Jelaskan sebab terjadinya perilaku menyimpang dari sudut pandang kriminologi

Follow @HediSasrawan

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan [agama] secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.

Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

  1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri [sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir].

  2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar [lingkungan]. Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat dijelaskan secara lebih rinci sebab terjadinya perilaku menyimpang. Berikut adalah sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang:

  1. Perbedaan status [kesenjangan] sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah pencurian dan saling ejek.

  2. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan kedalam kepribadiannya maka seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan perilaku yang tidak pantas bagi masyarakat di sekitarnya.

  3. Sikap mental yang tidak sehat membuat orang tidak pernah merasa bersalah atau menyesali perilakunya yang dianggap menyimpang.

  4. Kriminolog Italia Cesare Lombroso berpendapat bahwa orang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas, tangan-tangan, jari-jari kaki serta tangan relatif besar, dan susunan gigi yang abnormal.

  5. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu dapat membuat seseorang ingin meniru tokoh yang ada di tayangan tersebut walaupun itu adalah termasuk perilaku menyimpang.

  6. Penyimpangan karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang. Subkebudayaan adalah suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib masyarakat.

  7. Lingkungan pergaulan sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku seseorang. Biasanya orang akan mengikuti dan beradaptasi dengan lingkungan pergaulannya walaupun itu sudah termasuk perilaku menyimpang.

  8. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.

  9. Banyaknya pemuda yang putus sekolah menyebabkan hilangnya kesempatan untuk mencari kerja. Akibatnya mereka harus menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang walaupun itu termasuk perilaku menyimpang seperti mengemis atau mencuri.

  10. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok yang berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut akan cenderung membuatnya mengidentifikasi diri dengan kelompokyang paling dihargainya. Dalam hubungan ini individu akan memperoleh pola-pola sikap dari perilaku kelopoknya. Jika perlaku kelompok tersebut menyimpang maka kemungkinan besar ia juga akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang.

  11. Ketidakharmonisan keluarga memicu stres terutama pada anak remaja. Mereka menjadi semakin labil karena tidak mendapat perhatian dari orangtuanya.

  12. Mencari perhatian juga menjadi sebab terjadinya perilaku menyimpang. Kemungkinan itu disebabkan oleh kurangnya perhatian dari orangtua dan gurunya sehingga dia selalu berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang lain walaupun itu menyimpang.

  13. Dorongan ekonomi biasanya menjadi faktor utama untuk melakukan suatu perilaku menyimpang. Contoh adalah seperti orang yang mencuri karena terdesak dengan kebutuhan pokoknya yang tidak terpenuhi.

  14. Kegagalan dalam proses sosialisasi. Keluarga inti maupun keluarga luas bertanggung jawab terhadap penanaman nilai dan norma pada anak. Kegagalan proses pendidikan dalam keluarga menyebabkan terjadinya penyimpangan.

  15. Labelling. Faktor pelabelan pertama kali di ungkapkan oleh Edwin M. Lemert dalam teori pelabelan. Menurutnya seseorang melakukan perilaku menyimpang diberi cap [label negatif] oleh masyarakat.

Semoga bermanfaat, Tetap Semangat! | Materi Pelajaran

Berikut ini adalah artikel tentang penyimpangan sosial, penyebab penyimpangan sosial, faktor penyebab penyimpangan sosial, sebab sebab perilaku menyimpang, faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang, teori teori perilaku menyimpang, lombroso, kretschmer, hooton, von hentig, sheldon, sigmund freud, robert k merton, achmadi, emile durkheim, penyimpangan sosial dalam masyarakat, teori anomie, teori konflik, contoh penyimpangan sosial.


Perilaku menyimpang seseorang bisa menjadi awal dari terbentuknya suatu norma baru. Jika semakin banyak orang ikut menerapkan perilaku menyimpang itu, dan kelompok terorganisasi ikut menunjang dan membenarkan penyimpangan tersebut maka perbuatan itu tidak lagi dipandang sebagai perilaku menyimpang, tetapi justru sebagai norma baru. 

Pada masyarakat modern dewasa ini, banyak kita temukan para wanita yang bekerja di luar rumah dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh pria. Dari sudut pandang biologis bahwa penyimpangan sosial berhubungan dengan faktor-faktor biologis, seperti tipe sel-sel tubuh. 

Sejumlah ilmuwan seperti Lombroso, Kretschmer, Hooton, Von Hentig, dan Sheldon melakukan berbagai studi yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai tipe tubuh tertentu lebih cenderung melakukan perbuatan menyimpang.

Kriminolog Italia Cesare Lombroso berpendapat bahwa orang jahat dicirikan dengan ukuran rahang dan tulang-tulang pipi panjang, kelainan pada mata yang khas, tangan-tangan, jari-jari kaki serta tangan relatif besar, dan susunan gigi yang abnormal.

Sheldon mengidentifikasikan tipe tubuh menjadi tiga tipe dasar, yaitu endomorph [bundar, halus, dan gemuk], mesomorph [berotot dan atletis], ectomorph [tipis dan kurus] mempunyai kecenderungan sifat-sifat kepribadian dan kepribadiannya masing-masing. 

Misalnya, para penjahat umumnya mempunyai tipe tubuh mesomorph. Para ahli ilmu sosial meragukan kebenaran teori tentang tipe tubuh tersebut. 

Meskipun ditunjang oleh berbagai bukti empiris, para kritikus menemukan sejumlah kesalahan metode penelitian sehingga menimbulkan keraguan terhadap kebenaran teori tersebut.

Teori ini berpandangan bahwa penyakit mental dan gangguan kepribadian berkaitan erat dengan beberapa bentuk perilaku menyimpang karena perilaku menyimpang sering kali dianggap sebagai suatu gejala penyakit mental. 

Perilaku menyimpang juga sering kali dikaitkan dengan penyakit mental, namum demikian teori psikologis tidak dapat memberikan banyak bantuan untuk menjelaskan penyebab perilaku menyimpang seseorang.

Ilmuwan yang terkenal di bidang ini adalah Sigmund Freud. Dia membagi diri manusia menjadi tiga bagian penting sebagai berikut.

  • Id, yaitu bagian diri yang bersifat tidak sadar, naluriah, dan impulsif [mudah terpengaruh oleh gerak hati].
  • Ego, yaitu bagian diri yang bersifat sadar dan rasional [penjaga pintu kepribadian].
  • Superego, yaitu bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai kultural dan berfungsi sebagai suara hati.

Menurut Freud perilaku menyimpang terjadi apabila id yang berlebihan [tidak terkontrol] muncul bersamaan dengan superego yang tidak aktif, sementara dalam waktu yang sama ego yang seharusnya dominan tidak berhasil memberikan perimbangan.

Dari sudut pandang sosiologi terjadinya perilaku menyimpang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.

Teori ini menekankan bahwa perilaku sosial, baik yang bersifat menyimpang maupun yang tidak menyimpang berkaitan dengan norma dan nilai-nilai yang diserapnya. 

Perilaku menyimpang disebabkan oleh adanya gangguan pada proses penyerapan dan pengalaman nilai-nilai tersebut dalam perilaku seseorang. 

Teori sosialisasi didasarkan pada pandangan bahwa dalam sebuah masyarakat ada norma inti dan nilai-nilai tertentu yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat. 

Seseorang biasanya menyerap nilai-nilai dan norma-norma dari beberapa orang yang cocok dengan dirinya saja. Akibatnya, jika ia banyak menyerap nilai-nilai atau norma yang tidak berlaku secara umum, ia akan cenderung berperilaku menyimpang. 

Lebih-lebih kalau sebagian besar teman-teman di sekelilingnya adalah orang yang memiliki perilaku menyimpang, kemungkinan besar orang itu juga akan cenderung menyimpang pula.

Achmadi mengacu pendapat Emile Durkheim berpendapat bahwa anomie adalah suatu situasi tanpa norma dan tanpa arah sehingga tidak tercipta keselarasan antara kenyataan yang diharapkan dan kenyataankenyataan sosial yang ada di lapangan.

Konsep tersebut dipakai untuk menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan nilai, tetapi antara norma dan nilai yang satu dengan yang lainnya saling bertentangan. 

Akibatnya, timbul keadaan tidak adanya seperangkat nilai atau norma yang dapat dipatuhi secara konsisten oleh masyarakat. Robert K. Merton menganggap anomie disebabkan karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. 

Perilaku menyimpang akan bertambah luas jika banyak orang yang semula menempuh cara-cara pencapaian tujuan dengan cara yang wajar beralih ke cara-cara yang menyimpang. Teori ini sangat cocok untuk menganalisis banyak perilaku menyimpang di negara berkembang, misalnya, perilaku KKN.

Ada lima cara pencapaian tujuan mulai dari yang wajar maupun menyimpang sebagai berikut.

1] Konformitas, yaitu sikap yang menerima tujuan budaya yang konvensional dengan cara yang juga konvensional, atau yang selama ini biasa dilakukan. Contoh: Seseorang yang ingin kaya dengan cara yang wajar dan diterima umum, yaitu bekerja keras, halal, dan tidak bertentangan dengan hukum.

2] Inovasi, yaitu sikap seseorang dalam menerima secara kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya dengan cara baru yang belum biasa dilakukan. 

Dalam inovasi upaya pencapaian tujuan dilakukan dengan cara yang tidak konvensional termasuk cara-cara yang terlarang dan kriminal. Contoh: Seorang otodidak komputer berhasil menembus sistem komputer suatu bank. Ia menjadi kaya dengan cara baru dan kreatif, namun melanggar hukum.

3] Ritualisme, yaitu sikap seseorang menerima cara-cara yang diperkenalkan sebagai bagian dari bentuk upacara tertentu, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaannya. 

Dalam ritualisme, seseorang mempertahankan cara yang sudah konvensional, namun tujuan yang sebenarnya sebagian besar telah dilupakan. 

Ritus [upacara] tetap dilakukan, tetapi fungsi dan maknanya sudah hilang. Contoh: Pengemudi menaati lampu lalu lintas karena takut ditilang, bukan demi keselamatan diri dan pengemudi lain.

4] Pengasingan, yaitu sikap seseorang menolak baik tujuan-tujuan maupun cara-cara mencapai tujuan yang telah menjadi bagian kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya. 

Contoh: Seorang karyawan mengundurkan diri dari perusahaan karena konflik kepentingan pribadi dan kepentingan perusahaan.

5] Pemberontakan, yaitu sikap seseorang menolak sarana dan tujuantujuan yang disahkan oleh budaya masyarakatnya dan menggantikan dengan cara baru. Contoh: Kaum revolusioner yang memperjuangkan suatu ideologi dengan gigih melalui perlawanan bersenjata.

Perilaku menyimpang dari sudut pandang kriminologi ada 2 macam, yaitu:

Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai yang dipelajari seseorang. Pengendalian dari luar berupaya imbalan sosial terhadap konformitas dan sanksi hukuman terhadap penyimpangan.

Dalam masyarakat konvensional, ada empat hal yang mengikat individu terhadap norma masyarakatnya:

  • Kepercayaan, mengacu pada norma yang dihayati.
  • Ketanggapan, yakni sikap tanggap seseorang terhadap pendapat orang lain.
  • Keterikatan [komitmen], berhubungan dengan berapa banyak imbalan yang diterima seseorang atas perilakunya yang konformis.
  • Keterlibatan, mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga masyarakat seperti sekolah dan organisasi-organisasi masyarakat.

Dalam teori ini terdapat dua macam konflik sebagai berikut:

Pertama, Konflik budaya, terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus yang masing-masing cenderung tertutup sehingga mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai. 

Masing-masing kelompok menjadikan norma budayanya sebagai peraturan resmi. Orang-orang yang menganut budaya berbeda dianggap sebagai penyimpangan.

Kedua, Konflik kelas sosial, terjadi akibat suatu kelompok menciptakan peraturan sendiri untuk melindungi kepentingannya. Mereka yang menentang hak-hak istimewa kelas atas dianggap mempunyai perilaku menyimpang sehingga dicap sebagai penjahat.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề