Kerajaan Kutai dianggap sebagai kerajaan Hindu-Buddha tertua di Indonesia. Hal ini didasarkan pada peninggalan sejarah berupa Yupa yang diperkirakan berasal dari abad ke-5 Masehi.
Pusat Kerajaan Kutai terletak di daerah Muarakaman di tepi Sungai Mahakam. Namun wilayah kekuasaannya cukup luas, yakni mencakup hampir seluruh Kalimantan Timur.
Dari Yupa diketahui pula corak kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya Kerajaan Kutai. Ingin tahu lebih banyak tentang kerajaan satu ini? Simak penjelasannya berikut ini:
Kehidupan Politik Kerajaan Kutai
Yupa menjelaskan tentang silsilah para pemimpin Kerajaan Kutai. Adapun raja-raja yang pernah pemimpin Kutai yakni:
Kudungga merupakan pendiri Kerajaan Kutai. Kudungga awalnya merupakan seorang kepala suku. Dilihat dari namanya, Kudungga masih menggunakan nama lokal yang tidak berbau India.
Oleh sebab itu para ahli berpendapat saat Kudungga menjadi raja pengaruh agama Hindu baru mulai masuk ke nusantara. Kudungga kemudian mewariskan tahta kepada keturunannya.
Kudungga mempunyai putra bernama Aswawarman yang menjadi raja. Dalam Yupa ia disebut seperti Dewa Ansuman [Dewa Matahari] dan memiliki julukan Wamsakerta atau pembentuk keluarga/dinasti Hindu.
Alasannya adalah karena Aswawarman diperkirakan merupakan raja pertama yang telah menganut agama Hindu saat ia memimpin.
Beberapa ahli mengatakan bahwa saat Kudungga memimpin, ia belum menganut agama Hindu. Saat itu ia masih berperan sebagai kepala suku yang pada akhirnya mempunyai keturunan sebagai raja-raja Kutai.
Di masa pemerintahan Aswawarman, Kerajaan Kutai mulai memperluas wilayahnya. Aswawarman memiliki tiga orang putera, salah satunya adalah Mulawarman.
Mulawarman merupakan raja terbesar di Kutai. Kerajaan Kutai berada pada puncak kejayaannya di masa sang raja. Wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Saat itu rakyat Kutai diketahui hidup sejahtera dan makmur.
Potret Udara Kawasan Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimantan Timur. Foto: Faiz Zulfikar/kumparanDikutip dari buku Sejarah Indonesia Kelas X Edisi Revisi 2014 terbitan Kemdikbud, Kerajaan Kutai terletak di tepi sungai Mahakam sehingga masyarakatnya banyak berpencaharian di bidang pertanian.
Selain pertanian, mereka juga melakukan perdagangan. Bahkan diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan bangsa luar. Sebab jika dilihat dari letak geografisnya, Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara China dan India.
Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan sampai di China. Dalam pelayarannya para pedagang diperkirakan singgah terlebih dahulu di Kutai.
Oleh sebab itu Kutai semakin ramai dan rakyat hidup makmur. Kemakmuran Kutai tercermin dari kedermawanan Raja Mulawarman. Dikisahkan ia mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor lembu untuk para brahmana.
Dalam Prasasti Yupa tertulis bahwa masyarakat sudah banyak yang menganut agama Hindu, sehingga pola pengaturan kerajaan kepada masyarakat sangat teratur seperti pemerintahan Kerajaan India.
Masyarakat di Kerajaan Kutai dapat menerima unsur budaya luar [India], namun tetap memelihara dan melestarikan budayanya sendiri.
Contohnya prasasti berbentuk Yupa yang menggunakan huruf Pallawa menunjukkan adanya pengaruh dari India Selatan. Sedangkan Yupa sendiri merupakan bentuk perkembangan dari menhir, kebudayaan asli nenek moyang bangsa Indonesia zaman Megalitikum.
Kehidupan budaya Kerajaan Kutai juga sudah maju. Hal ini dibuktikan dengan upcacara penghinduan Vratyastoma. Di masa Raja Mulawarman, upacara tersebut telah dipimpin oleh pendeta Brahmana yang merupakan orang lokal.
Artinya kala itu telah ada kaum Brahmana asli nusantara yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, khususnya penguasaan terhadap bahasa Sansekerta.
KOMPAS.com - Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martapura adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia.
Kerajaan yang berdiri pada abad ke-4 ini terletak di daerah Muara Kaman, yang berada di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Keberadaan Kerajaan Kutai diketahui melalui penemuan tujuh buah prasasti Yupa, yang ditulis dengan huruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta.
Dari prasasti tersebut, diketahui bahwa kejayaan Kerajaan Kutai terjadi pada masa pemerintahan Raja Mulawarman.
Selain itu, dari prasasti Yupa juga dapat diketahui mengenai kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya Kerajaan Kutai.
Lalu, bagaimana kondisi kehidupan masyarakat Kerajaan Kutai?
Baca juga: Prasasti Yupa: Fungsi dan Isinya
Kehidupan politik Kerajaan Kutai
Pendiri Kerajaan Kutai, Kudungga, awalnya diperkirakan merupakan seorang kepala suku lokal.
Hal itu didasarkan pada namanya, yang belum tersentuh budaya Hindu-Buddha. Selain itu, pendapat lain meyakini Raja Kudungga belum memeluk agama Hindu saat mendirikan Kutai.
Sementara pengaruh Hindu-Buddha baru masuk pada masa pemerintahannya. Setelah turun takhta, Kudungga digantikan oleh Asmawarman sebagai raja.
Dalam prasasti Yupa, disebutkan bahwa Asmawarman dianggap seperti Dewa Ansuman atau Dewa Matahari.
Asmawarman juga mendapat julukan Wamsakerta atau pembentuk keluarga/dinasti Hindu dalam prasasti Yupa. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai raja Kutai pertama yang memeluk Hindu.
Setelah Asmawarman turun takhta, Kerajaan Kutai dipimpin oleh putranya, Raja Mulawarman.
Baca juga: Kerajaan Kutai: Masa Kejayaan, Silsilah Raja, dan Peninggalan
Pada masa kepemimpinan Mulawarman inilah, Kerajaan Kutai mengalami kejayaan yang dibuktikan dengan wilayah kekuasaannya yang mencapai seluruh Provinsi Kalimantan Timur sekarang.
Selain itu, Raja Mulawarman disebut pernah mengadakan upacara persembahan 20.000 ekor lembu untuk kaum Brahmana.
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai
Letak Kerajaan Kutai yang berada di tepi Sungai Mahakam berdampak pada banyaknya masyarakat yang bekerja di bidang pertanian.
Selain itu, ada juga yang berdagang, bahkan dengan negeri-negeri asing, seperti China dan India, karena letaknya yang berada di jalur perdagangan.
Pasalnya, wilayah Kutai dilewati jalur perdagangan yang menghubungkan Selat Makassar, Filipina, hingga ke China.
Masyarakat Kerajaan Kutai pun hidup makmur karena perdagangannya cukupp ramai dan hasil pertaniannya melimpah.
Di samping itu, salah satu mata pencarian masyarakat Kutai adalah beternak. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan prasasti Yupa, yang menyatakan bahwa Raja Mulawarman pernah mengadakan upacara persembahan 20.000 ekor lembu untuk kaum Brahmana.
Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Kutai
Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Kutai
Seperti disebut pada prasasti Yupa, masyarakat Kerajaan Kutai banyak yang menganut agama Hindu.
Meski menganut agama Hindu, yang berasal dari India, masyarakat Kutai tetap melestarikan budaya lokalnya.
Kehidupan budaya Kutai juga sudah maju, yang dibuktikan dengan adanya upacara Vratyastoma.
Upacara ini diselenggarakan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, di mana pemimpin upacaranya adalah seorang Brahmana yang merupakan orang asli Kutai.
Dengan adanya seorang Brahmana asli Kutai, menandakan bahwa masyarakatnya memiliki kesadaran akan ilmu pengetahuan yang tinggi.
Referensi:
- Aidah, Siti Nur. [2020]. Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia. Bojonegoro: KBM Indonesia.