Jelaskan dampak globalisasi yang dapat mengembangkan sifat konsumerisme

Dampak Globalisasi Terhadap Perubahan Perilaku Konsumtif di Masyarakat

Oleh:

Wahyu Sofyanto


Latar Belakang

Tanpa kita sadari saat ini pengaruh Globalisasi sudah merambah ke segala bidang kehidupan tak terkecuali bidang ekonomi dan sosial budaya. Jika kita perhatikan, beberapa contoh nyata sudah nampak dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, di berbagai media massa baik cetak maupun elektronik telah kita jumpai iklan produk-produk tertentu yang dikemas semenarik mungkin untuk menarik minat konsumen. Tidak hanya produsen dalam negeri saja yang berlomba-lomba mengiklankan produknya bahkan produk dari luar negeri juga ikut meramaikan persaingan bahkan jika dihitung jumlah mereka jauh lebih banyak dibandingkan produsen lokal. Memang pengaruh perkembangan IPTEK sedikit banyak mempengaruhi persaingan promosi dari produk-produk tersebut, tapi yang menjadi permasalahan utama adalah Globalisasi itu sendiri.

Globalisasi sering dianggap sebagai bentuk kapitalisme secara global/universal yang bebas menembus batas-batas wilayah negara. Sebagaimana halnya kapitalisme (pasar persaingan bebas), globalisasi menuntut para pelaku di dalamnya untuk terlibat dalam suatu persaingan demi mencapai tujuan. Dalam kaitannya promosi/mengiklankan suatu produk, para produsen dituntut untuk berkreatifitas dalam memasarkan produknya agar produknya dikenal masyarkat luas dan menarik minat pembeli. Namun, tidak semua dampak persaingan tersebut berbuah positif. Dalam banyak hal justru persaingan promosi/iklan produk tersebut menimbulkan dampak negatif, terutama terhadap para konsumen. Para konsumen merupakan target sasaran dari semua bentuk promosi/iklan yang dilakukan oleh produsen/pengiklan. Lewat promosi/iklan, masyarakat dapat mengetahui produk yang dijual oleh produsen dan membantu mereka memilih produk apa yang akan mereka beli sesuai dengan kebutuhan mereka. Akan tetapi, promosi/iklan yang cenderung berlebihan yang dilakukan oleh pengiklan sering kali membuat para pembeli melupakan prioritas kebutuhan mereka sehingga mereka lupa alasan mereka membeli produk tersebut bukan karena kebutuhan melainkan lebih kepada keinginan atau bujukan/rayuan semata. Hal ini tanpa disadari telah merugikan pembeli/konsumen. Selain itu, juga berdampak pada berubahnya perilaku yang dilakukan pembeli dalam membeli suatu barang.

Kebiasaan buruk yang ditimbulkan akibat membeli tidak sesuai dengan kebutuhan adalah perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif sangat merugikan bagi individu itu sendiri maupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Berdasarkan gambaran diatas, dalam paper ini saya selaku penulis ingin menyajikan beberapa hal yang akan menjadi pokok bahasan atau cakupan materi antara lain:

1.      Globalisasi dan kaitannya dengan perilaku konsumtif masyarakat.

Pengertian dari globalisasi itu sendiri dan alasan-alasan yang mendasari kenapa globalisasi menjadi penyebab timbulnya perilaku konsumtif di masyarakat.

2.      Perilaku konsumtif dan dampak yang ditimbulkannya.

Apakah itu perilaku konsumtif, baik atau burukkah perilaku konsumtif itu, dan bagaimana dampak yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif.

3.      Langkah-langkah mengatasi perilaku konsumtif.

Cara-cara bijak yang dapat kita lakukan untuk mengatasi perilaku konsumtif

Harapan saya sebagai penulis, dengan disusunnya paper ini membuat kita lebih bijak lagi dalam menyikapi permasalahan globalisasi dan isu-isu yang terkait didalamnya termasuk dampak-dampak yang ditimbulkannya.   

Landasan Teori

1.      Globalisasi

Globalisasi merupakan sebuah istilah yang berhubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di dunia yang meliputi hampir semua bidang kehidupan yang menyebabkan batasan suatu Negara menjadi semakin sempit. Dengan kata lain, jika suatu peristiwa terjadi di suatu Negara, maka dampaknya akan ikut mempengaruhi Negara lainnya. Jadi dapat dikatakan permasalahan di satu Negara ikut menjadi permasalahan di Negara lainnya. Interaksi antarnegara menjadi semakin sempit dan waktunya berlangsung dengan cepat tanpa ada batasan. Karena keterkaitan inilah, maka dunia terasa menyatu dan batas-batas wilayah antarnegara menjadi kabur/tidak jelas.

Globalisasi seperti halnya dua sisi mata uang, mempunyai sisi positif dan negatif, tergantung bagaimana kita memandang globalisasi itu sendiri dan apa saja dampak yang ditimbulkan dari adanya globalisasi. Adapun dampak positif dan negatif dari globalisasi antara lain.

Dampak positif:

1.      Perkembangan arus informasi

Interaksi antar bangsa dan Negara di era globalisasi yang seakan-akan tidak memperhatikan batas-batas wilayah antar Negara membuat arus informasi berkembang begitu cepat dan mudah. Berita-berita di suatu Negara dengan cepat dan mudahnya tersebar dan diketahui secara global. Perkembangan arus informasi ini juga berdampak pada makin mudahnya terjadi kontak budaya antar bangsa yang akhirnya menciptakan akulturasi budaya ataupun lahirnya budaya populer.

2.      Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

Globalisasi mendorong masyarakat untuk berpikir maju dan berkembang sesuai tuntutan perkembangan zaman. Perkembangan pemikiran ini melahirkan berbagai macam ide-ide atau pemikiran-pemikiran baru yang bermuara pada semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kemajuan IPTEK membuat masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas seperti belajar ataupun bekerja. Selain itu kemajuan IPTEK juga mendorong masyarakat untuk terus berpikir maju melahirkan ide-ide atau pemikiran-pemikiran baru lainnya.

3.      Tingkat kehidupan yang lebih baik

Globalisasi di bidang ekonomi mendorong tumbuhnya lapangan pekerjaan yang luas dan beragam contohnya semakin banyak muncul industri-industri yang tentunya membutuhkan tenaga kerja. Yang artinya semakin banyak orang yang bekerja maka akan meningkatnya taraf hidup masyarakat tersebut. Selain itu, semakin membaiknya pembangunan sarana dan prasarana publik seperti sekolah, rumah sakit, sarana transportasi dan komunikasi, dll membuat pelayanan masyarakat menjadi lebih baik dan memadai.

Dampak negatif:

1.      Pola hidup konsumtif

Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.

2.      Sikap individualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.

3.      Perubahan gaya hidup

Adanya kontak budaya Negara lain membuat perubahan gaya hidup masyarakat di suatu Negara. Perubahan itu bisa baik jika membawa kemajuan, tapi bisa berdampak buruk jika membawa pengaruh-pengaruh negatif khususnya pada generasi muda.

4.      Kesenjangan sosial

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.

Berdasarkan pemaparan di atas, kita ketahui bahwa globalisasi itu memiliki dampak dalam kehidupan antar bangsa di dunia. Globalisasi memiliki pengaruh positif yang juga dibarengi oleh pengaruh negatif.

2.      Perilaku Konsumtif

Istilah konsumtif biasanya digunakan pada masalah yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam kehidupannya. Dewasa ini salah satu gaya hidup konsumen yang cenderung terjadi di dalam masyarakat adalah gaya hidup yang menganggap materi sebagai sesuatu yang bisa mendatangkan kepuasan. Gaya hidup seperti ini dapat menimbulkan adanya gejala komsumtivisme. Fromm (1998) mengatakan bahwa manusia sering dihadapkan pada persoalan untuk memenuhi kebutuhannya dan mempertahankan kehidupannya. Oleh karena itu, manusia harus melengkapi kebutuhannya tersebut. Namun tuntutan untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup kini bergeser menjadi dorongan untuk memenuhi keinginan dan hasrat seiring perkembangan zaman yang semakin maju dan kompleks, apalagi di era globalisasi saat ini.

Beberapa definisi mengenai Perilaku konsumtif, sebagai berikut:

1.      Cahyana (1995) memberikan definisi perilaku konsumtif sebagai tindakan yang dilakukan dalam mengkonsumsi berbagai macam barang kebutuhan.

2.      Tambunan (2001) mengatakan bahwa perilaku konsumtif menunjukan pada perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok.

3.      Katoda (dalam Munandar, 2001) memandang perilaku konsumen sebagai cabang ilmu dari perilaku ekonomika (behavior economics), sedangkan

4.      Howell dan Dpboye (dalam Munandar, 2001), mengemukakan bahwa perilaku konsumtif merupakan bagian dari aktivitas dan kegiatan mengkonsumsi suatu jasa dan barang yang dilakukan oleh konsumen.

Berdasarkan dari beberapa pengertian telah dikemukakan, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang ditunjukan untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan tidak terencana terhadap jasa dan barang yang kurang atau bahkan tidak diperlukan. Perilaku ini lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu yang semata-mata untuk memuaskan kesenangan serta lebih mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Sehingga tanpa pertimbangan yang matang seseorang begitu mudah melakukan pengeluaran untuk macam-macam keinginan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif

Berbicara mengenai perilaku konsumtif, maka tidak lepas dari masalah proses keputusan pembelian. Menurut Assuari (1987), tingkat keinginan seseorang menempati tingkat yang paling tinggi dalam pembelian. Kemudian Assuari (1987) menambahkan bahwa perilaku konsumtif dapat terjadi karena:

1.      Pembelian ingin tampak berbeda dari yang lain. Remaja melakukan pembelian atau pemakaian dengan maksud unuk menunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan yang lain.

2.      Ikut-ikutan. Seseorang melakukan tindakan pembelian hanya untuk meniru orang lain atau kelompoknya dan mengikuti mode yang sedang beredar.

Aspek-aspek perilaku konsumtif

Lina dan Rasyid (1997) menyebutkan ada tiga aspek dalam perilaku konsumtif, yaitu:

1.      Aspek pembeli impulsive, adalah pembelian yang didasarkan pada dorongan dalam diri individu yang muncul tiba-tiba.

2.      Aspek pembelian tidak rasional, adalah pembelian yang dilakukan  bukan karena kebutuhan, tetapi karena gengsi agar dapat dikesankan sebagai orang yang modern atau mengikuti mode. Pendekatan ini diperkuat oleh Lubis (dalam Lina & Rasyid, 1997), mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional.

3.      Aspek pembelian boros atau berlebihan, adalah pembelian suatu produk secara berlebihan yang dilakukan oleh konsumen.

Dampak-dampak yang diakibatkan Perilaku Konsumtif:

1.      Bagi diri sendiri

a.      Menimbulkan sifat boros, ini adalah dampak yang langsung terasa dari perilaku konsumtif. Jika kita terus membeli barang-barang tanpa perhitungan terlebih dahulu dan lebih mementingkan ego kita maka kita akan dengan mudah menghambur-hamburkan uang kita demi memenuhi hasrat/keinginan kita tanpa menghiraukan kebutuhan kita yang lebih utama.

b.      Mengaburkan skala prioritas kebutuhan, dengan kita hanya membeli barang sesuai dengan keinginan kita, maka kita akan lupa mana kebutuhan yang seharusnya diutamakan dan dipenuhi terlebih dahulu dan mana kebutuhan yang bisa dipenuhi di lain waktu dan bisa dipenuhi sewaktu-waktu.

2.      Bagi masyarakat

a.      Menimbulkan kesenjangan sosial, Orang dengan perilaku konsumtif cenderung terlihat berbeda dengan orang lain dalam hal pemenuhan kebutuhan. Hal ini menimbulkan jarak antara dirinya dengan orang lain yang akhirnya menimbulkan kesenjangan sosial. Hal ini terlihat jelas, jika kita membandingkan antara bagaimana orang kaya memenuhi kebutuhannya dengan orang miskin yang juga memenuhi kebutuhannya.

b.      Memicu lahirnya tindak kriminalitas, Kriminalitas bisa timbul dari si individu dengan perilaku konsumtif dan orang lain disekitarnya. Dari individu misalnya jika dia kehabisan uang maka dia bisa nekat untuk mencuri, menipu, atau melakukan tindak kriminalitas demi membeli barang yang diinginkannya. Sedang dari orang lain, bisa dipicu rasa iri atau orang tersebut terdesak kebutuhannya sendiri sehingga dia nekat melakukan kejahatan terhadap individu yang berperilaku konsumtif.

Hubungan antara Globalisasi dengan Perubahan Perilaku Masyarakat yang Konsumtif

Berbicara masalah perilaku konsumtif, tidak terlepas dari kebutuhan manusia itu sendiri. Setiap manusia yang hidup pasti memiliki kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia beranekaragam sesuai dengan karakter dirinya serta kondisi lingkungan disekitarnya. Seperti yang sudah diutarakan di atas, Kebutuhan manusia juga terus berkembang seiring perubahan zaman.

Di era globalisasi seperti sekarang ini, kebutuhan manusia semakin beragam dan makin mudah untuk didapat. Kemudahan ini tidak terlepas dari semakin berkembangnya IPTEK dan semakin bebasnya arus informasi. Kini orang-orang semakin dimudahkan dalam memperoleh barang-barang kebutuhannya mulai dari kebutuhan yang paling mendasar seperti pangan, sandhang, dan papan sampai kebutuhan yang sifatnya hiburan atau hanya untuk sekedar memuaskan hasrat/keinginan. Pada era globalisasi, dimana dunia seakan menyatu dan batas-batas wilayah antar Negara sudah tidak menjadi halangan lagi, dan itu berpengaruh pada arus perdagangan global yang semakin meningkat dan semakin berkembang. Hal ini sangat didukung oleh sistem pasar persaingan bebas (kapitalisme) yang diusung Negara-negara besar sebagai pelaku utama globalisasi. Sistem kapitalisme telah ikut mendukung perkembangan industri-industri penghasil kebutuhan manusia yang juga dibarengi dengan modernisasi di segala aspek bidang kehidupan.

Perkembangan IPTEK, kemajuan di bidang industri, serta berbagai bentuk modernisasi lain tidak semata-mata adalah sesuatu yang hal yang positif. Dalam beberapa hal misalnya, semua bentuk modernisasi tersebut telah menimbulkan efek negatif pada perubahan tingkah laku manusia misalnya menumbuhkan pola hidup konsumtif di masyarakat. Sebagai contoh dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang, dulu sebelum ditemukannya telepon seluler, kita masih menggunakan telepon kabel yang jaringannya masih sangat terbatas dan biayanya masih sangat mahal sehingga orang-orang masih pikir-pikir dahulu sebelum berkomunikasi menggunakan telepon. Namun berbeda dengan sekarang, telepon seluler telah ditemukan dan semakin berkembang. Telepon seluler memiliki banyak keuntungan seperti mudah dibawa kemana-mana, jaringannya lebih luas, biayanya lebih murah bahkan sekarang sudah dilengkapi beberapa konten/fitur menarik seperti layanan pengirim pesan singkat (SMS), pemutar lagu/video, kamera, penyimpan data, dll. Sekarang ini, hampir tidak ada orang di dunia ini yang tidak menggunakan telepon seluler bahkan satu orang bisa memiliki lebih dari satu telepon seluler, hal ini juga dikarenakan makin pesatnya tumbuhnya industri-industri telepon seluler yang memiliki merk dagang sendiri-sendiri serta memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing bahkan beberapa merk tersebut sudah mendunia seperti Nokia, Sony Ericsson, Samsung, Blackberry, dsb dan masing-masing memiliki pangsa pasar tersendiri.

Selain perkembangan IPTEK, perkembangan arus informasi juga berpengaruh terhadap pola konsumtif masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari berkembangnya media massa baik cetak maupun elektronik. Kini orang semakin mudah menjumpai iklan berbagai produk yang dipasarkan melalui media koran, majalah, radio, televisi, bahkan internet. Tidak hanya promosi/iklan produk saja yang berkembang, bahkan sekarang proses transaksi jual beli dan pembayaran barang/produk menjadi sangat mudah. Kini kita tidak harus pergi ke toko atau pasar untuk membeli barang, tapi hanya tinggal menelepon di rumah saja kita sudah bisa memesan barang apapun yang kita inginkan. Selain itu, sekarang ini sudah berkembang sistem belanja online yang hampir sama seperti pemesanan lewat telepon. Sistem pembayaran juga sudah berkembang, sekarang kita tidak perlu membayar dengan uang cash, tapi hanya dengan menggesek kartu kredit atau melalui pembayaran M-banking/E-bangking yang telah disediakan oleh bank-bank.

Hal lain yang tidak kalah penting yang mendorong terjadinya perilaku konsumtif adalah perubahan dan perkembangan mode, pengaruh budaya populer, dan pengaruh event-event besar berskala internasional. Ketiga faktor tersebut bisa dikatakan yang paling berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi barang/kebutuhan di era modern sekarang ini. Misalnya saja ketika sedang ngetrend-ngetrend-nya gaya rambut Mohawk banyak kaum pria khususnya di kota-kota besar yang berbondong-bondong pergi ke salon hanya untuk merubah gaya rambutnya menjadi Mohawk. Atau ketika sedang berlangsungnya event Piala Dunia, banyak masyarakat yang membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan sepak bola seperti kaos/jersey tim nasional, syal, bola sepak, poster pemain, dan pernak-pernak lainnya. Bahkan, mereka sampai rela memenuhi tempat-tempat yang mengadakan nobar (nonton bareng) hanya untuk sekedar menonton pertandingan sepak bola Piala Dunia.

Dengan berbagai kemudahan dan pilihan yang makin banyak dan beragam, serta pengaruh dari trend/mode yang sedang berkembang, tidak mengherankan jika peluang terjadinya perubahan perilaku masyarakat yang konsumtif menjadi lebih besar. Hal ini juga tidak terlepas dari efek globalisasi itu sendiri yaitu akibat terjadinya kontak budaya antar bangsa sebagai dampak interaksi/hubungan antar Negara dalam berbagai lingkup bidang kehidupan. Salah satu dampak dari kontak budaya tersebut adalah berubahnya pola hidup masyarakat di suatu Negara yang cenderung mengikuti budaya/gaya hidup yang berlaku secara global baik itu gaya hidup  kebarat-baratan (westernisasi), budaya populer, maupun hal-hal yang berbau modern lainnya. Akibatnya bisa kita lihat sendiri, masyarakat kini lebih suka membeli barang-barang kebutuhan yang pada dasarnya kurang atau bahkan tidak dibutuhkan sama sekali dengan alasan untuk mengikuti trend yang ada, sebagai barang koleksi, menghibur diri, dan alasan-alasan tidak masuk akal lain yang sebenarnya bersifat semu belaka. Demi membeli barang-barang tersebut bahkan mereka rela mengorbankan kebutuhan dasar yang sebetulnya lebih berguna dan sangat dibutuhkan bagi kehidupan mereka. Perilaku konsumtif seperti ini sangat merugikan bagi diri sendiri karena membuat kita hidup boros dan tidak bisa menentukan prioritas hidup, dan bagi masyarakat di sekitar karena bisa menimbulkan kesenjangan sosial bahkan memicu tindakan kriminal.

Nah, dari gambaran diatas kita bisa tahu bahwa betapa besar pengaruhnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berbagai bentuk modernisasi lainnya sebagai akibat dari globalisasi terhadap perubahan perilaku masyarakat yang cenderung konsumtif di era modern sekarang ini. Kita sebagai masyarakat yang cerdas dan mengerti akan perubahan dan perkembangan zaman sekarang ini, sudah seharusnya bersikap bijak dan arif dalam menyikapi berbagai macam permasalahan di era globalisasi sekarang ini. Masalah perubahan perilaku masyarakat yang konsumtif, kita harus mulai memandangnya sebagai masalah bangsa yang sudah seharusnya mendapat perhatian yang serius untuk memecahkan solusi pemecahannya. Setiap elemen bangsa ini, baik rakyat maupun pemerintah harus mulai bekerja sama membentuk karakter bangsa Indonesia yang berjiwa Pancasila yang mampu menghadapi semua perubahan dan tantangan kehidupan di era globalisasi.

Cara-cara mengatasi Perilaku Konsumtif

Setelah sebelumnya kita membahas tentang keterkaitan tentang globalisasi dan perilaku konsumtif, sekarang kita akan membahas beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi perilaku konsumtif antara lain sebagai berikut:

Yang dapat dilakukan oleh diri kita sendiri:

1.      Belajar hidup hemat

Mulailah dari diri kita sendiri jika ingin merubah perilaku konsumtif. Mulailah dengan membuat prioritas kebutuhan yang ingin kita beli. Dahulukan membeli barang kebutuhan berdasarkan prioritas yang terpenting, bukan untuk memenuhi keinginan semata.  

2.      Mulai menabung

Jika kita punya kelebihan uang sebaiknya ditabung, bukan untuk kita hambur-hamburkan. Menabung selain merupakan bagian dari hidup hemat, juga kita bisa gunakan uang hasil tabungan kita untuk membeli barang yang akan kita butuhkan di masa yang akan datang atau jika ada kebutuhan yang tak terduga.

3.      Berinvestasi

Selain dengan menabung kita juga bisa menggunakan uang kita untuk berinvestasi baik itu mendirikan usaha, investasi dengan barang tertentu, atau bisa juga investasi di pasar modal atau bursa efek atau semacamnya.

4.      Menggunakan kelebihan uang untuk beribadah, beramal, bersedekah, membayar zakat, berqurban, dll

Di dalam harta kita ada hak orang miskin, jadi kita sebaiknya memberikan hak mereka yang ada pada harta kita dengan cara bersedekah, membayar zakat baik zakat mal maupun zakat fitrah, berqurban di hari raya Idul Adha, dll. Selain kita mendapat pahala dari Tuhan YME, dengan beramal dan bersedekah kita belajar untuk saling berbagi dengan sesama, menghilangkan kesenjangan sosial di antara kita, serta lebih mendekatkan diri kita dengan Tuhan. Selain itu, cara lain yang dapat kita tempuh untuk memanfaatkan kelebihan uang kita adalah dengan melaksanakan ibadah Haji/Umroh ke tanah suci. Hal ini jauh lebih bermanfaat daripada kita gunakan uang kita untuk melancong berlibur ke luar negri. 

Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah:

1.      Merancang undang-undang untuk melindungi hak-hak konsumen

Pemerintah bersama badan legislatif menyusun undang-undang untuk melindungi hak-hak konsumen diantaranya:

a)      Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan keamanannya.

b)      Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial konsumen.

c)      Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan kebutuhan pribadi

d)     Pendidikan konsumen

e)      Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif

f)          Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya yang relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi tersebut untuk menyuarakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka.

Adapun undang-undang tentang perlindungan konsumen di Indonesia yang sudah terbentuk yaitu UU no. 8 tahun 1999.

2.      Membentuk badan khusus yang menaungi perlindungan hak-hak konsumen

a.       Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)

Salah satu badan yang diatur secara khusus dalam undang-undang perlindungan konsumen adalah badan perlindungan konsumen nasional (BPKN), yang mempunyai fungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia.

b.      Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat

Selain lembaga yang resmi dibentuk oleh pemerintah, menurut ketentuan dalam Bab VIII undang-undang tentang perlindungan konsumen, pemerintah-dalam Bab IX, pasal 44-memungkinkan dibentuknya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat. Lembaga ini diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam mewujudkan perlindungan konsumen.

Kesimpulan

Pengaruh perubahan di era globalisasi sekarang ini sudah mulai terasa di kehidupan kita sehari-hari. Perkembangan zaman, telah memaksa masyarakat untuk beradaptasi terhadap semua perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan bisa mengarah ke arah positif maupun negatif. Contoh paling nyata dari perubahan di era globalisasi adalah mulai berubahnya perilaku masyarakat yang menjadi konsumtif. Perubahan ini terjadi bukan tanpa sebab, melainkan dipicu oleh berbagai macam perubahan di era globalisasi beserta dampak-dampak yang menyertainya.

Perilaku konsumtif pada dasarnya adalah perilaku individu yang ditunjukan untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan tidak terencana terhadap jasa dan barang yang kurang atau bahkan tidak diperlukan. Perilaku ini lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu yang semata-mata untuk memuaskan kesenangan serta lebih mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Perilaku konsumtif adalah gaya hidup yang tidak rasional dan banyak membawa kerugian baik untuk diri sendiri maupun masyarakat disekitar kita. Beberapa faktor dapat menjadi penyebab timbulnya perilaku konsumtif. Dan perubahan-perubahan di era globalisasi adalah salah satunya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), pesatnya arus informasi, pengaruh mode dan budaya populer, atau kontak budaya dengan bangsa lain adalah beberapa perubahan di era globalisasi yang menjadi penyebab munculnya perilaku konsumtif di masyarakat. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumya, perubahan-perubahan tersebut harus kita sikapi dengan bijak agar tercipta keselarasan hidup di masyarakat.

Daftar Pustaka

Ittihad Amin, zainul. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka

Widjaja, Gunawan, Ahmad Yani. 2001. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama