dalam melaksanakan tuntunan Allah karena sabar merupakan perkara yang diperintahkan Allah. Ini sebagai bukti kesetiaan hamba kepada Penciptanya.

5. Tidak sombong

“Dan janganlah memalingkan muka dari manusia [karena sombong] dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Q.S. Luqman [31] : 18].

Tidak seorang pun yang mampu hidup sendirian di dunia ini. Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh sebab itu, tidak ada yang patut dibanggakan kepada orang lain. Inilah yang menjadi pokok nasehat Luqman selanjutnya kepada anaknya tentang akhlak dan sopan santun terhadap sesama. Ibnu Katsir pun melarang untuk tidak memalingkan wajah dan bersikap sombong ketika berkomunikasi dengan orang lain, akan tetapi merendahlah dan maniskanlah wajah ketika bertemu mereka.

Baca juga:  Kewajiban Menjaga Fithrah

6. Bersikap sederhana

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” [Q.S. Luqman [31] : 19].

Akhir dari nasehat Luqman adalah perintah agar setiap anak bersikap sederhana dan bertutur kata sopan. Berjalan sederhana berarti tidak membusungkan dada dan tidak merunduk seperti orang sakit. Tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat, akan tetapi adil dan pertengahan. Tidak juga berlebihan dalam berbicara dan mengeraskan suara dengan kasar seperti teriakan keledai karena itu merupakan seburuk-buruk suara dan perbuatan yang dapat membuat Allah murka.

Demikian nasehat Luqman al-Hakim kepada anaknya. Banyak hikmah yang dapat diambil darinya terkhusus bagi anak muda zaman sekarang agar selalu melaksanakan kewajibannya kepada Allah, melakukan hal yang lebih bermanfaat, banyak membantu orang tua, amar ma’ruf nahi munkar walaupun disampaikan melalui medsos terlebih di tengah wabah Covid-19 saat ini. Para pemuda muslim harus dibekali iman yang kuat agar mereka dapat memilih jalan yang benar ketika dihadapkan dengan situasi yang sulit sekalipun.

Di zaman ini, di zaman serba canggih, anak-anak lebih dikenalkan pada teknologi. Namun kesadaran akan bagusnya akhlak dan budi pekerti masih sangat kurang. Padahal akhlak inilah yang seharusnya jadi perhatian. Cobalah kita ambil pelajaran dari nasehat Lukman pada anaknya, yang mengajarkan akhlak-akhlak yang luhur.

Nasehat pertama: Jauhilah syirik

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan [ingatlah] ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan [Allah] adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” [QS. Lukman: 13].

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Lukman menasehati anaknya yang tentu amat ia sayangi, yaitu dengan nasehat yang amat mulia. Ia awali pertama kali dengan nasehat untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun.”

Dalam hadits Bukhari, dari Qutaibah, dari Jarir, dari Al A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqomah, dari ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, beliau menyebutkan ayat,

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman” [QS. Al An’am: 82].

Ketika disebutkan ayat ini, para sahabat pun menjadi khawatir. Mereka berkata,

أينا لم يَلْبس إيمانه بظلم؟

“[Wahai Rasul], siapakah yang tidak mencampurkan keimanannya dengan kesyirikan?”

Lantas Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“إنه ليس بذاك، ألا [3] تسمع إلى قول لقمان: { يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ } .

“Itu bukanlah kezholiman seperti yang kalian sangkakan. Tidakkah kalian pernah mendengar nasehat Lukman pada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan [Allah] adalah benar-benar kezaliman yang besar.” [HR. Bukhari no. 3360]

Nasehat kedua: Berbaktilah pada orang tua

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia [berbuat baik] kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” [QS. Lukman: 14].

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” [QS. Lukman: 15].

Nasehat kedua ini banyak dilupakan oleh anak-anak saat ini. Banyak yang sering menyusahkan orang tua, membuat orang tua sedih dan menangis. Namun tentu saja ketaatan pada orang tua hanyalah dalam perkara kebaikan dan mubah. Jika mereka memaksa untuk berbuat syirik dan maksiat lainnya, tentu tidak boleh ditaati.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Jika kedua orang tua memaksamu agar mengikuti keyakinan keduanya, maka janganlah engkau terima. Namun hal ini tidaklah menghalangi engkau untuk berbuat baik kepada keduanya di dunia secara ma’ruf [dengan baik]” [Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 54].

Nasehat ketiga: Setiap dosa dan kejelekan akan dibalas oleh Allah

Nasehat ini mengajarkan agar setiap orang mengetahui bahaya jika berbuat dosa. Dan setiap muslim harus yakin bahwa Allah Maha Melihat dan Mengetahui, serta Allah akan membalasnya. Lukman menasehati,

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

“[Luqman berkata]: “Hai anakku, sesungguhnya jika ada [sesuatu perbuatan] seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya [membalasinya]. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” [QS. Luqman: 16].

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah wasiat yang amat berharga yang Allah ceritakan tentang Lukman Al Hakim supaya setiap orang bisa mencontohnya … Kezholiman dan dosa apa pun walau seberat biji sawi, pasti Allah akan mendatangkan balasannya pada hari kiamat ketika setiap amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik, maka balasan yang diperoleh pun baik. Jika jelek, maka balasan yang diperoleh pun jelek” [Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 55].

Nasehat keempat: Dirikanlah shalat, beramar ma’ruf nahi mungkar dan bersabar terhadap setiap cobaan

Allah Ta’ala berfirman,

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah [manusia] mengerjakan yang baik dan cegahlah [mereka] dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan [oleh Allah]” [QS. Lukman: 17].

Ayat ini menerangkan mengenai urgensi shalat, pentingnya amar ma’ruf nahi mungkar dan perintah untuk bersabar terhadap gangguan atau musibah. Asy Syaukani rahimahullah menjelaskan mengapa sampai tiga ibadah ini yang menjadi wasiat untuk anaknya. Yaitu karena tiga ibadah ini adalah induknya ibadah dan landasan seluruh kebaikan. Karena di akhir ayat ini disebutkan, Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan [oleh Allah] [Lihat Fathul Qodir, 5: 489].

Nasehat kelima: Ajaran adab ketika berbicara

Akhlak mulia lainnya disebutkan dalam ayat selanjutnya,

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia [karena sombong] dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” [QS. Lukman: 18].

Ayat ini mengajarkan akhlak yang mulia yaitu bagaimana seorang muslim sebaiknya bersikap ketika berbicara, di manakah pandangan wajahnya. Dalam ayat ini diajarkan agar seorang muslim tidak bersikap sombong. Inilah yang dinasehatkan Lukman pada anaknya.

Nasehat keenam: Bersikap tawadhu’ [rendah diri]

Satu akhlak mulia lagi diajarkan oleh Lukman kepada anaknya ketika ia memberi wasiat padanya yaitu sikap tawadhu’ dan bagaimana beradab di hadapan manusia. Di antara yang dinasehatkan Lukman Al Hakim adalah mengenai adab berbicara, yaitu janganlah berbicara keras seperti keledai.

Allah Ta’ala berfirman,

وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” [QS. Lukman: 19].

Semoga nasehat berharga dari Lukman, seorang yang sholeh pada anaknya bermanfaat bagi orang tua dan anak. Hanya Allah yang memberi taufik. [Panggang, Gunungkidul, 8 Rabi’uts Tsani 1435 H]

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id

🔍 Mensucikan Hati, Shalat Masbuq, Gambaran Kehidupan Di Surga, Pesantren Andalus Jonggol

Tags: Keluargaluqmanul hakimmendidik anakparentingTafsir

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề