Jelaskan perilaku orang yang mengamalkan asmaul husna al gani

Dalam menjalani kehidupan sehari hari alangkah baiknya kita mencontoh Arti dari sebuah nama Asmaul Husna, Jika kita melakukan Perilaku – perilaku dalam Asmaul husna dalam kehidupan sehari hari pasti hidup mendapatkan ketenangan. Kali ini penulis akan memberikan Contoh Perilaku Asmaul Husna dalam Kehidupan Sehari – Hari, Mari simak Artikel ini :

7 Contoh Perilaku Asmaul Husna dalam Kehidupan

  1. Perilaku Asmaul Husna yang pertama, Menjadi orang yang dermawan Sifat dermawan adalah sifat Allah Swt. al-Karim [Maha Pemurah], sehingga sebagai wujud keimanan tersebut, kita harus menjadi orang yang pandai membagi kebahagiaan kepada orang lain baik dalam bentuk harta atau bukan. Wujud kedermawanan tersebut, misalnya seperti berikut.
  • Selalu menyisihkan uang jajan untuk kotak amal setiap hari Jum’at yang diedarkan oleh petugas Rohis.
  • Membantu teman yang sedang dalam kesulitan.
  • Menjamu tamu yang datang ke rumah sesuai dengan kemampuan.
  1. Perilaku Asmaul Husna yang kedua, Menjadi orang yang jujur dan dapat memberikan rasa aman Wujud dari meneladani sifat Allah Swt al-Mu’min adalah seperti berikut.
  • Menolong teman/orang lain yang sedang dalam bahaya atau ketakutan.
  • Menyingkirkan duri, paku, atau benda lain yang ada di jalan yang dapat membahayakan pengguna jalan.
  • Membantu orang tua atau anak-anak yang akan menyeberangi jalan raya.
  1. Perilaku Asmaul Husna yang ketiga, Senantiasa bertawakkal kepada Allah Swt. Wujud dari meneladani sifat Allah Swt. al-Wakil dapat berupa hal-hal berikut.
  • Menjadi pribadi yang mandiri, melakukan pekerjaan tanpa harus merepotkan orang lain.
  • Bekerja/belajar dengan sunguh-sungguh karena Allah Swt. tidak akan mengubah nasib seseorang apabila orang tersebut tidak mau berusaha.
  1. Perilaku Asmaul Husna yang keempat, Menjadi pribadi yang kuat dan teguh pendirian Perwujudan meneladani dari sifat Allah Swt. al-Matin dapat berupa hal-hal berikut.
  • Tidak mudah terpengaruh oleh rayuan atau ajakan orang lain untuk melakukan perbuatan tercela.
  • Kuat dan sabar dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan yang dihadapi.
  1. Perilaku Asmaul Husna yang kelima, Berkarakter pemimpin Pewujudan meneladani sifat Allah Swt. al-Jāmi’, di antaranya seperti berikut.
  • Mempersatukan orang-orang yang sedang berselisih.
  • Rajin melaksanakan śalat berjama’ah.
  • Hidup bermasyarakat agar dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
  1. Perilaku Asmaul Husna yang keenam, Menjadi orang yang bertakwa Meneladani sifat Allah Swt. al-Ākhir adalah dengan cara seperti berikut.
  • Selalu melaksanakan perintah Allah Swt. seperti śalat lima waktu, patuh dan hormat kepada orang tua dan guru, puasa, dan kewajiban lainnya.
  • Meninggalkan dan menjauhi semua larangan Allah Swt. seperti mencuri, minum-minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, melawan orang tua, dan larangan lainnya.
  1. Perilaku Asmaul Husna yang ketuju, Berlaku adil Perwujudan meneladani sifat Allah Swt. al-‘Adl, misalnya seperti berikut.
  • Tidak memihak atau membela orang yang bersalah, meskipun orang tersebut saudara atau teman kita.
  • Menjaga diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dari kezaliman.

