Hasil kebudayaan perunggu yang digunakan sebagai alat bunyi-bunyian atau memanggil hujan disebut

Hasil kebudayaan perunggu yang digunakan sebagai alat bunyi-bunyian atau memanggil hujan disebut

Hasil kebudayaan perunggu yang digunakan sebagai alat bunyi-bunyian atau memanggil hujan disebut
Lihat Foto

Kemdikbud

Nekara Pejeng, alat pada zaman Logam masa perundagian Bali.

KOMPAS.com - Pembagian zaman praaksara, berdasarkan sudut pandang arkeologi, dapat dibagi menjadi zaman Batu dan zaman Logam.

Tahukah kamu bagaimana kebudayaan zaman praaksara zaman Logam?

Mengutip Kemdikbud RI, pada zaman Logam orang sudah membuat alat-alat dari logam selain alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam dan mencetaknya menjadi peralatan.

Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Kelebihan teknik bivalve dari a cire perdue adalah dapat digunakan berkali-kali.

Periode Logam disebut juga masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan.

Zaman Logam dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

  1. Zaman Perunggu
  2. Zaman Besi

Baca juga: Zaman Batu

Zaman Perunggu

Pada zaman perunggu atau yang disebut kebudayaan Dongson-Tonkin China, yang menjadi pusat kebudayaan ini.

Manusia purba dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3:10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.

Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain:

  • Kapak Corong atau Kapak Perunggu: termasuk golongan alat perkakas, ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, dan Irian.
  • Nekara Perunggu (moko): sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin, ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar dan Leti.
  • Bejana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
  • Arca Perunggu ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat).

Baca juga: Kehidupan Zaman Praaksara

Zaman Besi

Pada zaman Besi, orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan.

Hasil kebudayaan perunggu yang digunakan sebagai alat bunyi-bunyian atau memanggil hujan disebut

Gendang besar terbuat dari perunggu dengan bidang pukul yang lebar dan berpinggang mengecil (a). Nekara umumnya dibuat pada masa prasejarah, khususnya kebudayaan Dong Son yang berkembang di Cina Selatan dan Asia Tenggara 1000 s.d. 500 tahun SM. Pada nekara sering ditemukan hiasan-hiasan berupa geometris, zoomorfik, manusia, perahu, topeng, hewan motologis, dan sebagainya. Sebagai alat tabuh, nekara digunakan pada upacara-upacara keagamaan yang dihubungkan dengan bunyi-bunyian. Nekara berukuran kecil dan bertubuh ramping yang banyak ditemukan pada wilayah Indonesia Bagian Timur disebut moko (b). Moko dibuat hingga jauh ke masa sejarah, beberapa di antaranya dibuat di Jawa namun diperdagangkan ke wilayah itu. (Lihat: Tambur)

Hasil kebudayaan perunggu yang digunakan sebagai alat bunyi-bunyian atau memanggil hujan disebut
Bahan : Perunggu (campuran tembaga, timah hitam dan timah putih) Periodisasi : Perundagian Asal : Desa Ngabenrejo, Kec. Grobogan, Kab. Grobogan Ukuran : Diameter 63 cm, tinggi 40 cm No. inv. : 1914/BP3/PRG/08

Nekara dikategorikan dalam hasil budaya dari periode Prasejarah masa perundagian. Pada masa ini terjadi berbagai kemajuan teknologi, misalnya dalam teknik peleburan, percampuran dan penuangan logam. Di Asia Tenggara terdapat empat tipe nekara yaitu tipe Heger I, II, III, IV (F. Heger), sedangkan di Indonesia terdapat tiga tipe yaitu Heger I, II, dan Pejeng. Fungsi nekara secara umum adalah sebagai alat musik, sarana untuk memanggil hujan, keagamaan, dan sosial.

Motif hias yang dominan dan menjadi ciri nekara adalah motif bintang bersudut 8, 10, 12, 14 dan 16 ditengah tympanum (bidang pukul). Nekara yang ditemukan di Desa Ngabenrejo, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan tepatnya di kelokan Kali Alang memiliki hiasan bintang bersudut sepuluh, geometris (meander, lingkaran, garis-garis berjajar), burung berparuh panjang dalam posisi terbang berlawanan dengan arah jarum jam.

Berdasarkan dimensi dan motif hias nekara tersebut termasuk di dalam tipe Heger I yang masih langka populasi temuannya. Spesifikasi lain yang menunjukkan kelangkaan adalah temuan tulang dan gigi dari manusia berjenis kelamin perempuan berusia 20-25 tahun dan berasal dari masa prasejarah dengan ras mongoloid di dalam nekara tersebut terdapat. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa fungsi nekara tersebut adalah sebagai wadah mayat. (http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng)

Museum Nekara

Museum yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar terletak Matalalang, Kelurahan Bontobangun. Pendirian Museum Nekara sendiri berdasarkan hasil rapat pengadaan Museum lokal Kabupaten Selayar, Tanggal 15 Maret 1980 di ruang Pola Kantor Bupati Kepulauan Selayar. Kemudian Museum Nekara Tersebut resmi didirikan/dimanfaatkan pada 2 Juni 1980 dengan nomor : Kep.73/VI/1980.

Penamaan Museum Nekara diambil dari nama benda cagar budaya yaitu Nekara perunggu yang merupakan ikon Benda Cagar Budaya Kabupaten Kepulauan Selayar, yang tersimpan di Matalalang, Kelurahan Bontobangun, Kecamatan Bontoharu Kabupaten Selayar.

Bangunan Museum Nekara yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman tersebut mempunyai ukuran 336 m³ (42 x 8 m) berdiri di atas lahan seluas 1000 m² (40 x 25 m) yang dibagi dalam beberapa ruang, seperti ruang pameran tetap 54 m², ruang administrasi 32,85 m², ruang perpustakaan 12, 80 m² dan ruang yang digunakan sebagai gudang/konservasi koleksi seluas 491, 40 m².

Pada waktu itu Museum Nekara memiliki 796 koleksi yang terdiri atas berbagai jenis peninggalan sejarah dan hasil kebudayaan masa lampau seperti: 18 koleksi prasejarah, 185 keramik asing (porselin) dari berbagai negara, 6 keramik lokal (Earthenware), 51 koleksi sejarah, 27 koleksi antropologi, 297 kepustakaan, 9 peta, 114 koleksi etnographi, 4 replika, 7 miniatur, 56 foto, 13 koleksi nusantara, 1 perunggu dan 2 peta Kabupaten Selayar. Museum ini dikelolah oleh seorang kepala museum (Opu Aroeppala) mantan walikota makassar dan tiga orang staf serta 2 orang tenaga keamanan.

Pada  1995/1996 koleksi Museum Nekara di pindahkan Ke Rumah adat yang ada di Matalalang dengan alasan agar dekat dengan nekara perunggu yang ada di kompleks bekas Kerajaan Bontobangun.

Koleksi Museum nekara sebagian masih koleksi lama kemudian ada penambahan koleksi antara yaitu temuan bawah air yang diangkat pada  2009 dan dikonservasi pada 2010 dan 2011. Selain itu ada juga pengadaan koleksi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Hasil kebudayaan perunggu yang digunakan sebagai alat bunyi-bunyian atau memanggil hujan disebut

Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at cp.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


Hasil kebudayaan perunggu yang digunakan sebagai alat bunyi-bunyian atau memanggil hujan disebut

Ini adalah Daftar Pilihan Jawaban yang Tersedia :

  1. Moko
  2. Nekara
  3. Cendrasa
  4. Bejana Perunggu

Jawaban terbaik adalah A. Moko.

Dilansir dari guru Pembuat kuis di seluruh dunia. Jawaban yang benar untuk Pertanyaan ❝Hasil kebudayaan perunggu yang digunakan untuk alat bunyi-bunyian atau memanggil hujan adalah...❞ Adalah A. Moko.
Saya Menyarankan Anda untuk membaca pertanyaan dan jawaban berikutnya, Yaitu Salah satu hasil dari kebudayaan Ngandong adalah... dengan jawaban yang sangat akurat.

Klik Untuk Melihat Jawaban

Kuis Dhafi Merupakan situs pendidikan pembelajaran online untuk memberikan bantuan dan wawasan kepada siswa yang sedang dalam tahap pembelajaran. mereka akan dapat dengan mudah menemukan jawaban atas pertanyaan di sekolah. Kami berusaha untuk menerbitkan kuis Ensiklopedia yang bermanfaat bagi siswa. Semua fasilitas di sini 100% Gratis untuk kamu. Semoga Situs Kami Bisa Bermanfaat Bagi kamu. Terima kasih telah berkunjung.

Zaman Perunggu adalah periode perkembangan sebuah peradaban yang ditandai dengan penggunaan teknik melebur tembaga dari hasil bumi dan membuat perunggu. Zaman Perunggu masuk kedalam bagian perkembangan zaman Logam yang mana di Indonesia hanya mengalami dua masa, yaitu zaman Perunggu dan zaman Besi. Zaman Logam adalah zaman dimana masyarakat telah menggunakan bahan-bahan dari logam untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Zaman Perunggu didominasi oleh peninggalan benda-benda dari perunggu, contohnya adalah sebagai berikut.

  1. Nekara.
  2. Kapak corong.
  3. Arca perunggu.
  4. Bejana perunggu.
  5. Perhiasan.

Nekara yang menjadi salah satu hasil kebudayaan zaman Perunggu memiliki fungsi sebagai alat musik dalam berbagai upacara, antara lain:

  1. upacara pemanggil hujan,
  2. upacara pernikahan, dan
  3. upacara pemakaman.

Dengan demikian, fungsi nekara pada zaman Perunggu adalah sebagai alat musik yang digunakan dalam berbagai upacara seperti upacara pemanggil hujan, upacara pernikahan, dan upacara pemakaman.