Jelaskan hukum bacaan yang terdapat dalam lafal ya ayyuha
Di dalam Al-Qur’an, kita akan menemukan beberapa ayat yang diawali dengan kalimat يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ dan يَا أَيُّهَا النَّاسُ . Mengapa kalimat “ya Ayyuha” itu tidak langsung dibaca dengan يَا الَّذِيْنَ dan يَا النَّاسُ sebagaimana bacaan يَا اللّه yang tidak dibaca dengan يَا أَيُّهَا اللّه ? Show Di dalam bahasa Arab, kita akan mempelajari tentang al-Munada; الـمُنَادَى. Al-Munada itu sendiri adalah kata yang dipanggil. Ia terletak setelah huruf atau adat nida; أَدَاةُ النِّدَاء yang merupakan alat atau kata yang digunakan untuk memanggil, yang di dalam bahasa Indonesia biasa kita terjemahkan dengan “wahai” atau “hai”. Perhatikan contoh berikut ini: يَا رَجُل (wahai laki-laki)يَا حَبِيْبَتِيْ (Hai kekasihku)Apabila kita perhatikan dua contoh ini, maka akan kita dapati bahwa kata “يَا” adalah adat nida, yang digunakan sebagai kata untuk memanggil. Sedangkan kata “رَجُل” dan “حَبِيْبَتِيْ” adalah munada; kata yang dipanggil yang sama-sama terletak setelah adat nida berupa “يَا”. Lalu, bagaimana dengan kalimat يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ dan يَا أَيُّهَا النَّاسُ di atas? Mengapa tidak dibaca dengan يَا الَّذِيْنَ dan يَا النَّاسُ? Dalam pembahasan al-Munada, akan kita dapati beberapa pembahasan, salah satunya tentang ketentuan penggunaannya. Nah, di antara ketentuannya adalah apabila kata yang terdapat alif lam (ال) di dalamnya terletak setelah adat nida, maka keduanya harus dipisah dengan kata “أَيُّهَا” untuk kata/isim yang muzakkar dan kata “أَيَّتُهَا” untuk kata/isim yang muannats. Perhatikan contoh berikut ini: يَا أَيُّهَا التِّلْمِيْذ (wahai murid laki-laki)يَا أَيَّتُهَا التِّلْمِيْذَة (wahai murid perempuan)Apabila kita perhatikan, baik kata “التِّلْمِيْذ” dan “التِّلْمِيْذَة” keduanya merupakan kata yang terdapat alif lam di depannya. Oleh karena itu, ketika keduanya dimasuki adat nida berupa “يَا”, maka harus dipisah dengan “أَيُّهَا” untuk kata “التِّلْمِيْذ”, dan dengan “أَيَّتُهَا” untuk kata “التِّلْمِيْذَة”. Selanjutnya, itulah mengapa pada kalimat يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ dan يآ أَيُّهَا النَّاسُ keduanya dipisah dengan kata “أَيُّهَا”, karena baik kata “الَّذِيْنَ” dan “النَّاسُ”, keduanya sama-sama terdapat alif lam di depannya. Contoh-contoh kalimat lain yang bisa kita temukan di dalam ayat Al-Qur’an; يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ ….يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ….يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ…يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ… Pertanyaan selanjutnya, mengapa bacaan يَا اللّه tidak dibaca dengan يَا أَيُّهَا اللّه ? Jawabannya adalah khusus lafz al-Jalalah; لَفْظُ الْجَلَالَة yaitu “اللّه ” mendapat pengecualian. Hal ini dikarenakan pengucapan يَا اللّه sering digunakan dan menjadi “biasa” bagi para penuturnya, khususnya digunakan dalam berdoa dan berzikir. Itulah penjelasan singkat mengenai kalimat “ya ayyuha” yang seringkali kita temui ketika membaca al-Quran.
Tajwid Surat Al-kafirun Lengkap ♦ Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, berjumpa lagi bersama saya nada313. Semoga kita selalu diberikan kesehatan oleh ALLAH SWT, sehingga kita bisa selalu semangat di dalam beraktifitas. Kali ini kita akan mempelajari hukum tajwid yang terdapat dalam surat Al-Kafirun secara lengkap. Surat Al-Kafirun merupakan surat ke 109 dalam Al-Qur’an, dan merupakan ayat makiyah, atau surat yang diturunkan di Mekah. Jumlah surat An-Nashr ada 6 ayat, 27 kata dan 98 huruf. Surat Al-Kafirun memiliki arti orang-orang kafir. Dan langsung saja berikut ini pembahasan tajwidnya di ayat 1-3. Hukum Tajwid Surat Al-Kafirun Lengkap Dengan PenjelasanAYAT 1
AYAT 2
AYAT 3
AYAT 4
AYAT 5
AYAT 6
Isi Kandungan Surat Al-KafirunArtinya: “Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”. Secara umum ayat ini ditujukan untuk semua umat manusia supaya bisa saling menghormati antar umat beragama. Atau yang biasa dikenal dengan istilah toleransi umat beragama. Ayat ini ditujukan untuk orang-orang kafir yang tidak mau menyembah ALLOH SWT. Mereka mempunyai pendirian bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah tuhan semesta alam. Tuhan-tuhan mereka adalah patung atau berhala yang mereka sembah. Namun meskipun orang-orang kafir tetap tidak mau menyembah ALLOH SWT. Nabi Muhammad SAW tetap beamar ma’ruf kepada orang-orang kafir supaya mereka bisa insaf. Dan jika dengan cara yang lembut mereka tetap tidak mau, maka Nabi harus menggunakan dengan cara yang kasar yaitu dengan perang. Demikian pembahasan tajwid surat Al-Kafirun semoga bermanfaat. ilustrasi anak membaca Alquran Foto: ShutterstockMad Jaiz Munfasil menjadi salah satu jenis hukum tajwid dalam mempelajari dan membaca Alquran. Mad Jaiz Munfasil sendiri merupakan bagian dari hukum tajwid Mad Far'i. Mad Jaiz Munfasil penting dipelajari karena menjadi bagian hukum tajwid untuk mengetahui bacaan yang dibaca panjang dalam Alquran. Mad Jaiz Munfasil berasal dari kata Mad yang berarti panjang, Jaiz memiliki arti boleh, dan Munfasil bermakna terpisah. Pengertian Mad Jaiz Munfasil Mad Jaiz Munfasil merupakan bacaan terpisah yang boleh dibaca panjang, sama dengan bacaan Mad Wajib Muttasil atau seperti Mad Thobi'i. Namun, Mad Jaiz Munfasil berbeda dengan Mad Wajib Muttasil yang terletak pada hamzah setelah mad di Alquran. Mad Wajib Muttasil berada dalam satu kalimat, sedangkan Mad Jaiz Munfasil berada di kalimat yang lain. Ilustrasi belajar Mad Jaiz Munfasil. Foto: ShutterstockHukum Bacaan Mad Jaiz Munfasil Hukum bacaan Mad Jaiz Munfasil adalah,apabila ada Mad Thobi'i bertemu dengan hamzah di kalimat lain. Cara membacanya lebih baik dipanjangkan seperti bacaan Mad Wajib Muttasil yakni 5 harakat atau ketukan. Namun, Mad Jaiz Munfasil bisa juga dibaca panjang 1 alif atau 2 harakat seperti bacaan Mad Thobi'i. Contoh Bacaan Mad Jaiz Munfasil إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ → Surat Al-Qodar ayat 1 انْطَلِقُوا إِلَىٰ → Al-Mursalat ayat 30 إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ → Al-Kautsar ayat 1 آبَاؤُهُمْ → Yasiin ayat 6 عَلَىٰ أَكْثَرِهِمْ → Yasiin ayat 7 |