Hadis dan sunnah memiliki kesamaan namun juga memiliki perbedaan

Sudut Hukum | Perbedaan dan Persamaan Antara Al-Hadits dan As-Sunnah

Kalau dilihat sekilas, nampak seolah-olah antara istilah Al-Hadits dan As-Sunnah tidak ada perbedaan yang berarti. Dan seringkali orang menyamakan begitu saja antara keduanya, karena sama-sama membicarakan tentang perkataan, perbuatan, dan taqrir yang ada pada diri Nabi Muhammad SAW, termasuk sifat khilqiyah dan khuluqiyah beliau.

Namun kalau kita teliti lebih dalam, sesungguhnya di antara keduanya ada perbedaan, antara lain :

Hadis dan sunnah memiliki kesamaan namun juga memiliki perbedaan
Istilah Al-Hadits tidak hanya mencakup apa-apa yang disandarkan kepada Nabi SAW saja, tetapi apa yang menjadi ucapan dan perbuatan para shahabat pun termasuk di dalam hadits. Karena kita mengenal istilah hadits mauquf dan hadits maqthu.’

Hadits maufuq adalah hadits yang periwayatannya tidak sampai kepada Nabi SAW, namun berhenti sampai kepada level shahabat saja. Sedangkan Hadits mauquf adalah hadits yang periwayatannya hanya sampai ke level tabi’in.

Sedangkan ketika kita menyebut istilah As-Sunnah, maksudnya selalu sunnah Rasulullah SAW, dan bukan sunnah dari para shahabat beliau.

Ketika kita menyebut istilah al-hadits, maka termasuk pula di dalamnya semua jenis hadits, baik yang shahih, hasan, atau pun yang dhaif. Bahkan termasuk juga disebut hadits walau pun sebenarnya semata-mata hanya hadits palsu. Kita mengenal istilah hadits maudhu’.

Namun kita tidak pernah menyebut istilah sunnah hasan atau sunnah dhaif, apalagi sunnah palsu. Sebab istilah as-sunnah sudah memastikan hanya apa-apa yang shahih dari Rasulullah SAW, dan tidak termasuk yang lemah atau yang palsu.

Merdeka.com - Perbedaan hadis dan sunnah penting untuk diketahui setiap muslim. Masih banyak orang mengira bahwa hadis dan sunnah itu sama, padahal keduanya memiliki sejumlah perbedaan yang cukup mendasar.

Setiap dianjurkan untuk berpedoman pada Al-Qur'an dan hadis. Al-Qur'an merupakan kitab suci dari Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, kemudian dijadikan pedoman hidup umat muslim. Sementara itu, hadis dan sunnah adalah setiap perbuatan, perkataan, dan ketetapan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW.

Memahami perbedaan hadis dan sunnah sangat berguna untuk memahami syariat yang ada. Perbedaan hadis dan sunnah ini bisa dilihat pada asal katanya. Berikut perbedaan hadis dan sunnah yang merdeka.com lansir dari NU Online dan sumber lainnya:

2 dari 3 halaman

Hadis dan sunnah memiliki kesamaan namun juga memiliki perbedaan

Liputan6 ©2022 Merdeka.com

Secara bahasa, hadis memiliki arti berbicara, perkataan, dan percakapan. Hadis secara istilah memiliki arti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan, serta persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan landasan syariat Islam.

Hadis dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu hadis shahih, hadits hasan, dan hadis dhaif. Fungsi hadis untuk menjelaskan lebih detail apa yang tidak dijelaskan dalam Al-Qur'an. Dengan kata lain, hadis memiliki fungsi utama sebagai menegaskan, memperjelas, dan menguatkan hukum-hukum dan hal lain yang ada diAl-Qur'an.

Fungsi hadis sebagai bayan al-taqrir berarti memperkuat isi dari Al-Qur'an. Misalnya, sebuah hadis yang diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudu, yaitu:

"Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sampai ia berwudhu" (HR.Bukhori dan Abu Hurairah)

Pengertian Sunnah

Secara etimologi, sunnah berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti “kebiasaan” atau “biasa dilakukan”. Sementara itu, secara terminologi sunnah dapat diartikan hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik ucapan, tindakan, atau pengakuan (Taqrir).

Kata sunnah dalam Alquran dipakai dalam arti kebiasaan atau berlaku, jalan yang diikuti. Macam-macam sunnah merupakan sikap, tindakan, ucapan, serta cara Rasulullah menjalani hidupnya.

3 dari 3 halaman

Hadis dan sunnah memiliki kesamaan namun juga memiliki perbedaan

Liputan6 ©2022 Merdeka.com

Perbedaan hadis dan sunnah perlu diketahui setiap muslim. Hadis merupakan penuturan dan perilaku Rasulullah, sedangkan sunnah adalah hukum yang disimpulkan dari penuturan tersebut. Sunnah sering berkaitan dengan hukum syara’, sementara hadis mencakup hal yang lebih luas termasuk di dalam maupun luar hukumnya.

Perbedaan hadis dan sunnah lebih kepada pengertian mendasarnya. Hadis adalah berita tentang peristiwa yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, sunnah merupakan perbuatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW secara terus menerus.

Selain itu, hadis juga mencakup segala peristiwa yang terjadi pada Rasulullah SAW meski hanya dikerjakan sekali. Sunnah sendiri lebih pada sesuatu yang diucapkan atau dilakukan secara konsisten oleh Rasulullah dari masa ke masa.

Macam-macam Hadis

Hadis Hasan

Hadis Hasan merupakan macam-macam hadis yang sanadnya tersambung. Menurut Ibnu Hajar, hadit hasan merupakan jenis hadit yang dinukilkan oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil sanadnya, tidak cacat, dan tidak ganjil.

Jenis hadis ini hampir sama dengan hadis shahih, perbedaannya hanya mengenai hafalan, di mana hadist hasan rawinya tidak kuat hafalannya. Sementara itu, Imam Tirmidzi mengartikan hadist hasan sebagai berikut:

"Tiap-tiap hadis yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta (pada matan-nya) tidak ada kejanggalan (syadz) dan (hadist tersebut) diriwayatkan pula melalui jalan lain".

Hadis Dhaif

Macam-macam hadits lainnya, yaitu hadits Dhaif. Jenis hadits ini tidak memenuhi kriteria hadits shahih dan hasan karena disebabkan oleh beberapa hal, yaitu keterputusan sanad dan perawinya bermasalah.

Kata Dhaif menurut bahasa berarti lemah, sebagai lawan dari Qawiy yang kuat. Sebagai lawan dari kata shahih, kata dhaif secara bahasa berarti hadist yang lemah, yang sakit atau yang tidak kuat. Hal ini sebagaimana penjelasan Mahmud Thahan dalam Taisiru Musthalahil Hadits, yang artinya:

"Penyebab hadits ditolak atau tidak diterima ada banyak. Akan tetapi, secara keseluruhan merujuk pada dua sebab: sanadnya tidak bersambung dan di dalam rangkaian sanadnya terdapat rawi bermasalah."

Macam-macam Sunnah

Sunnah Qauliyyah

Macam-macam sunnah yang pertama, yaitu sunnah Qauliyah. Sunnah Qauliyah adalah ucapan Rasulullah SAW yang didengar atau disampaikan oleh seseorang atau beberapa sahabat. Sunnah ini biasanya berisi tuntunan yang berkaitan dengan hukum agama.

Sunnah Taqriyyah

Sunnah Taqriyyah merupakan sunnah yang berasal dari respons Nabi Muhammad terhadap semua perbuatan para sahabat yang diketahuinya. Sunnah ini berupa perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan di hadapan atau sepengetahuan Nabi.

Selain itu, sunnah Taqriyyah juga meliputi persetujan Rasulullah tentang tindakan para sahabat yang terjadi dalam dua cara yang berbeda. Pertama, Nabi Muhammad mendiamkan suatu tindakan dan tidak menentangnya. Kedua, ketika Rasulullah SAW kesenangannya dan tersenyum atas tindakan para sahabat.

Sunnah Fiiliyah

Sunnah fiiliyah adalah jenis sunnah yang berasal dari perbuatan Rasulullah SAW. Perbuatan ini diketahui dan dilihat, lalu disampaikan para sahabat kepada orang lain. Biasanya, sunnah ini terkait dengan penjelasan mengenai ibadah dan penyelenggaraan hukum Islam.

Hadis Shahih

Macam macam hadis yang pertama adalah hadis Shahih. Jenis hadis ini diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas atau sangat kuat hafalannya. Seperti dikutip dari NU online, Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil hadis menjelaskan hadis shahih seperti berikut:

"Setiap hadis yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan 'illah."

(mdk/jen)

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kajian mengenai hadis dan sunnah sudah tidak asing lagi ditelinga umat muslim, dalam pemahamannya  kedua istilah tersebut seringkali disamakan. Bahkan dalam penggunaan istilah hadis dan sunnah terkadang masih terjadi kekeliruan. Perbedaan antarahadis dan sunnah dapat dilihat dari pengertian dan sifatnya.

Pengertian Sunnah

Mayoritas ulama islam berpendapat mengenai makna sunnah secara etimologis adalah jejak (sejarah) atau jalan yang bersifat kebiasaan terpuji maupun tercela.

Secara terminologi, ahli hadis mendefinisikan sunnah adalah segala yang bersumber dari nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan, tabiat, budi pekerti, atau perjalanan hidupnya baik sebelum ataupun sesudah diangkat menjadi Rasul. Sedangkan menurut Ushul Fiqih, sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW selain al-Qur’an yang berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan yang pantas untuk dijadikan dalil hukum syari’a.

Pengertian Hadis

Selanjutnya kita akan uraikan tentang hadis secara etimologi. Kata “hadis” berasal dari bahasa arab  yang artinya terjadi, baru, kabar, berita. Menurut seorang pakar ilmu hadis, Muhammad ‘Ajaj al- Khatib mengartikan kata “hadis” dengan al-Jadid (sesuatu yang baru) dan al-Qarib (dekat). Sedangkan Subhi Shaleh berpendapat bahwa hadis artinya al-Kalam (pembicaraan).

Hadis secara terminologi terdapat perbedaan dalam memaknainya. Menurut Ibn al-Subki (w. 771 H) mengatakan bahwa hadis adalah segala perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, dalam hal ini beliau tidak mencantumkan taqrir Nabi Muhammad. Sedangkan menurut Masyhur Ulama, hadis adalah segala perkataan, perbuatan, taqrir dan hal-ihwal yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Maka dapat disimpulkan bahwa Hadis dan Sunnah memiliki kesamaan dan perbedaan. Persamaanya yaitu sama-sama bersumber dari Nabi Muhammad. Namun jika dilihat dari perbedaanya, hadis adalah berita tentang suatu kejadian yang berasal dari Nabi Muhammad sedangkan Sunnah adalah perbuatan atau budi pekerti yang dilakukan Nabi Muhammad dari lahir hingga wafat.

Referensi:

Asror, Miftahul & Imam Musbikin. “Membedah” Hadis Nabi SAW. Madiun: Jaya Star Nine, 2015.