 Baca Juga :

Demikian artikel tentang Perilaku Asmaul Husna dalam kehidupan sehari hari, jangan lupa mengamalkan nama – nama asmaul husna setiap hari ya, agar kita mendapatkan lindungan dan berkah dari asmaul husna. Semoga Bermanfaat dan sekian terima kasih.



  • Hukum Riba dan Syarat Syarat Jual Beli Dalam Islam
  • Memahami Makna, Hukum Menuntut Ilmu dan Keutamaannya
  • 7 Perilaku Asmaul Husna Dalam Kehidupan Sehari Hari
  • 10 Nama – Nama Malaikat Berserta Tugasnya
  • Memahami Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam


tirto.id - Asmaul Husna Al Ghaniy artinya Yang Maha Kaya. Allah SWT memiliki 99 nama yang baik atau disebut dengan “Asmaul Husna.” Umat Islam sebaiknya mengetahui, paham, dan mengamalkan Asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bentuk perilaku, sifat, maupun wirid. Hal ini dilakukan karena Asmaul Husna memiliki banyak rahasia keutamaan dan manfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Dilansir dari laman NU Online, Asmaul Husna memiliki banyak keistimewaan seperti satunya sebagai doa. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Allah SWT melalui firman-Nya dalam Surah Al A’raf ayat 180 berikut: وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ - ١٨٠ Arab Latin:

Wa lillāhil-asmā`ul-ḥusnā fad'ụhu bihā wa żarullażīna yul-ḥidụna fī asmā`ih, sayujzauna mā kānụ ya'malụn

Artinya:

“Dan Allah memiliki Asma'ul-husna [nama-nama yang terbaik], maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”[QS. Al A'raf [7]: 180]

Arti Asmaul Husna Al Ghaniy


Al Ghaniy adalah salah satu dari Asmaul Husna yang dimiliki oleh Allah SWT. Asmaul Husna Al Ghaniy memiliki arti Yang Maha Kaya. Al Ghaniy berasal dari kata ghaniya yang berarti kaya.

Akar kata Al Ghaniy dalam bahasa Arab Klasik memiliki beberapa arti lain seperti bebas dari keinginan atau kebutuhan berkecukupan, mandiri untuk dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain untuk terpuaskan, kaya raya, banyak harta, dan berkembang.

Asmaul Husna Al Ghaniy secara sederhana memiliki makna bahwa Allah SWT merupakan Dzat yang berkecukupan dan mandiri.

Allah SWT memiliki harta dan kekayaan yang menjadi tempat bergantungnya kekayaan makhlukNya.

Dilansir dari laman UIN Jakarta, Al-Ghaniy, Allah Maha Kaya, bukan sekadar kaya materi, tetapi juga kaya segala-galanya.

Tidak ada dan tidak akan pernah ada yang dapat menandingi kekayaan-Nya. Karena itu, manusia tidak selayaknya menyombongkan dan membanggakan diri lantaran kekayaan yang dimiliki-Nya. Sebab kepemilikan dan kekayaan manusia itu nisbi [relatif, semu, dan fluktuatif], sedangkan kekayaan yang meliputi segala yang ada itu bersifat mutlak.

Penyebutan terkait pemahaman Asmaul Husna Al Ghaniy ditampilkan beberapa kali di dalam Al Qur’an.

Beberapa contoh penyebutan Al Ghaniy seperti dalam Surah Muhammad ayat 38 dan Surah Al Hadid ayat 24.

Dalil Asmaul Husna Al Ghaniy dalam Al Qur’an


1. Surah Muhammad Ayat 38 هٰٓاَنْتُمْ هٰٓؤُلَاۤءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۚ فَمِنْكُمْ مَّنْ يَّبْخَلُ ۚوَمَنْ يَّبْخَلْ فَاِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَّفْسِهٖ ۗوَاللّٰهُ الْغَنِيُّ وَاَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ ۗ وَاِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْۙ ثُمَّ لَا يَكُوْنُوْٓا اَمْثَالَكُمْ ࣖ - ٣٨ Arab Latin:

Hā`antum hā`ulā`i tud'auna litunfiqụ fī sabīlillāh, fa mingkum may yabkhal, wa may yabkhal fa innamā yabkhalu 'an nafsih, wallāhul-ganiyyu wa antumul-fuqarā`, wa in tatawallau yastabdil-qauman gairakum ṡumma lā yakụnū amṡālakum

Artinya: “Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang diajak untuk menginfakkan [hartamu] di jalan Allah. Lalu di antara kamu ada orang yang kikir, dan barangsiapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah Yang Mahakaya dan kamulah yang membutuhkan [karunia-Nya]. Dan jika kamu berpaling [dari jalan yang benar] Dia akan menggantikan [kamu] dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan [durhaka] seperti kamu [ini].”[QS. Muhammad [47]: 38]

2. Surah Al Hadid Ayat 24

الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ ۗوَمَنْ يَّتَوَلَّ فَاِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ - ٢٤ Arab Latin:

Allażīna yabkhalụna wa ya`murụnan-nāsa bil-bukhl, wa may yatawalla fa innallāha huwal-ganiyyul-ḥamīd

Artinya: “yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir. Barangsiapa berpaling [dari perintah-perintah Allah], maka sesungguhnya Allah, Dia Mahakaya, Maha Terpuji.”[QS. Al Hadid [57]: 24]

Makna Membaca Asmaul Husna Al Ghaniy


Asmaul Husna Al Ghaniy dapat digunakan sebagai wirid dan zikir dalam mengingatkan diri, bahwa hanya Allah SWT yang Maha Kaya. Di samping itu, Asmaul Husna Al Ghaniy juga dapat dijadikan sebagai contoh sifat dan sikap dalam menjalani kehidupan di dunia. Pengamalan Asmaul Husna Al Ghaniy dalam diri seorang muslim dapat diwujudkan dengan menerapkan berbagai perilaku seperti hanya memohon dan meminta kepada Allah SWT, tidak sombong, menjadi muslim rendah hati, serta membantu kepada sesama.

AL-GHANIY [MAHA KAYA]

Oleh
Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin

Al-Ghaniy merupakan salah satu nama Allah Azza wa Jalla yang sangat indah. Keindahannya terletak pada nama dan makna-Nya. Nama ini, sebagaimana nama-nama Allah Azza wa Jalla lainnya, juga menunjukkan sifat kesempurnaan bagi Allah Azza wa Jalla , yaitu Kesempurnaan yang tidak mengandung unsur kelemahan sedikitpun ditinjau dari semua sudutnya.

Para ulama yang menghimpun nama-nama Allah Azza wa Jalla , mencantumkan nama ini di dalam kitab mereka.[1]

Imam al-Baihaqi [wafat th.458 H] memasukkannya ke dalam bab nama-nama Allah Azza wa Jalla yang penekanannya meniadakan penyerupaan antara Allah Azza wa Jalla dengan makhluk-Nya.[2] . Sebagai dalil bahwa al-Ghaniy merupakan nama Allah Azza wa Jalla . beliau membawakan firman Allah Azza wa Jalla :

وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ

Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan[Nya]. [Muhammad/ 47:38].

Selanjutnya, beliau rahimahullah membawakan perkataan al-Hulaimi tentang makna nama al-Ghaniy, yaitu: Bahwa Allah Azza wa Jalla Maha sempurna dengan apa yang Dia miliki dan apa yang ada disisi-Nya, Sehingga Dia tidak butuh kepada selain-Nya. Sifat tidak membutuhkan inilah yang menjadi sifat Allah Azza wa Jalla , dan sifat membutuhkan adalah sifat kekurangan. Seseorang yang membutuhkan adalah seseorang yang memerlukan apa yang dibutuhkannya hingga dapat ia capai dan ia raih.

Sementara itu, pihak yang dibutuhkan pasti memiliki kelebihan dibandingkan pihak yang membutuhkan. Jadi, segala sifat kurang tidak pernah ada pada Allah Azza wa Jalla dzat Yang Maha Qadîm [Maha terdahulu]. Sifat lemah tidak pernah ada pada-Nya, dan tidak ada siapapun yang dapat melebihi Allah Azza wa Jalla . Segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla adalah makhluk yang diciptakan dan diadakan oleh-Nya, mereka tidak memiliki kewenangan apapun atas dirinya, kecuali menurut apa yang dikehendaki dan diatur oleh Allah Azza wa Jalla . Oleh karena itu, tidak boleh dibayangkan bahwa selain Allah Azza wa Jalla masih ada yang berpeluang memiliki kelebihan atas Allah Azza wa Jalla.[3]

Di tempat lain, Imam al-Qurthubi rahimahullah dalam menafsirkan ayat di atas mengatakan: “Allah Azza wa Jalla Maha Kaya artinya, Allah Azza wa Jalla tidak membutuhkan harta benda kalian”.[4]

Imam at-Thabari juga menyatakan tafsir yang senada dalam Kitab Tafsirnya.[5]

Di samping ayat di atas, Allah Azza wa Jalla juga berfirman :

وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji. [al-Hajj/ 22:64]

Imam al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan: ” Maka Allah Azza wa Jalla tidak membutuhkan sesuatupun dan Dia Azza wa Jalla Maha terpuji dalam segala keadaan-Nya.[6]

Pada ayat yang lain Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَرَبُّكَ الْغَنِيُّ ذُو الرَّحْمَةِ

Dan Rabbmu Maha Kaya yang mempunyai sifat kasih sayang. [al-An’âm/ 6:133]

Imam al-Alûsi al-Baghdadi [wafat th.1270 H] menjelaskan: Arti ayat tesebut ialah, tidak ada satupun yang kaya dalam segala sesuatu kecuali Allah Azza wa Jalla . Allah Azza wa Jalla tidak membutuhkan hamba-Nya dan tidak membutuhkan pula untuk ibadah hamba-Nya.[7]

Demikian pula yang dikatakan oleh Imam Syaukani rahimahullah. Beliau rahimahullah mengatakan: Arti ayat tersebut adalah, Allah Azza wa Jalla Maha kaya terhadap makhluk-Nya. Dia tidak membutuhkan mereka dan tidak pula membutuhkan ibadah mereka. Iman mereka tidak memberi manfaat apapun kepada Allah Azza wa Jalla dan kekafiran mereka juga tidak mendatangkan madharat apapun kepada-Nya.[8]

Ini senada dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits qudsi, bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman:

يَاعِبَادِي! إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوْا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوْا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي. يَاعِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، كَانُوْا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِي شَيْئًا. يَاعِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، كَانُوْا عَلَى أَفْجَرِقَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا. رواه مسلم

Artinya : ” Wahai para hambaKu! Sesungguhnya kalian tidak akan mampu mencapai tingkat yang dapat membahayakanKu, dan tidak pula akan mampu mencapai tingkat yang dapat memberi manfaat kepadaKu. Wahai para hambaKu! Sesungguhnya jika makhluk pertama hingga makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia, semuanya menjadi satu hati yang paling bertakwa di antara kalian, tidaklah yang demikian itu akan menambahkan kekuasaanKu sedikitpun. Wahai para hambaKu! Sesungguhnya jika makhluk pertama hingga makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia, semuanya menjadi satu hati yang paling jahat di antara kalian, tidaklah yang demikian itu akan mengurangi kekuasaanKu sedikitpun”. [Hadits Qudsi Shahîh Riwayat Imam Muslim][9]

Baca Juga  Syarah Nama Allah, Asy-Syakûr

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah [wafat th. 795 H] menjelaskan hadits Qudsi di atas sebagai berikut: [10]

Allah Azza wa Jalla :

يَاعِبَادِي! إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوْا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوْا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي

Artinya : ” Wahai para hambaKu! Sesungguhnya kalian tidak akan mampu mencapai tingkat yang dapat membahayakanKu, dan tidak pula akan mampu mencapai tingkat yang dapat memberi manfaat kepadaKu.

Maknanya, para hamba Allah Azza wa Jalla tidak akan mampu menimpakan madharat kepada Allah Azza wa Jalla dan tidak akan mampu memberikan manfaat kepada-Nya, sebab Allah Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Ghaniy [Maha kaya] dan Maha terpuji. Dia tidak membutuhkan ketaatan-ketaatan para hamba-Nya. Ketaatan para hamba tidak bermanfaat bagi Allah Azza wa Jalla , tetapi merekalah yang mengambil manfaat dengan ketaatannya kepada Allah Azza wa Jalla. Begitu pula, Allah tidak mengalami bahaya apapun jika mereka durhaka kepada-Nya, tetapi merekalah yang akan mengalami bahaya jika mereka durhaka kepada Allah Azza wa Jalla . Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ ۚ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا

Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah Azza wa Jalla sedikitpun. [Ali-Imrân/ 3:176]

Kemudian firman Allah Azza wa Jalla dalam hadits Qudsi di atas:

يَاعِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، كَانُوْا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِي شَيْئًا. يَاعِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ، كَانُوْا عَلَى أَفْجَرِقَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا

Wahai para hambaKu! Sesungguhnya jika makhluk pertama hingga makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia, semuanya menjadi satu hati yang paling bertakwa di antara kalian, yang demikian itu tidaklah menambahkan kekuasaanKu sedikitpun. Wahai para hambaKu! Sesungguhnya, jika makhluk pertama hingga makhluk terakhir dari kalian, baik jin maupun manusia, semuanya menjadi satu hati yang paling jahat di antara kalian, tidaklah yang demikian itu akan mengurangi kekuasaanKu sedikitpun.

Hadits ini merupakan isyarat bahwa kekuasaan Allah Azza wa Jalla tidak akan bertambah dengan ketaatan para hamba-Nya, meskipun semua berkumpul menjadi orang bertakwa.. Demikian pula, kekuasaan Allah Azza wa Jalla akan berkurang dengan kedurhakaan para hamba-Nya meskipun mereka semua, baik jin maupun manusia, menjadi satu untuk durhaka kepada Allah Azza wa Jalla. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla adalah Dzat Yang Ghaniy [Maha Kaya], tidak membutuhkan apapun kepada selain-Nya. Dia memiliki kesempurnaan yang mutlak, baik Dzat, sifat maupun perbuatan-perbuatan-Nya. Kekuasaan Allah Azza wa Jalla adalah kekuasaan sempurna yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun, dalam semua seginya. [Sampai di sini perkataan Ibn Rajab secara ringkas dan bebas].

Kemudian terkait dengan perintah Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا

Hanya milik Allah Azza wa Jalla lah Asmâ-ul Husnâ [nama-nama yang sangat indah], maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut/mengingat Asmâ-ul Husnâ itu. [al-A’râf/ 7:180]

Maka, berdoa kepada Allah Azza wa Jalla dengan menyebut atau mengingat nama al-Ghaniyu meliputi dua bentuk :

Pertama : Jika yang dimaksud berdoa adalah memohon, misalnya, ketika seseorang hendak memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar kebutuhan-kebutuhan moral maupun materinya dipenuhi, hendaknya ia terlebih dahulu menyebut nama al-Ghaniy.

Kedua : Jika yang dimaksud berdoa adalah beribadah secara umum, maka hendaknya seseorang melakukan peribadatan kepada Allah Azza wa Jalla dengan penuh kesadaran, penuh semangat, penuh rasa harap, dan dengan cara yang benar, mengingat Allah Azza wa Jalla adalah al-Ghaniy, Rabb yang Maha Kaya. Manusia sangat butuh beribadah kepada Allah Azza wa Jalla agar mendapatkan kasih sayang serta ridha-Nya, sedangkan Allah Azza wa Jalla Maha Kaya, tidak membutuhkan segala ibadah manusia.

Begitulah sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimin rahimahullah, bahwa berdoa kepada Allah Azza wa Jalla meliputi dua pengertian, yaitu berdoa dalam arti memohon dan berdoa dalam arti beribadah secara umum.[11]

Sebagai penutup, ada beberapa faidah yang secara garis besar dapat diambil dari pengenalan terhadap nama Allah Azza wa Jalla ; al-Ghaniy. Diantaranya:

1. Akan menjadikan seseorang semakin bergantung dan bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla , sebab ia meyakini Allah Azza wa Jalla Maha Kaya. Hal ini akan menjadikannya selalu tenteram dalam menjalani kehidupan.

Baca Juga  Keutamaan Memahami Nama-Nama Dan Sifat-Sifat Allah Azza Wa Jalla

2. Akan membentuknya menjadi penuh harap kepada Allah Azza wa Jalla .

3. Akan menjadikan orang bersikap tawâdhu’ [rendah hati], tidak pernah sombong apalagi terhadap Allah Azza wa Jalla , karena ia ingat bahwa Allah Azza wa Jalla Maha Kaya, Maha tidak membutuhkan dirinya dan tidak membutuhkan ibadah serta ketaatannya.

4. Akan menjadikan orang tersebut selalu bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla, karena Dia-lah yang mencukupi segala kebutuhannya.

5. Akan menjauhkan seseorang dari memohon kepada selain Allah Azza wa Jalla, karena mereka tidak akan mungkin mampu memenuhi segala kebutuhannya. Hanya Allah Azza wa Jalla , al-Ghaniy, yang Maha Kaya dan memenuhi segala kebutuhannya.

Demikianlah, maka hendaknya kaum Muslimin berusaha lebih mengenal, memahami, menghayati dan menjalankan konsekuensi dari nama al-Ghaniy ini. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun. Allâhu Akbar Wa Lillâhi al-Hamdu. Wallâhu a’lam.

Marâji’ 1. Shahîh Muslim Syarh Nawawi, tahqîq : Khalil Ma’mun Syîha, Dâr al-Ma’rifah, Beirut, cet. III, 1417 H/1996 M. 2. Al-Asmâ’ was Shifât, karya Imam al-Baihaqiy, tahqîq : Abdullah bin ‘Âmir, Dâr al-Hadîts, Kairo, 1426 H/2005 M. 3. Tafsir al-Qurthbi, yaitu al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, Dâr al-Kitâb al-‘Arabi, Beirut- Libanon, tahqîq : Abdur Razzâq al-Mahdi, cet. II – 1420 H/1999 M. 4. Jâmi’ al-Bayân ‘An Ta’wîl Âyi al-Qur’ân, Dhabth wa ta’lîq: Mahmud Syakir. Dâr Ihyâ’ at-Turâts al-‘Arabi, Beirut – Libanon, cet. I – 1421 H/2001 M. 5. Rûh al-Ma’âni Fî Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm wa as-Sab’i al-Matsâni, karya Imam al-Alusi al-Baghdâdi, tahqiiq : Muhammad Ahmad al-Amad & Umar Abdus Salam as-Salâmi, Dâr Ihyâ’ at-Turâts al-‘Arabi, Beirut, Libanon, cet. I dari terbitan terbaru th. 1420 H/2000 M 6. Fathu al-Qadîr, karya Imam asy-Syaukani 7. Îqâzh al-Himam al-Muntaqâ min Jâmi’ al-‘Ulûm wa al-Hikam oleh al-Hâfizh Ibnu Rajab al-Hanbali, karya Syaikh Abu Usâmah Sâlim bin ‘Îd al-Hilâliy, Dâr Ibnu al-Jauzi, cet. VII, Muharam 1425 H.

8. Al-Qawâ’id al-Mutslâ Fî Shifâtillah wa Asmâ’ihi al-Husnâ, karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin, tahqîq : Asyraf bin Abdul Maqshûd bin Abdur Rahîm, Maktabah as-Sunnah- Kairo, cet. I, 1411 H/1990 H.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề