Hal yang berkaitan dengan manusia purba jenis Meganthropus Paleojavanicus ditunjukkan nomor

Merdeka.com - Palaeolitikum atau zaman batu tua adalah zaman yang diperkirakan berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman batu ini, telah hidup manusia purba seperti Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus mojokertensis, dan Meganthropus palaeojavanicus.

Meganthropus adalah genus kera hominid non-hominin yang telah punah, diketahui dari zaman Pleistosen Indonesia. Hal ini diketahui dari serangkaian fragmen rahang dan tengkorak berukuran besar yang ditemukan di situs Sangiran dekat Surakarta di Jawa Tengah, Indonesia, di samping beberapa gigi yang terisolasi.

Fosil asli manusia purba ini dianggap berasal dari spesies baru yakni Meganthropus palaeojavanicus. Meganthropus palaeojavanicus adalah fosil yang ditemukan oleh von Koenigswald tahun 1941 di daerah desa Sangiran, lembah sungai Solo.

Berikut ciri Meganthropus yang menarik untuk diketahui.

2 dari 4 halaman

Penelitian fosil manusia purba di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19. Tokoh penelitian manusia purba di Indonesia adalah Eugene Dubois. Keberhasilannya menemukan fosil atap tengkorak di Trinil [tahun 1891] menjadi bagian penting dalam sejarah palaeoantropologi. 

Peristiwa tersebut sekaligus mengawali serangkaian penelitian fosil manusia purba di Indonesia, melansir dari publikasi oleh Universitas Negeri Jakarta.

Jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia di antaranya adalah Pithecanthropus erectus yang ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1890 di desa Trinil, Ngawi. Pithecanthropus soloensis ditemukan di Solo oleh Von Koenigswald dan Weidenreich pada tahun 1931-1934.

Homo soloensis menyusul ditemukan oleh Von Koenigswald dan Weidenreich tahun 1931-1934 di desa Ngandong. Lalu, ada Pithecanthropus mojokertensis yang ditemukan di daerah Mojokerto oleh Von Koenigswald tahun 1936-1941. Sementara, Meganthropus palaejavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald tahun 1941 di Desa Sangiran.

3 dari 4 halaman

Salah satu jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah Meganthropus paleojavanicus. Ini adalah spesies manusia purba raksasa yang berasal dari Jawa Kuno. Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata Mega yang berarti besar dan Anthropus berarti manusia, dan Paleo berarti tertua, serta Javanicus berarti Jawa.

Jika digabungkan, arti dari Meganthropus paleojavanicus adalah fosil manusia bertubuh besar paling tua di Pulau Jawa atau manusia raksasa dari Jawa yang diperkirakan hidup pada masa 1–2 juta tahun yang lalu pada masa Paleolithikum atau zaman batu tua.

Meganthropus palaeojavanicus adalah fosil yang ditemukan oleh Ralph von Koenigswald pada tahun 1941 di daerah Desa Sangiran, lembah sungai Solo. Fosil manusia purba ini adalah jenis paling tua yang pernah ditemukan di Indonesia. Fosil yang ditemukan oleh Koenzgswald berupa rahang bawah dan atas gigi lepas.

Dengan carastratigrafi, diketahui fosil tersebut berada pada lapisan Puçangan. Berdasarkan umur lapisan tanah, diperkirakan fosil Megantropus paleojavanicus berumur 1-2 juta tahun. Meganthropus memiliki rahang tulang bawah yang lebih besar dari Pithecanthropus. Geraham-gerahamnya seperti manusia, tidak memiliki dagu, dan tubuhnya besar.

4 dari 4 halaman

Dilansir dari liputan6.com, berikut ini adalah ciri Meganthropus palaeojavanicus:

  1. Meganthropus paleojavanicus hidup dengan hanya mengandalkan hasil alam, sehingga kehidupannya tergantung pada alam.
  2. Cara hidup meganthropus paleojavanicus adalah nomaden atau selalu berpindah tempat karena bertahan hidup dengan mengumpulkan makanan. Ketika sumber makanan di suatu tempat sudah habis, maka mereka akan berpindah mencari lokasi lainnya.
  3. Ciri meganthropus paleojavanicus lainnya adalah memiliki rahang bawah yang tebal dan kuat.
  4. Memiliki tubuh yang sangat tegap.
  5. Kening meganthropus paleojavanicus tebal dan menonjol.
  6. Tulang pipi yang juga tebal dan menonjol tampak sangat dominan.
  7. Memiliki otot yang sangat kuat.
  8. Tidak terlihat memiliki dagu, tetapi bagian mulutnya menonjol.
  9. Tulang pada ubun-ubun nampak pendek.
  10. Bentuk hidung melebar.
  11. Gigi dan rahang sangat besar sehingga otot kunyahnya sangat kuat.
  12. Bentuk geraham menyerupai manusia.
  13. Volume otaknya sebesar 900 cc.
  14. Memiliki tinggi sekitar 2,5 meter.
  15. Cara berjalannya mirip dengan orang utan, yaitu agak membungkuk dengan tangan yang menyangga tubuh.
  16. Tangannya berukuran lebih panjang daripada kakinya.
  17. Menggunakan peralatan memasak yang masih sangat kasar, karena dibuat dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan membenturkan batu dengan yang lain. Pecahan dari benturan batu akan menyerupai kapak. Alat inilah yang kemudian digunakan untuk mengumpulkan makanan dan memasak.

BNPB Rilis Peta Rawan Bencana di Jalur Mudik Lebaran 2022, Antisipasinya?

Oleh Husnul Abdi pada 18 Sep 2021, 12:30 WIB

Diperbarui 18 Sep 2021, 12:30 WIB

Perbesar

Ciri-Ciri Meganthropus Paleojavanicus [sumber: wikipedia]

Liputan6.com, Jakarta Ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus sebagai salah satu fosil manusia purba tertua di Indonesia tentunya perlu dikenali. Fosil rahang bawah dan rahang atas manusia purba ini ditemukan pertama kali oleh G.H.R von Koenigswald, pada penelitian tahun 1936 sampai 1941 di Situs Sangiran. 

Ketika pertama ditemukan, von Koenigswald menyebutnya Meganthropus palaeojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Karakteristik fosil meganthropus paleojavanicus berbeda dengan Pithecanthropus erectus [homo erectus] yang lebih dulu ditemukan di Sangiran.

Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata Mega yang berarti besar dan Anthropus berarti manusia, dan Paleo berarti tertua, serta Javanicus berarti Jawa. Jadi kalau digabungkan, arti dari Meganthropus paleojavanicus adalah fosil manusia bertubuh besar paling tua di Pulau Jawa.

Meganthropus Paleojavanicus dikenal juga sebagai manusia raksasa dari Jawa yang diperkirakan hidup pada masa 1-2 juta tahun yang lalu pada masa Paleolithikum atau zaman batu tua. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu [18/9/2021] tentang ciri ciri Meganthropus Paleojavanicus.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Perbesar

Sangiran / Sumber: Wikipedia

Setiap fosil yang ditemukan tentunya memiliki karakteristik yang berbeda-beda, begitu pula dengan ciri-ciri meganthropus paleojavanicus. Berikut ciri-ciri meganthropus paleojavanicus:

1. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus pertama adalah memiliki rahang bawah yang tebal dan kuat.

2. Tubuhnya sangat tegap.

3. Kening pada meganthropus paleojavanicus juga tabal dan menonjol.

4. Tulang pipi juga tebal dan menonjol tampak sangat dominan.

5. Punya otot yang sangat kuat.

6. Tidak terlihat memiliki dagu, tetapi bagian mulutnya menonjol.

7. Tulang pada ubun-ubun nampak pendek.

8. Bentuk hidungnya melebar.

9. Gigi dan rahang sangat besar sehingga otot kunyahnya sangat kuat.

10. Bentuk geraham menyerupai manusia.

11. Volume otaknya sebesar 900 cc.

12. Tingginya sekitar 2,5 meter.

13. Tangannya berukuran lebih panjang daripada kakinya.

Selain ciri-ciri meganthropus paleojavanicus dari segi fisik, kamu juga bisa mengenali ciri-ciri meganthropus paleojavanicus lainnya, yaitu:

14. Cara berjalannya mirip dengan orang utan, yaitu agak membungkuk dengan tangan yang menyangga tubuh.

15. Menggunakan peralatan memasak yang masih sangat kasar, karena dibuat dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan membenturkan batu dengan yang lain. Pecahan dari benturan batu akan menyerupai kapak. Alat inilah yang kemudian digunakan untuk mengumpulkan makanan dan memasak.

16. Meganthropus paleojavanicus hidupnya hanya mengandalkan hasil alam, sehingga kehidupannya tergantung pada alam.

17. Cara hidup meganthropus paleojavanicus selalu berpindah tempat karena bertahan hidup dengan mengumpulkan makanan. Ketika sumber makanan di suatu tempat sudah habis, maka mereka akan berpindah mencari lokasi lainnya.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Perbesar

Fosil manusia purba / Sumber: Wikipedia

Meganthropus A / Sangiran 6

Meganthropus A / Sangiran 6 merupakan fragmen rahang yang snagat besar. Pertama kali fragmen rahang ini ditemukan pada tahun 1942 oleh Von Koenigswald. Koenigswald ditangkap oleh Jepang dalam Perang Dunia II, namun dirinya berhasil mengirim cast rahang untuk Franz Weidenreich.

Weidenreich kemudian melanjutkan penelitian dan menamakan spesimen tersebut di tahun 1945. Ia menyatakan spesimen tersebut memiliki rahang terbesar yang pernah ia lihat. Rahang tersebut dikatakan sama besarnya dengan gorila tetapi bentuknya berbeda.

Setelah dilakukan berbagai rekonstruksi dan penelitian, ditemukan adanya kemungkinan bahwa meganthropus berukuran lebih besar daripada gorila manapun yang kita ketahui.

Meganthropus B / Sangiran 8

Penemuan fosil ini berupa potongan tulang rahang lain yang dideskripsikan oleh Marks pada 1953. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus ini memiliki ukuran dan bentuknya hampir sama dengan penemuan rahang bawah yang asli yang sudah mengalami kerusakan parah.

Fosil ini diketahui bahwa itu adalah tulang rahang dewasa, yang berukuran lebih kecil daripada homo erectus. Tetapi yang membingungkan, spesimen tersebut memiliki beberapa ciri unik yang sama dengan penemuan awal, dan ciri tersebut tidak ada pada homo erectus.

Meganthropus C / Sangiran 33 / BK 7905

Penemuan fosil berupa potongan tulang rahang ini ditemukan pada 1979. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus ini memiliki beberapa kesamaan umum dengan temuan rahang bawah yang telah dikatakan sebelumnya. Hubungan fosil ini dengan Meganthropus Paleojavanicus  tampaknya menjadi hubungan yang paling lemah dari penemuan-penemuan tulang rahang sebelumnya.

Meganthropus D

Fosil ini berupa tulang rahang dan ramus yang ditemukan oleh Sartono pada 1993. Usia fosil tersebut telah ditentukan antara sekitar 1,4 hingga 0,9 juta tahun lalu. Bagian ramusnya telah mengalami kerusakan yang buruk. Akan tetapi bagian tulang rahang bawahnya relatif tampak tidak mengalami kerusakan walaupun detail giginya telah hilang.

Fosil ini berukuran agak lebih kecil tetapi bentuknya sangat mirip daripada Meganthropus A. Sartono, Tyler dan Krantz akhirnya menyepakati bahwa Meganthropus A dan D tampaknya merupakan contoh dari spesies yang sama.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Perbesar

Sebuah tengkorak manusia purba pada pameran Asal Usul Orang Indonesia [ASOI] di Museum Nasional Jakarta, Minggu [3/11/2019]. Pameran tersebut menampilkan fase perkembangan manusia Homo Erectus Tipik, Homo Erectus Progresif dan Homo Sapiens. [Liputan6.com/Fery Pradolo]

Meganthropus I / Sangiran 27

Spesimen Tyler ini digambarkan sebagai tengkorak yang hampir lengkap, tapi hancur dalam batas ukuran Meganthropus dan di luar batas [diasumsikan] H. Homo. Spesimen ini tidak memiliki jendolan ganda yang hampir bertemu di atas tempurung kepala dan punggung nuchal sangat tebal.

Meganthropus II / Sangiran 31

Meganthropus II ini merupakan fragmen tengkorak yang pertama kali dijelaskan oleh Sartono pada 1982. Analisis yang dilakukan Tyler menghasilkan kesimpulan bahwa ukurannya ternyata berada di luar batas normal Homo Erectus. Ciri-ciri meganthropus paleojavanicus ini memiliki bentuk tengkorak lebih dalam, berkubah lebih rendah dan jauh lebih lebar dari spesimen manapun yang pernah ditemukan.

Bagian sagittal crest dobel dengan kapasitas tengkorak sekitar 800 – 1000 cc. Rekonstruksi Sangiran 31 sejak dipresentasikan pada AAPA meeting di tahun 1993, telah diterima oleh banyak kalangan otoritas. Sejauh ini tidak ada homo erectus lain yang menunjukkan ciri – ciri ini.

Meganthropus III

Meganthropus III merupakan penemuan fosil lain yang memiliki sedikit kaitan yang lemah dengan Meganthropus Paleojavanicus. Penemuan ini diperkirakan adalah bagian posterior dari tengkorak hominid, yang memiliki ukuran 7 hingga 10 cm.

Tyler pada 1996 menggambarkan penemuan sudut oksipital dari keseluruhan tengkorak yang diperkirakan sejauh 120 derajat. Menurut Tyler itu adalah rentang ukuran yang dimiliki homo erectus. Akan tetapi interpretasi Tyler masih dipertanyakan oleh para pihak berwenang yang ragu akan adanya hubungan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề