Dewan ini menolak UCAPAN selamat pada perayaan hari besar agama lain

Dewan ini menolak UCAPAN selamat pada perayaan hari besar agama lain
alexrister1.files.wordpress.com

Oleh: Rohullah Fauziah Alhakim,  Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Saat ini, umat Kristen sedang sibuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam perayaan Natal.

Ternyata, bukan hanya orang Kristen saja yang sibuk dengan Natal, para aktifis juga sedang sibuk dalam perdebatan ucapan selamat Natal.

“Marry Christmas” kini menjadi buah bibir masyarakat Muslim di Indonesia, mungkin tidak di Indonesia saja tapi Muslim di seluruh dunia.

Bolehkan mengucapkan selamat Natal?

Pertanyaan seperti itu sedang ramai-ramainya dibicarakan. Ada ulama yang melarang dengan argumentasi dan dalil, bahkan ada yang menolak keras ucapan selamat Natal, namun ada juga yang membolehkannya.

Ketua Dewan Syura FPI, Misbachul Anam meminta Presiden Republik Indonesia (RI,) Joko Widodo tidak mengucapkan selamat Natal. Sebab, kata Misbach, Jokowi murtad atau keluar dari Islam jika mengucapkan selamat kepada umat Kristiani yang merayakan momen kelahiran Yesus Kristus tersebut.  “Haram hukumnya mengucapkan selamat Natal bagi orang Islam. Tak terkecuali bagi Presiden Jokowi,” kata Misbach.

Misbach mengatakan, ucapan Natal membuat orang Islam murtad karena berarti mengakui eksistensi agama lain. Sebab, Natal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kelahiran Yesus Kristus. “Jadi, ketika ada orang Islam yang mengucapkan Natal, artinya mereka memberi selamat atas kelahiran Yesus,” ujarnya.

Gubernur Mayarakat Jakarta (Gubernur Tandingan FPI), Fahrurrozi Ishaq, melarang seluruh umat Islam mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristen.

Menurut Fahrurrozi Ishaq, pelarangan tersebut mengacu fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dikeluarkan Buya Hamka pada Maret 1981.

“Bagi umat Islam, hukumnya haram mengucapkan selamat Natal,” pernyataan fatwa tersebut.

Fatwa tersebut mengandung larangan penggunaan aksesori Natal, kata-kata selamat Natal, menolong umat kristen dalam perayaan dan juga pengamanan Natal, beserta imbauan agar pengusaha tidak memaksa karyawan muslim menggunakan aksesori Natal.

Menurut Fahrurrozi Ishaq, fatwa yang dikeluarkan Buya Hamka saat menjabat Ketua MUI belum dicabut hingga kini. Jadi, mantan Wakil Ketua Majelis Syariat Partai Persatuan Pembangunan ini menghimbau kepada umat Islam berpegang kepada fatwa Buya Hamka tersebut.

Namun, putra mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Hamka, Irfan Hamka membantah ayahnya melarang mengucapkan selamat hari Natal kepada kaum Kristiani. Irfan mengatakan, dalam fatwa yang dikeluarkan Buya pada 1981, isinya bukan pelarangan mengucapkan selamat Natal atau mengharamkannya.

Tapi, kata dia, yang diharamkan Buya adalah mengikuti ibadah Natal. Dia menjelaskan, maksud ayahnya tersebut, umat Islam dilarang mengikuti ibadah umat yang merayakan Natal, seperti menyanyi di gereja, membakar lilin atau apapun yang termasuk ibadah pada hari Natal.

Dia mengisahkan, ayahnya dulu juga pernah mengucapkan selamat Natal bagi penganut Kristen. Dulu saat tinggal di Kebayoran Baru, ungkap dia, ada dua orang tetangga yang merupakan Kristiani. Nama kedua orang itu adalah Ong Liong Sikh dan Reneker.

Saat ayahnya merayakan Idul Fitri, keduanya memberikan ucapan selamat kepada Buya. Begitu pun sebaliknya Buya juga mengucapkan selamat kepada kedua tetangganya tersebut. “Selamat, telah merayakan Natal kalian,” kata Irfan saat menirukan ucapan ayahnya.

Dewan ini menolak UCAPAN selamat pada perayaan hari besar agama lain
www.kepguru.hu

Ulama penulis novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck tersebut mengegaskan, dalam kata ‘Natal kalian’ untuk membatasi akidah. Pasalnya, dalam Alquran dijelaskan ‘Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku’. Bahkan, lanjut Irfan, Buya juga pernah meminta istrinya untuk memberikan rendang kepada tetangganya. Tapi, rendang tersebut diberikan bukan saat malam Natal, melainkan tahun baru masehi.

Irfan menegaskan tidak masalah mengucapkan selamat Natal, asalkan disertakan kata kalian atau bagi kaum Kristiani. Sebab, kata tersebut yang membedakan antara aqidah masing-masing agama. Dia juga meminta umat Islam untuk tidak mengucapkan selamat kepada umat Kristen sebelum umat tersebut merayakan ibadahnya. Karena, menurut Irfan, kata selamat diucapkan setelah peristiwa itu terjadi.

Berbeda dengan FPI, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) bersikap toleran. Organisasi berbasis Islam terbesar di Indonesia berpendapat, memberi ucapan selamat Natal merupakan wujud toleransi beragama. Sikap itu dinilai tidak akan mempengaruhi akidah dan identitas seorang. “Sikap saling menghormati seperti itu tidak ada urusannya dengan pengakuan imani,” kata Slamet Effendy Yusuf, salah satu Ketua NU.

Tokoh organisasi masyarakat Islam Muhammadiyah, Syafii Maarif juga berpendapat sama. Ia mengatakan, ucapan Selamat Natal yang dinyatakan oleh umat Islam kepada umat Nasrani tidak perlu dipermasalahkan.

Menurut Buya Syafii, ucapan Selamat Natal adalah wujud kerukunan hubungan dengan sesama manusia. Atas dasar itu, Buya Syafii berharap agar ucapan Selamat Natal tidak dikaitkan dengan masalah teologi.

Bukan Nu dan Muhammadiyah saja, bahkan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin menyampaikan, umat Islam boleh mengucapkan selamat natal. Alasannya, semua itu dilakukan sebatas saling menghormati.

“Menurut hemat saya kalau sekedar konteksnya kultural budaya pertetanggaan maka itu dapat dilakukan dengan tetap berkeyakinan tak pengaruhi aqidah,” jelas Din di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Din juga menyampaikan, ucapan selamat itu dilakukan sesuai keperluan. Bila tak perlu jangan dilakukan.

“Islam tak sesempit itu.  Dalam konteks kultural itu rahmatan lil alamin. Bahwa kita menyebutkan selamatlah kita ucapkan selamat natal,” ujarnya.

Setelah terjadi pro dan kontra ucapan selamat Natal, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin angkat bicara.

Lukman Hakim meminta kepada umat Kristiani di seluruh Indonesia untuk berjiwa besar memandang pro dan kontra di antara umat Islam terkait pemberian ucapan Selamat Hari Raya Natal.

“Kami memohon umat Kristiani berjiwa besar melihat realitas ini. Sebab di internal umat Islam beragam pandangan tengtang ucapan Selamat Hari Raya Natal,” tutur Lukman Hakim.

Menurut Menteri Agama, di internal umat Islam pandangan terkait mengucapkan Selamat Hari Raya Natal masih beragam.

Ada sebagian besar tidak mempersoalkan ucapan kepada umat Kristiani, tetapi ada yang mengharamkan.

“Saya pikir semua pihak harus saling menghargai dan menghormati pandangan masing-masing. Jadi kalau ada umat Islam tidak mengucapkan itu katakan sampai mengucapkan haram itu bagian dari pemahaman. Itu harus dihormati dan dihargai. Sebagaimana, kita menghormati dan menghargai yang tidak mempersoalkan,” katanya.

Atas kejadian pro dan kontra ucapan selamat Natal, sebagai Umat Islam yang dirahmati Allah harus bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk.

Mari sama-sama memohon petunjukNya. Semoga selalu ditunjukan jalan yang lurus oleh Allah Subhana Wa Ta’ala. Amin. (P006/R03)

(Disarikan dari berbagai sumber)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

=====
Ingin mendapatkan update berita pilihan dan info khusus terkait dengan Palestina dan Dunia Islam setiap hari dari Minanews.net. Yuks bergabung di Grup Telegram "Official Broadcast MINA", caranya klik link https://t.me/kbminaofficial, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،

 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى :

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

 وَالَّذِيْنَ لَا يَشْهَدُوْنَ الزُّوْرَۙ وَاِذَا مَرُّوْا بِاللَّغْوِ مَرُّوْا كِرَامًا

 (QS Al-Furqan [25]: 72)

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, Sang Pencipta Alam dan seluruh isinya. Dialah satu-satunya yang layak disembah oleh semua makhluk. Yang menghidupkan dan mematikan. Yang Maha Mengetahui dan Maha Adil. Shalawat dan salam semoga Allah curahkan kepada junjungan alam Rasulullah Muhammad SAW.

Marilah kita terus berusaha meningkatkan derajat ketakwaan kita kepada Allah SWT. Sungguh di luar sana, banyak godaan dan gangguan yang bisa menjauhkan kita dari ketaatan kepada Allah. Mari genggam Islam ini. Ibarat bara api, Islam harus tetap kita genggam dan tak boleh kita lepaskan.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Keimanan kita terus diuji. Di saat kita ingin taat kepada Allah SWT, sebagian umat Islam sendiri menjajakan moderasi. Mereka dengan beraninya menuding, siapa yang ingin terikat dan taat kepada syariah Allah SWT sebagai radikal. Ucapan dan pernyataan mereka, sama persis dengan yang dikatakan oleh orang-orang kafir Barat.

Perhatikan ucapan para pemimpin kafir itu. Mantan Presiden Amerika Serikat George W Bush pernah menyebut ideologi Islam sebagai “ideologi para ekstremis”. Bahkan oleh mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, ideologi Islam dijuluki sebagai “ideologi setan”. Blair lalu menjelaskan ciri-ciri “ideologi setan” yaitu: (1) Menolak legitimasi Israel; (2) Memiliki pemikiran bahwa syariah adalah dasar hukum Islam; (3) Kaum Muslim harus menjadi satu kesatuan dalam naungan khilafah; (4) Tidak mengadopsi nilai-nilai liberal dari Barat.

Ketahuilah, orang-orang kafir sesungguhnya takut jika kaum Muslim ini paham Islam, paham kondisi dirinya bahwa mereka sedang dijajah oleh Barat dengan neoimperialismenya. Mereka tak ingin kaum Muslim bangkit dengan Islam, sebagaimana dulu baginda Nabi SAW mampu membangun peradaban yang tiada tandingnya di dunia karena menerapkan Islam secara kaffah.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,  

Barat yang kini mendominasi dunia, mencari jalan bagaimana agar kaum Muslim ini menjadi sekuler, memisahkan agama dari kehidupan. Salah satu langkah yang dilakukan adalah menyodorkan paham moderasi. Istilah itu seolah indah, tapi di dalamnya ada racun yang berbahaya, yang bisa menjerumuskan umat ini ke jurang kesesatan. Mereka menginginkan kita menyatakan semua agama benar.

Maka jangan kaget bila beberapa waktu lalu pejabat negeri ini meminta sekolah madrasah membuat publikasi ucapan Selamat Natal kepada kaum Nasrani. Juga ada perayaan Natal Bersama, doa bersama lintas agama, shalawatan di gereja, dan lain-lain. Bukankah ini semua melanggar batas-batas akidah seorang Muslim? Yang haq dicampur dengan yang batil. Hati-hati, semua itu bisa membuat seorang Muslim murtad (keluar) dari Islam.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Nabi Muhammad SAW telah memerintahkan kita untuk selalu waspada agar tidak tergelincir dalam kesesatan dengan mengikuti keyakinan dan perilaku para penganut agama lain. Beliau antara lain bersabda:

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِي بِأَخْذِ القُرُونِ قَبْلَهَا، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ»، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَفَارِسَ وَالرُّومِ؟ فَقَالَ: وَمَنِ النَّاسُ إِلَّا أُولَئِكَ؟

“Hari Kiamat tak akan terjadi hingga umatku meniru generasi-generasi sebelumnya, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Ditanyakan, “Wahai Rasulullah, apakah seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Manusia mana lagi selain mereka itu?” (HR al-Bukhari No. 7319).

Beliau pun bersabda:

لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ» ، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اليَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: «فَمَنْ؟

“Sungguh, engkau akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian, sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal. Bahkan andai mereka masuk lubang biawak, niscaya kalian mengikuti mereka.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, Yahudi dan Nasranikah mereka?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR al-Bukhari No. 7320).

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Ketahuilah, segala bentuk ucapan selamat dan apalagi mengikuti perayaan hari-hari besar orang kafir adalah haram.

Dasarnya antara lain:

Pertama, firman Allah SWTyang menyatakan salah satu sifat hamba-Nya (‘Ibâd ar-Rahmân):

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ

…dan mereka tidak menyaksikan kepalsuan… (TQS al-Furqan [25]: 72).

Ketika menafsirkan ayat ini Imam al-Qurthubi (w. 671 H) menyatakan, “Maknanya adalah tidak menghadiri dan menyaksikan setiap kebohongan dan kebatilan. Az-Zûr adalah setiap kebatilan yang dihiasi dan dipalsukan. Zûr yang paling besar adalah berlaku syirik dan mengagungkan berhala. Ini adalah penafsiran Adh Dhahhak, Ibnu Zaid dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu.

Dalam pandangan Islam, peringatan Natal adalah kebatilan/kebohongan. Sebab, Isa dianggap sebagai Tuhan.

Kedua, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيْدًا وَهَذَا عِيْدُنَا

Sungguh setiap kaum mempunyai hari raya dan ini (Idul Adha dan Idul Fitri) adalah hari raya kita (HR al-Bukhari dan Muslim).

Hadits ini dengan jelas menegaskan, kita punya hari raya sendiri. Karena itu umat Islam tidak perlu ikut ikutan merayakan hari raya umat yang lain.

Ingatlah perkataan Sayidina Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu:

إِجْتَنِبُوْا أَعْدَاءَ اللهِ فِيْ عِيْدِهِمْ

Jauhilah oleh kalian musuh-musuh Allah (kaum kafir) pada hari raya mereka (HR al-Bukhari dan al-Baihaqi).

Dan, menurut Imam Jalaluddin as-Suyuthi asy-Syafii (w. 911 H) berkata:

وَ اعْلَمْ أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ عَلَى عَهْدِ السَّلَفِ السَّابِقِيْنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ مَنْ يُشَارِكِهِمْ فِي شَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ

Ketahuilah bahwa tidak pernah ada seorang pun pada masa generasi salaf dari kaum Muslim yang ikut serta dalam hal apa pun dari perayaan mereka (Haqiqat as-Sunnah wa al-Bid’ah, hlm. 125).

Maka, jelas sejelas matahari di siang hari, haram kaum Muslim ikut Perayaan Natal, termasuk sekadar mengucapkan Selamat Natal.

[]

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