Jelaskan gaya hidup keluarga menurut Alkitab

Keluarga merupakan istilah yang tidak asing lagi di telinga kita. Keluarga juga memiliki pengertian yang sangat umum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keluarga adalah lembaga terkecil dalam suatu masyarakat. Keluarga memiliki tiga unsur, yaitu bapak, ibu, dan anak-anaknya. Sesuatu bisa dikatakan sebuah keluarga jika telah memiliki ketiga unsur tersebut. Tetapi keluarga inti merupakan fenomena modern yang dimulai karena adanya sebuah urbanisasi.

Pengertian Keluarga dalam Kristen

Pengertian keluarga menurut KBBI tentu saja berbeda dengan pengertian keluarga menurut Kristen. Keluarga dapat dilambangkan dengan gereja sebagai tubuh Kristus. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pengertian keluarga sebagai Kristen. Antara lain:

  • Sebuah lembaga yang keberadaannya menunjukkan penghayatan terhadap Yesus Kristus. Jadi, keluarga Kristen bukan hanya sebatas simbol atau unsur saja. Melainkan sebuah kesatuan dan keikutsertaan pada ajaran-ajaran maupun ibadah-ibadah gerejawi
  • Tempat untuk berteduh saat terjadi kemalangan dalam hidup. Keluarga bisa dijadikan sebagai tempat untuk berbagai kesulitan dalam hidup. Sehingga kita bisa mendapat kehangatan dan perlindungan
  • Tempat untuk bertumbuh, berkembang, dan berbagi baik dalam iman, kasih, dan harapan. Iman akan Yesus Kristus bisa diasah dalam sebuah keluarga. Peran orang tua sangat dibutuhkan disini. Tanpa adanya pengawasan orang tua, iman tersebut tidak akan terwujud
  • Sebagai tempat untuk melakukan aktivitas rohani. Aktivitas yang dimaksudkan ialah berbagi dan mengasihi sesama anggota keluarga. Setiap anggota keluarga boleh melakukan aktivitas rohani masing-masing. Baik di dalam keluarga maupun di dalam perkumpulan gereja
  • Keluarga adalah tempat untuk mentransfer nilai-nilai kehidupan. Di dalam keluarga, kita akan dijarai tentang moral kehidupan. Sehingga kita bisa berjalan lurus tanpa adanya sikap yang menyeleweng
  • Sebagai tempat untuk memperhatikan dan mentransfer energi untuk lebih dekat dengan ajaran Yesus Kristus. Poin ini berkaitan dengan tujuan hidup orang Kristen
  • Keluarga sebagai tempat munculnya permasalahan. Hampir semua keluarga memiliki permasalahan dalam hidup. Masalah tersebut sangatlah beranekaragam. Mulai dari masalah ekonomi, sosial, dan pekerjaan
  • Keluarga sebagai tempat penyelesaian masalah. Saat masalah keluarga muncul, keluarga itulah yang bisa mencari jalan keluarnya. Semua masalah yang dihadapi harus juga disinari oleh kasih Allah. Masalah seberat apapun dapat terselesaikan jika berpasrah diri kepada Yesus Kristus

Dalam keluarga kecil, manusia akan diajarkan tentang kasih, penerimaan, toleransi, solidaritas, kebenaran, dan kerja sama. Sebelum pria dan wanita resmi menikah, mereka perlu meminta tuntunan kasih Tuhan agar bisa menjadi keluarga yang harmonis. tujuan pernikahan Kristen adalah pernikahan yang hidup. Bukan pernikahan yang mati atau bahkan terjerat kasus pertengkaran yang tak berujung.

Baca juga:

  • Karakter Kristus
  • Makna Paskah
  • Janji-Janji Tuhan Bagi Orang Percaya

Fungsi Keluarga dalam Kristen

Keluarga yang diingini Yesus bukanlah keluarga yang ingin mencari kepentingan diri sendiri. Melainkan sebuah keluarga yang bisa hidup bersatu dengan rukun, saling mencintai satu sama lain, dan mengetahui arti Paskah. Pernikahan harus dapat dijadikan sebagai satu kesatuan untuk membangun persekutuan. Seperti yang tertulis, Matius 19:6 “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Selain pengertian keluarga, kita juga perlu mengetahui fungsi keluarga Kristen. Diantaranya

1. Sebagai Perwakilan Tuhan dalam Mengelola Alam Semesta

Dunia beserta isinya telah disediakan oleh Tuhan kepada manusia. Manusia hanya dituntut untuk menjaga dan mengelola alam semesta beserta isinya dengan baik. Dengan tujuan agar bisa dirasakan oleh keturunan selanjutnya. Sebagai keluarga Kristiani, sikap menjaga alam semesta harus kita ajarkan kepada anak-anak kita. Caranya dengan melakukan hal-hal kecil terlebih dahulu, seperti membuang sampah pada tempatnya. Hal ini terlihat sepele, namun sangat bermanfaat untuk kelestarian alam semesta.

2. Sebagai Lembaga untuk Berekspresi

Ekspresi yang bisa ditunjukkan oleh keluarga sangatlah beranekaragam. Mulai dari cinta, kasih, harapan, kesetiaan, dan sikap saling menghormati. Kelimanya harus bisa ditunjukkan keluarga kepada anggota keluarga yang lainnya. Ekspresi tersebut bisa diwujudnyatakan dengan cara berbagi dan saling mengasihi. Karena Yesus menghendaki kita untuk berbagi dan tidak rakus atas harta duniawi.

Yohanes 13:34-35 “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

3. Sebagai Sarana Pendidikan yang Pertama dan Terutama

Fungsi lain dari keluarga sebagai iman Kristen ialah sebagai sarana pendidikan, terutama bagi anak-anaknya. Anak yang tak pernah dididik untuk disiplin akan tumbuh menjadi anak yang egois dan congkak. Ia tidak akan mendengarkan perkataan orang lain. Anak cenderung melakukan sesuatu hal sesuai yang dikehendakinya dan mengabaikan perintah dari orang tua.

Saat anak melawan, orang tua tidak boleh langsung menghakimi anak. Melainkan diberi peringatan terlebih dahulu. Peringatan ini terdiri dari tiga sesi, yaitu peringatan ringan, sedang, dan berat. Jika anak melanggar ketiganya, maka orang tua boleh memberikan hukuman. Hukuman yang diberikan harus disesuaikan dengan tindakan yang dilakukan anak.

Selain hukuman, Anda juga perlu memberikan pujian kepada si anak. Apalagi ketika ia melakukan perbuatan baik dan taat pada aturan. Dengan demikian, si anak akan merasa nyaman, dihargai, dan lebih tahu untuk menempatkan diri. Amsal 22:6 “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”

4. Sebagai Tempat untuk Menciptakan Suasana Sorga

Sorga bukanlah tempat yang diisi oleh barang-barang mewah. Melainkan sebuah tempat yang sederhana, namun indah. Keindahannya tampak nyata dari kasih dan sukacita. Disini, orang tua sebagai tempat utama untuk menyebarkan kasih dan sukacita tersebut. Caranya sangatlah mudah yaitu menebarkan tawa dan senyum kepada anggota keluarga. Jika orang tua jarang tersenyum kepada anaknya, otomatis akan berpengaruh terhadap sikap dan mental si anak.

Suasana sorga dalam keluarga dapat terwujud jika Allah juga diundang hadir didalamnya. Caranya dengan rajin berdoa, agar keluarga dipenuhi dan dilimpahi oleh kepenuhan Allah sendiri. Efesus 3:17-18 “Sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebar dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.”

5. Sebagai Dasar Iman Sumber Keselamatan

Jika salah satu anggota keluarga hidup di dalam Kristus, maka ia akan senantiasa menjadi terang dalam keluarga tersebut. Terang tersebut nantinya akan menjadi kesaksian hidup yang dapat dijadikan sebagai teladan dalam menjalankan hidup. Sehingga anggota keluarga juga datang dan diselamatkan oleh Yesus Kristus. Kisah Para Rasul 16:31 “Jawab mereka: Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.”

Demikianlah pengertian dan fungsi keluarga Kristen. Semoga pengetahuanmu akan Kristiani bertambah dan imanmu semakin diteguhkan di dalam Yesus Kristus.

Artikel Lainnya” state=”closed

fbWhatsappTwitterLinkedIn

1. Keluarga dan Gereja dalam Rencana Allah

1.

1.1

Rencana Allah Bapa bagi Keluarga Kekal-Nya

1.1.1

Keluarga Prafana Allah

Keluarga ditetapkan oleh Allah. Itu adalah unit paling penting untuk sekarang dan selama-lamanya. Bahkan sebelum kita dilahirkan di bumi, kita adalah bagian dari sebuah keluarga. Kita masing-masing “adalah putra atau putri roh terkasih dari orangtua surgawi” dengan “sifat dan tujuan ilahi” (“Keluarga: Pernyataan kepada Dunia,” Ensign November 1995, 102). Allah adalah Bapa Surgawi kita, dan kita tinggal di hadirat-Nya sebagai bagian dari keluarga-Nya dalam kehidupan prafana. Di sana kita mempelajari pelajaran-pelajaran pertama kita dan dipersiapkan untuk kefanaan (lihat A&P 138:56).

1.1.2

Tujuan Kefanaan

Karena kasih Allah bagi kita, Dia mempersiapkan sebuah rencana yang mencakup kedatangan kita ke bumi, tempat kita akan menerima tubuh dan diuji supaya kita dapat maju dan menjadi lebih seperti Dia. Rencana ini disebut “rencana keselamatan” (Alma 24:14), “rencana kebahagiaan yang besar” (Alma 42:8), dan “rencana penebusan” (Alma 12:25; lihat juga ayat 26–33).

Tujuan rencana Allah adalah untuk menuntun kita menuju kehidupan kekal. Allah menyatakan, “Inilah pekerjaan-Ku dan kemuliaan-Ku—untuk mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal bagi manusia” (Musa 1:39). Kehidupan kekal adalah karunia terbesar Allah bagi anak-anak-Nya (lihat A&P 14:7). Itu adalah permuliaan dalam tingkat tertinggi kerajaan selestial. Melalui rencana keselamatan, kita dapat menerima berkat kembali ke hadirat Allah ini dan menerima kegenapan sukacita.

1.1.3

Pendamaian Yesus Kristus

Untuk memperoleh permuliaan dalam kerajaan Allah, kita harus mengatasi dua rintangan kefanaan: kematian dan dosa. Karena kita tidak dapat mengatasi satu pun dari rintangan ini oleh diri kita sendiri, Bapa Surgawi mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk menjadi Juruselamat dan Penebus kita. Kurban pendamaian Juruselamat memungkinkan bagi semua anak Allah untuk mengatasi kematian jasmani, dibangkitkan, dan memperoleh kebakaan. Pendamaian juga memungkinkan bagi mereka yang bertobat dan mengikuti-Nya untuk mengatasi kematian rohani, kembali ke hadirat Allah untuk berdiam bersama-Nya, dan mendapatkan kehidupan kekal (lihat A&P 45:3–5).

1.1.4

Peranan Keluarga dalam Rencana Allah

Sebagai bagian dari rencana Bapa Surgawi, kita dilahirkan ke dalam keluarga-keluarga. Dia menetapkan keluarga-keluarga untuk mendatangkan kebahagiaan kepada kita, untuk membantu kita belajar asas-asas yang benar dalam suasana penuh kasih, dan mempersiapkan kita bagi kehidupan kekal.

Orangtua memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk menolong anak-anak mereka mempersiapkan diri kembali kepada Bapa Surgawi. Orangtua memenuhi tanggung jawab ini dengan mengajar anak-anak mereka untuk mengikuti Yesus Kristus dan menjalankan Injil-Nya.

1.1.5

Peranan Gereja

Gereja menyediakan organisasi dan sarana untuk mengajarkan Injil Yesus Kristus kepada semua anak Allah. Gereja menyediakan wewenang imamat untuk melaksanakan tata cara-tata cara keselamatan dan permuliaan kepada semua orang yang layak dan bersedia untuk menerimanya.

1.2

Kembali kepada Bapa

1.2.1

Injil Yesus Kristus

Rencana keselamatan adalah kegenapan Injil. Rencana itu mencakup Penciptaan, Kejatuhan, Pendamaian Yesus Kristus, dan semua hukum, tata cara, serta ajaran Injil. Itu menyediakan cara bagi kita untuk mengalami sukacita dalam kefanaan (lihat 2 Nefi 2:25) dan juga berkat kehidupan kekal.

Melalui Pendamaian Yesus Kristus, kita dapat dibersihkan dan dikuduskan dari dosa dan mempersiapkan diri masuk kembali ke hadirat Bapa Surgawi kita. Untuk menerima berkat ini, kita harus mengikuti asas dan tata cara Injil (lihat Pasal-Pasal Kepercayaan 1:3). Kita harus:

  1. Menjalankan iman kepada Tuhan Yesus Kristus, Putra Tunggal Allah.

  2. Berpaling kepada Allah melalui pertobatan yang tulus, mengalami perubahan hati serta mengakui dan meninggalkan dosa.

  3. Menerima tata cara yang menyelamatkan melalui pembaptisan untuk pengampunan atas dosa-dosa.

  4. Dikukuhkan sebagai anggota Gereja dan menerima karunia Roh Kudus melalui penumpangan tangan.

  5. Bertahan sampai akhir dengan menaati perjanjian-perjanjian sakral.

Asas-asas ini telah diajarkan sejak zaman Adam. Sewaktu kita sampai pada pemahaman dan memercayai kebenaran-kebenaran ini serta memperoleh kesaksian yang teguh mengenai Yesus Kristus, kita berusaha untuk mematuhi perintah-perintah-Nya dan ingin berbagi berkat-berkat kita dengan keluarga kita serta orang-orang lain (lihat 1 Nefi 8:9–37). Dengan landasan kesaksian yang kuat ini, unsur-unsur lain dari kegiatan Gereja mengikuti secara alami.

Pertumbuhan rohani pribadi terjadi sewaktu kita mendekat kepada Allah melalui doa, penelaahan tulisan suci, perenungan, dan kepatuhan. Nefi mengajarkan:

“Setelah kamu memasuki jalan yang sesak dan sempit ini, aku hendak bertanya apakah semuanya telah dilakukan? Lihatlah, aku berkata kepadamu: Belum; karena kamu tidak datang sejauh ini kecuali melalui firman Kristus dengan iman yang tak terguncangkan kepada-Nya, bersandar seutuhnya pada jasa Dia yang perkasa untuk menyelamatkan.

Karenanya, kamu mesti maju terus dengan ketabahan di dalam Kristus, memiliki kecemerlangan harapan yang sempurna, dan kasih bagi Allah dan bagi semua orang. Karenanya, jika kamu akan maju terus, mengenyangkan diri dengan firman Kristus, dan bertahan sampai akhir, lihatlah, demikian firman Bapa: Kamu akan memperoleh kehidupan kekal” (2 Nefi 31:19–20).

Kita masing-masing bertanggung jawab di hadapan Allah untuk belajar dan menaati perintah-perintah-Nya serta menjalankan Injil. Kita akan dihakimi menurut tindakan kita, keinginan hati kita, dan jenis orang seperti apa kita telah menjadi. Sewaktu kita menjadi pengikut sejati Yesus Kristus, kita mengalami perubahan hati yang hebat dan “tidak memiliki lagi watak untuk melakukan yang jahat” (Mosia 5:2; lihat juga Alma 5:12–15; Moroni 10:32–33). Sewaktu kita menjalankan Injil Yesus Kristus, kita tumbuh baris demi baris, menjadi lebih seperti Juruselamat dalam mengasihi dan melayani orang lain.

1.2.2

Peranan Pemimpin Gereja dan Guru

Para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap serta guru berusaha untuk menolong orang-orang lain menjadi pengikut sejati Yesus Kristus (lihat Mosia 18:18–30). Untuk membantu individu dan keluarga dalam upaya ini, mereka:

  1. Mengajar dan bersaksi mengenai ajaran-ajaran murni Injil Yesus Kristus.

  2. Memperkuat individu dan keluarga dalam upaya mereka untuk menaati perjanjian-perjanjian sakral mereka.

  3. Memberikan nasihat, dukungan, dan kesempatan untuk pelayanan.

Selain itu, para pemimpin imamat tertentu memiliki wewenang untuk mengawasi pelaksanaan tata cara-tata cara imamat yang menyelamatkan.

1.3

Membentuk Keluarga Kekal

Keluarga adalah pusat dari rencana Allah, yang menyediakan suatu cara untuk melanjutkan hubungan keluarga hingga di balik kubur. Tata cara dan perjanjian sakral bait suci, yang ditaati dengan setia, menolong kita kembali ke hadirat Allah, dipersatukan secara kekal bersama keluarga kita.

1.3.1

Suami dan Istri

Permuliaan di tingkat tertinggi kerajaan selestial dapat dicapai hanya oleh mereka yang telah dengan setia menjalankan Injil Yesus Kristus dan dimeteraikan sebagai pasangan kekal.

Pemeteraian suami dan istri untuk waktu fana dan kekekalan melalui wewenang imamat—juga dikenal sebagai pernikahan bait suci—adalah hak istimewa dan kewajiban sakral yang hendaknya diupayakan semua orang untuk diterima. Itu adalah landasan keluarga kekal.

Sifat roh laki-laki dan perempuan membuat mereka saling melengkapi. Pria dan wanita dimaksudkan untuk maju bersama menuju permuliaan.

Tuhan telah memerintahkan para suami dan istri untuk mengikatkan diri satu sama lain (lihat Kejadian 2:24; A&P 42:22). Dalam perintah ini, kata mengikatkan diri berarti sepenuhnya mengabdikan diri dan setia kepada seseorang. Pasangan yang sudah menikah mengikatkan diri kepada Allah dan satu sama lain dengan saling melayani dan mengasihi serta dengan menaati perjanjian-perjanjian dalam kesetiaan penuh kepada satu sama lain dan kepada Allah (lihat A&P 25:13).

Satu pasangan harus menjadi satu dalam membentuk keluarga mereka sebagai dasar suatu kehidupan yang saleh. Para suami dan istri Orang Suci Zaman Akhir meninggalkan kehidupan lajang mereka dan membangun pernikahan mereka sebagai prioritas utama dalam kehidupan mereka. Mereka tidak memperkenankan orang atau kepentingan lain memiliki prioritas yang lebih besar dalam kehidupan mereka daripada menaati perjanjian-perjanjian yang telah mereka buat dengan Allah dan satu sama lain. Meskipun demikian, pasangan suami istri terus mengasihi dan mendukung orangtua dan saudara mereka sambil memusatkan perhatian pada keluarga mereka sendiri. Dengan cara serupa, orangtua yang bijak menyadari bahwa tanggung jawab keluarga mereka berlanjut sepanjang kehidupan dalam semangat kasih dan dorongan.

Menjadi satu dalam pernikahan menuntut kemitraan penuh. Sebagai contoh, Adam dan Hawa bekerja bersama, berdoa dan beribadat bersama, mempersembahkan kurban bersama, mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka bersama, dan berduka nestapa bersama atas anak-anak yang tidak patuh (lihat Musa 5:1, 4, 12, 27). Mereka dipersatukan kepada satu sama lain dan kepada Allah.

1.3.2

Orangtua dan Anak

“Perintah pertama yang Allah berikan kepada Adam dan Hawa berkaitan dengan potensi mereka untuk menjadi orangtua, sebagai suami dan istri .… Perintah Allah bagi anak-anak-Nya untuk beranak cucu dan memenuhi bumi tetap berlaku” (“Keluarga: Pernyataan kepada Dunia”). Melalui rancangan ilahi, baik pria maupun wanita perlu mendatangkan anak-anak ke dalam kefanaan dan menyediakan lingkungan terbaik untuk membesarkan dan mengasuh anak-anak.

Pemantangan seksual yang sepenuhnya sebelum pernikahan dan kesetiaan mutlak dalam pernikahan melindungi kekudusan dari tanggung jawab sakral ini. Orangtua serta para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap hendaknya melakukan segala yang dapat mereka lakukan untuk memperkuat ajaran ini.

Mengenai peranan ayah dan ibu, para pemimpin Gereja telah mengajarkan: “Para ayah harus memimpin keluarga mereka dalam kasih dan kebenaran serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup dan perlindungan bagi keluarga mereka. Para ibu terutama bertanggung jawab bagi pengasuhan anak-anak mereka. Dalam tanggung jawab kudus ini, para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara” (“Keluarga: Pernyataan kepada Dunia”). Apabila tidak ada ayah di rumah, ibu mengetuai keluarga.

Orangtua memiliki tanggung jawab yang ditetapkan secara ilahi “untuk membesarkan anak-anak mereka dalam kasih dan kebenaran, memenuhi kebutuhan fisik dan rohani mereka, dan mengajar mereka untuk saling mengasihi dan melayani, mematuhi perintah-perintah Allah, dan menjadi penduduk yang mematuhi hukum di mana pun mereka tinggal.” (“Keluarga: Pernyataan kepada Dunia”; lihat juga Mosia 4:14–15).

Orangtua yang bijak mengajar anak-anak mereka untuk menerapkan kuasa Pendamaian yang menyembuhkan, memperdamaikan, dan memperkuat dalam keluarga mereka. Sama seperti dosa, kelemahan fana, luka emosional, dan amarah adalah kondisi yang memisahkan anak-anak Allah dari-Nya, kondisi yang sama ini dapat memisahkan anggota keluarga satu sama lain. Setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab untuk berjuang bagi kesatuan keluarga. Anak-anak yang belajar berjuang bagi kesatuan di rumah akan mendapatinya lebih mudah untuk melakukannya di luar rumah.

1.3.3

Anggota Gereja yang Belum Menikah

Semua anggota, bahkan jika mereka belum pernah menikah atau tanpa keluarga dalam Gereja, hendaknya berusaha untuk memperoleh kehidupan ideal dalam sebuah keluarga kekal. Ini berarti mempersiapkan diri menjadi pasangan yang layak dan ayah atau ibu yang penuh kasih. Dalam sebagian kasus berkat-berkat ini tidak akan digenapi sampai kehidupan yang akan datang, tetapi tujuan terakhir adalah sama bagi semua orang.

Para anggota setia yang keadaan mereka tidak memungkinkan mereka untuk menerima berkat-berkat pernikahan kekal dan menjadi orangtua dalam kehidupan ini akan menerima semua berkat yang dijanjikan dalam kekekalan, asalkan mereka menaati perjanjian-perjanjian yang mereka buat dengan Allah.

1.4

Rumah Tangga dan Gereja

Dalam ajaran dan praktik Injil yang dipulihkan, keluarga dan Gereja menolong serta memperkuat satu sama lain. Agar memenuhi syarat untuk berkat-berkat kehidupan kekal, keluarga perlu belajar ajaran-ajaran dan menerima tata cara-tata cara imamat yang tersedia hanya melalui Gereja. Agar menjadi organisasi yang kuat dan vital, Gereja memerlukan keluarga-keluarga yang saleh.

Allah telah mengungkapkan sebuah pola kemajuan rohani bagi individu dan keluarga melalui tata cara, ajaran, program, dan kegiatan yang berpusat di rumah serta didukung Gereja. Organisasi dan program Gereja ada untuk memberkati individu dan keluarga serta bukan demi program dan organisasi semata. Para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap serta guru berupaya untuk membantu orangtua, bukan untuk menggantikan atau mengambil tempat mereka.

Para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap harus berikhtiar untuk memperkuat kesakralan rumah tangga dengan memastikan bahwa semua kegiatan Gereja mendukung kehidupan individu dan keluarga. Para pemimpin Gereja perlu berhati-hati untuk tidak membebani keluarga-keluarga dengan terlalu banyak tanggung jawab Gereja. Orangtua dan para pemimpin Gereja bekerja bersama untuk menolong individu dan keluarga kembali kepada Bapa kita di Surga dengan mengikuti Yesus Kristus.

1.4.1

Memperkuat Rumah Tangga

Pengikut Yesus Kristus diundang untuk “berkumpul,” “berdiri di tempat-tempat kudus,” dan “tidak berpindah” (A&P 45:32; 87:8; 101:22; lihat juga 2 Tawarikh 35:5; Matius 24:15). Tempat-tempat kudus ini meliputi bait suci, rumah, dan gedung gereja. Kehadiran Roh dan perilaku mereka di dalam bangunan-bangunan fisik inilah yang membuatnya menjadi “tempat-tempat kudus.”

Di mana pun para anggota Gereja tinggal, mereka hendaknya menegakkan sebuah rumah di mana Roh hadir. Semua anggota Gereja dapat melakukan upaya untuk memastikan bahwa tempat tinggal mereka menyediakan tempat perlindungan dari dunia. Setiap rumah di Gereja, besar atau kecil, dapat menjadi “rumah doa, rumah puasa, rumah iman, rumah pembelajaran, rumah kemuliaan, rumah ketertiban, rumah Allah” (A&P 88:119). Para anggota Gereja dapat mengundang Roh ke dalam rumah mereka melalui cara-cara sederhana seperti hiburan yang sehat, musik yang baik, dan karya seni yang mengilhami (contohnya, lukisan Juruselamat atau sebuah bait suci).

Sebuah rumah dengan orangtua yang penuh kasih dan setia adalah tempat di mana kebutuhan rohani dan jasmani anak-anak terpenuhi dengan paling efektif. Rumah yang terpusat kepada Kristus memberikan kepada para orang dewasa dan anak-anak sebuah tempat untuk pertahanan melawan dosa, perlindungan dari dunia, penyembuhan dari rasa sakit emosional dan lainnya, serta kasih yang diperbuat dan tulus.

Orangtua selalu telah diperintahkan untuk membesarkan anak-anak mereka “di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4; Enos 1:1) dan “dalam terang dan kebenaran” (A&P 93:40). Presidensi Utama menyatakan:

“Kami meminta para orangtua untuk membaktikan upaya-upaya terbaik mereka untuk mengajarkan dan membesarkan anak-anak mereka dalam asas-asas Injil yang akan mempertahankan mereka dekat dengan Gereja. Rumah adalah dasar dari suatu kehidupan yang saleh, dan tidak ada perantaraan lain yang dapat mengambil tempatnya atau memenuhi fungsi penting dalam membawa ke depan tanggung jawab yang diberikan Allah ini.

Kami menasihati para orangtua dan anak-anak untuk memberikan prioritas tertinggi bagi doa keluarga, malam keluarga, penelaahan dan pengajaran Injil, dan kegiatan-kegiatan keluarga yang sehat. Betapa pun layak dan pantasnya tuntutan atau kegiatan lain, itu tidak boleh diizinkan untuk menggantikan tugas-tugas yang ditetapkan secara ilahi yang hanya orangtua dan keluarga dapat lakukan secara memadai” (Surat Presidensi Utama, 11 Februari 1999).

Orangtua memiliki tanggung jawab utama untuk membantu anak-anak mereka mengenal Bapa Surgawi dan Putra-Nya, Yesus Kristus (lihat Yohanes 17:3). Para ayah dan ibu Orang Suci Zaman Akhir telah diperintahkan untuk mengajarkan ajaran Injil, tata cara, perjanjian, dan cara hidup yang saleh kepada anak-anak mereka (lihat A&P 68:25–28). Anak-anak yang dibesarkan dan diajar dengan cara demikian lebih cenderung dipersiapkan pada usia yang tepat untuk menerima tata cara-tata cara imamat dan untuk membuat dan mematuhi perjanjian-perjanjian dengan Allah.

Memperkuat keluarga adalah fokus program-program Gereja yang diilhami seperti pengajaran ke rumah (lihat A&P 20:47, 51), pengajaran berkunjung, dan malam keluarga. Sebagaimana dalam segala sesuatu, Yesus memberikan teladan dengan memasuki rumah-rumah untuk melayani, mengajar, dan memberkati (lihat Matius 8:14–15; 9:10–13; 26:6; Markus 5:35–43; Lukas 10:38–42; 19:1–9).

1.4.2

Malam Keluarga

Para nabi zaman akhir telah menasihati para orangtua supaya mengadakan malam keluarga mingguan untuk mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka, memberikan kesaksian mengenai kebenarannya, dan memperkuat kesatuan keluarga. Para pemimpin pasak dan lingkungan harus memastikan hari Senin malam bebas dari semua pertemuan dan kegiatan Gereja sehingga malam keluarga dapat diadakan.

Malam keluarga dapat mencakup doa keluarga, petunjuk Injil, berbagi kesaksian, nyanyian pujian dan lagu-lagu Pratama, serta kegiatan rekreasi yang sehat. (Untuk informasi mengenai menggunakan musik di rumah, lihat 14.8.) Sebagai bagian dari malam keluarga, atau secara terpisah, orangtua juga dapat mengadakan dewan keluarga secara berkala untuk menetapkan gol-gol, menuntaskan persoalan, mengoordinasi jadwal, serta memberikan dukungan dan kekuatan kepada anggota keluarga.

Malam keluarga adalah waktu keluarga yang sakral dan pribadi di bawah arahan orangtua. Para pemimpin imamat hendaknya tidak memberikan arahan mengenai apa yang hendaknya dilakukan keluarga selama waktu ini.

1.4.3

Memperkuat Individu

Para pemimpin Gereja hendaknya memberikan perhatian khusus kepada individu-individu yang saat ini tidak menikmati dukungan dari keluarga anggota Gereja yang kuat. Para anggota ini dapat mencakup anak-anak dan remaja yang orangtua mereka bukan anggota Gereja, individu-individu lain yang berada dalam keluarga yang hanya memiliki anggota Gereja sebagian, dan dewasa lajang segala usia. Mereka adalah anggota perjanjian dari keluarga kekal Allah, secara mendalam dikasihi oleh-Nya. Individu-individu ini hendaknya diberi kesempatan untuk melayani di Gereja. Gereja dapat menyediakan hubungan sosial dan penemanan yang sehat yang tidak dapat ditemukan para anggota ini di tempat lain.

Setiap anggota Gereja adalah sama berharganya dengan setiap orang lainnya. Rencana kekal Allah menyediakan bagi semua anak-Nya yang setia untuk menerima setiap berkat kehidupan kekal, dipermuliakan dalam keluarga selamanya.