Firman Allah yang menjelaskan bahwa malaikat diciptakan terlebih dahulu daripada manusia adalah

عن عائشة -رضي الله عنه- قالت: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «خُلقت الملائكة من نور، وخُلق الجَانُّ من مَارِجٍ من نار، وخُلق آدم مما وُصِفَ لكم».
[صحيح.] - [رواه مسلم.]
المزيــد ...

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada kalian."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan tentang titik permulaan penciptaan makhluk. Beliau menyebutkan bahwa para malaikat diciptakan dari cahaya karena itu mereka semua tidak bermaksiat kepada Allah dan tidak menyombongkan diri untuk beribadah kepada-Nya. Adapun jin diciptakan dari api. Karena itu, banyak jin yang disifati dengan kesembronoan, kesia-siaan dan permusuhan. Sedangkan Adam diciptakan sebagaimana yang telah diterangkan kepada kalian. Yaitu diciptakan dari tanah liat/lempung seperti tembikar. Sebab prosesnya dari tanah menjadi tanah liat/lempung lalu menjadi tembikar, maka dari sanalah Adam -'alaihissalām- diciptakan.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan


Page 2

1: Anjuran meneladani Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dalam berakhlak dengan akhlak Al-Qur`ān.

2: Memuji akhlak Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-; bahwa akhlak beliau berasal dari wahyu.

3: Mengingatkan kedudukan akhlak dalam Islam; bahwa akhlak merupakan konsekuensi kalimat tauhid yang melahirkan amal saleh.


Page 3

عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ أحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءهُ» فقلتُ: يا رسولَ اللهِ، أكَراهِيَةُ المَوتِ، فَكُلُّنَا نَكْرَهُ المَوتَ؟ قال: «لَيْسَ كَذَلِكَ، ولكِنَّ المُؤْمِنَ إذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءهُ، وإنَّ الكَافِرَ إذَا بُشِّرَ بِعَذابِ اللهِ وَسَخَطهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ وكَرِهَ اللهُ لِقَاءهُ».
[صحيح.] - [رواه مسلم، ورواه البخاري عن عائشة -رضي الله عنها- في ضمنه حديث عن عبادة بن الصامت-رضي الله عنه-. رواه عن أبي موسى -رضي الله عنه- مختصرا.]
المزيــد ...

Dari ‘Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Siapa yang rindu bertemu dengan Allah, Allah pun rindu bertemu dengannya. Namun siapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun benci bertemu dengannya.” Maka aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah (yang dimaksud adalah) membenci kematian, karena setiap kita membenci kematian?” Beliau menjawab: “Bukan demikian. Namun seorang mukmin jika diberi kabar gembira dengan rahmat, ridha dan surga Allah, ia akan rindu bertemu dengan Allah, maka Allah pun rindu bertemu dengannya. Dan sungguh orang kafir jika diberi ‘kabar duka’ dengan azab dan murka Allah, ia akan benci bertemu dengan Allah dan Allah pun benci bertemu dengannya.”
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Siapa rindu bertemu dengan Allah, Allah pun rindu bertemu dengannya. Namun siapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun benci bertemu dengannya.” Maka ‘Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, “Wahai Rasulullah, apakah (yang dimaksud adalah) membenci kematian, karena setiap kita membenci kematian?” Rasulullah menjawab, “Bukan demikian.” Maka Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pun menyampaikan bahwa seseorang jika rindu bertemu dengan Allah. Itu karena seorang mukmin percaya dengan apa yang dijanjikan Allah kepada kaum beriman di surga; berupa balasan yang berlimpah dan karunia yang luas, sehingga ia pun merindukan hal itu, dunia menjadi tidak berharga untuknya dan ia tidak memperhatikannya lagi, karena ia akan berpindah ke tempat yang lebih baik darinya. Maka pada saat itu, ia pun rindu bertemu dengan Allah. Terutama pada saat kematian, jika ia diberi kabar gembira dengan keridhaan dan rahmat Allah, ia akan rindu bertemu dengan Allah -'Azza wa Jalla-. Maka Allah pun rindu bertemu dengannya. Adapun orang kafir –wal ‘iyāżu billāh-, maka jika ia diberi “kabar duka” dengan azab dan murka Allah, ia pun benci untuk bertemu dengan Allah. Maka Allah pun benci bertemu dengannya. Karena itu, disebutkan dalam hadis tentang orang yang sakaratul maut: bahwa ruh orang kafir jika diberi “kabar duka” tentang azab dan kemurkaan Allah, ia akan tercerai-berai dalam jasadnya dan enggan untuk keluar. Karenanya, ruh orang kafir itu dicabut dari tubuhnya seperti mencabut besi tajam dari bulu domba yang basah. Maksudnya: ia benci jika ruh keluar, karena ia diberi “kabar duka” –wal ‘iyāżu billāh- dengan keburukan. Karena itu, Allah -Ta‘ālā- berfirman, “Dan andai engkau melihat saat orang-orang zhalim dalam sakaratul maut, ketika para malaikat menjulurkan tangan-tangan mereka (seraya berkata): ‘Keluarkanlah nyawa kalian!” Maka mereka tidak merelakan jiwa mereka –wal ‘iyāżu billāh-, hingga mereka tidak ingin ruh itu keluar. Tetapi para malaikat mengatakan: “Keluarkanlah nyawa kalian!” Maka jika ia diberi “kabar duka” tentang azab, ruhnya tercerai-berai dalam tubuh. Sehingga malaikat pun mencabutnya seperti mencabut besi tajam/bergerigi dari bulu domba yang basah –wal ‘iyāżu billāh- hingga ia keluar.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Sinhala Kurdi

Tampilkan Terjemahan


Page 4

عن أبي الفضل العباس بن عبد المطلب -رضي الله عنه- قال: شهدت مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يوم حُنَيْنٍ، فلَزِمْتُ أنا وأبو سفيان بن الحارث بن عبد المطلب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فلم نفارقه، ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- على بَغْلَةٍ له بيضاء، فلما التقى المسلمون والمشركون وَلَّى المسلمون مدبرين، فطَفِقَ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يَرْكُضُ بَغْلَتَهُ قِبَلَ الكفار، وأنا آخِذٌ بلِجامِ بَغْلَةِ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أَكُفُّها إِرَادَةَ أن لا تُسرع، وأبو سفيان آخِذٌ برِكاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «أي عباس، نادِ أصحاب السَّمُرَةِ». قال العباس - وكان رجلا صَيِّتًا - فقلت بأعلى صوتي: أين أصحاب السَّمُرَةِ، فوالله لكأن عَطْفَتَهُم حين سمعوا صوتي عَطْفَةَ البقر على أولادها، فقالوا: يا لبيك يا لبيك، فاقتتلوا هم والكفار، والدعوةُ في الأنصار يقولون: يا معشر الأنصار، يا معشر الأنصار، ثم قُصِرَتِ الدعوة على بني الحارث بن الخَزْرَجِ، فنظر رسول الله -صلى الله عليه وسلم- وهو على بغلته كالمتطاول عليها إلى قتالهم، فقال: «هذا حِينَ حَمِيَ الوَطِيسُ»، ثم أخذ رسول الله -صلى الله عليه وسلم- حَصَيَاتٍ فرمى بهن وجوه الكفار، ثم قال: «انْهَزَمُوا ورَبَّ مُحَمَّدٍ»، فذهبت أنظر فإذا القتال على هيئته فيما أرى، فوالله ما هو إلا أن رماهم بحَصياته، فما زِلْت أرى حَدَّهُم كَلِيلًا وأمرَهم مُدبرًا.
[صحيح.] - [رواه مسلم.]
المزيــد ...

Dari Abu al-Faḍal Al-'Abbās bin Abdul Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku mengikuti perang Hunain bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Aku dan Abu Sufyān bin al-Ḥariṡ bin Abdul Muṭṭalib senantiasa bersama menemani Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kami tidak pernah berpisah dari beliau, sementara Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunggang bigal (peranakan kuda dengan keledai) yang berwarna putih. Ketika pasukan Islam dan pasukan musyrik bertemu, pasukan Islam pun mundur. Lantas, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- segera bergerak memacu bigal beliau menuju pasukan kafir, sedang aku yang memegang tali kendali bigal tersebut. Aku tahan tali kendali tersebut agar bigalnya tidak terlalu kencang, sedangkan Abu Sufyan menahan pijakan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Hai 'Abbās, panggillah orang-orang yang pernah mengikuti Baiat Ridwan di dekat pohon Samurah!" Maka 'Abbās - dan dia memang seorang lelaki yang bersuara lantang- berteriak. Dia ('Abbās) berkata, "Aku memanggil dengan suaraku yang paling keras: "Di manakah orang-orang yang pernah mengikuti Baiat Ridwan di dekat pohon Samurah?!" Demi Allah, ketika mendengar suaraku, mereka segera tanggap dan simpatik, bagaikan rasa sayang induk sapi terhadap anak-anaknya. Mereka segera berkata, "Labbaik, labbaik (Kami penuhi panggilanmu)." Mereka pun bertempur menyerang orang-orang kafir. Sementara itu, seruan kaum Anṣār berbunyi, "Wahai kaum Anṣār, wahai kaum Anṣār." Kemudian seruan itu terdengar sampai kepada Bani al-Ḥāriṡ bin al-Khazraj. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memperhatikan dari atas bigal beliau peperangan yang sedang berkecamuk, beliau bersabda, "Inilah waktu berkobarnya api pertempuran!" Setelah itu, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengambil beberapa batu kerikil lalu melemparkannya ke wajah orang-orang kafir. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdoa, "Semoga mereka kalah, demi Rabb Muhammad." Aku pun pergi untuk melihatnya, ternyata pertempuran itu berjalan sebagaimana layaknya sebuah peperangan yang pernah aku lihat. Meskipun demikian, demi Allah, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hanya melempari mereka dengan batu-batu kerikil, maka mereka pun kalah. Sementara itu, aku terus melihat kekuatan mereka (orang-orang kafir) semakin melemah, sampai akhirnya mereka mundur."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Dari Abu Al-Faḍal Al-'Abbās bin Abdul Muṭṭalib -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Aku mengikuti perang Ḥunain bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Ketika pasukan Islam dan pasukan musyrik bertemu, lalu terjadilah peperangan sengit di antara mereka, sebagian kaum muslimin beranjak mundur dari kaum musyrikin. Lantas, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- segera bergerak memacu bigal (peranakan kuda dengan keledai) beliau dengan kakinya menuju pasukan kafir, sedang aku yang memegang tali kendali bigal Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, aku menahannya agar bigal tersebut tidak terlalu kencang ke arah musuh, sedangkan Abu Sufyān menahan pijakan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Wahai 'Abbās, panggillah orang-orang yang pernah berbait di bawah pohon Samurah pada hari Ḥudaibiyah pada tahun keenam -'Abbās adalah orang yang lantang suaranya- maka aku memanggil dengan suaraku yang paling keras, "Wahai orang-orang yang pernah mengikuti Baiat Riḍwan di dekat pohon Samurah?!" Yakni janganlah melupakan baiat kalian yang terjadi di bawah pohon dan apa konsekuensi dari baiat tersebut. Lalu 'Abbās berkata, "Demi Allah, ketika mereka mendengar suaraku memanggil mereka, mereka segera bergegas datang sebagaimana induk sapi bergegas untuk mencari anak-anaknya saat hilang." Lantas mereka menjawab bersama-sama atau satu per satu: "Ya labbaik, ya labbaik (Kami penuhi panggilanmu)." Maka kaum muslimin dan orang-orang kafir pun bertempur. Sementara itu, seruan untuk kaum Anṣār, "Wahai kaum Anṣār, wahai kaum Anṣār." Kemudian seruan itu terdengar sampai kepada Bani al-Ḥāriṡ bin al-Khazraj, lalu mereka diseru: Wahai Bani al-Ḥāriṡ. Mereka adalah kabilah/suku besar. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- memperhatikan dari atas bigal beliau (peperangan yang sedang berkecamuk), seakan-akan beliau menjulurkan lehernya tinggi-tinggi untuk melihat peperangan antara orang-orang kafir tersebut. Beliau bersabda, "Inilah waktu berkobarnya api pertempuran." Setelah itu beliau mengambil beberapa batu kerikil lalu melemparkannya ke wajah-wajah orang kafir. Kemudian Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda -untuk memberikan rasa optimis atau untuk mengabarkan, "Semoga mereka kalah, demi Rabb Muhammad." Aku pun pergi untuk melihatnya, ternyata pertempuran itu berjalan sebagaimana layaknya sebuah peperangan yang pernah aku lihat. Meskipun demikian, demi Allah, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- hanya melempari mereka dengan batu-batu kerikil. Sementara itu, aku terus melihat kekuatan mereka (orang-orang kafir) semakin melemah dan keadaan mereka menjadi terhina.

Terjemahan: Inggris Prancis Turki Urdu Bosnia Rusia China Persia Indian

Tampilkan Terjemahan


Page 5

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: « سَيْحَانُ وَجَيْحَانُ وَالفُرَاتُ والنِّيل كلٌّ من أنهار الجنة».
[صحيح.] - [رواه مسلم.]
المزيــد ...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Saiḥān, Jaiḥān, Eufrat, dan Nil semuanya termasuk bagian dari sungai-sungai surga."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Saiḥān, Jaiḥān, Eufrat, dan Nil adalah empat sungai di dunia. Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menggambarkan bahwa semuanya adalah sungai-sungai dari surga. Sebagian ulama berkata, "Sesungguhnya sungai-sungai itu adalah benar-benar sungai surga. Hanya saja, ketika sungai-sungai itu turun ke dunia, maka tabiat sungai-sungai dunia mendominasinya sehingga menjadi sungai-sungai dunia seperti biasa."

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Sinhala Kurdi Hausa Tamil

Tampilkan Terjemahan


Page 6

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال: «إنَّ لِلَّه تعالى ملائكة يَطُوفُون في الطُّرُق يلْتَمِسُون أهل الذِّكْر، فإذا وَجَدُوا قوماً يذكرون الله عز وجل تَنَادَوا: هَلُمُّوا إلى حاجَتِكُم، فَيَحُفُّونَهُم بِأَجْنِحَتِهِم إلى السَّماء الدُّنيا، فيَسألُهُم رَبُّهُم -وهو أعلم-: ما يقول عِبَادي؟ قال: يقولون: يُسَبِّحُونَك، ويُكَبِّرُونك، وَيَحْمَدُونَك، ويُمَجِّدُونَكَ، فيقول: هل رَأَوني؟ فيقولون: لا والله ما رَأَوك. فيقول: كيف لو رَأَوني؟! قال: يقولون: لو رأَوك كَانُوا أشَدَّ لك عبادة، وأشَدَّ لك تمْجِيداً، وأكْثر لك تسبيحاً. فيقول: فماذا يسألون؟ قال: يقولون: يَسْألُونك الجنَّة. قال: يقول: وهل رَأَوهَا؟ قال: يقولون: لا والله يا رب ما رأَوْهَا. قال: يقول: فَكَيف لو رَأَوْهَا؟ قال: يقولون: لو أنَّهُم رَأَوهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيها حِرصاً، وأشَدَّ لهَا طلباً، وأَعْظَم فِيهَا رغبةً. قال: فَمِمَّ يَتَعَوَذُون؟ قال: يقولون: يَتَعَوذُون من النَّار؛ قال: فيقول: وهل رأوها؟ قال: يقولون: لا والله ما رأوها. فيقول: كيف لو رأوها؟! قال: يقولون: لو رأوها كانوا أشدَّ مِنها فِراراً، وأشدَّ لها مَخَافَة. قال: فيقول: فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ، قال: يقول ملَك مِن الملائكة: فيهم فلان ليس منهم، إنما جاء لحاجة، قال: هُمُ الجُلَسَاء لا يَشْقَى بهم جَلِيسُهُم». وفي رواية: عن أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «إن لله ملائكة سَيَّارة فُضُلاً يَتَتَبَّعُون مجالِسَ الذكر، فإذا وجدوا مَجْلِساً فيه ذِكْرٌ، قَعَدُوا معهم، وحَفَّ بعضُهم بعضاً بأجنحتهم حتى يمْلَؤُوا ما بينهم وبين السماء الدنيا، فإذا تَفرقوا عرجوا وصعدوا إلى السماء، فيسألهم الله -عز وجل- وهو أعلم -: من أين جئتم؟ فيقولون: جئنا من عند عباد لك في الأرض: يسبحونك، ويكبرونك، ويهللونك، ويحمدونك، ويسألونك. قال: وماذا يسألوني؟ قالوا: يسألونك جنتك. قال: وهل رأوا جنتي؟ قالوا: لا، أي رب. قال: فكيف لو رأوا جنتي؟! قالوا: ويستجِيرُونَك. قال: ومم يَسْتجيروني؟ قالوا: من نارك يا ربّ. قال: وهل رأوا ناري؟ قالوا: لا، قال: فكيف لو رأوا ناري؟! قالوا: ويستغفرونك؟ فيقول: قد غفرت لهم، وأعطيتهم ما سألوا، وأجرتهم مما استجاروا. قال: فيقولون: رب فيهم فلان عبد خَطَّاء إنما مرَّ، فجلس معهم. فيقول: وله غفرت، هم القوم لا يشقى بهم جليسُهُم».
[صحيح] - [متفق عليه.]
المزيــد ...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berkata, "Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- memiliki malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahli zikir. Jika mereka menemukan satu kaum yang sedang mengingat Allah -'Azza wa Jalla-, mereka berseru, "Marilah kalian menuju kebutuhan kalian." Lantas para malaikat meliputi mereka dengan sayap-sayapnya sampai langit dunia. Kemudian Rabb mereka bertanya -dan Dia lebih tahu- kepada mereka, "Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Mereka bertasbih (mensucikan-Mu), bertakbir (mengagungkan-Mu), bertahmid (memuji-Mu), dan memuliakan-Mu." Allah bertanya, "Apakah mereka melihat-Ku?" Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu." Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat sungguh-sungguh memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu." Allah bertanya, "Lalu apa yang mereka minta dari-Ku?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Mereka meminta surga dari-Mu." Nabi bersabda, "Allah bertanya, "Apakah mereka melihat surga?" Nabi bersabda, "para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, wahai Rabb, mereka tidak melihatnya." Nabi bersabda, "Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, mereka pasti sangat bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, sangat bersungguh-sungguh untuk memintanya, dan sangat menginginkannya." Allah bertanya, "Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Mereka meminta perlindungan dari neraka." Nabi bersabda, "Allah bertanya, "Apakah mereka melihatnya?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihatnya." Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?" Nabi bersabda, "Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh lari darinya dan sangat takut kepadanya." Nabi bersabda, "Allah berfirman, "Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka." Nabi bersabda, "Salah satu malaikat pun berkata, "Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan." Allah menjawab, "Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada yang sengsara orang yang duduk (bermajelis) bersama dengan mereka." Dalam riwayat dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang memiliki keutamaan, mereka selalu berjalan mencari majelis-majelis zikir. Apabila mereka menemukan suatu majelis yang berisi zikir di dalamnya, mereka lalu duduk bersama mereka dan mereka saling membentangkan sayap-sayap mereka sehingga memenuhi antara mereka dengan langit dunia. Apabila majelis itu bubar, mereka naik ke langit lalu Allah -'Azza wa Jalla- bertanya -dan Dia lebih tahu- kepada mereka, "Dari mana kalian?" Para malaikat menjawab, "Kami datang dari hamba-hamba-Mu di bumi. Mereka bertasbih, bertakbir, bertahlil, bertahmid, dan meminta kepada-Mu." Allah bertanya, "Apa yang mereka minta dari-Ku?" Para malaikat menjawab, "Mereka meminta surga-Mu." Allah bertanya, "Apakah mereka melihat surgaku?" Para malaikat menjawab, "Tidak, wahai Rabb-ku." Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihat surga-Ku?" Para malaikat berkata, "Mereka juga meminta perlindungan kepada-Mu." Allah bertanya, "Dari apa mereka meminta perlindungan kepada-Ku?" Mereka menjawab, "Dari neraka-Mu, wahai Rabb-ku." Allah bertanya, "Apakah mereka melihat neraka-Ku?" Mereka menjawab, "Tidak." Allah bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihat neraka-Ku?" Para malaikat berkata, "Mereka juga memohon ampunan kepada-Mu?" Allah berfirman, "Aku telah mengampuni mereka. Aku beri kepada mereka apa yang mereka minta dan Aku beri mereka perlindungan dari apa yang mereka mintai perlindungan kepada-Ku." Nabi bersabda, "Para malaikat berkata, "Wahai Rabb-ku, di kalangan mereka ada seorang hamba yang banyak sekali kesalahannya. Ia hanya melewati saja lalu ikut duduk bersama mereka." Lantas Allah berfirman, "Aku pun mengampuninya. Mereka adalah satu kaum yang tidak akan sengsara orang yang duduk bersama mereka."
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Hadis ini menceritakan salah satu bentuk mengagungkan majelis-majelis zikir, di mana Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahli zikir." Yakni, Allah menugaskan satu kelompok khusus dari kalangan malaikat selain para malaikat penjaga, untuk berkeliling di bumi. Mereka berkeliling di jalan-jalan kaum Muslimin dan masjid-masjid serta rumah-rumah mereka untuk mencari majelis-majelis zikir. Mereka mengunjunginya, menyaksikannya, dan mendengarkan ahli zikir. Al-Hafiz (Ibnu Hajar) berkata, "Yang lebi tepat pengkhususan itu dengan majelis-majelis tasbih dan sejenisnya. "Jika mereka menemukan satu kaum yang sedang mengingat Allah -'Azza wa Jalla-," dalam riwayat Muslim disebutkan, "Apabila mereka menemukan suatu majelis yang berisi zikir di dalamnya-, mereka berseru," yakni, sebagian mereka menyeru sebagian yang lain, "Kemarilah menuju kebutuhan kalian." Dalam satu riwayat disebutkan, "Kepada tujuan kalian." Yakni, kemarilah menuju apa yang kalian cari di majelis zikir, sampai kepada ahli zikir untuk mengunjungi mereka, dan menyimak zikir mereka." Nabi -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- bersabda mengenai gambaran malaikat saat mereka berada di majelis-majelis zikir, "Lantas para malaikat meliputi mereka," yakni, meliputi mereka seperti liputan gelang di pergelangan tangan. "Lantas para malaikat meliputi mereka dengan sayap-sayapnya," yakni, mengelilingi mereka dengan sayap-sayapnya. "Sampai langit dunia." Yakni, hingga mereka sampai ke langit. Selanjutnya Nabi -'alaihi aṣ-ṣalātu wa as-salām- menceritakan dialog yang berlangsung antara Rabb Pemilik kemuliaan dan keagungan dengan para malaikat mulia. Allah –Jalla wa ‘Alā- berfirman, "Kemudian Rabb mereka bertanya -dan Dia lebih tahu-, yakni, Dia lebih mengetahui keadaan mereka. Ini sebagai pujian terhadap mereka di Al-Mala' al-A'lā untuk membanggakan mereka kepada para malaikat, "Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?" Para malaikat menjawab, "Mereka bertasbih (mensucikan-Mu), bertakbir (mengagungkan-Mu), bertahmid (memuji-Mu), dan memuliakan-Mu." Yakni, para malaikat berkata, "Orang-orang yang berzikir mengucapkan, "Mahasuci Allah, segala puji hanya milik Allah, tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar." Adapun bentuk memuliakan ialah ucapan 'tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah' karena di dalamnya mengandung pengagungan kepada Allah -Ta'ālā- dengan tauhid ulūhiyyah. "Allah –Jalla wa ‘Alā- bertanya, "Apakah mereka melihat-Ku?" Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu." Allah bertanya lagi, "Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?" Para malaikat yang mulia menjawab, "Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat sungguh-sungguh memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu." Sebab, bersungguh-sungguh dalam ibadah sesuai dengan tingkat pengetahuan. Selanjutnya Allah -Tabāraka wa Ta'ālā- bertanya, "Lalu apa yang mereka minta kepada-Ku?" Yakni, apa yang mereka mohon dari-Ku. Para malaikat menjawab, "Mereka meminta surga kepada-Mu." Yakni, mereka mengingat-Mu dan beribadah kepada-Mu karena ingin memperoleh surga-Mu. Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, mereka pasti sangat menginginkannya," yakni, pasti mereka akan sungguh-sungguh berusaha kepadanya. Sebab, berita berbeda dengan melihat langsung. Allah - Jalla Jalāluhu- bertanya, "Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?" Yakni, apa yang mereka takutkan sehingga mereka memohon kepada Allah agar melindungi mereka darinya. Para malaikat menjawab, "Mereka meminta perlindungan dari neraka." Yakni, mereka mengingat dan menyembah Rabbnya karena takut dari neraka dan memohon kepada Allah -'Azza wa Jalla- agar melindungi mereka darinya. Allah -Jalla Jalāluhu- bertanya, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?" Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh lari darinya," yakni, mereka pasti berusaha bersungguh-sungguh memperbanyak amal saleh yang menjadi sebab selamat dari neraka. Allah -Jalla Jalāluhu- berfirman, "Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka." Yakni, Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka. "Salah satu malaikat pun berkata, "Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan." Yakni, ada di antara orang-orang yang berzikir itu "fulan" yang bukan bagian dari mereka. Ia datang untuk satu kebutuhan yang akan dilakukannya, lalu duduk bersama mereka. Apakah dia diampuni? Allah –Jalla a ‘Alā- berfirman yang maknanya, "Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada yang sengsara dan rugi orang yang duduk (bermajelis) bersama dengan mereka."

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Portugis

Tampilkan Terjemahan


Page 7

عن علي بن أبي طالب -رضي الله عنه- أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم كان إذا قامَ إلى الصلاة، قال: «وَجَّهتُ وجهي للذي فطر السماوات والأرض حنيفًا، وما أنا من المشركين، إنَّ صلاتي، ونُسُكي، ومَحياي، ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له، وبذلك أُمِرتُ وأنا من المسلمين، اللهمَّ أنت المَلِك لا إله إلَّا أنت، أنت ربي، وأنا عبدك، ظلمتُ نفسي، واعترفتُ بذنبي، فاغفر لي ذنوبي جميعًا، إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت، واهدني لأحسن الأخلاق لا يهدي لأحسنها إلا أنت، واصرف عني سيئَها لا يصرف عني سيئها إلا أنت، لبَّيْك وسَعْدَيْك، والخيرُ كله في يديك، والشر ليس إليك، أنا بك وإليك، تباركتَ وتعاليتَ، أستغفرك وأتوب إليك»، وإذا ركع، قال: «اللهمَّ لك ركعتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، خشع لك سمعي، وبصري، ومُخِّي، وعظمي، وعَصَبي»، وإذا رفع، قال: «اللهم ربنا لك الحمد مِلءَ السماوات، ومِلءَ الأرض، ومِلءَ ما بينهما، ومِلءَ ما شئتَ من شيء بعد»، وإذا سجد، قال: «اللهم لك سجدتُ، وبك آمنتُ، ولك أسلمتُ، سجد وجهي للذي خلقه، وصوَّره، وشقَّ سمعَه وبصرَه، تبارك الله أحسنُ الخالقين»، ثم يكون من آخر ما يقول بين التشهُّد والتسليم: «اللهم اغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وما أسررتُ وما أعلنتُ، وما أسرفتُ، وما أنت أعلم به مني، أنت المُقَدِّم وأنت المؤَخِّر، لا إله إلا أنت».
[صحيح.] - [رواه مسلم.]
المزيــد ...

Dari Ali bin Abi Ṭālib -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mendirikan salat, beliau mengucapkan, "Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku diperintahkan kepada hal itu dan aku termasuk orang-orang muslim. Ya Allah! Engkau adalah Raja. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling baik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Akan aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari-Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dari-Mu dan aku bertobat kepada-Mu”. Apabila beliau rukuk, beliau mengucapkan, "Ya Allah! Aku rukuk untuk-Mu, beriman kepada-Mu dan aku menyerahkan diri kepada-Mu. Pendengaranku, pandanganku, otakku, tulangku dan sarafku tunduk untuk-Mu." Apabila beliau mengangkat kepala, beliau mengucapkan, "Ya Allah Rabb kami! Segala puji milik-Mu sepenuh langit, sepenuh bumi, sepenuh antara keduanya, dan sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki." Apabila bersujud, beliau mengucapkan, "Ya Allah! Aku bersujud untuk-Mu, beriman kepada-Mu, menyerahkan diri kepada-Mu. Wajahku bersujud kepada Zat yang telah menciptakannya, membentuknya, membelah pendengarannya dan penglihatannya. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta." Selanjutnya ucapan terakhir yang dikatakannya antara tasyahud dan salam ialah, "Ya Allah! Ampunilah (dosa) yang telah aku lakukan dan yang akan datang, apa yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan, apa yang aku hamburkan dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Dahulu Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mendirikan salat, beliau mengucapkan, "Aku hadapkan wajahku kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi," yakni, aku menghadapkan diriku dengan ibadah. Artinya aku mengikhlaskan ibadahku hanya untuk Allah yang telah menciptakan sesuatu tanpa ada contoh pola sebelumnya dan aku berpaling dari selain-Nya. Sesungguhnya Zat yang telah menciptakan makhluk-makhluk seperti ini yang ada dalam puncak inovasi dan kesempurnaan, tentunya layak semua wajah mengarah kepada-Nya dan semua hati bersandar kepada-Nya di segala keadaan. Tidak boleh berpaling kepada selain-Nya dan tidak berharap kecuali kelanggengan ridha dan kebaikan-Nya. "dengan lurus dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik." Yakni, condong dari setiap agama yang batil ke agama yang benar, agama Islam dengan tetap tegar di atasnya. Menurut orang Arab, ini biasanya terjadi pada orang yang berpegang kepada agama Ibrahim -'alaihissalām-. Lantas beliau bersabda, "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku diperintahkan kepada hal itu dan aku termasuk orang-orang muslim." Yakni, salatku, ibadahku dan kedekatanku, semua itu murni untuk mencari keridhaan Allah. Aku tidak menyekutukan-Nya di dalam itu semua dengan siapa pun. Ya Allah, Engkau adalah Raja. Demikian juga hidupku dan matiku hanya milik Allah. Dialah Yang menciptakan keduanya dan menetapkan takdirnya. Tidak ada seorang pun yang mengatur, Tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah Mahasuci dalam Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuataan-Nya?" Tuhanku telah memerintahkanku dengan tauhid dan keikhlasan ini dan aku termasuk orang-orang muslim yang tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lalu beliau mengucapkan, "Ya Allah, Engkau Raja. Tidak ada Ilah yang haq selain Engkau. Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku dan mengakui dosaku. Karena itu, ampunilah dosaku seluruhnya. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau." Yakni, ya Allah, Engkaulah Raja, tidak ada Raja selain-Mu. Dan tidak ada kerajaan yang sebenarnya melainkan milik-Mu. Sedangkan Engkau Tunggal, Esa dengan sifat uluhiyah sehingga tidak ada yang dapat disembah kecuali Engkau. Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu. Aku telah melakukan kezaliman dan kelalaian, melakukan maksiat dan dosa dan ku akui dosa-dosa itu, maka ampunilah daku karena tidak ada yang mampu mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, karena Engkaulah Zat yang Maha Pengampun lagi Penyayang. Kemudian beliau lanjutkan; Tunjukkanlah aku kepada akhlak yang paling baik. Tidak ada yang memberikan petunjuk kepada akhlak yang paling baik kecuali Engkau. Jauhkanlah dariku akhlak yang buruk. Tidak ada yang bisa menjauhkan akhlak buruk dariku kecuali Engkau. Aku mendengar seruan-Mu dan aku sambut gembira. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari-Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertaubat kepada-Mu." Apabila beliau rukuk, beliau mengucapkan, "Ya Allah, aku rukuk untuk-Mu, beriman kepada-Mu, dan aku menyerahkan diri kepada-Mu. Pendengaranku, pandanganku, otakku, tulangku dan sarafku tunduk pada-Mu." Apabila beliau mengangkat kepala, beliau mengucapkan, "Ya Allah Tuhan kami, segala puji milik-Mu sepenuh langit, sepenuh bumi, sepenuh antara keduanya dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki." Apabila bersujud, beliau mengucapkan, "Ya Allah, aku bersujud untuk-Mu, beriman kepada-Mu, menyerahkan diri kepada-Mu. Wajahku bersujud kepada Zat yang telah menciptakannya, membentuknya, membelah pendengarannya dan penglihatannya. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta." Selanjutnya ucapan terakhir yang dikatakannya antara tasyahhud dan salam ialah, "Ya Allah, ampunilah (dosa) yang telah aku lakukan dan yang akan datang, apa yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan, apa yang aku hamburkan dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku. Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan. Tidak ada Ilah yang benar selain Engkau." Yakni, ya Allah, ampunilah aku atas dosa-dosa yang telah aku lakukan dan yang akan aku lakukan." Seakan-akan beliau bersabda, "Ya Allah, ampunilah dosaku yang dulu dan yang sekarang." "apa yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan" yakni ampunilah dosa yang aku tampakkan maupun yang ku sembunyikan, dosa yang terbetik di hatiku atau tergerak di lisanku. "apa yang aku hamburkan" yaitu ampunilah aku saat melampaui batas dalam dosa dan maksiat. "dan apa yang lebih Engkau ketahui dariku" yakni ampunilah dosa yang tak aku ketahui. "Engkaulah Yang Mendahulukan dan Engkaulah Yang Mengakhirkan" artinya Engkau kedepankan siapa yang Engkau kehendaki dengan ketaatannya pada-Mu dan Engkau akhirkan siapa yang Engkau kehendaki sesuai dengan hikmah-Mu. Engkau mulyakan hamba yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. "Tiada Ilah yang haq selain Engkau" artinya tiada sembahan yang patut disembah selain Engkau.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Uyghur Kurdi

Tampilkan Terjemahan


Page 8

عن عوف بن مالك الأشجعي -رضي الله عنه- قال: قمتُ مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلةً، فقام فقرأ سورةَ البقرة، لا يَمُرُّ بآية رحمةٍ إلا وقفَ فسأل، ولا يَمُرُّ بآية عذابٍ إلَّا وقف فتعوَّذ، قال: ثم ركع بقَدْر قيامِه، يقول في ركوعه: «سُبحانَ ذي الجَبَروتِ والملَكوتِ والكِبرياءِ والعَظَمةِ»، ثم سجد بقَدْر قيامه، ثم قال في سجوده مثلَ ذلك، ثم قام فقرأ بآل عمران، ثم قرأ سورةً سورةً.
[صحيح] - [رواه أبو داود والنسائي وأحمد.]
المزيــد ...

Dari Auf bin Malik Al-Asyja'i -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, "Suatu malam aku melaksanakan salat malam bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau berdiri lalu membaca surah Al-Baqarah. Setiap kali melewati ayat tentang rahmat, beliau berhenti lalu memohon. Setiap kali melewati ayat tentang azab, beliau berhenti lalu memohon perlindungan." Auf bin Malik Al-Asyja'i berkata, "Lantas beliau ruku' lama seperti berdirinya. Dalam rukuknya beliau mengucapkan, "Mahasuci Allah Pemilik keperkasaan, kekuasaan, kebesaran dan keagungan." Lantas beliau bersujud lama seperti ukuran berdirinya. Dalam sujudnya beliau mengucapkan sebagaimana dalam rukuknya. Setelah itu beliau berdiri lalu membaca Āli 'Imrān kemudian membaca surah demi surah."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Nasā`i

Uraian

Auf bin Malik Al-Asyja'i -raḍiyallāhu 'anhu- mengabarkan bahwa dirinya melaksanakan salat malam bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri lalu membaca surah Al-Baqarah. Setiap kali melewati ayat yang menyebutkan rahmat dan surga, beliau pun memohon rahmat dan surga kepada Allah. Setiap kali melewati ayat yang menyebutkan azab, beliau memohon perlindungan kepada Allah dari azab-Nya. Selanjutnya beliau rukuk panjang sesuai dengan ukuran berdirinya. Dalam rukuknya, beliau mengucapkan, "Mahasuci Allah Pemilik Keperkasaan, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan." Yakni, aku menyucikan Allah Pemilik keperkasaan dan kekuatan, Pemilik kekuasaan lahir dan batin, Pemilik kebesaran dan Pemilik keagungan, lalu beliau bersujud seperti ukuran lama berdirinya. Lantas dalam sujudnya beliau mengucapkan (doa) sebagaimana dalam rukuk. Setelah itu berdiri lalu membaca Āli 'Imrān, lalu membaca surah demi surah.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Kurdi

Tampilkan Terjemahan


Page 9

عن أبي أمامة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «وَعَدَني ربِّي أنْ يُدْخِلَ الجنةَ من أُمَّتي سبعين ألفًا بغير حسابٍ ولا عذابٍ، مع كلِّ ألفٍ سبعون ألفًا، وثلاثُ حَثَيَاتٍ مِن حَثَيَاتِ ربِّي».
[صحيح.] - [رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد.]
المزيــد ...

Dari Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Rabbku telah berjanji kepadaku bahwa Dia akan memasukkan sebanyak tujuh puluh ribu dari umatku ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa siksaan. Bersama setiap seribu ada tujuh puluh ribu dan tiga tuangan dari limpahan Rabbku."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan kepada kita bahwa Allah telah berjanji kepadanya bahwa Dia akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh orang dari umat ini tanpa hisab dan tanpa siksaan, dan akan memasukkan bersama setiap seribu orang sebanyak tujuh puluh ribu orang lainnya, dan Allah akan menggenggam dengan tangan-Nya yang mulia tiga genggaman dan memasukkan mereka ke surga.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan


Page 10

عن ابن عباس -رضي الله عنهما- مرفوعاً: «إنَّ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ آخذةٌ بحُجْزَةِ الرَّحمنِ، يَصِلُ مَن وَصَلَها، ويقطعُ مَن قَطَعَها».
[صحيح.] - [رواه أحمد.]
المزيــد ...

Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- secara marfū', "Sesungguhnya kekerabatan adalah satu cabang dalam genggaman Allah Yang Maha Pengasih; Dia akan menyambungkan orang yang menyambungnya, dan memutuskan orang yang memutusnya."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ahmad

Uraian

"Ar-Raḥim" (kekerabatan) memiliki keterkaitan dengan Allah -'Azza wa Jalla-. Nama tersebut diambil dari nama-Nya "Ar-Raḥmān". Secara global hadis ini termasuk hadis-hadis sifat yang telah ditetapkan oleh para imam bahwa hadis seperti itu diperlakukan (dimaknai) sebagaimana adanya, dan mereka menolak orang yang menafikan keharusannya. Al-Hujzah (genggaman) termasuk sifat yang harus diimani tanpa taḥrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). Dengan demikian kita beriman bahwa "Ar-Raḥim" adalah kekerabatan yang dijadikan pegangan, dan sesungguhnya Allah akan menyambungkan orang yang menyambung kekerabatan. Orang yang memutus kekerabatannya dan tidak menyambungnya, maka Allah akan memutuskannya. Orang yang diputus oleh Allah kekerabatannya, maka dia termasuk orang yang diputus bersama musuh Allah, yaitu setan yang terusir dan terkutuk, meskipun manusia seluruhnya menginginkan untuk menyambung dan memberinya manfaat, hal itu tidak berguna baginya.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Portugis

Tampilkan Terjemahan


Page 11

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «خَلَقَ اللهُ الخلقَ، فلمَّا فرغَ منه، قامت الرَّحِمُ فأخذت بحَقْو الرَّحمن، فقال له: مَه، قالت: هذا مقامُ العائذِ بك من القَطِيعة، قال: ألَا تَرْضَيْنَ أنْ أصِلَ مَن وصلكِ، وأقطعُ مَن قطعكِ، قالت: بلى يا ربِّ، قال: فذاك». قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: اقرءوا إن شئتم: {فهل عسيتُم إنْ تولَّيتُم أن تُفْسِدوا في الأرض وتُقَطِّعوا أرحامَكم}، وفي رواية للبخاري: فقال الله: (من وصلك وصلته ومن قطعك قطعته).
[صحيح.] - [متفق عليه.]
المزيــد ...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Allah menciptakan makhluk, ketika Allah telah merampungkannya, maka berdirilah rahim lalu memegang pinggang Ar-Raḥmān (Allah Yang Maha Pengasih). Allah berfirman kepadanya, "Menyingkirlah." Rahim berkata, "Ini adalah tempat orang yang berlindung kepadamu dari pemutus kekerabatan." Allah berfirman, "Tidakkah engkau rida Aku menyambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?" Rahim menjawab, "Tentu saja wahai Rabbku." Allah berfirman, "Itu untukmu." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Bacalah jika kalian mau, "Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?" Dalam riwayat Bukhari (disebutkan) bahwa Allah berfirman, "Orang yang menyambungmu maka Aku akan menyambungnya, dan orang yang memutusmu, maka Aku akan memutusnya."
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Sabda Nabi: "Allah menciptakan makhluk, ketika Allah telah merampungkannya", yakni, setelah Allah selesai menciptakan makhluk. Ini menunjukkan bahwa penciptaan itu terjadi pada waktu yang ditentukan, meskipun kekuasaan Allah tidak ada batasnya, dan tidak ada sesuatu pun yang membuatnya lalai dari sesuatu yang lain. Hanya saja hikmah-Nya mengharuskan perbuatan-Nya itu ada waktu tertentu. Ini menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan-Nya berkaitan dengan kehendak-Nya. Jika Dia hendak melakukan sesuatu, Dia pun melakukannya. Maka sabda Nabi, "ketika Allah telah merampungkannya", tidak berarti bahwa Allah telah selesai dari menciptakan segala sesuatu, tetapi makhluk-makhluk Allah -Ta'ālā- masih terus ada bersambung, hanya saja itu sudah diketahui oleh ilmu-Nya, takdir-Nya, dan penulisan-Nya. Kemudian makhluk-makhluk tersebut ada karena kehendak-Nya, sehingga tidak mungkin hal itu ada melainkan telah diketahui oleh ilmu-Nya, takdir-Nya, dan dituliskan-Nya, lalu Dia berkehendak maka hal itu ada. Sabda Nabi, "Maka berdirilah rahim lalu memegang pinggang Ar-Raḥmān (Allah Yang Maha Pengasih), dan Allah berfirman kepadanya, "Menyingkirlah!" Perbuatan yang disandarkan kepada rahim yaitu berdiri dan berkata, secara zahir hadis menunjukkan bahwa perbuatan benar adanya secara lahirnya, meskipun rahim itu adalah makna yang ada pada manusia. Hanya saja kekuasaan Allah tidak bisa diukur oleh nalar manusia. Secara global hadis ini termasuk hadis-hadis sifat di mana para ulama telah menetapkan agar hadis itu dipahami apa adanya, dan mereka menyanggah orang yang menafikan keharusannya. Makna lahir dari hadis ini tidak berarti bahwa Allah memiliki sarung dan selendang sejenis pakaian yang dikenakan oleh manusia yang dibuat dari kulit, rami/lenan, kapas dan sebagainya. Allah -Ta'ālā- berfirman, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." Sabdanya, "Rahim berkata, "Ini adalah tempat orang yang berlindung kepada-Mu dari pemutus kekerabatan." Ini tempat paling agung, dan orang yang berlindung kepada Allah adalah orang yang memohon perlindungan kepada pelindung paling agung. Ini merupakan dalil pengagungan bersilaturahmi, dan besarnya (dosa) pemutus kekerabatan. "Al-Qaṭī'ah, artinya tidak menyambung." Al-Washlu" artinya berbuat baik kepada kerabat, memperlihatkan cinta kepadanya, dekat dengannya, membantunya, mencegah hal yang menyakitinya, dan berusaha keras untuk mendatangkan apa yang bermanfaat baginya di dunia dan akhirat. Sabdanya, Allah berfirman, "Tidakkah engkau rida Aku menyambung orang yang menyambungmu, dan memutus orang yang memutusmu?" Rahim menjawab, "Tentu saja, wahai Rabbku." Allah berfirman, "Itu untukmu." Orang yang menyambung kekerabatannya, niscaya Allah menyambungnya. Orang yang disambung kekerabatannya oleh Allah, berarti dia sampai kepada segala kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dan pasti akhirnya adalah berdekatan dengan Rabbnya di surga Firdaus. Sebab, hubungan tidak berakhir kecuali sampai ke sana sehingga dia dapat melihat wajah Rabbnya Yang Mulia. Orang yang memutus kekerabatannya, niscaya Allah memutusnya. Orang yang diputus kekerabatannya oleh Allah maka dialah orang yang terputus. Dia bersama musuh Allah, yaitu setan yang terusir dan terkutuk.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Portugis

Tampilkan Terjemahan


Page 12

عن ابن عباس -رضي الله عنهما- كان النبيُّ -صلى الله عليه وسلم- إذا تَهَجَّد من الليل قال: «اللهم ربَّنا لك الحمدُ، أنت قَيِّمُ السموات والأرض، ولك الحمدُ أنت ربُّ السموات والأرض ومَن فيهنَّ، ولك الحمدُ أنت نورُ السموات والأرض ومن فيهنَّ، أنت الحقُّ، وقولُك الحقُّ، ووعدُك الحقُّ، ولقاؤك الحقُّ، والجنةُ حقٌّ، والنارُ حقٌّ، والساعةُ حقٌّ، اللهم لك أسلمتُ، وبك آمنتُ، وعليك توكَّلتُ، وإليك خاصمتُ، وبك حاكمتُ، فاغفر لي ما قدَّمتُ وما أخَّرتُ، وأسررتُ وأعلنتُ، وما أنت أعلم به مني، لا إلهَ إلا أنت».
[صحيح.] - [متفق عليه.]
المزيــد ...

Dari Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila melaksanakan salat tahajud di malam hari, beliau membukanya dengan ucapan, “Ya Allah! Segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta makhluk yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al Haq. Janji-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu membawa kebenaran, dan Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- itu membawa kebenaran, hari kiamat itu benar adanya. Ya Allah! Kepada-Mu lah aku berserah diri. Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu aku mengajukan perkara. Dan kepada-Mu aku berhukum. Karena itu, ampunilah aku dari dosa yang telah lalu dan yang akan datang, apa yang aku lakukan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan apa yang Engkau lebih tahu dariku. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.”
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Apabila Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berdiri untuk melaksanakan salat, maka setelah mengucapkan takbiratul ihram, beliau mengucapkan doa, "Ya Allah, Tuhan kami, segala puji milik-Mu," yakni, segala pujian wajib dan menjadi hak Allah Ta'ala. Dia terpuji dalam sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, nikmat-Nya, kemurahan hati-Nya, penciptaan-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, perintah-Nya dan ketetapan-Nya. Dialah yang terpuji di awal dan di akhir, lahir dan batin. Selanjutnya beliau mengucapkan, "Engkaulah yang menegakkan langit dan bumi." Yakni, Engkaulah yang menegakkannya dari ketiadaan, mengurus keduanya dengan hal-hal yang dapat memperindah dan menegakkannya. Engkaulah Pencipta dan Pemberi rezeki, Pemilik dan Pengatur, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Selanjutnya beliau mengucapkan, "Segala puji hanya milik-Mu. Engkaulah Tuhan langit dan bumi dan makhluk yang ada di dalamnya." Yakni, Engkau Pemilik keduanya dan makhluk yang ada di dalamnya, yang mengatur keduanya dengan kehendak-Mu. Engkau yang mengadakan keduanya dari ketiadaan. Dengan demikian, kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada keterlibatan atau pengaturan seorang pun bersama-Mu. Engkau Maha Suci dan Engkau Maha Luhur. Lalu mengucapkan, "Segala puji hanya milik-Mu. Engkaulah cahaya langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalam keduanya." Di antara sifat Allah ialah cahaya dan Dia tersembunyi dari makhluk-Nya dengan cahaya. Dia Penerang langit dan bumi, Pemberi petunjuk penghuni langit dan bumi, dan tidak boleh menafikan atau menakwilkan sifat cahaya dari Allah Ta'ala. Lalu mengucapkan, "Engkaulah Al-Haq." Al-Haq adalah salah satu nama Allah dan salah satu sifat-Nya. Dia adalah Al-Haq dalam Zat dan sifat-Nya. Dia adalah wajib ada dengan segala sifat dan ciri. Keberadaan-Nya merupakan keharusan Zat-Nya. Tidak ada wujud sesuatu melainkan Dia yang mengadakannya. Lalu mengucapkan, "Firman-Mu adalah benar," apa yang Engkau firmankan adalah benar, hak, dan adil tanpa tercampuri kebatilan dari depan-Nya, dari belakang-Nya, baik dalam kabar-Nya, hukum-Nya, dan syariat-Nya. Tidak juga pada janji dan ancaman-Nya. Lalu mengucapkan, "janji-Mu adalah benar," yakni, Engkau tidak pernah ingkar janji. Apa yang Engkau janjikan pasti akan terjadi sesuai dengan yang telah Engkau janjikan. Tidak ada pergantian dan perubahan di dalamnya. Lalu mengucapkan, "dan pertemuan-Mu adalah benar." Yakni, setiap hamba pasti berjumpa dengan-Nya, lalu mereka diberi balasan atas amal-amalnya. Perjumpaan ini tercakup di dalamnya melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lalu mengucapkan, "Surga itu benar, neraka itu benar," yakni, keduanya sudah ditetapkan dan ada sebagaimana engkau telah diberitahu mengenai hal itu bahwa keduanya sudah disiapkan bagi para penghuninya. Keduanya adalah perkampungan abadi dan kepadanya tempat kembali semua hamba. Lalu mengucapkan, "dan kiamat itu benar." Yakni, terjadinya kiamat adalah sesuatu yang benar tanpa ada keraguan di dalamnya. Ia ditetapkan dan pasti terjadi. Kiamat adalah akhir dunia dan permulaan akhirat. Sabdanya, "Ya Allah, aku menyerahkan diri kepada-Mu," artinya aku tunduk kepada hukum-Mu, menyerahkan diri, dan rela. Sabdanya, "beriman kepada-Mu," yakni, aku membenarkan-Mu dan apa yang Engkau turunkan, dan aku melakukan sebagaimana keharusannya. "bertawakal kepada-Mu," yakni, aku bersandar kepada-Mu dan menyerahkan segala urusanku kepada-Mu. "mengajukan perkara kepada-Mu," yakni, dengan berbagai bukti yang diberikan kepadaku, aku berhujjah kepada pembangkang dan mengalahkannya. "dan mengajukan gugatan kepada-Mu." Yakni, setiap orang yang menolak untuk menerima kebenaran atau mengingkarinya, maka aku mengajukan gugatan kepada-Mu dan aku menjadikan-Mu sebagai penentu keputusan antara aku dengannya, guna menghindari keputusan thaghut berupa undang-undang konvensional atau dukun atau lainnya yang biasanya dijadikan rujukan oleh manusia, berupa hukum-hukum yang batil secara syariat. Sabdanya, "Karena itu, ampunilah aku dari dosa yang telah lalu dan yang akan datang, apa yang aku lakukan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan apa yang Engkau lebih tahu dariku." Yakni, ampunilah aku dari dosa yang telah aku kerjakan dan yang akan aku kerjakan, dosa yang tampak pada seseorang dari makhluk-Mu dan apa yang tersembunyi dari mereka dan yang tidak diketahui oleh selain-Mu. Selanjutnya beliau menutup doanya dengan ucapan, "Tidak ada tuhan yang benar selain Engkau." Aku tidak menghadap kecuali kepada-Mu, karena setiap yang dipertuhankan selain-Mu adalah batil dan dakwahnya adalah sesat dan binasa. Inilah tauhid yang dibawa oleh para utusan Allah dan diwajibkan oleh Allah Ta'ala kepada para hamba-Nya.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Uyghur Kurdi Hausa

Tampilkan Terjemahan


Page 13

عن الزُّبير بن العوام -رضي الله عنه- أنَّه كانت عنده أمُّ كُلثوم بنتُ عقبة، فقالت له وهي حاملٌ: طَيِّب نفسي بتطليقة، فطلَّقها تطليقةً، ثم خرجَ إلى الصلاة، فرجع وقد وضعت، فقال: ما لها؟ خَدَعتني، خَدَعها اللهُ، ثم أتى النبيَّ -صلى الله عليه وسلم-، فقال: «سَبَقَ الكتابُ أَجَلَه، اخطِبها إلى نفسِها».
[صحيح.] - [رواه ابن ماجه.]
المزيــد ...

Dari Az-Zubair bin al-'Awwām -raḍiyallāhu 'anhu- bahwasannya dia memiliki istri yaitu Ummu Kulṡūm binti Uqbah. Ummu Kulṡūm berkata kepadanya saat dia hamil, "Gembirakanlah diriku dengan satu kali talak!" Lantas dia (Az-Zubair) menjatuhkan satu talak. Setelah itu dia keluar untuk salat lalu kembali (ke rumah) dan Ummu Kulṡūm sudah melahirkan. Ia berkata, "Ada apa dengannya? Dia (istriku) menipuku, semoga Allah membalasnya." Lantas Az-Zubair datang kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka beliau bersabda, "Masa idah yang ditetapkan sudah berlalu. Lamarlah dia kembali!"
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Uraian

Az-Zubair bin Al-'Awwām menikah dengan Ummu Kulṡūm binti Uqbah. Ia berkata kepadanya (az-Zubair) saat dia hamil, "Gembirakanlah diriku dengan satu talak!" Yakni, masukkanlah rasa senang kepadaku dengan menjatuhkan talak satu. Secara lahir Ummu Kulṡūm tidak mencintainya dan dia ingin terbebas darinya tanpa bisa rujuk lagi kepadanya. Dia meminta kepada Az-Zubair agar menjatuhkan satu talak kepadanya saat dia merasakan dekatnya masa melahirkan. Dia tahu bahwa masa idah wanita hamil adalah sampai melahirkan anaknya. Lantas dia pun menjatuhkan satu kali talak kepada Ummu Kulṡūm lalu pergi salat. Lantas dia kembali dan Ummu Kulṡūm sudah melahirkan. Ia bertanya, "Ada apa dengannya? Dia (istriku) menipuku, semoga Allah membalasnya." Al-Khudā' (tipuan) adalah salah satu sifat fi'liyah khabariyah. Hanya saja Allah tidak disifati dengannya secara mutlak. Dia disifati demikian dalam rangka perbandingan. Dikatakan, bahwa Allah menipu orang yang menipu-Nya, seperti tipuan-Nya terhadap orang-orang munafik, dan orang yang berbuat makar kepada orang-orang mukmin, serta tipuan yang serupa dengannya. Ini tidak boleh ditakwilkan dengan ucapan mereka bahwa Az-Zubair menghendaki dengan ucapannya itu, "Allah telah membalasnya dengan tipuannya," tetapi harus menetapkan sifat ini sebagaimana sifat-sifat Allah -Ta'ālā- tanpa tahrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). Selanjutnya Az-Zubair mendatangi Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dengan istrinya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Masa idah yang ditetapkan sudah berlalu," yakni, masa idah yang ditetapkan sudah berlalu tidak sesuai dengan yang diharapkannya dan jatuhlah talak. Selanjutnya beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Lamarlah dia kembali." yakni! jadilah salah satu dari para pelamar, engkau tidak berhak lagi padanya karena dia telah keluar dari masa idah.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Uyghur

Tampilkan Terjemahan


Page 14

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «يُوضَعُ الصِّراط بين ظَهْرَي جهنم، عليه حَسَكٌ كحَسَك السَّعْدان، ثم يستجيز الناس، فناجٍ مُسَلَّم، ومَجْدوح به ثم ناجٍ، ومحتبَس به فمنكوسٌ فيها، فإذا فرغ اللهُ عز وجل من القضاءِ بين العباد، يفقد المؤمنون رجالًا كانوا معهم في الدنيا يُصلُّون بصلاتهم، ويُزَكُّون بزكاتهم، ويصومون صيامهم، ويحجُّون حجَّهم ويغزون غزوَهم فيقولون: أي ربنا عبادٌ من عبادك كانوا معنا في الدنيا يُصلُّون صلاتنا، ويُزَكُّون زكاتنا، ويصومون صيامنا، ويحجُّون حجَّنا، ويغزون غزوَنا لا نراهم، فيقول: اذهبوا إلى النار فمن وجدتم فيها منهم فأخرجوه، قال: فيجدونهم قد أخذتهم النارُ على قَدْر أعمالهم، فمنهم مَن أخذته إلى قدميه، ومنهم مَن أخذته إلى نصف ساقيه، ومنهم مَن أخذته إلى رُكبتيه، ومنهم من أخذته إلى ثَدْيَيْه، ومنهم من أزرته، ومنهم من أخذته إلى عنقه، ولم تَغْشَ الوجوهَ، فيستخرجونهم منها فيُطرحون في ماء الحياة»، قيل: يا رسول الله وما الحياة؟ قال: «غسل أهل الجنة فينبتون نباتَ الزرعة» وقال مرة: «فيه كما تنبت الزرعة في غُثاء السَّيل، ثم يشفع الأنبياء في كلِّ من كان يشهد أن لا إله إلا الله مخلِصًا فيخرجونهم منها» قال: «ثم يتحنَّنُ اللهُ برحمته على من فيها، فما يترك فيها عبدًا في قلبه مثقالُ حبَّة من إيمان إلا أخرجه منها».
[صحيح] - [رواه ابن ماجه مختصرًا وأحمد.]
المزيــد ...

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Jembatan (Aṣ-Ṣirāṭ) dipancangkan di tengah-tengah Jahanam. Di atasnya terdapat duri seperti duri tumbuhan As-Sa'dān. Selanjutnya manusia diperintahkan untuk melintasinya. Ada orang yang selamat dan terjaga, ada yang kulitnya terkelupas kemudian selamat, dan ada yang tertahan kemudian terbalik di dalam Jahanam." Setelah Allah 'Azza wa Jalla selesai menetapkan keputusan di antara hamba. Kaum Mukminin kehilangan orang-orang yang dulunya bersama mereka di dunia. Mereka salat seperti salatnya, berzakat seperti zakatnya, berpuasa seperti puasanya, menunaikan ibadah haji seperti hajinya, dan berperang (jihad) seperti perangnya. Mereka berkata, "Wahai Tuhanku, sekelompok hamba-hamba-Mu yang dulu bersama kami di dunia. Mereka salat sebagaimana salat kami, berzakat sebagaimana zakat kami, berpuasa sebagaimana puasa kami, menunaikan haji sebagaimana haji kami, berperang sebagaimana perang kami, tetapi kami tidak melihat mereka." Allah berfirman, "Pergilah kalian semua ke neraka. Siapa saja di antara kalian yang menemukan mereka, maka keluarkanlah." Abu Sa'īd Al-Khudri berkata, "Mereka menemukan kaum tersebut sudah dilahap api sesuai dengan kadar amalnya masing-masing. Ada yang dilahap neraka sampai kedua kakinya, ada yang sudah dilahap sampai separuh kedua betisnya, ada yang sudah dilahap sampai kedua lututnya, ada yang sudah dilahap sampai ke kedua teteknya, ada yang dilahap api sampai ke baju bagian bawahnya, dan ada juga yang dilahap neraka sampai ke lehernya tanpa menimpa wajah-wajahnya. Lantas kaum mukminin memohon agar mereka dikeluarkan dari neraka. Selanjutnya mereka dilemparkan ke dalam air kehidupan." Dikatakan, "Wahai Rasulullah, apakah air kehidupan itu?" Beliau bersabda, "Pemandian penghuni surga lalu mereka tumbuh seperti tumbuhnya tanaman." Saat lain beliau bersabda, "Di dalamnya tumbuh seperti tumbuhnya tanaman di buih air bah. Selanjutnya para nabi memberikan syafaat kepada setiap orang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang benar selain Allah dengan tulus lalu mereka dikeluarkan dari neraka." Beliau bersabda, "Selanjutnya Allah menaruh belas kasihan dengan rahmat-Nya kepada orang yang ada di neraka. Allah tidak membiarkan seorang hamba pun yang di dalam hatinya ada iman seberat biji sawi, melainkan Dia mengeluarkannya dari neraka."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Uraian

Pada hari kiamat kelak, Allah -'Azza wa Jalla- meletakan jembatan (Aṣ-Ṣirāṭ) di tengah-tengah Jahanam. Di atas jembatan itu terdapat duri yang keras. Selanjutnya manusia diperintahkan untuk melintasinya. Di antara mereka ada yang selamat dan terjaga serta tidak dijilat neraka. Ada yang kulitnya terkelupas lalu terjaga dan diselamatkan. Ada juga yang jatuh ke dalam Jahanam. Setelah Allah -'Azza wa Jalla- selesai menghisab hamba-hamba-Nya dan memasukkan penghuni surga ke surga dan penghuni neraka ke neraka, kaum mukminin penghuni surga tidak menemukan sekelompok manusia yang dulunya bersama mereka di dunia. Mereka salat, berzakat, berpuasa, menunaikan ibadah haji dan berjihad bersama mereka. Lantas mereka bertanya kepada Allah -'Azza wa Jalla-, "Sesungguhnya kami tidak melihat sekelompok orang bersama kami di surga, padahal mereka itu dulunya melaksanakan salat, berzakat, berpuasa, menunaikan ibadah haji dan berjihad bersama kami di dunia?" Allah berfirman kepada mereka, "Pergilah kalian semua ke neraka. Apabila kalian menemukan seorang saja dari mereka di neraka, maka keluarkanlah ia darinya!" Lantas mereka menemukan orang-orang tersebut sudah dilahap api neraka sesuai kadar amalnya masing-masing. Di antara mereka ada yang sudah dilahap api neraka sampai kedua kakinya, ada yang sudah dilahap sampai separuh kedua betisnya, ada yang sudah dilahap sampai kedua lututnya, ada yang sudah dilahap sampai perutnya, ada yang sudah dilahap sampai kedua teteknya, dan ada juga yang sudah dilahap sampai ke lehernya. Hanya saja api neraka tidak sampai ke wajahnya. Selanjutnya kaum mukminin meminta syafaat untuk mereka. Mereka pun dikeluarkan dari neraka dan dilemparkan ke dalam air kehidupan. Yaitu air yang dapat menghidupkan orang yang telah dicemplungkan ke dalam neraka. Mereka pun tumbuh seperti tumbuhnya tanaman di tempat aliran banjir. Setelah itu para nabi memberikan syafaat kepada setiap orang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang benar selain Allah dengan ikhlas dari dalam hatinya. Mereka dikeluarkan dari neraka. Kemudian Allah menaruh belas kasihan dengan rahmat-Nya kepada orang yang ada di neraka. Dia tidak membiarkan di dalam neraka ada seorang pun yang di dalam hatinya terdapat iman seberat biji, melainkan Dia mengeluarkannya dari neraka.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Portugis

Tampilkan Terjemahan


Page 15

عن عائشة -رضي الله عنها- مرفوعاً: «ما مِن يومٍ أكثر مِن أنْ يُعْتِقَ اللهُ فيه عبدًا مِن النارِ، مِن يومِ عرفة، وإنَّه ليدنو، ثم يُباهي بهم الملائكةَ، فيقول: ما أراد هؤلاء؟».
[صحيح.] - [رواه مسلم.]
المزيــد ...

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- secara marfū', "Tiada hari di mana Allah paling banyak memerdekakan hamba dari neraka lebih dari hari Arafah. Sesungguhnya Dia mendekat lalu membanggakan jamaah haji kepada para malaikat kemudian berfirman, "Apa yang diinginkan mereka (jamaah haji)?"
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Tidak ada hari yang mana Allah menyelamatkan dan menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya dari neraka lebih banyak dari hari Arafah. Sesungguhnya Dia -Subḥānahu- mendekat secara hakiki lalu membanggakan jamaah haji kepada para malaikat, dan membanggakan jamaah haji tersebut kepada para malaikat dan memperlihatkan kepada mereka keutamaan dan kemuliaan jamaah haji. Ahlussunnah wal Jama'ah berkeyakinan bahwa Allah -'Azza wa Jalla- dekat dengan para hamba-Nya sebenar-benarnya sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Dia bersemayam di 'Arsy-Nya dan terpisah dari makhluk-Nya. Dia mendekati mereka dengan sebenarnya dan mendatangi mereka secara hakiki. Dia berfirman, "Apa yang mereka inginkan?" Yakni, apa yang diinginkan oleh mereka (jamaah haji)? Mereka meninggalkan keluarganya dan tanah airnya. Mereka mengeluarkan hartanya dan mengalami kepayahan fisik. Yakni, tidak ada yang mereka inginkan kecuali ampunan, keridaan, kedekatan, dan pertemuan. Apa yang mereka inginkan itu pasti tercapai dan derajat mereka sesuai dengan kadar niatnya.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan


Page 16

عن عبد الله بن عمرو -رضي الله عنهما- يبلغ به النبي -صلى الله عليه وسلم-: «الرَّاحمون يرحَمُهمُ الرحمنُ، ارحموا أهلَ الأرضِ، يرحمْكم مَن في السماءِ».
[صحيح.] - [رواه أبو داود والترمذي وأحمد.]
المزيــد ...

Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhuma- meriwayatkan hadis yang ia sandarkan kepada Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, "Para penyayang disayangi oleh Allah Yang Maha Pengasih; maka sayangilah penghuni bumi, niscaya Dia yang di langit menyayangi kalian."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Tirmiżi

Uraian

Makna "Ar-Rāḥimūn" ialah orang-orang yang menyayangi siapa saja yang ada di muka bumi berupa manusia dan hewan terhormat dengan kasih sayang, kebajikan, dan simpati. Makna "Niscaya Allah Yang Maha Pengasih menyayanginya (merahmatinya)"; berasal dari kata rahmat yang sudah dipahami, di antara aplikasinya ialah dengan berbuat baik kepada mereka dan memuliakan mereka. Dan balasan yang mereka dapatkan itu sesuai dengan jenis amal yang mereka kerjakan. Lafal "Sayangilah siapa yang ada di bumi"; menggunakan bentuk umum agar mencakup semua jenis makhluk sehingga dia menyayangi orang baik, orang jahat, binatang liar dan burung. Makna "Niscaya Dia yang dilangit menyayangi kalian", yakni, Allah yang ada di langit akan menyayangi kalian. Tidak boleh ditakwilkan bahwa yang dimaksud dengan yang ada di langit adalah malaikat-Nya dan selainnya. Sebab, kemahatinggian Allah atas makhluk-Nya telah ditetapkan dalam Al-Qur`ān, Sunnah serta ijmak umat Islam. Ucapan kita, "Allah di langit" tidak bermakna bahwa langit meliputi-Nya dan Dia berada di dalamnya. Mahatinggi Allah dari hal itu, tetapi makna fī (di)" ialah 'alā (di atas), maksudnya Dia di atas langit dalam posisi tinggi dari seluruh makhluk-Nya.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis Malayalam Telugu Sawahili Tamil Burma

Tampilkan Terjemahan


Page 17

عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- مرفوعاً: قال الناسُ: يا رسولَ الله، غَلَا السِّعْرُ فسَعِّرْ لنا، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ هو المُسَعِّر القابضُ الباسطُ الرازقُ، وإني لأرجو أن ألقى اللهَ وليس أحدٌ منكم يُطالِبُني بمظلمةٍ في دمٍ ولا مالٍ».
[صحيح.] - [رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وأحمد.]
المزيــد ...

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', Orang-orang berkata, "Wahai Rasulullah, harga-harga menjadi mahal. Tetapkanlah harga untuk kami?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya Allah yang pantas menaikkan dan menurunkan harga, Dia-lah yang membatasi dan melapangkan rezeki. Aku harap dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kalian yang menuntutku soal kezaliman dalam darah (nyawa) dan harta.”
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Uraian

Harga-harga barang naik pada masa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Lantas orang-orang memohon kepada beliau untuk menetapkan harga-harga barang bagi mereka. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepada mereka, "Sesungguhnya Allah-lah yang pantas menetapkan harga, yang menahan dan melapangkan, lagi Maha pemberi rezeki," yakni, sesungguhnya Allah -Ta'ālā- adalah Zat yang menjadikan segala sesuatu murah dan mahal. Dia-lah yang menyempitkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan meluaskannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Yakni, siapa yang berusaha menetapkan harga, maka dia telah menentang Allah dan merebut apa yang Dia kehendaki, serta menghalangi para hamba dari hak-hak mereka yang telah diatur oleh Allah -Ta'ālā- dalam harga yang mahal dan murah. Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "dan sesungguhnya aku berharap agar dapat berjumpa dengan Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku mengenai kezaliman dalam darah dan harta." Ini merupakan isyarat bahwa yang menjadi halangan adanya penetapan harga ialah kekhawatiran timbulnya kezaliman dalam harta mereka. Sesungguhnya penetapan harga barang-barang merupakan bentuk tindakan memperlakukan barang orang lain tanpa seizin pemiliknya, itu adalah kezaliman. Tetapi apabila para penjual serempak berkomplot, contohnya para pedagang dan yang lainnya untuk menaikkan harga barang-barang mereka atas egoisme mereka, maka pemerintah (waliyul amri) harus menetapkan harga barang-barang yang dijual secara adil, demi menegakkan keadilan antara para penjual dan para pembeli dan berdasarkan kaidah umum, yaitu kaidah mengambil manfaat dan mencegah kerusakan. Jika tidak terjadi kolusi dari mereka, tetapi kenaikan harga itu terjadi disebabkan banyaknya permintaan (demand) dan sedikitnya barang tanpa ada muslihat, maka pemerintah (waliyul amri) tidak berhak untuk menetapkan harga, tetapi ia harus membiarkan rakyat diberi rezeki oleh Allah, yang ini maupun yang lain. Berdasarkan hal ini, para pedagang tidak boleh menaikkan harga melebihi batasan normal dan tidak boleh menetapkan harga. Inilah penafsiran makna hadis tersebut.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Kurdi Hausa

Tampilkan Terjemahan


Page 18

عن أبي سعيد الخدري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «يكشِف ربُّنا عن ساقِه، فيسجدُ له كلُّ مؤمنٍ ومؤمنةٍ، فيبقى كلُّ مَن كان يسجدُ في الدنيا رياءً وسُمْعةً، فيذهبُ ليسجدَ، فيعودَ ظهرُه طبقًا واحدًا».
[صحيح.] - [متفق عليه.]
المزيــد ...

Dari Abu Sa'īd Al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfu, “Tuhan kita akan menyingkapkan betis-Nya, sehingga bersujud kepada-Nya semua laki-laki dan wanita beriman. Lantas tertinggal mereka yang biasa sujud di dunia karena ria dan sum’ah (mencari popularitas). Dia ingin sujud, tetapi punggungnya menjadi satu ruas saja (tak dapat ditekuk)."
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- menyingkapkan betis-Nya yang mulia. Lantas seluruh laki-laki dan wanita yang beriman bersujud kepada-Nya. Adapun orang-orang munafik yang dulu bersujud di dunia agar dilihat manusia, maka mereka terhalang untuk sujud dan punggung-punggung mereka menjadi tulang punggung yang rata (tak beruas). Mereka tidak bisa lagi membungkuk dan sujud, karena mereka sebenarnya dulu tidak bersujud untuk Allah di dunia. Dulu mereka bersujud demi berbagai kepentingan duniawi. Betis di sini tidak boleh ditakwilkan dengan makna ketakutan atau bencana dan sebagainya, tetapi harus menetapkannya sebagai sifat bagi Allah -Ta'ālā- tanpa mempertanyakan bagaimana ataupun penyerupaan, juga tanpa ada penyimpangan dan pengosongan makna.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan


Page 19

عن يعلى بن أمية -رضي الله عنه- أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم رأى رجلًا يغتسل ُبالبَراز بلا إزار، فصعِد المِنْبر، فحَمِد اللهَ وأثنى عليه، ثم قال صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ عزَّ وجلَّ حَيِيٌّ سَتِيرٌ، يحب الحياءَ والسَّتر؛ فإذا اغتسل أحدُكم فليستتر».
[صحيح.] - [رواه أبو داود والنسائي.]
المزيــد ...

Dari Ya'la bin Umayyah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melihat seorang lelaki mandi di tempat terbuka tanpa ada kain penutup. Lantas beliau naik mimbar lalu memuji Allah dan menyanjung-Nya. Selanjutnya beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- Maha Pemalu lagi maha menutupi, Dia mencintai (sifat) malu dan menutup (aib/aurat), maka jika seseorang di antara kalian mandi, hendaklah dia memakai tabir!"
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Nasā`i

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah melihat seorang lelaki mandi di tempat terbuka sambil telanjang. Lantas Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- naik mimbar lalu memuji Allah dan menyanjung-Nya. Selanjutnya beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- Maha Pemalu lagi Maha menutupi (aib dan aurat); menyukai sifat malu dan menutupi. Jika salah seorang di antara kalian mandi, hendaknya dia memakai tabir." Yakni, di antara nama Allah -Ta'ālā- adalah Al-Ḥayiyyu (Pemalu) dan As-Sittīr (Menutupi). Allah -Subḥanāhu- menyukai sifat malu dan menutupi. Dengan demikian, tidak selayaknya seorang muslim membuka auratnya di hadapan manusia apabila mandi, tetapi dia harus memakai tabir. Sifat Malu Allah merupakan sifat yang layak bagi-Nya, tidak seperti sifat malu pada makhluk-makhluk berupa perubahan dan kelemahan yang menimpa manusia ketika takut dicela atau dihina. Namun, malu itu adalah meninggalkan apa yang tidak selaras dengan keluasan rahmat-Nya, kesempurnaan kedermawanan-Nya, kemurahan-Nya, kebesaran ampunan dan kelembutan-Nya.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Kurdi Hausa

Tampilkan Terjemahan


Page 20

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعاً: «إنَّ اللهَ قال: إذا تَلَقَّاني عبدي بشِبر، تَلَقَّيْتُه بذِراع، وإذا تَلَقَّاني بذراع، تَلَقَّيْتُه ببَاع، وإذا تَلَقَّاني بباع أتيتُه بأسرع».
[صحيح.] - [رواه مسلم.]
المزيــد ...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, 'Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat padanya satu hasta, dan jika dia mendekat kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat padanya satu depa, jika dia mendekat kepada-Ku dengan satu depa maka Aku akan mendekat kepadanya lebih cepat lagi."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada Rabb seukuran satu jengkal, maka Rabb mendekat kepadanya seukuran satu lengan. Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada Rabb lebih dari itu, maka Allah mendekat kepadanya lebih dari kedekatan yang dilakukan hamba kepada-Nya. Jika seorang hamba datang kepada Tuhannya, maka Allah mendatanginya lebih cepat dari itu. Kedekatan dan kedatangan merupakan dua sifat yang tetap dikukuhkan bagi Allah -'Azza wa Jalla-. Kita beriman kepada kedua sifat ini tanpa mempertanyakan mekanisme ataupun penyerupaan juga tanpa ada penyimpangan dan takwil.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Uyghur Kurdi Hausa

Tampilkan Terjemahan


Page 21

عن عبد الله بن عمرو بن العاص -رضي الله عنهما- عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان إذا دخل المسجد قال: «أعوذ بالله العظيم، وبوجهه الكريم، وسلطانه القديم، من الشيطان الرَّجِيم»، قال: أَقَطُّ؟ قلت: نعم، قال: فإذا قال ذلك قال الشيطان: حُفِظَ منِّي سائر اليوم.
[صحيح.] - [رواه أبو داود.]
المزيــد ...

Dari Abdullah bin Amru bin al-'Āṣ -raḍiyallāhu 'anhumā- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwasanya apabila beliau masuk masjid, beliau mengucapkan, "A'ūżu billāhil 'aẓīm wa biwajhihil karīm wa sulṭānihil qadīm minasysyaiṭānirrajīm" (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung dan dengan wajah-Nya yang mulia serta kekuasaan-Nya Yang Qadīm (lama) dari setan yang terkutuk)". Ia bertanya, "Apakah cukup begitu?" Aku jawab, "Ya." Ia berkata, "Jika seseorang mengucapkan itu, setan berkata, "Orang itu dijaga dariku sepanjang hari."
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Abu Daud

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila masuk masjid, beliau mengucapkan: "A'ūżu billāhil 'aẓīm" (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung), yakni aku berlindung, menyandarkan diri, dan memohon penjagaan pada Allah Yang Agung secara zat dan kedudukan serta sifat. "Wa biwajhihil karīm" (dan dengan wajah-Nya yang mulia), makna Al-Karīm adalah dermawan dan pemberi, yang pemberian-Nya tidak habis. Dia-lah Pemurah yang mutlak, dan Al-Karīm mencakup segala macam kebaikan dan kemuliaan serta keutamaan. Al-Wajhu (wajah) harus ditetapkan sebagai sifat Allah -Ta'ālā- tanpa tahrīf (penyimpangan makna), ta'ṭīl (meniadakannya), takyīf (menanyakan bagaimana/kaifiyyah), dan tamṡīl (mempermisalkan/menyamakan dengan makhluk). "wa sulṭānihil qadīm" (dan kekuasaan-Nya yang qadim (lama)" yakni, hujjah-Nya yang lama, buktinya yang dulu, atau kekuasaan-Nya yang dulu. "minasysyaiṭānirrajīm" (dari setan yang terkutuk) yakni, dari setan yang terusir dari pintu Allah, dan yang dilempari oleh bintang-bintang langit. Ia berkata, "Apakah cukup itu?" Aku jawab, "Ya," yakni, seorang perawi bertanya kepada syaikhnya, "Apakah yang engkau riwayatkan hanya sejumlah ini atau lebih banyak lagi dari itu?" Atau mungkin saja maknanya, "Apakah zikir ini sudah cukup dari selainnya? Atau apakah zikir ini sudah mencukupi dari kejahatan setan?" Karena itu, ia berkata, aku berkata, "Ya." Ia berkata, "Apabila seseorang mengucapkan itu, setan berkata, "Orang itu dijaga dariku sepanjang hari." Yakni, jika orang yang masuk ke masjid mengucapkan doa tersebut, setan berkata, "Orang yang masuk masjid ini telah menjaga dirinya dariku sepanjang hari."

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan


Page 22

عن عائشة -رضي الله عنها-، أنَّها قالت: «الحمد لله الذي وَسِعَ سمعه الأصوات، لقد جاءت خَوْلةُ إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم تشكو زوجَها، فكان يخفى عليَّ كلامها، فأنزل الله عز وجلَّ: {قد سمع الله قول التي تجادلك في زوجها وتشتكي إلى الله والله يسمع تَحَاوُرَكُما} [المجادلة: 1]» الآية
[صحيح.] - [رواه البخاري معلَّقًا بصيغة الجزم، ووصله النسائي وابن ماجه وأحمد.]
المزيــد ...

Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, bahwasanya ia berkata, "Segala puji bagi Allah yang pendengaran-Nya mencakup berbagai suara. Khaulah datang kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan suaminya dan ia menyembunyikan perkataannya dariku. Selanjutnya Allah -'Azza wa Jalla- menurunkan firman-Nya, 'Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua.' (QS. Al-Mujādalah: 1)"
Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah

Uraian

Khaulah binti Ṡa'labah menikah dengan Aus bin Ṣāmit. Ia berkata kepada Khaulah, "Engkau bagiku laksana punggung ibuku." Yakni, engkau haram untukku. Lantas Khaulah pergi menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu memaparkan ceritanya. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda kepadanya, "Engkau sudah haram baginya." Selanjutnya Khaulah berkata dengan suara pelan yang tidak terdengar oleh Aisyah padahal ia dekat dengan Khaulah, "Setelah usiaku tua, kini ia menyamakanku dengan punggung ibunya." Aku mencemaskan keadaan anak-anakku yang masih kecil. Jika aku memelihara mereka, maka mereka akan kelaparan. Jika aku membiarkan mereka dengan ayahnya, niscaya mereka akan hilang (tak terurus). Ini adalah perdebatannya dengan Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- yang disebutkan oleh Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- dalam firman-Nya, "Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kalian berdua." Aisyah berkata, "Segala puji bagi Allah yang pendengaran-Nya mampu mendengar berbagai suara." Yakni menyerapnya, menemukannya, sehingga tidak ada satu pun yang tertinggal darinya, meskipun tersembunyi, "Khaulah datang kepada Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- untuk mengadukan suaminya dan ia menyembunyikan perkataannya dariku. Selanjutnya Allah -'Azza wa Jalla- menurunkan firman-Nya, "Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua." (QS. Al-Mujadalah: 1). Yakni, saat Khaulah datang mengadukan suaminya kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, ia berbicara kepada beliau dengan suara pelan sehingga Aisyah tidak mendengarnya, padahal ia dekat dengannya. Meskipun demikian, Allah -Ta'ālā- mendengarnya dari atas tujuh langit dan menurunkan ayat tersebut. Ini merupakan dalil yang jelas bahwa Allah memiliki sifat mendengar dan ini merupakan hal yang sudah diketahui sebagai bagian dari agama. Tidak ada yang mengingkari hal ini kecuali orang yang tersesat dari petunjuk. Ucapan Aisyah ini menunjukkan bahwa para sahabat -raḍiyallāhu 'anhum- beriman kepada nas-nas sesuai makna lahirnya yang mereka pahami, dan inilah yang diinginkan oleh Allah dari mereka dan dari orang-orang mukallaf lainnya dan dari Rasul-Nya. Sebab, jika apa yang mereka percayai dan yakini ini salah, tentu mereka tidak akan mengakuinya, dan pasti akan dijelaskan kebenaran bagi mereka, dan tidak ada seorang pun yang mentakwilkan nas-nas itu dari makna lahirnya, baik dari jalur yang sahih maupun yang lemah. Padahal berbagai sarana tersedia untuk melakukan hal itu.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Bengali China Persia Tagalog Indian Uyghur Kurdi Hausa

Tampilkan Terjemahan


Page 23

عن المغيرة بن شعبة -رضي الله عنه- مرفوعاً: قال سعدُ بنُ عُبَادة -رضي الله عنه- : لو رأيتُ رجلًا مع امرأتي لَضربتُه بالسيف غير مُصْفِح عنه، فبلغ ذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: «أتعجبون من غَيْرة سعد، فوالله لأنا أغير منه، واللهُ أغير مني، من أجل غَيْرة الله حَرَّم الفواحش، ما ظهر منها، وما بطن، ولا شخص أغير من الله، ولا شخص أحبّ إليه العُذر من الله، من أجل ذلك بعث الله المرسلين، مُبشِّرين ومنذِرين، ولا شخص أحبّ إليه المِدحةَ من الله، من أجل ذلك وعد الله الجنة».
[صحيح.] - [متفق عليه.]
المزيــد ...

Dari Al-Mugīrah bin Syu'bah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Sa'ad bin 'Ubādah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Seandainya aku melihat seorang lelaki bersama istriku, niscaya aku tebas dia dengan pedang tanpa ada ampun baginya." Ucapan tersebut sampai kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Beliau pun bersabda, "Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa'ad. Demi Allah, sungguh, aku lebih cemburu darinya, dan Allah lebih cemburu dariku. Karena kecemburuan itulah maka Dia mengharamkan hal-hal keji, yang tampak dan tersembunyi. Tidak ada seorang pun yang lebih cemburu dari Allah. Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai uzur (alasan) dari Allah. Karena itu, Allah mengutus para rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai pujian dari Allah. Karena itu, Allah menjanjikan surga."
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Sa'ad bin Ubadah berkata, "Seandainya aku melihat seorang lelaki bersama istriku, niscaya aku tebas dia dengan ketajaman pedang bukan dengan lebarnya." Yakni, niscaya aku membunuhnya tanpa ampun. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- telah menetapkan hal itu dan mengabarkan bahwa diri beliau lebih cemburu dari Sa'ad dan Allah lebih cemburu darinya. Kecemburuan Allah -Ta'ālā- merupakan jenis sifat-Nya yang khusus. Sifat (cemburu) itu tidak serupa dengan kecemburuan makhluk, tapi itu adalah sifat yang selaras dengan kebesaran-Nya, seperti marah, rida dan berbagai sifat khusus-Nya yang tidak disertai makhluk di dalamnya. Arti Asy-Syakhṣu secara bahasa ialah sesuatu yang terlihat, tinggi, dan tampak. Sementara itu Allah -Ta'ālā- lebih tampak dari segala sesuatu, lebih agung dan lebih besar. Menetapkan kecemburuan bagi Allah tidak akan berbahaya berdasarkan pandangan Ahlussunnah yang terikat dengan apa yang dikatakan Allah dan Rasul-Nya. Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Begitu besar kecemburuan Allah maka Dia mengharamkan hal-hal keji, yang tampak dan tersembunyi." Yakni, dampak kecemburuan Allah yaitu Dia melarang hamba-hamba-Nya mendekati hal-hal yang keji. Yaitu sesuatu yang besar dan keji bagi jiwa-jiwa yang suci dan akal-akal yang sehat, seperti zina. Yang tampak artinya mencakup apa yang dilakukan dengan terang-terangan dan apa yang dikerjakan oleh anggota badan meskipun secara sembunyi-sembunyi. Yang batin artinya mencakup apa yang rahasia dan tersembunyi dalam hati. Sabda beliau, "Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai uzur dari Allah. Karena itu, Allah mengutus para Rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan." Artinya Allah mengutus para Rasul untuk memaafkan dan mengingatkan makhluk-Nya sebelum menyiksa mereka dengan azab. Ini seperti firman Allah -Ta'ālā-, "Para rasul yang memberi kabar gembira dan memberi peringatan, supaya tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk (menyalahkan) Allah sesudah datangnya para rasul itu." Sabda beliau, "Tidak ada seorang pun yang paling menyukai pujian dari Allah. Karena itu, Allah menjanjikan surga." Ini karena kesempurnaan-Nya yang mutlak. Allah -Ta'ālā- mencintai hamba-hamba-Nya yang menyanjung-Nya dan memuji-Nya atas karunia dan kemurahan hati-Nya. Karena itu, Allah bermurah hati kepada mereka dengan segala kenikmatan yang mereka nikmati dan Allah meridai mereka ketika memuji-Nya atas kenikmatan itu. Bagaimanapun mereka menyanjung dan memuji Allah, namun mereka tidak akan bisa sampai kepada sanjungan dan pujian yang layak untuk-Nya. Untuk itu, Dia memuji diri-Nya sendiri lalu menjanjikan surga agar hamba-hamba-Nya banyak memohon padaNya, menyanjungNya dan memujiNya serta berusaha semaksimal mungkin dalam hal ini, karena surga adalah puncak kenikmatan.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan


Page 24

عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم كان إذا رفع رأسه من الركعة الآخِرة، يقول: «اللهمَّ أَنْجِ عَيَّاش بن أبي ربيعة، اللهمَّ أَنْجِ سَلَمَة بنَ هشام، اللهم أَنْجِ الوليد بن الوليد، اللهم أَنْجِ المستضعفين من المؤمنين، اللهمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَك على مُضَر، اللهمَّ اجعلها سنين كسِنِي يوسف». وأنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «غِفَارُ غفر الله لها، وأَسْلَمُ سالمها الله» قال ابن أبي الزناد عن أبيه: هذا كلُّه في الصبح.
[صحيح.] - [متفق عليه.]
المزيــد ...

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila mengangkat kepala dari raka'at terakhir, beliau berdoa, "Ya Allah! Selamatkanlah 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah. Ya Allah! Selamatkanlah Salamah bin Hisyām. Ya Allah! Selamatkanlah Al-Walīd bin Al-Walīd. Ya Allah! Selamatkanlah orang-orang Mukmin yang dianiaya. Ya Allah! Timpakanlah siksa-Mu kepada Muḍar dengan keras. Ya Allah, Jadikanlah bagi mereka kemarau seperti kemarau (pada masa) Nabi Yusuf." Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Suku Gifār, semoga Allah mengampuninya, dan suku Aslam semoga Allah mendamaikannya." Ibnu Abi Az-Zinād mengatakan dari bapaknya, "Ini semua terjadi di waktu subuh."
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- apabila sudah mengangkat kepalanya dari raka'at terakhir dari salat subuh, beliau berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah. Ya Allah, selamatkanlah Salamah bin Hisyām. Ya Allah, selamatkanlah Al-Walīd bin Al-Walīd. Ya Allah, selamatkanlah orang-orang mukmin yang dianiaya." Mereka itu adalah para sahabat yang didoakan oleh Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- agar memperoleh keselamatan dan terlepas dari siksaan. Mereka itu dulunya adalah para tawanan di tangan orang-orang kafir di Makkah. 'Ayyāsy bin Abi Rabī'ah adalah saudara seibu Abu Jahal yang dia tahan di Makkah. Salamah bin Hisyam adalah saudara Abu Jahal yang sudah dari dulu masuk Islam. Dia disiksa karena di jalan Allah dan mereka melarangnya untuk hijrah. Al-Walīd bin Al-Walīd adalah saudara Khālid bin Al-Walīd. Dia ditahan di Makkah lalu berhasil melepaskan diri dari mereka. Selanjutnya beliau berdoa, "Ya Allah, timpakanlah siksa-Mu kepada Muḍar dengan keras. Ya Allah, jadikanlah bagi mereka kemarau seperti kemarau (pada masa) Nabi Yusuf." Yakni, ya Allah, timpakan azab dan siksaan-Mu dengan keras kepada orang-orang kafir Quraisy. Mereka dari kabilah Muḍar. Jadikanlah azab-Mu kepada mereka dengan cara Engkau timpakan kemarau dahsyat kepada mereka selama tujuh tahun atau lebih, seperti kemarau yang pernah terjadi pada masa Yusuf 'Alaihis salam. Demikianlah. Mungkin saja Al-Waṭ`ah - injakan dengan kaki - adalah salah satu sifat Allah berdasarkan hadis ini. Hanya saja kita belum menemukan seorang pun dari salaf saleh atau ulama kaum muslimin yang mengkategorikannya sebagai salah satu sifat Allah -'Azza wa Jalla'. Dengan demikian, Al-Waṭ`ah ditafsirkan dengan kekerasan dan azab. Adanya penyematan kata itu kepada Allah -Ta'ālā- karena hal itu adalah perbuatan dan ketetapan-Nya. Hanya Allah Yang Mahatahu. Selanjutnya Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Suku Ghifari telah diampuni Allah," ditafsirkan sebagai doa ampunan untuknya atau sebagai informasi bahwa Allah -Ta'ālā- telah mengampuninya. Demikian juga sabdanya, "dan Aslam semoga Allah mendamaikannya." ditafsirkan sebagai doa baginya semoga Allah -Ta'ālā- mendamaikannya dan tidak menyuruh untuk memeranginya. Atau sebagai informasi bahwa Allah telah mendamaikannya dan melarang untuk memeranginya. Dikhususkannya doa untuk dua kabilah ini, karena Gifār sudah masuk Islam dari dulu dan Aslam telah berdamai dengan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. " Ibnu Abi Az-Zinād mengatakan dari bapaknya, "Ini semua terjadi di waktu subuh." Yakni, bahwa dia meriwayatkan hadis ini dari bapaknya dengan sanad ini. Dengan demikian jelas bahwa doa tersebut dilakukan pada salat subuh.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Uyghur Hausa

Tampilkan Terjemahan


Page 25

عن عبد الله بن مسعود -رضي الله عنه- مرفوعاً: انشقَّ القمر على عهد رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فِلْقَتين، فستر الجبل فِلْقَة، وكانت فِلْقَة فوق الجبل، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «اللهمَّ اشهَدْ».
[صحيح] - [متفق عليه.]
المزيــد ...

Dari Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfu', "Bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadi dua bagian. Lantas gunung menutupi satu potongan dan satu potongan lain (dari bulan itu) ada di atas gunung. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah, saksikanlah!"
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Bulan pernah terbelah pada masa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menjadi dua bagian yang saling terpisah. Setiap bagian berada di satu tempat. Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah, saksikanlah." Yakni, ya Allah, saksikanlah atas mereka bahwa aku telah memperlihatkan kepada mereka bukti mukjizatku dan kenabianku!

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Hausa

Tampilkan Terjemahan


Page 26

عن أبي موسى الأشعري -رضي الله عنه- مرفوعاً: «ليس أحد، أو: ليس شيء أصبر على أذًى سمعَه مِن الله، إنَّهم لَيَدْعُون له ولدًا، وإنَّه ليُعافِيهم ويرزُقُهم».
[صحيح.] - [متفق عليه.]
المزيــد ...

Dari Abu Musa Al-Asy'ari -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū', "Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatu pun yang paling sabar terhadap gangguan yang didengarnya selain Allah. Sesungguhnya mereka menisbahkan anak kepada-Nya, namun Dia tetap memberi mereka keselamatan dan rezeki".
Hadis sahih - Muttafaq 'alaih

Uraian

Sabda beliau, "Tidak ada seorang pun atau tidak ada sesuatu pun yang paling sabar," yakni, Allah -Ta'ālā- lebih sabar dari siapa pun. Di antara nama Allah yang indah ialah Aṣ-Ṣabūr (Maha Penyabar). Artinya Dia tidak tergesa-gesa dalam menimpakan hukuman kepada para pendosa. Kata ini lebih dekat dari makna Al-Ḥalīm (Maha Tabah). Al-Ḥalīm lebih besar peluangnya untuk memberikan selamat dari hukuman. Sabdanya, "terhadap gangguan yang didengarnya selain Allah." Lafal Al-Ażā (gangguan) dalam bahasa adalah sesuatu yang ringan dan dampaknya lemah dalam lingkup kejahatan dan keburukan. Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- mengabarkan bahwa hamba tidak akan bisa membahayakan-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-, "Janganlah membuatmu sedih terhadap orang-orang yang bersegera dalam kekafiran. Sesungguhnya mereka itu tidak akan membahayakan Allah dengan sesuatu pun." Allah berfirman dalam hadis qudsi, "Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan mampu mengambil bahaya dari-Ku lalu kalian membahayakan-Ku. Kalian tidak akan mampu mencabut manfaat dari-Ku lalu kalian memberi-Ku manfaat," Allah menjelaskan bahwa makhluk tidak akan bisa membahayakan-Nya, tetapi mereka menyakiti-Nya. Sabdanya, "Sesungguhnya mereka menisbahkan anak kepada-Nya," yakni, bahwa anak Adam menyakiti Allah -Ta'ālā- dan mencela-Nya dengan menyandarkan apa yang Allah Maha Luhur dan Maha Suci dari apa yang disandarkan kepada-Nya, seperti menisbahkan anak kepada-Nya, lawan, dan sekutu dalam ibadah yang seharusnya murni hanya untuk Allah Yang Esa. Sabdanya, "namun Dia tetap memberi mereka keselamatan dan rezeki." Yakni, Allah membalas keburukan mereka dengan kebaikan. Mereka berbuat buruk kepada-Nya dengan celaan dan cemoohan, dan klaim sesuatu di mana Allah Maha Luhur dan Maha Suci dari apa yang mereka lakukan, mendustakan para rasul-Nya, menentang perintah-Nya, dan melakukan perbuatan yang dilarang dari mereka. Dia tetap berbuat baik kepada mereka dengan (memberi) kesehatan tubuh mereka, menyembuhkan penyakit-penyakit mereka, melindungi mereka dari apa yang mengganggu di malam dan siang hari, dan memberikan rezeki kepada mereka dengan menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk mereka. Inilah puncak kesabaran, kemurahan hati dan kebaikan. Hanya Allah jua Yang Maha Tahu.

Terjemahan: Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Sinhala Uyghur Kurdi Hausa Portugis

Tampilkan Terjemahan