Faktor yang mempengaruhi timbulnya angin puting beliung adalah

Suara.com - Bencana angin puting beliung tidak bisa dianggap sepele, karena bisa menimbulkan kerusakan infrastruktur dan korban jiwa. Apa saja penyebab angin puting beliung?

Penyebab Puting Beliung

Peneliti BMKG Bandung Yan Firdaus Permadhi menjelaskan, bahwa fenomena angin puting beliung dapat dibedakan menjadi dua faktor penyebab.

Yang pertama, saat terjadi puting beliung pada musim kemarau. Sedangkan, pada musim hujan, penyebab angin puting beliung dipicu oleh pertumbuhan awan cumulonimbus atau cb, di mana kemunculan awan cb tersebut biasanya tiba-tiba.

Baca Juga: Skenario Terburuk: Lima Fenomena Cuaca Kepung Indonesia Bersamaan

Cumulonimbus adalah sebutan untuk awan vertikal menjulang yang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan cuaca dingin lainnya. Cumulonimbus ini berasal dari Bahasa Latin, yaitu “cumulus” berarti terakumulasi dan “nimbus” berarti hujan.

Potensi terjadinya angin puting beliung juga akan bertambah besar saat pertumbuhan awan cumulonimbus semakin banyak.

Pengertian Angin Puting Beliung

Jadi bisa dibilang bahwa angin puting beliung atau yang biasa disebut juga dengan angin puyuh, angin ribut, angin leysus/leses ini adalah sebuah kejadian alam yang cukup berbahaya.

Walaupun terjadinya cukup singkat dan berada dalam area skala yang sangat lokal. Namun angin puting beliung ini berkecepatan tinggi, berkisar 63-90 kilometer/jam. Dengan kecepatan seperti itu, maka angin yang berputar dan membentuk pusaran ini mampu menghancurkan apa saja yang dilewati di depannya.

Baca Juga: Waspada, Skenario Cuaca Terburuk sedang Terjadi di Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika [BMKG] telah menjelaskan karakteristik kapan waktu terjadinya angin puting beliung, tentunya dengan tujuan agar masyarakat bisa mengetahui informasi ini dan lebih waspada.

BANDUNG, [PR].- BMKG Bandung menjelaskan, bencana angin puting beliung yang terjadi di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jumat, 11 Januari 2019, disebabkan tiga faktor. Yakni siklus lokal, regional, dan global.

Seperti dilansir Kantor Berita Antara, dari faktor fokal, berdasarkan pantauan citra satelit terdapat pembentukan awan Cumulonimbus di sekitar wilayah Bandung timur dan sekitarnya pada pukul 15.10 WIB.

Dari sisi faktor regional, adanya pertemuan massa udara di sekitar Jabar dan belokan angin [shearline] di Jawa Barat bagian tengah.

Kemudian faktor global, karena terdapat anomali suhu permukaan laut di perairan Jawa Barat yang cenderung hangat sehingga berpeluang terjadi pembentukan awan konvektif potensial hujan.

Diungsikan sementara

Sementara itu korban terdampak angin puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat diungsikan sementara ke beberapa titik lokasi aman, setelah rumahnya mengalami kerusakan.

"Korban sudah dievakuasi di tempat lebih aman, ada yang dibawa ke kantor desa dan juga ada yang mengungsi ke rumah keluarganya," ujar Humas Basarnas Bandung, Joshua Banjarnahor, dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat, 11 Januari 2019, seperti dilansir Kantor Berita Antara.

Joshua mengatakan, akibat musibah tersebut beberapa orang mengalami luka dan satu orang dilarikan ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis.

Namun, ia belum bisa merinci total jumlah korban terdampak angin puting beliung yang terjadi pada Jumat, sekitar pukul 15.00 WIB tersebut.

Sejumlah rumah juga rusak ringan hingga berat. Saat ini Basarnas, BPBD, TNI, dan Polri tengah melakukan evakuasi serta pendataan.

Page 2

Ilustrasi.*/DOK PR

Indonesiabaik.id - Belakangan kita sering menyimak angin puting beliung terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Bencana ini tidak bisa dianggap sepele karena bisa menimbulkan kerusakan infrastruktur dan korban jiwa. Jadi bisa dibilang bahwa angin puting beliung atau yang biasa disebut juga dengan angin puyuh, angin ribut, angin leysus/leses ini merupakah sebuah kejadian alam yang cukup berbahaya.

Ya, karena walaupun terjadinya cukup singkat dan berada dalam area skala yang sangat lokal, angin puting beliung ini berkecepatan tinggi, berkisar 63-90 kilometer/jam. Dengan kecepatan seperti itu angin yang berputar dan membentuk pusaran ini mampu menghancurkan apa saja yang dilewati didepannya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika [BMKG] pun menjelaskan karakteristik kapan waktu terjadinya angin puting beliung, tentunya dengan tujuan agar masyarakat bisa mengetahui informasi ini dan lebih waspada. Biasanya angin puting beliung itu terjadi saat pancaroba, baik peralihan dari musim penghujan ke kemarau atau sebaliknya.

Angin puting beliung ini juga tidak memiliki siklus karena sangat jarang terjadi susulan di lokasi yang sama. Kemudian angin puting beliung lebih sering terlihat saat siang atau sore hari, sangat jarang kejadian munculnya angin ini pada malam hari. Lalu mampukah bisa mendeteksi terjadinya angin puting beliung agar kita bisa mengantisipasinya? Bisa! Namun kita hanya punya waktu 30 menit sampai 1 jam sebelumnya untuk bisa mendeteksi kemunculan angin puting beliung ini.

Badan Meteorologi dan Geofisika mengungkapkan saat penerbangan pesawat AirAsia QZ8501, terdapat awan Cumulonimbus di sekitar wilayah Bangka Belitung dan Kalimantan. "awan Cumulonimbus merupakan musuh bersama dunia penerbangan" menurut Direktur Utama AirNav Bambang Tjahjono di kantor Otoritas Bandara Soekarno-Hatta, 29 Desember 2014. Wild Horizons/UIG via Getty Images.

TEMPO.CO, Bandung - Peneliti BMKG Bandung, Yan Firdaus Permadhi mengatakan, penyebab angin puting beliung di musim hujan berbeda dengan saat musim kemarau. “Pada musim penghujan penyebabnya bukan karena panas terik mengenai wilayah terbuka, tapi karena pertumbuhan awan cumulonimbus atau awan konvektif,” kata dia di Bandung, Selasa, 19 November 2019.

Yan mengatakan, angin kencang di musim kemarau terjadi karena panas matahari di wilayah yang relatif terbuka. “Pada musim kemarau, angin kencang disebabkan pusat tekanan rendah lokal di suatu tempat, terjadi di areal terbuka. Penyebabnya ada wilayah terbuka terkena panas cukup tinggi dan terjadi angin puting beliung,” kata dia.

Sementara di musim penghujan, berbeda. Angin puting beliung terjadi karena faktor pertumbuhan awan cumulonimbus. “Pertumbuhan awan cumulonimbus atau awan konvektif yang cukup tebal pada saat sebelum atau terjadi hujan, akan menghasilkan angin downburst. Angin seruak yang tiba-tiba keluar dari atas ke bawah. Itu yang menyebabkan angin kencang di beberapa daerah,” kata Yan.

Yan mengatakan, potensi terjadinya angin puting beliung makin besar saat pertumbuhan awan cumulonimbus makin banyak. “Semakin banyak awan tumbuh, semakin tinggi juga potensi terjadinya angin kencang di daerah tersebut,” kata dia.

Menurut Yan, fenomena ini berhubungan dengan temperatur udara yang lebih terasa panas siang hari di musim penghujan. Sementara di musim kemarau, sebaliknya, temperatur udara menjadi relatif lebih dingin dari biasanya.

Di musim kemarau tahun ini misalnya, temperatur udara dini hari di Bandung tercatat paling rendah menembus 14 derajat Celcius. Yan mengatakan, kendati relatif dingin, tapi suhu terendah itu belum memecahkan rekor di Bandung. “Rekor terendah 11 derajat Celcius,” kata dia.

Yan juga mengatakan, saat mulai masuk musim hujan, temperatur siang hari relatif lebih panas karena dipengaruhi pertumbuhan awan. Saat awan yang tumbuh tidak menjadi hujan, temperatur udara menjadi relatif lebih panas. “Awan menyimpan kalor laten yang dilanjutkan ke permukaan bumi. Ketika tidak terjadi hujan, awan itu akan memberikan panas yang dia serap sebelumnya,” kata dia.

Yan mengatakan, udara siang hari saat musim hujan tidak hanya relatif lebih panas, tapi juga lembap. Udara lembap itu dipengaruhi oleh keberadaan awan tersebut. “Dengan kelembaban tinggi yang dimiliki awan itu maka panas ditambah lembap itu kita rasakan udara lebih panas dan lembap,” kata dia.

Merdeka.com - Angin puting beliung adalah sebuah fenomena alam yang cukup sering terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Angin puting beliung umumnya terjadi saat musim pancaroba atau saat pergantian dari musim penghujan ke musim kemarau.

Pemberian nama atau penyebutan terhadap angin puting beliung tampaknya memiliki perbedaan antara satu daerah dengan daerah lain, sesuai dengan penyebutan di daerah masing-masing.

Di antaranya, orang Jawa menyebut angin puting beliung sebagai angin leysus atau angin puyuh, di Sumatera disebut angin bahorok dan di negara-negara lain seperti di Amerika Serikat angin jenis ini disebut dengan tornado yang mempunyai kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter.

Lantas, apa penyebab angin puting beliung bisa terjadi? Berikut ulasan selengkapnya.

2 dari 4 halaman

Angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian antara 5 - 10 menit. Angin puting beliung sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pancaroba. Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan pusarannya benda yang terlewati terangkat dan terlempar. 

Bencana puting beliung merupakan bencana yang relatif tinggi angka kejadiannya. Data BNPB menyebutkan bahwa bencana puting beliung memberikan sumbangan sebesar 21% dari semua bencana yang ada di Indonesia, dilansir dari Jurnal Geografi Universitas Negeri Semarang.

Angin puting beliung bergerak mengaduk laut di bawahnya dan menyebabkan gelombang besar yang sangat kuat. Ketika angin puting beliung terbentuk, uap air terangkat dari lautan dan membentuk dinding awan yang tebal. Angin kencang yang berputar di sekitar daerah yang tenang, bersih dari awan,dan bertekanan rendah, disebut mata angin puting beliung.

3 dari 4 halaman

Berikut beberapa tanda-tanda serta proses terjadinya angin puting beliung, yang dilansir dari penanggulanganbencana.denpasarkota.go.id:

  1. Udara panas dan gerah.
  2. Dilangit tampak ada pertumbuhan awan kumulus [awan putih bergerombol berlapislapis].
  3. Awan tiba-tiba berubah dari warna putih menjadi hitam pekat [awan Cumulonimbus].
  4. Ranting pohon dan daun-daun bergoyang cepat karena tertiup angin yang terasa sangat dingin.
  5. Jika fenomena ini terjadi, kemungkinan besar hujan diasertai angin kencang akan datang.

Terjadinya angin puting beliung biasanya adalah pada saat musim pancaroba saat siang hari di mana suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul akibat radiasi matahari. Di siang hari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam awan tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan tinggi menghembus kepermukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak yang dikenal sebagai angin puting beliung.

4 dari 4 halaman

Melansir dari nationalgeographic.com, penyebab puting beliung karena adanya bentrokan antara udara hangat yang lembap dengan udara dingin yang kering. Udara dingin yang lebih padat didorong oleh udara hangat, biasanya menghasilkan badai petir. Udara hangat naik melalui udara yang lebih dingin, menyebabkan aliran udara ke atas. Updraft akan mulai berputar jika kecepatan atau arah angin berubah tajam.

Saat updraft berputar, yang disebut mesocycle, ia menarik lebih banyak udara hangat dari badai yang bergerak dan kecepatan rotasinya meningkat. Udara dingin yang diumpankan oleh aliran jet atau gelombang angin yang kuat di atmosfer, memberikan lebih banyak energi. Tetesan air dari udara lembap mesocyclone membentuk awan corong. Corong terus berkembang dan akhirnya turun dari awan. Saat menyentuh tanah, hal ini menjadi angin puting beliung.

Angin puting beliung merupakan bencana alam dan sulit diprediksi kapan akan terjadi dan dapat menimbulkan korban jiwa manusia, kerusakan atau kerugian harta benda dan dampak psikologis. Dampak terjadinya angin puting beliung antara lain adalah rusaknya rumah dan infrastruktur daerah yang terkena, timbulnya korban jiwa manusia, rusaknya kebun-kebun warga, adanya kerugian material, banyaknya puing-puing dan sampah yang terbawa dan berserakan, serta terganggunya kegiatan ekonomi.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề