Jelaskan mengapa petugas dilarang memakai perhiasan secara berlebihan

Peraturan dan Tata Tertib Laboratorium

Praktikum

  1. Mahasiswa yang diperkenankan menggunakan laboratorium dan melakukan praktikum adalah mahasiswa yang terdaftar secara akademik (praktikan).
  2. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai, keterlambatan lebih dari 5 menit sejak praktikum dimulai, praktikan dianggap tidak hadir.
  3. Jika berhalangan hadir, praktikan harus dapat memberikan keterangan tertulis dan resmi terkait dengan alasan ketidakhadirannya.
  4. Jika berhalangan hadir dan hendak mengganti praktikum pada hari yang lain, praktikan wajib meminta rekomendasi tertulis terlebih dahulu dari koordinator pembimbing praktikum.
  5. Praktikan memasuki ruang laboratorium dengan telah mengenakan jas praktikum.
  6. Praktikan wajib membawa lembar kerja praktikum, serbet, dan masker.
  7. Praktikan mengisi daftar absensi dengan menunjukkan segala sesuatu yang wajib dibawa.
  8. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, atau merokok di dalam laboratorium selama praktikum berlangsung.
  9. Praktikan tidak diperbolehkan bersenda gurau yang mengakibatkan terganggunya kelancaran praktikum.
  10. Praktikan bertanggung jawab atas peralatan yang dipinjamnya, kebersihan meja masing-masing, serta lantai disekitarnya.
  11. Setalah menggunakan reagen, praktikan wajib meletakkan kembali pada tempatnya semula.
  12. Praktikan dilarang menghambur-hamburkan reagen praktikum dan membuang sisa bahan praktikum dengan memperhatikan kebersihan dan keamanan.
  13. Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta izin kepada dosen atau asisten jaga.

Keamanan & Keselamatan Kerja

  1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
  2. Sediakanlah alat-alat yang akan digunakan di atas meja dan simpan yang tidak digunakan di dalam lemari.
  3. Gunakan peralatan kerja seperti masker, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.
  4. Zat yang akan dianalisis disimpan dalam tempat tertutup agar tidak terkena kotoran yang mempersulit analisis.
  5. Dilarang menggunakan perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
  6. Dilarang menggunakan sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
  7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
  8. Hindari menghisap langsung uap bahan kimia, tetapi kipaslah uap tersebut dengan tangan ke muka anda.
  9. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.
  10. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.
  11. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
  12. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula agat terhindar dari kontaminasi.
  13. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah melakukan praktikum.
  14. Apabila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agat tidak menyebar.
  15. Apabila meja praktikum basah, segera keringkan dengan kain.
  16. Hindarkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter, kloroform, dan sebagainya.
  17. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan luka bakar seperti asam-asam pekat, basa-basa kuat dan oksidator kuat.
  18. Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan menghasilkan gas-gas beracun dilakukan di almari asam.
  19. Dilarang memanaskan zat dalam gelas ukur/labu ukur.
  20. Apabila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera kepada dosen atau asisten jaga.

Oleh: Kartika Wulan Sari

Pada era new normal saat ini masyarakat membutuhkan makanan yang tidak hanya bergizi untuk menjaga imunitasnya dalam menghadapi penyebaran virus COVID-19, namun juga perlu makanan yang aman untuk dikonsumsi. Hal ini merupakan peluang untuk memperkuat keamanan pangan nasional. Salah satu faktor kunci dalam peningkatan keamanan pangan yaitu kompetensi sumber daya manusia (personal hygiene). Apabila penanganan bahan pangan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan hingga penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik dan tepat maka berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap konsumen yaitu keracunan makanan. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 29% penyebab munculnya berbagai kasus keracunan di Indonesia karena faktor higiene perorangan. Seringkali kontaminasi berasal dari karyawan yang mengolah makanan. Kontaminasi ini terjadi karena adanya kontak langsung antara anggota tubuh karyawan dengan makanan, baik yang disengaja maupun tidak.

Karyawan perlu memiliki pengetahuan dasar tentang bahan pangan, sanitasi dan higiene personal (perilaku, kesehatan dan kebersihan individu), cara pengolahan pangan yang baik (CPPB) dan keamanan pangan agar di dalam kegiatan sehari-hari dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar tentang produksi pangan yang aman. Oleh karena itu, jika peraturan pedoman tentang personal higiene telah diterbitkan oleh pemangku kebijakan, maka para karyawan perlu diberi pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi karyawan. Pelatihan yang rutin dan relevan dapat mendorong kesadaran sikap dan perilaku karyawan dalam memastikan keamanan dan mutu pangan. Selanjutnya, pengelola usaha harus melakukan pengawasan perilaku karyawan dan pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala.

Penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat penting dilakukan oleh setiap food handler dan karyawan. Hal yang perlu diketahui sumber cemaran dari tubuh yaitu hidung, mulut, telinga, rambut, isi perut, kulit, yang merupakan habitat dari berbagai jenis mikroorganisme, dan terkadang juga mengandung bakteri patogen.  Dengan mengetahui sumber cemaran yang berasal dari tubuh, maka karyawan perlu menjaga kebersihan diri agar sumber cemaran ini dapat diminimalisir.

Cara-cara yang umum untuk menjaga  kebersihan diri adalah sebagai berikut:

  • Karyawan harus selalu menjaga kebersihan tubuh dengan cara mandi dan menyikat gigi secara benar dan teratur dengan sabun dan air bersih sehingga seluruh tubuh menjadi bersih. Karyawan harus selalu memakai pakaian kerja yang bersih dengan cara mengganti baju khusus kerja sebelum memasuki area produksi dan melepasnya sebelum pulang kerja. Karyawan juga perlu memakai sepatu yang tertutup. Karyawan harus dalam kondisi sehat. Karyawan yang mengalami luka terbuka, harus menutup luka dengan baik.
  • Telapak tangan merupakan bagian yang paling sering kontak dengan bahan pangan, sehingga harus selalu dijaga kebersihannya, kuku  dipotong  pendek dan dilarang mengecat kuku,  sebab di dalam  kuku terkumpul  kotoran  yang  menjadi sumber  bakteri patogen  yang berpotensi mencemari makanan. Karyawan  harus  selalu  mencuci  tangan  dengan  sabun dan air mengalir selama 20 detik sebelum dan sesudah bekerja,  setelah  menangani  bahan mentah,  atau  bahan/alat  yang  kotor, membuang ingus (nose blowing) setelah keluar dari toilet.
  • Kulit mengandung kelenjar yang mengeluarkan keringat dan minyak serta merupakan sumber bakteri Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus, Streptococcus, dan Salmonella, maka kondisi kulit harus selalu dijaga dalam keadaan bersih, terutama di jari dan telapak tangan yang kontak langsung dengan makanan.
  • Rambut juga merupakan sumber mikroorganisme Staphylococcus aureus dan Pityrosporum sehingga kondisi rambut harus dalam keadaan bersih dengan cara keramas secara teratur dan dijaga supaya tidak berketombe.  Rambut harus disisir rapi, diikat dan ditutup dengan topi atau penutup kepala (hair net). Topi dan penutup kepala harus bersih.
  • Beragam jenis mikroorganisme juga ditemukan di derah mulut, hidung, dan tenggorokan, oleh karena itu para karyawan wajib menggunakan masker untuk menutupi hidung dan mulut sehingga mencegah penyebaran percikan droplet bakteri saat bicara, batuk, atau bersin ke makanan. Masker yang sudah digunakan sebaiknya diganti dan hindari penggunaan masker secara berulang karena mikrobia yang keluar saat bernafas dapat menempel pada masker dan berpotensi menimbulkan penyakit pernafasan.
  • Pada saat kerja sebaiknya mengenakan pakaian kerja sesuai standar operasional prosedur seperti: celemek/apron, penutup kepala (hair net), masker, sarung tangan dan sepatu kedap air. Apabila kontak langsung dengan makanan maka harus menggunakan sarung tangan plastik sekali pakai (disposal), penjepit makanan, dan sendok garpu untuk memilih atau mengambil makanan. Jangan langsung bersentuhan dengan tangan. Pastikan makanan selalu terbungkus/tertutup rapi.
  • Karyawan yang terlibat langsung dengan pengolahan dan penyajian makanan sebaiknya menggunakan kosmetika dan perhiasan yang tidak berlebihan/mencolok, bahkan disarankan tidak menggunakan perhiasan, khususnya saat sedang mengolah dan menyajikan makanan, kecuali cincin kawin yang tidak berhias (polos). Jika karyawan sakit atau baru sembuh dari sakit dan diduga masih membawa sumber penyakit tidak diperkenankan kontak dengan bahan pangan dan masuk ke ruang produksi.

Perempuan itu identik dengan perhiasan. Dan kata perhiasan dapat diartikan sebuah benda yang digunakan untuk merias atau mempercantik diri. Perhiasan biasanya terbuat dari emas ataupun perak dan terdiri dari berbagai bentuk mulai dari cincin, kalung, gelang, liontin, dan lain sebagainya. Sejak pertama kali saya memasuki dunia pendidikan dan menemani anak-anak bermain sambil belajar dijenjang Taman Kanak-Kanak, mata saya selalu tertuju pada sebuah perhiasan yang melingkar di jari, pergelangan tangan dan leher yang biasa disebut cincin, gelang dan kalung yang dipakai murid baru disetiap awal tahun pelajaran.

Saat berada di lingkungan sekolah, saya selalu mengamati hal itu. Ketika saya berada di dalam kelas dan melihat anak didik saya ada yang memakai perhiasan itu, saya selalu mengingatkan supaya perhiasan itu disimpan saja di rumah dan dipakai pada waktu-waktu tertentu seperti acara resepsi pernikahan atau pun yang lainnya. Namun entah mengapa hal seperti itu selalu terulang lagi di setiap tahunnya.

Ada sebuah peristiwa yang bisa saya ceritakan disini dan bisa menjadi sebuah pembelajaran buat kita bersama. Kisah ini terjadi waktu saya masih mengajar di lembaga yang berada di lingkungan kota yang nota bene siswa-siswinya anak orang kelas menengah ke atas.

Pada suatu hari saya pernah bercakap-cakap dengan murid perempuan yang saat itu memakai perhiasan lengkap satu set ke sekolah. Sebut saja dia dengan nama Dina (nama samaran) yang memang anak orang kaya. Dina hanya 2 bersaudara. Setiap harinya Dina dan adiknya sejak dari kecil oleh orang tuanya dibiasakan memakai perhiasan lengkap satu set. Dan itupun terbawa sampai sekarang ketika mereka sudah sekolah tidak pernah dilepasnya. Tangan kanan dan kirinya memakai gelang dan cincin semua. Sampai akhirnya Dina saya nasehati supaya perhiasannya dilepas dan disimpan dirumah saja.

Namun saya sempat kaget juga mendengar jawaban Dina yang balik bertanya kepada saya: “Bu, kenapa bu guru itu (sambil menunjuk guru kelas lain) boleh memakai perhiasan waktu sekolah? Bu kepala sekolah juga pakai perhiasan, kenapa saya tidak boleh?” Spontan saya pun langsung menjawab: “Oiya, besok saya tak bilang sama bu kepala sekolah sama bu guru itu....”. Anak yang cerdas, pemberani dan peka terhadap lingkungan di sekitarnya, kataku dalam hati.

Dari cerita tersebut di atas kita bisa memetik sebuah pelajaran yang sangat berharga bahwa ketika peraturan agar tidak memakai perhiasan berlebihan saat berada di sekolah itu berlaku bagi siswa, maka bagi para guru pun peraturan itu juga otomatis juga harus berlaku. Karena kiblatnya para siswa selain orang tua adalah guru. Posisi guru juga sejajar dengan orang tua. Sebab guru adalah orang tua siswa ketika mereka berada di lingkungan sekolah. Selain memakai perhiasan yang berlebihan saat berada di lingkungan sekolah itu dapat menimbulkan kejahatan, ternyata memakai perhiasan yang diluar batas kewajaran itu juga dapat mengganggu kesehatan.

Seseorang bisa mengalami gangguan kesehatan ketika menggunakan emas dibagian tubuh tertentu. Menurut sebuah penelitian, memakai emas ternyata bisa mengganggu kesehatan seseorang. Sebagaimana yang dikutip dalam Genius Beauty, emas bisa merangsang dan membangkitkan semua proses yang terjadi dalam otak manusia.

Penggunaan emas pada tubuh bisa menyebabkan terjadinya masalah kesehatan yang berhubungan dengan sistem saraf secara keseluruhan. Salah satu dampak negatif yang tergolong ringan akibat penggunaan emas adalah depresi. Hal inilah yang menyebabkan tidak semua orang bisa menggunakan emas. Bahkan silau emas bisa mengakibatkan kejang bagi penderita epilepsi. Karena itu, dokter menyarankan untuk mengganti perhiasan emas dengan perak yang lebih memiliki dampak positif bagi sistem saraf.

Para ahli kesehatan juga mengingatkan agar tidak memakai cincin yang terlalu kecil sehingga bisa memberi tekanan pada jari. Pemakaian cincin sempit dalam jangka panjang bisa mengakibatkan gangguan sistem kapiler. Segera lepaskan perhiasaan anda terutama yang berasal dari bahan tambang bila terasa tidak nyaman.

Selain tidak bagus untuk kesehatan, dampak negatif lain dari memakai perhiasan saat mereka berada di lingkungan sekolah, yaitu :

1. Dapat menimbulkan kejahatan yang dapat mengancam nyawa anak tersebut. Kejahatan yang dapat terjadi,seperti penjambretan, penganiayaan bahkan sampai pada pembunuhan.

2. Dapat menimbulkan kesenjangan sosial antar siswa.